Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN

Untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Lanjut


Yang dibina oleh Bapak Dr. H. Abdul Ghofur, M.Si

Oleh Kelompok 3 Kelas B:


Husamah
Purnamasari Widyastuti
Komang Ayu Wirastini
Fitri Rahmawati

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKA BIOLOGI
Maret 2013

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Fisiologi Sistem Pencernaan Hewan” ini dengan seoptimal mungkin dan tepat
pada waktunya.
Melaluimakalahinipenulismencobauntukmenguraikancarahewanmemperolehmaka
nan, menjelaskansistemdan proses pencernaanmakananpadahewan, menjelaskan
proses penyerapan sari makanan,
menguraikancontohgangguanpadasistempencernaan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat
terselesaikan tanpa kerjasama, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Abdul Ghofur, M.Si selaku dosen Pembina Matakuliah Fisiologi
Lanjut.
2. Keluarga yang senantiasamenjadipenyemangat di setiapwaktu yang
penuliscurahkanuntukmenyusunmakalahini.
3. Teman-teman kelas B angkatan 2012 yang telah bekerjasama dalam mencari
bahan untuk menyusun makalah ini dan sampai akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Penulisberharapsegalakekurangan-kekurangan yang
adadapatmenjadimotivasi yang
berhargauntukmelakukansegalasesuatumenjadilebihbaik di masa yang
akandatang. Akhir kata, semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat
untukmenambahpengetahuankitasemua.

Malang, 17 Maret 2013

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah dipahami bahwa untuk mempertahankan kondisi homeostatis, hewan
memerlukan energi dalam jumlah yang cukup. Energi yang dibutuhkan dapat
dicukupi dari makanan. Salah satu ciri makhluk hidup adalah memerlukan
makanan. Makan yang masuk ke tubuh hewan seringkali masih dalam ukuran
yang terlalu besar dan sangat kompleks sehingga energi yang terkandung di
dalamnya tidak dapat langsung digunakan.
Makanan yang telah dimakan akan diuraikan dalam sistem pencernaan
menjadi sumber energi, komponen penyusun sel dan jaringan, dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh.Salah satu sistem kompleks dalam tubuh adalah sistem
pencernaan. Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah
makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga
mudah dicerna oleh tubuh.
Setiap makanan yang dikonsumsi dapat menjadi sumber energi, dalam
mengkonsumsi makananan, manusia memiliki sistem pencernaan atau sistem
gastroinstestinal agar dapat diproses oleh organ-organ yang bertugas untuk
mengolah makanan agar dapat diserap oleh sel-sel tubuh sehingga menjadi
sumber energi, secara umum sistem pencernaan manusia maupun mahluk hidup
lainnya dimulai dari mulut dan berakhir pada anus sebagai sisa metabolisme
makanan.
Setiap organ dalam sistem pencernaan manusia memiliki peranan penting
dengan fungsi yang berbeda-beda. misalnya mulut sebagai pintu masuk makanan
dimana makanan akan dikunyah secara mekanik oleh gigi dan dengan unsur
kimiawi yang dimiliki oleh ludah yang mengandung enzim Amilase (Ptyalin)
akan mempermudah proses sistem pencernaan manusia dengan menghancurkan
makanan menjadi serpihan-serpihan yang lebih kecil, pada tahap berikutnya saat
melewati mulut, tenggorokan, kerongkongan dan menuju lambung merupakan

3
tahap dimana makanan dipecah dan diproses menjadi zat-zat gizi yang selanjutnya
diserap oleh tubuh melalui usus dan sirkulasi darah.
Dalam sistem pencernaan tak terkecuali sistem pencernaan manusia bahwa
makanan yang dikonsumsi tak sepenuhnya menjadi zat-zat gizi yang dapat
diserap, sisa-sisa makanan inilah yang nantinya akan dikeluarkan melalui anus
sebagai proses metabolisme tubuh Selain yang telah disebutkan diatas sistem
pencernaan manusia juga memiliki organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan seperti pankreas, hati dan kandung empedu. Organ-organ tubuh
memiliki peranan penting pada sistem pencernaan pada manusia.
Sistem pencernaan pada manusia hampir sama dengan sistem pencernaan
hewan tingkat tinggi lain yaitu terdapat mulut, lambung, usus, dan mengeluarkan
kotorannya melewati anus, namun tentu berbeda dengan hewan tingkat
rendah/sederhana. Makalah ini akan menguraikan fungsi berbagai organ
pencernaan pada macam-macam hewan (mulai dari hewan sederhana sampai
tingkat tinggi) serta cara hewan mencerna bahan makanan yang kompleks menjadi
sederhana sehingga dapat diserap oleh saluran pencernaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara hewan memperoleh makanan?
2. Bagaimanakah sistem dan proses pencernaan makanan pada hewan?
3. Bagaimanakah proses penyerapan sari makanan?
4. Bagaimanakah gangguan pada sistem pencernaan?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Menguraikan cara hewan memperoleh makanan.
2. Menjelaskan sistem dan proses pencernaan makanan pada hewan.
3. Menjelaskan proses penyerapan sari makanan.
4. Menguraikan contoh gangguan pada sistem pencernaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara Hewan Memperoleh Makanan


Sebagian besar hewan memakan organisme lain, mati atau hidup, utuh atau
secara sepotong-sepotong. Yang merupakan pengecualian adalah hewan parasitik
tertentu, seperti cacing pita, yang menyerap molekul organik melalui permukaan
tubuhnya. Secara umum, hewan digolongkan ke dalam salah satu dari tiga
kategori berdasarkan makanannya. Herbivora, termasuk gorila, sapi, kelinci, dan
banyak keong memakan organisme autotrof (tumbuhan, alga atau ganggang).
Karnivora, seperti hiu, burung elang, laba-laba, dan ular memakan hewan lain.
Omnivora secara reguler mengonsumsi hewan dan juga tumbuhan atau alga.
Hewan omnivora meliputi kecoak, burung gagak, rakun, dan manusia yang
berkembang sebagai pemburu, pemakan bangkai dan pengumpul makanan.
Istilah herbivora, karnivora dan omnivora menggambarkan jenis makanan
yang umum dimakan oleh seekor hewan dan adaptasi yang memungkinkan
mereka untuk mendapatkan dan mengolah makanan tersebut. Akan tetapi,
sebagian besar hewan adalah oportunistik, yang memakan makanan yang berada
di luar kategori makanan utamanya ketika makanan ini tersedia. Sebagai contoh,
sapi dan rusa yang termasuk ke dalam kelompok herbivora kadang-kadang bisa
memakan hewan kecil atau telur burung bersama-sama dengan rumput dan
tumbuhan lain. Sebagian besar karnivora mendapatkan beberapa nutrien dari
bahan tumbuhan yang masih berada dalam saluran pencernaan mangsa yang
mereka makan. Semua hewan juga mengkonsumsi beberapa bakteri bersama-sama
dengan jenis makanan lain (Campbell dkk, 2004).
Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein
sebagai sumber energi untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnnya. Namun,
kemampuannya untuk menyintesis senyawa organik sangat terbatas. Oleh karena
itu, hewan berusaha memenuhi semua kebutuhannya dari tumbuhan dan hewan
lain. Organisme yang demikian dinamakan organisme heterotrof. Ada juga hewan
yang dapat menyintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial, contohnya
Euglena. Meskipun demikian, Euglena juga memerlukan vitamin (faktor

5
pertumbuhan) yang tidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme tersebut
tetap memerlukan senyawa organik dari sumber lain. Berdasarkan alasan tersebut,
Euglena disebut organisme mesotrof.
Cara makan dan jenis makanan hewan sangat bervariasi, tergantung pada
susunan alat yang dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan
agar dapat diserap. Hewan primitif yang belum memiliki alat pencernaan makanan
khusus seperti protozoa, parasit (endoparasit), dan cacing pita memerlukan
makanan berupa zat organik terlarut. Hewan-hewan tersebut mengambil makanan
melalui penyerapan atau pinositosis. “alat pencernaan makanan” yang dimiliki
biasanya berupa vakuola makanan.
Hewan yang hidup menetap seperti hidra dan Coelenterata mendapatkan
makanan dengan menjerat (trapping method). Alat yang penting untuk
mendukung metode tersebut adalah knidoblas atau nematosit yang biasanya
dilengkapi dengan racun untuk menjerat mangsanya.
Beberapa hewan yang aktif seperti burung petrel, burung flamingo, ikan
hering, kepopoda, dan ikan hiu balen mencari makanan dengan cara menyaring
(filter feeding). Menyaring untuk memperoleh makanan juga dilakukan oleh
hewan yang menetap seperti Bivalvia. Filter feeding merupakan variasi dari cara
menyaring dan menjerat (trapping).
Filter feeder tidak memilih makanannya sehingga disebut non selective
feeder. Hewan seperti ini tanggap terhadap senyawa kimia atau rangsang tertentu.
Mekanisme menyaring dapat diaktifkan atau dihentikan, tergantung pada kondisi
yang ada, mereka anggap berbahaya atau tidak.
Hewan yang lain mungkin mampu memilih makanan yang diperlukan
sehingga mereka disebut selective feeder. Pada umumnya, hewan semacam ini
mendapatkan makanan dengan cara menangkap atau memangsa. Hewan-hewan
yang demikian memiliki berbagai cara untuk menangkap mangsa dan dapat
menggunakan bahan makanan secara efektif atau mengambil sari makanan dari
hewan/tumbuhan.
Annelida, echinodermata, dan hemikordata akan menyerap bahan yang
diperlukannya dan membuang bahan yang tidak diperlukannya. Selanjutnya,
bahan makanan yang terkumpul akan dihancurkan secara mekanik, apabila hewan
memiliki organ pencernanya. Apabila organ pencerna tidak dimiliki, bahan

6
makanan tersebut langsung dicerna secara kimia. metode yang digunakan oleh
berbagai hewan untuk memperoleh makanan makanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Metode untuk memperoleh makanan yang digunakan oleh berbagai
macam hewan, dikelompokkan berdasarkan sifat makanannya.
Tipe Makanan Metode Makan Hewan yang Menggunakan Metode
Tersebut
Partikel kecil Pembentukan vakuola makanan Amoeba dan Radiolaria
Menggunakan silia Spons, Bivalvia, Kecebong
Membentuk lendir penjerat Ciliata, Gastropoda, Tunikata
Menggunakan tentakel Mentimun Laut
Menggunakan seta, menyaring Crustacea kecil (misal Daphnia),
ikan hering, ikan paus balen, burung
flamingo, dan burung petrel

Partikel/Massa Menelan massa inaktif Cacing tanah (detritus feeder)


makanan besar Mengerat, mengunyah, melubangi Landak laut, siput, insekta,
Menangkap dan menelan mangsa invertebrata

Cairan atau Mengisap getah tumbuhan, nektar Coelentereta, ikan, burung,


jaringan lunak kelelawar

Mengisap darah Aphidae, lebah, dan burung


Mengisap susu atau sekret mirip penghidap nektar
susu Lintah, insekta, kelelawar “vampire”
Pencernaan eksternal Mamalia muda, burung muda
Penyerapan melalui permukaan Laba-laba
tubuh Parasit, cacing pita

Bahan organik Mengambil makanan dari cairan Invertebrata akuatik


terlarut

Nutrien hasil Kerja dari alga simbiotik Paramaecium, spons, binatang


simbiosis intraseluler karang, hidra, cacing pipih dan remis

Menurut Campbell dkk (2004) adaptasi pengambilan makanan


beranekaragam telah dievolusikan oleh hewan. Mekanisme hewan menelan
makanan sangat beragam, tetapi semuanya digolongkan ke dalam empat
kelompok utama. Banyak diantara hewan akuatik adalah pemakan suspensi
(suspension feeder) yang menyaring partikel makanan kecil dari air. Remis dan
tiram, misalnya, menggunakan insangnya untuk menjerat potongan-potongan
kecil yang kemudian disapu bersama-sama dengan suatu lapisan tipis mukus ke
mulut oleh silia yang berdenyut atau bergerak. Paus baleen, hewan terbesar
diantara semua hewan yang pernah hidup, adalah juga pemakan suspensi. Mereka
berenang dengan mulut ternganga, yang menapis jutaan hewan kecil dari volume

7
air yang begitu besar yang dipaksa masuk melalui lempengan serupa saringan
yang bertaut dengan dengan rahangnya.
Pemakan substrat (substrate-feeder) hidup dalam atau pada makanannya.
Hewan jenis ini makan sambil menggali saluran membuat jalan di dalam
makanannya. Contohnya adalah penggali daun, yang merupakan larva berbagai
serangga yang membuat terowongan melalui bagian dalam daun. Cacing tanah,
adalah juga pemakan substrat, atau lebih spesifik pemakan deposit (deposite-
feeder). Memakan sambil membuat jalannya melalui kotoran, cacing tanah
menyelamatkan bahan organik yang telah busuk sebagian, yang dikonsumsi
bersama-sama dengan tanah.
Pemakan cairan (fluid-feeder) memperoleh makanannya dengan cara
menyedot cairan yang kaya nutrien dari inang hidup. Nyamuk dan lintah
menyedot darah dari hewan. Aphid menampung getah floem tumbuhan. Karena
hewan pemakan cairan ini membahayakan inangnya maka mereka dianggap
sebagai parasit. Sebaliknya, burung kolibri dan lebah menguntungkan tumbuhan
inangnya dengan memindahkan serbuk sari ketika mereka berpindah dari satu
bunga ke bunga lain untuk mencari nektar.
Sebagian besar hewan adalah pemakan potongan besar (bulk-feeder) yang
memakan potongan makanan dalam ukuran yang relatif besar. Adaptasinya
berupa anggota tubuh seperti tentakel, sepit, kuku, gigi taring beracun, dan rahang
dan geligi yang membunuh mangsanya atau memotong-motong daging atau
vegetasi.
Bagaimana pun cara yang dilakukan hewan untuk memperoleh makanan,
hal tersebut harus didukung oleh alat yang memadai, yaitu alat/organ pencernaan
makanan khusus. Organ/sistem pencernaan hewan melaksanakan empat macam
fungsi, yaitu memasukkan makanan ke dalam tubuh (ingesti), mengubah bahan
makanan yang kompleks menjadi sederhana (pencernaan), menyerap hasil
pencernaan serta membawanya ke dalam darah (penyerapan), dan mengeluarkan
sisa makanan yang tidak tercerna ataupun yang tidak diserap oleh tubuh
(ekskresi). Bahan makanan yang tercerna dan terserap digunakan oleh sel tubuh
sebagai sumber energi dan bahan pembangun tubuh.

8
B. Pencernaan Makanan
1. Pencernaan terjadi dalam Kompartemen Khusus
a. Pencernaan Intraseluler
Setelah mendapatkan makanan, hewan harus mencernanya dengan baik agar
sari-sarinya dapat diserap oleh sel-sel tubuh. Pada protozoa, proses pencernaannya
terjadi dalam vakuola. Mula-mula, lisosom menyekresikan enzim pencernaan ke
dalam vakuola makanan. Enzim tersebut menyebabkan suasana vakuola berubah
menjadi asam sehingga bahan makanan tercerna. Selanjutnya, terjadi pemisahan
berbagai garam kalsium. Hal ini akan menciptakan suasana lingkungan dengan pH
yang tepat bagi berbagai enzim untuk berfungsi secara optimal. Dalam keadaan
seperti itu, bahan makanan akan disederhanakan sehingga dapat diserap oleh
sitoplasma. Berakhirnya proses pencernaan ditandai dengan adanya perubahan
keadaan lingkungan dalam vakuola menjadi netral. Bahan makanan yang tidak
tercerna dikeluarkan melalui proses eksositosis (Isnaeni, 2006).
Menurut Campbell dkk (2004) vakuola makanan, organel seluler di mana
enzim hidrolitik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri,
adalah kompartemen yang paling sederhana. Protista heterotrofik mencerna
makanannya dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan makanan
melalui fagositosis atau pinositosis. Vakuola makanan menyatu dengan lisosom
yang merupakan organel yang mengandung enzim hidrolitik. Keadaa ini akan
memungkinkan makanan bercampur dengan enzim sehingga pencernaan terjadi
secara aman di dalam suatu kompartemen yang terbungkus oleh membran.
Mekanisme pencernaan ini disebut pencernaan intraseluler (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Pencernaan Intraseluler Paramaecium

Spons berbeda dari hewan-hewan lain karena pencernaan makanannya


secara keseluruhan berlangsung melalui mekanisme intraseluler. Menurut Isnaeni
(2006) invertebrata tingkat rendah tidak mempunyai organ pencernaan khusus.

9
Pencernaan makanan terjadi secara intraseluler, yakni di dalam sel khusus.
Porifera tidak mempunyai rongga pencernaan tetapi mempunyai sel khusus yang
disebut koanosit.

b. Pencernaan Ekstraseluler
Pada sebagian besar hewan, paling tidak beberapa hidrolisis terjadi melalui
pencernaan ekstraseluler, yaitu perombakan makanan di luar sel. Pencernaan
ekstraseluler terjadi di dalam kompartemen yang bersambungan melalui saluran-
saluran , dengan bagian luar tubuh hewan.
Banyak hewan dengan bangun tubuh yang relatif sederhana memiliki
kantung pencernaan dengan pembukaan tunggal. Kantung ini disebut sebagai
rongga gastrovaskuler, berfungsi dalam pencernaan dan distribusi nutrien ke
seluruh tubuh. Hidra yang termasuk hewan Cnidaria merupakan contoh yang baik
mengenai bagaimana suatu rongga gastrovaskuler bekerja. Hidra adalah karnivora
yang menyengat mangsa dengan organel khusus yang disebut nematosit dan
kemudian menggunakan tentakel untuk memasukkan makanan dari mulut ke
dalam rongga gastrovaskuler (Lihat Gambar 2).

Gambar 2. Pencernaan Ekstraseluler dalam suatu rongga gastrovaskuler Hydra

Dengan adanya makanan di dalam rongga itu, sel-sel khusus gastrodermis,


lapisan jaringan yang melapisi rongga itu, mensekresikan enzim pencernaan yang
merusak atau merombak jaringan lunak pada mangsanya menjadi potongan-
potongan kecil. Sel-sel gastrodermal kemudian akan menelan partikel makanan,
dan sebagian besar hidrolisis makromolekul yang sesungguhnya terjadi secara
intraseluler seperti pada Paramaecium dan spons. Setelah hidra selesai mencerna
makanannya, bahan-bahan yang tidak tercerna yang masih tetap berada di dalam
rongga gastrovaskuler, seperti eksoskeleton Crustacea kecil, dikeluarkan melalui
sebuah pembukaan tunggal, yang berfungsi ganda sebagai mulut dan anus.

10
Alat pencernaan pada Coelenterata berupa gastrovaskuler, yaitu ruang yang
berfungsi untuk proses pencernaan sekaligus untuk sirkulasi. Sel yang membatasi
rongga gastrovaskuler disebut gastrodermis. Sel ini mampu menyekresikan enzim
ke ruang gastrovaskuler. Oleh karena itu, pemecahan bahan makanan secara kasar
dapat berlangsung dalam saluran tersebut. Namun, pencernaan makanan secara
lengkap tetap berlangsung secara intraseluler.
Beberapa spesies cacing pipih yang hidup bebas (non parasit) sudah
mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai rongga pencernaan. Pada hewan
tersebut, makanan dicerna oleh sel jaringan di dekat mulut, yang belum
terorganisasi secara baik. Ada juga jenis cacing pipih yang mempunyai saluran
pencernaan makanan sederhana yang mirip dengan ruang gastrovaskuler pada
Coelenterata, tetapi biasanya bercabang-cabang. Permukaan tubuh cacing pipih
sering digunakan untuk menyerap makanan. Untuk keperluan tersebut cacing
pipih mempunyai mikrofili pada usus halus manusia.
Berlawanan dengan hewan Cnidaria dan cacing pipih sebagian besar hewan-
termasuk nematoda, anellida, moluska, artropoda, echinodermata, dan cordata-
memiliki pipa atau tabug pencernaan yang memanjang antara dua pembukaan,
mulut dan anus. Pipa atau tabung ini disebut saluran pencernaan lengkap
(complete digestive tract) atau saluran pencernaan (alimentary canal). Karena
makanan bergerak sepanjang saluran itu dalan satu arah, pipa itu dapat
diorganisasikan menjadi daerah terspesialisasi yang melaksanakan pencernaan dan
penyerapan nutrien secara bertahap (Lihat Gambar 3).
Makanan yang ditelan melalui mulut dan faring akan lewat melalui esofagus
yang menuju ke tembolok, rempela, atau lambung, bergantung pada spesies.
Tembolok dan lambung adalah organ dan umumnya berfungsi untuk
penyimpanan dan penumpukan makanan, sementara rempela akan menggerusnya.
Makanan kemudia akan memasuki usus halus, di mana enzim-enzim pencernaan
menghidrolisis molekul makanan, dan nutrien diserap melewati lapisan pipa
pencernaan tersebut ke dalam darah. Bahan buangan yang tidak tercerna akan
dikeluarkan melalui anus.

11
Gambar 3. Saluran Pencernaan pada cacing tanah, belalang dan burung.

2. Sistem Pencernaan Pada Manusia


Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ,
berturut-turut dimulai dari1. Rongga Mulut,2. Esofagus3. Lambung4. Usus
Halus5. Usus Besar6. Rektum dan 7. Anus.
a. Rongga Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur (saliva).
Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi terdiri atas
mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi oleh gusi, dan akar
gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang. Mahkota gigi dilapisi email
yang berwarna putih. Kalsium, fluoride, dan fosfat merupakan bagian penyusun
email. Untuk perkembangan dan pemeliharaan gigi yang bai, zat-zat tersebut
harus ada di dalam makanan dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen yang
melekatkan akar pada Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang
berguna untuk memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak
makanan, dan gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Gambar Rongga
Mulut sebagai mana dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rongga Mulut

12
Terdapat pula tiga buahkelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis,
sublingualis, dan submandibularis (Lihat Gambar 5). Kelenjar saliva
mengeluarkan air liur yang mengandung enzim ptialin atau amilase, berguna
untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Pencernaan yang dibantu oleh enzim
disebut pencernaan kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah menempatkan
makanan di antara gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur.
Makanan ini kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut bolus.
Kemudian bolus dengan bantuan lidah, didorong menujufaring.

Gambar 5. Kelenjar pada Mulut

b. Faring dan esophagus


Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan masuk
kedalam tekak (faring). Faring adalah saluran yang memanjang dari bagian
belakang rongga mulut sampai ke permukaan
kerongkongan (esophagus). Pada pangkal faring terdapat
katup pernapasan yang disebut epiglottis. Epiglotis
berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan
(laring) agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.
Setelah melaluifaring, bolus menuju ke esophagus; suatu
organ berbentuk tabung lurus, berotot lurik, dan
berdidnding tebal (Lihat Gambar 6). Otot kerongkongan
berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan meremas
yang mendorong bolus ke dalam lambung. Gerakan otot
kerongkongan ini disebut gerakan peristaltik. Gambar 6. Esofagus

13
c. Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung.
Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding
lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara
mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut (Lihat Gambar 7). Ada 3 jenis otot
polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot
menyerong.
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang
dihasilkan lambung adalah :
 Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan,
serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada
usus halus
 Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase
yang dihasilkan sangat sedikit
 Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI).
Hanya dimiliki oleh bayi.
 Mukus, melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.

Gambar 7. Lambung

Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya secara


mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung mengandung
HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh kuman-kuman
yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin. Pepsin berfungsi
untuk mengubah protein menjadi peptone. Renin berfungsi untuk menggumpalkan
protein susu. Setelah melaluipencernaan kimiawi di dalam lambung, bolus

14
menjadi bahan kekuningan yang disebut kim atau kimus (bubur usus). Kimus
akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.

d. Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung (Gambar 8). Usus halus
memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu
duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus
hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia
yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang
dilepaskan ke usus halus.Suatu lubang pada dinding duodenum menghubungkan
usus 12 jari dengan saluran getah pancreas dan saluran empedu. Pankreas
menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju
duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam amino. Amilase
mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi asam
lemakdan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam
kantung empedu. Getah empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu
berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Gambar 8. Usus Halus

Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini


terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap.Zat-zat makanan
setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. Penyerapan zat-zat
makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan
mineral setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam lemak, gliserol, dan vitamin yang larut

15
dalam lemak setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh
getah bening danakhirnya masuk ke dalam pembuluh darah.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
 Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
 Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin.
Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
 Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa
kimia yang dihasilkan ke usus halus
 Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan
cairan empedu ke dalam usus halus.

Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :


 Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari
lambung
 Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta
mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton
menjadi asam amino.
 Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
 Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
 Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
 Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
 Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
 Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi
kadar normal
 Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar
normal

Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana
basa. Prosesnya sebagai berikut:
o Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan
oleh bikarbonat dari pancreas.
o Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai
kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh

16
amylase pancreas menjadi disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh
disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukaosa hasil
pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh peredaran darah.
o Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton,
maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin
menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke
seluruh tubuh oleh peredaran darah.
o Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan
(diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-
butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh
enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol
kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.

e. Usus Besar (Kolong)


Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam
usus besar (Gambar 9). Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian
yang menaik (ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon), bagian
yang menurun (descending colon), dan berakhir pada anus.

Gambar 9. Usus Besar Manusia dan Bagiannya

Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan
sisa. Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang

17
tidakdapat tercerna, misalnya selulosa. Usus besar berfungsi mengatur kadar air
pada sisa makanan. Bil kadar iar pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding
usus besar akan menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan
kekurangan air, maka dinding usus besar akan mengeluarkan air dan mengirimnya
ke sisa makanan. Di dalam usus besar terdapat banyak sekali mikroorganisme
yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang
tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau disebut tinja(feses) dan
dikeluarkan melalui anus.

f. Rektum dan Anus


Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang
lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses
sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan
penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan
otot lurik (Gambar 10).

Gambar 10. Rektum dan Anus

3. Sistem Pencernaan Mamalia secara Umum


Pada hewan tingkat tinggi, makanan dicerna dalam saluran khusus yang
pada umumnya sudah berkembang dengan baik. Jadi, pencernaan makanan pada
hewan ini berlangsung di dalam organ gastrointestinal (secara ekstraseluler).
Sistem gastrointestinal tersusun atas berbagai organ yag secara fungsional dapat
dibedakan menjadi empat bagian, yaitu daerah penerimaan makanan, daerah
penyimpanan, daerah pencernaan dan penyerapan nutrien, serta daerah
penyerapan air dan ekskresi.

18
1. Daerah Penerimaan
Daerah untuk menerima makanan adalah mulut. Mulut biasanya dilengkapi
dengan gigi dan kelenjar ludah, yang membantu proses mengunyah dan menelan
makanan. Dalam ludah terkandung berbagai substansi seperti amilase (enzim
pencerna karbohidrat pada beberapa mamalia), toksin (pada ular berbisa), dan
antikoagulan (pada insekta pengisap darah). Esofagus juga dikelompokkan
sebagai daerah penerimaan makanan. Organ ini bertugas membawa makanan dari
mulut ke lambung dengan gerakan peristaltik.

Gambar 11. Struktur gigi pada bebera jenis hewan

2. Daerah Penyimpanan
Daerah penyimpanan makanan terdiri atas empedal (gizzard) dan lambung.
Organ tersebut merupakan pelebaran saluran gastrointestinal pada bagian depan,
yang memiliki fungsi utama sebagai penyimpan makanan. Sebagai proses
pencernaan makanan sudah terjadi di bagian ini.
Empedal merupakan kantong berotot yang berperan dalam pencernaan
mekanik. Organ ini dapat ditemukan pada vertebrata maupun invertebrata. Pada
artropoda, empedal dapat menggerus dan menyaring makanan yang berukuran
tertentu. Sementara, partikel makanan yang ukurannya melebihi ukuran
“saringan” akan tetap dipertahankan di dalam empedal, tidak akan diangkut ke

19
organ berikutnya. Empedal akan terus mencernanya secara mekanik dan
mengubahnya menjadi partikel partikel kecil yang mudah disaring. Pada burung,
pencernaan makanan secara mekanik yang terjadi di empedal dilakukan oleh
kontraksi otot empedal, dibantu oleh kerikil yang ditelannya.
Lambung berfungsi sebagai tempat menyimpan khim, yaitu makanan yang
telah dicerna sebagian. Lambung akan meloloskan khim ke usus (duodenum)
dengan jeda waktu tertentu. Lambung juga berfungsi untuk mencerna protein
dengan menyeksresikan enzim protease (zimogen) dan asam lambung. Asam
lambung menyebabkan kondisi lambung vertebrata menjadi asam, dengan pH
sekitar 1-2. Kondisi ini sangat penting untuk mengaktifkan enzim protease yang
disimpan dan dikeluarkan oleh sel lambung dalam bentuk belum aktif.
Pada sejumlah herbivora, misalnya lembu dan domba, lambung telah
dikhususkan untuk mencerna selulosa. Pada hewan ini, lambung memiliki
beberapa ruang. Hewan seperti itu dikenal dengan nama ruminansia. Dalam
mencerna selulosa, ruminansia bersimbiosis dengan bakteri dan protozoa yang
hidup pada rumen dan retikulum di lambungnya.
Selama makan, ruminansia mengunyah rerumputan dan bebijian secara
singkat, lalu menelannya hingga makanan masuk ke rumen. Dalam rumen terjadi
pencernaan makanan secara biologis oleh adanya aksi bakteri. Selanjutnya,
makananakan diteruskan ke retikulum yang akan mengubah bahan makanan
tersebut menjadi gumpalan/bongkahan (cud) yang siap dimuntahkan lagi untuk
dikunyah kedua kalinya. Setelah dikunyah untuk kedua kalinya, makanan ditelan
lagi. Pada tahapan ini, makanan langsung masuk ke dalam omasum tanpa melalui
rumen dan retikulum.

3. Daerah Pencernaan dan Penyerapan


Proses pencernaan secara lebih sempurna dan penyerapan sari
makananberlangsung di dalam usus. Di usus, bahan makanan (karbohidrat, lipid,
dan protein) dicerna lebih lanjut dengan bantuan enzim dan diubah menjadi
berbagai komponen penyusunnya agar dapat diserap dan digunakan secara
optimal oleh hewan. Secara garis besar, enzim pencernaan pada hewan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu enzim pemecah karbohidrat, pemecah lemak,
dan pemecah protein.

20
Apabila proses pencernaan telah mencapai maksimal, bahan makanan
berubah untuk menjadi bahan sederhana yang siap diserap. Perlu diingat bahwa di
usus juga terdapat berbagai nutrien lain yang diperlukan hewan, seperti vitamin
dan mineral.
Bagian berikut membahas proses pencernaan makanan karbohidrat, lipid
dan protein.

a. Pencernaan Karbohidrat
Enzim yang bertanggung jawab dalam pencernaan karbohidrat ialah
karbohidrase. Enzim ini memutuskan ikatan glikosidik pada karbohidrat sehingga
dapat dihasilkan disakarida, trisakarida, dan polisakarida lain yang memiliki rantai
lebih pendek. Berdasarkan jumlah unit sakarida penyusunnya, karbohidrat dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu polisakarida dan oligosakarida.
Di dalam mulut, karbohidrat dalam makanan akan dicerna secara mekanik
(dengan bantuan gigi) dan secara enzimatik (oleh enzim ptialin/amilase ludah).
Selain mengandung enzim amilase, air ludah juga berperan penting untuk
membasahkan makanan sehingga mudah ditelan.
Amilase ludah menguraikan karbohidrat dengan cara memutus ikatan -1,4
glikosidik pada pati dan glikogen sehingga dihasilkan campuran maltosa, glukosa,
dan oligosakarida. Enzim amilase juga disekresikan oleh pankreas. Amilase
pankreas dialirkan ke usus halus bagian atas (duodenum, usus 12 jari) dan akan
memecahkan pati menjadi dekstrin, maltotriosa, dan maltosa.
Enzim lain yang penting ialah disakarase datau glukosidase yang akan
memecah disakarida seperti maltosa, laktosa dan sukrosa menjadi glukosa,
galaktosa dan fruktosa. Pada invertebrata, amilase disekresikan oleh kelenjar
ludah atau jaringan kelenjar pada usus (usus tengah). Oligosakaridase adalah
enzim yang memecah disakarida atau trisakarida menjadi subunit penyusunnya.
Pada vertebrata, enzim oligosakaridase yang biasanya disekresi oleh usus, terdiri
atas enzim sukrase, maltase, trehalase, dan laktase.
Karbohidrat yang banyak ditemukan pada dinding sel tumbuhan ialah
selulosa. Selulosa tersusun atas komponen dasar penyusunnya selulosa
(monomer) yang saling berikatan dengan ikatan glikosidik. Padahal hewan tidak
memiliki enzim yang berfungsi untuk memecah ikatan glikosidik. Oleh karena itu,

21
untuk mencerna selulosa, hewan memerlukan bantuan mikroorganisme (bakteri
dan protozoa) yang memiliki enzim pemutus ikatan beta glikosidik.
Peristiwa penting yang terjadi pada saluran pencernaan (khususnya pada
lambung) ruminansia ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Peristiwa yang terjadi dalam lambung ruminansia (Sumber: Isnaeni, 2006).

b. Pencernaan protein
Enzim yang berperan penting untuk mencerna protein adalah protease.
Protease dieksresikan dalam bentuk inaktif (zimogen), yang dapat segera
teraktifkan. Penyimpanan protease dalam bentuk inaktif sangat penting untuk
menghindari terjadinya self digestion (mencerna sel/jaringannya sendiri). apabila
disimpan dalam bentuk aktif, protease dapat me mencerna sel lambung, yang juga
banyak mengandung protein.
Apabila dalam lambung terdapat protein, sel dinding lambung akan
menghasilkan gastrin yaitu senyawa kimia yang merangsang lambung untuk
mengeluarkan HCl dari sel parietal, dan pepsinogen dari sel kepala (Chief cells).
Selanjunya, enzim pemecah protein (proteolitik) akan menguraikan protein
dengan cara memutuskan ikatan peptida pada protein sehingga dihasilkan asam
amino (lihat Gambar 13).

22
Gambar 13. (a) Ikatan glikosidik pada karbohidrat dan (b) ikatan peptida pada protein
(Sumber: Isnaeni, 2006).

Enzim proteolitik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu endopeptidase dan


eksopeptidase. Keduanya diperlukan dalam pencernaan intraseluler maupun
ekstraseluler. Endopeptidase bertanggung jawab untuk memecah ikatan peptida
spesifik pada bagian tengah rantai protein (ikatan peptida yang jauh dari kedua
ujung rantai protein). Kelompok enzim ini terdiri atas pepsin, tripsin dan
kimotripsin. Tripsin berasal dari tripsinogen yang diaktivasi oleh enterokinase
(yang disekresikan oleh sel mukosa usus) atau oleh tripsin yang telah aktif. Proses
pengaktifan tripsinogen menjadi tripsin oleh tripsin aktif dinamakan autokatalisis.
Tripsin akan memecah ikatan peptida yang berdekatan dengan asam amino basik
di antara residu arginin dan lisin. Kimotripsin dapat diaktivasi oleh tripsin, dan
selanjutnya akan memecah ikatan peptida yang mengandung asam amino
aromatik.
Pada krustasea dan insekta juga ditemukan adanya enzim yang cara kerjanya
mirip dengan tripsin dan kimotripsin. Pada hewan tersebut, enzim pepsin akan
memecah ikatan peptida yang terdapatdi dekat asam amino aromatik, seperti
tirosin dan fenilalanin.
Eksopeptidase berfungsi untuk memutuskan ikatan peptida di bagian ujung
rantai polipeptida, baik di ujung yang mengandung gugus amino maupun dekat
ujung yang mengandung gugus karboksil (lihat gambar 3). Pemutusan ikatan
peptida di dekat ujung yang mengandung gugus amino terjadi dengan bantuan

23
enzim aminopeptidase. Sementara, pemutusan ikatan peptida di dekat ujung yang
mengandung gugus karboksil terjadi dengan bantuan enzim karboksipeptidase.

Gambar 14. Rumus bangun umum oligopeptida, memperlihatkan ikatan-ikatan peptida


(Sumber: Isnaeni, 2006).

Tampaknya, semua jenis hewan paling tidak memiliki tiga jenis enzim
proteolitik, yaitu tripsin (golongan endopeptidase) dan aminopeptidase serta
karboksipeptidase (dari golongan eksopeptidase). Ketiga jenis enzim ini sudah
dapat memenuhi semua kebutuhan hewan untuk menyelenggarakan pencernaan
protein.

c. Pencernaan lipid
Pencernaan lipid baru dimulai pada saat bahan makanan sampai di usus.
Pencernaan ini terjadi dengan bantuan enzim lipase usus, lipase lambung dan
lipase pankreas. Lipase akan menghidrolisis lipid dan trigliserida, monogliserida,
gliserol dan asam lemak bebas. Lipase pankreas lebih mudah bereaksi dengan
trigliserida berantai panjang, yang biasanya berlangsung pada pH 7-9. Lipase
dalam bentuk zimogen (prolipase) akan diaktifkan oleh protein khusus dari sel
epitel usus (disebut kolipase) sehingga dapat memecah lipid menjadi asam lemak
(lihat Gambar 15).

Gambar 15. Garis besar pencernaan lipid oleh enzim lipase (Sumber: Isnaeni, 2006).

24
Pencernaan lemak dipermudah oleh adanya garam empedu, yang mampu
menurunkan tegangan permukaan dan mengemulsikan tetes lemak berukuran
besar menjadi butiran yang lebih kecil.

C. PENYERAPAN SARI MAKANAN


Agar dapat digunakan oleh sel, hasil pencernaan seperti asam amino,
monosakarida, asam lemak bebas, dan gliserol harus diserap. Pada vertebrata,
penyerapan sari makanan terutama berlangsung dalam usus halus, kemudian
menembus vili usus dan masuk ke pembuluh darah atau ke pembuluh limfe.
Susunan usus beserta pembuluh darah dan pembuluh limfe digambarkan pada
Gambar 16. berikut ini. Gambar menujukkan susunan jaringan pada usus,
termasuk susunan sirkulasi darah dan sistem pembuluh limfe pada dindingnya.

Gambar 16. Irisan Melintang Dinding Usus Halus Mamalia

Sari makanan yang masuk ke pembuluh darah akan beredar melalui vena
mesenterika dan vena porta, kemudian ke hati. Apabila zat yang diserap masuk ke
pembuluh limfe, zat tersebut akan masuk ke duktus torasikus, dan kemudian ke
sistem venosus di dekat jantung, yaitu pada pembuluh vena subklavia kiri.
Penyerapan sari makanan dari saluran gastrointestinal terjadi dengan cara
transpor pasif (difusi dan osmosis) atau dengan difusi dipermudah. Transpor pasif
berlangsung menurut gradien konsentras, agar dapat terjadi transpor pasif,
konsentrasi zat di lumen usus harus lebih tinggi daripada di dalam sel penyerap
(sel epitel usus). Difusi dipermudah pada dasarnya sama seperti difusi biasa, yaitu

25
transpor zat dari daerah berkonsentrasi lebih tinggi ke daerah yang berkonsentrasi
lebih rendah. Bedanya, difusi dipermudah memerlukan molekul karier pada
membran sel penyerap, sedangkan difusi biasa tidak demikian.

1. Penyerapan Karbohidrat/ Gula


Penyerapan gula (glukosa dan galaktosa) dari lumen usus terjadi melalui
difusi dipermudah atau transpor aktif dengan bantuan ion natrium. Dalam hal ini,
glukosa sebenarnya diserap dengan difusi dipermudah sedangkan transpor aktif
diperlukan untuk memompakan natrium dari dalam ke luar sel epitel usus agar
kondisi homeostasis tetap terjaga. Fruktosa juga diserap dengan cara difusi
dipermudah. Proses penyerapan gula dari lumen usus ke sel epitel usus kemudian
ke pembuluh darah disajikan pada Gambar 17. berikut (Isnaeni, 2006).

Gambar 17. Proses Penyerapan Glukosa Melintasi Sel Epitel Mukosa Usus, melibatkan
Molekul Pengemban Khusus dan Natrium

2. Penyerapan Lipid
Lipid dicernakan akan membentuk monogliserida dan asam lemak bebas,
kedua zat hasil akhir pencernaan ini terutama larut dalam bagian lipid misel asam
empedu (Adrianto, 1996). Ukuran molekul misel ini dan muatannya sangat besar
di bagian luar, mereka larut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida dan
asam lemak ditranspor ke permukaan sel epitel. Waktu mengadakan kontak

26
dengan permukaan ini, monogliserida dan asam lemak dengan cepat berdifusi
melalui membran epitel, meninggalkan misel asam empedu tetap dalam kimus.
Misel ini kemudian berdifusi kembali ke dalam kimus dan terus mengabsorpsi
monogliserida dan asam lemak, dan hal yang sama juga mentranspor zat-zat ini ke
sel epitel. Jadi asam empedu melakukan fungsi sebagai “pengangkut), yang sangat
penting untuk absorpsi lipid. Dengan adanya banyak asam empedu, kira-kira 97
persen lemak diabsorpsi, tanpa adanya asam empedu, hanya 50 sampai 60 persen
yang diabsorpsi dalam keadaan normal.
Mekanisme absorpsi monogliserida dan asam lemak sangat larut dalam
lemak sehingga larut dalam membran dan berdifusi ke bagian dalam sel. setelah
masu ke dalam sel epitel, banyak monogliserida dicernakan lebih lanjut menjadi
gliserol dan asam lemak oleh lipase sel epitel. Kemudian asam lemak bebas
dibentuk kembali oleh retikulum endoplasma menjadi trigliserida. Hampir semua
gliserol yang digunakan untuk tujuan ini disintesis de-novo dari alfa-gliserofosfat.
Akan tetapi sejumlah kecil gliserol asli dari monogliserida terdapat dalam
trigliserida yang baru disintesis (Isnaeni, 2006).
Setelah terbentuk, trigliserida terkumpul dalam butiran bersama dngan
kolesterol yang diabsorpsi, fosfolipid yang diabsorpsi, dan fosfolipid yang baru
disintesis. Masing-masing zat tersebut diliputi oleh selubung protein, β lipoprotein
yang digunakan juga disintesis oleh retikulum endoplasma. Massa berbutir ini
bersama dengan selubung protein, dikeluarkan dari sisi sel epitel masuk ruang
intersel dan dari sini berjalan masuk lakteal sentral vili. Butiran seperti ini
dinamakan kilomikron. Selubung protein kilomikron membuat mereka hidrofilik,
memungkinkan stabilitas suspensi yang layak dalam cairan ekstrasel.
Dari bawah sel epitel, kilomikron masuk ke dalam lakteal sentralis vili dan
didorong bersama limfe oleh pompa pembuluh limfe ke atas melalui duktus
torasikus untuk dimasukkan ke vena-vena.
Proses penyerapan lipid dapat terjadi melalui pembentukan misel atau
tidak. A. lipase menempel pada misel; B: hasil pencernaan lipid berdifusi ke
dalam sel mukosa. C, D: lipid yang diserap dimetabolisasi dan dikemas menjadi
kilomikron. E: kilomikron masuk ke pembuluh lakteal di duodenum dan jejenum.
F: asam lemak rantai pendek dan rantai sedang serta monogliserida langsung

27
masuk ke dalam darah. G: di ileum, garam empedu masuk ke sel mukosa, lalu ke
pembuluh darah.

Gambar 18. Mekanisme Penyerapan Lipid

3. Penyerapan Protein
Pencernaan protein dimulai di lambung yaitu oleh bantuan enzim pepsin
dan disekresi dalam bentuk tidak aktif yaitu pepsinogen. Kondisi lambung yang
asam akan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin memecah protein
menjadi polipeptida. Pencernaan protein berlanjut di usus halus atau duodenum.
Enzim-enzim pankreas yaitu tripsin, kimotripsin, dan karbosipeptidase disekresi
dalam bentuk tidak aktif. Enzim enterokinase akan mengubah tripsinogen menjadi
tripsin. Selanjutnya, tripsin akan mengubah enzim-enzim lain ke bentuk aktif.
Enzim-enzim tersebut akan mencerna polipeptida menjadi peptide. Enzim brush
border seperti karbosipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase memecah
peptide dan dipeptida menjadi asam amino.

28
Penyerapan asam amino berlangsung di usus halus yang dapat dibagi
menjadi 2 fase, fase dari lumen ke sel epitel dinding usus dan asam amino keluar
dari sel epitel ke cairan intersisial. Pada fase yang pertama, transport dapat
digolongkan menjadi transpor aktif sekunder yang dependen Na+, transpor pasif
melalui difusi dengan fasilitasi, dan melalui transpor yang melibatkan siklus γ
glutamat untuk asam amino tertentu.
Fase kedua, asam amino keluar dari sel epitel ke cairan intersisial
memasuki pembuluh darah kapiler dengan transport terfasilitasi untuk kemudian
mencapai vena porta. Pada fase pertama, asam amino terutama melalui transpor
semispesifik yang dependen Na+ dan asam amino dari bagian luar membran apikal
ke bagian dalam sel didorong oleh konsentrasi Na+ intrasel yang rendah. Na+
intrasel yang rendah akibat pemompaan Na+ keluar sel oleh pompa Na-K di
membran serosa. Proses ini memungkinkan sel mengkonsentrasikan asam amino
dari lumen usus
Paling sedikit terdapat 6 macam jenis transporter dependen Na+ yang
terdapat di membran brush border apikal sel epitel. Pembawa ini memiliki
spesifisitas yang tumpang tindih untuk berbagai jenis asam amino. Transporter
yang satu cenderung mengangkut asam amino netral, yang lain mengangkut prolin
dan hidroksiprolin, yang ketiga cenderung mengangkut asam amino asam, yang
keempat membawa asam amino basa (lisin, arginin, zat siklus aurea ornitin) dan
sistin. Transpor yang lain adalah transpor terfasilitasi, namun kebanyakan asam
amino ditranspor oleh lebih dari satu sistem transpor.
Bagian khusus pada penyerapan protein adalah penyerapan melalui siklus
γglutamil. Asam amino bereaksi dengan glutation (γglutamil-sisteinil-glisin)
dalam reaksi yang dikatalis transpeptidase yang terdapat di membran sel.
Terbentuk sebuah γglutamil, yang melintasi membran sel dan melepaskan asam
aminonya dalam sel. Proses penyerapan protein di dalam usus digambarkan pada
Gambar 19 di bawah ini.

29
Gambar19. Peptide Absorption

Setelah sampai di dalam sel, sari makanan akan dimetabolisasi lebih lanjut
dan digunakan untuk menghasilkan ATP, terutama melalui siklus Krebs.
Metabolisme bahan makanan menjadi ATP dilukiskan pada Gambar 20. Gambar
menunjukkan bahwa makanan yang masuk ke tubuh hewan akan mengalami
berbagai proses, yang secara ingkas dapat diuraikan sebagai berikut. Pada
mulanya, bahan makanan yang terdiri atas karbohidrat, lipid, dan protein dicerna
menjadi gula, asam amino, asam lemak, dan gliserol. Hasil-hasil pencernaan
tersebut selanjutnya diserap oleh sel epitel mukosa usus, dan diteruskan ke darah
(langsung ke pembuluh darah atau melalui pembuluh lakteal terlebih dahulu)
hingga akhirnya sampai ke sel tubuh (Isnaeni, 2006).

30
Gambar 20. Metabolisme Bahan Makanan setelah Sampai di dalam Sel

Dalam sel, asam amino mengalami deaminasi, glukosa/ gula dan gliserol
mengalami glikolisis, dan asam lemak mengalami oksidasi beta. Deaminasi,
glikolisis, dan oksidasi beta tersebut menghasilkan berbagai bahan yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan siklus asam sitrat (siklus Krens) dan zat lain.
Deaminasi asam amino menghasilkan zat lain berupa NH3, yang dapat diubah
lebih lanjut menjadi urea. Glikolisis menghasilkan zat lain berupa lemak, yang
kemudian disimpan sebagai cadangan makanan. Sementara, oksidasi beta
menghasilkan zat lain berupa badan-badan keton.
Siklus asam sitrat berlangsung dalam matriks mitokondria. Proses ini
berlagsung secara aerob dan menggunakan bahan pokok berupa asetil Ko-A untuk
menghasilkan NADH dan FADH2, NADH dan FADH2 merupakan senyawa
tereduksi yang dibutuhkan dalam proses fosforilasi oksidatif (sistem transpor
elektron), yaitu proses yang dapat menghasilkan sejumlah besar ATP dan panas
(sebagai hasil utama) serta CO2 dan air (sebagai zat sisa).

31
4. Penyerapan Ion dan Air
Sekitar 9 liter air masuk ke dalam saluran pencernaan setiap hari, sekitar
92% diabsorbsi oleh usus halus, dan lainnya 6-7% diserap di usus besar. Air dapat
bergerak secara langsung menembus dinding dari usus halus. Gradien osmotik
secara langsung berkaitan terhadap difusi ini. Ketika kim mencair, air diserap
dengan osmosis melewati dinding usus menuju darah. Ketika kim sangat padat
dan sedikit mengandung air, air dipindahkan dengan osmosis menuju lumen dari
usus halus. Nutrisi diserap oleh usus halus, tekanan osmotik diturunkan sebagai
akibatnya air bergerak dari usus menuju sekitar cairan ekstraseluler. Air dalam
cairan ekstraseluler kemudian dapat masuk peredaran darah. Karena gradien
osmotik dihasilkan sebagaimana nutrisis diserap di usus halus, 92% dari air yang
masuk usus halus dengan jalan rongga mulut, perut atau secresi usus akan diserap.
Mekanisme trasnpor aktif untuk ion sodium dilakukan dalam sel epitel dari
usus halus. Potasium, kalsium, magnesium dan phospat juga menggunakan
trasnpor aktif. Ion Klorida bergerak pasif disepanjang dinding usus dari
deudonum dan jejenum melanjutkan tugas ion sodium. Tetapi klorida ditranspor
secara aktif di ileum. Meskipun kalsium ditranspor secara aktif pada sepanjang
permukaan usus halus. Vitamin D dibutuhkan dalam transpor tersebut.
Penyerapan kalsium dibawah kendali hormonal, jumlah yang disekresikan dan
disimpan. Hormon paratiroid, kalsitonin dan vitamin D semua berperan dalam
mengatur konsentrasi kalsium dalam darah pada sistem peredaran darah

5. Sekresi dan Penyerapan Cairan dan Elektrolit


Silverthorn (2001) menjelaskan bahwa usus besarbertanggung jawab
untukmenyerapsebagian besarair yangmasuk dalam bentukkim yang
menghancurkan makanan. Rata-rata1,5L/ harimemasukiusus besar, tetapi hanya
sekitar0,1litersetiap harihilangdalam tinjadalam kondisi normal.
PermukaanmukosamenyerapNaClmenggunakan berbagaitransportermembran.
+
Padasaat yang sama, beberapaK disekresidimembranapikal. Proses inidipengaruhi
olehaldosteron, yang mempromosikanNa+reabsorpsidansekresiK+, seperti
halnyadi ginjal. Sel-sel diusus besar(dan juga usus kecil) mensekresikanClke
lumen. Kloridamemasukisel dengantranspor aktifsekunder, kemudian
keluarmelalui saluranCFTRapikal. Natriumdan airdiikutiolehjalurparacellular.

32
Cairandisekresikanbercampur denganlendirdisekresikan olehsel gobletuntuk
membantumelumasiisiusus.
SekresidanpenyerapandigambarkanpadaGambar21berikut.

Gambar 21. Sekresi NaCl oleh CFTR

D. GANGGUAN PADA SISTEM PENCERNAAN


1. Radang lambung atau gastritis pada anjing
Radang lambung atau biasa disebut gastritis pada anjing adalah suatu
kondisi yang terjadi bila lapisan lambung menjadi meradang. Ini adalah kondisi
yang relatif umum dan dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis. Gastritis
anjingakutdapatdisebabkanolehberbagai hal, tapi biasanya berkembang karena
keracunan makanan, makan sesuatu yang mengganggu sistem pencernaan, atau
makan terlalu banyak pada satu waktu. Infeksi virus atau bakteri dan lapisan juga
dapat menyebabkankondisi tersebut. Anjing memakan makarian kotor yang
bersumber dan sampah atau bangkai hewan yang mati dan membusuk dapat
dengan mudah menyebabkan radang lambung. Pengunaan Obat-obat tertentu
untuk pengobatan penyakit tertentu juga dapat menyebabkan gastritis. Anjing
yang menderita penyakit hati, pankreatitis, atau hiperkalsemia juga akan memiliki
peningkatan nisiko. Akhirnya, menyebabkan masalah di usus dan dapat berakibat
timbulnya gastritis tersebut (Burhan, 2012).
a. Gejala Klinis Gastritis
Burhan (2012) Gejala Gastritis pada anjing menyebabkan anjing tersebut
mengalami sakit perut yang parah. Anjing akan sering mengalarni muntah yang
mungkin mengandung cairan empedu atau darah. Tanda-tanda umum lainnya dan

33
kondisi ini termasuk hilangnya nafsu makan, kehilangan berat badan, diare,
lemah, lesu, dan kusam pada bulu anjing tersebut. Diagnosis penyakit gastritis
pada anjing memang agak sedikit sulit. Hal yang akan dilakukan Dokter hewan
pertama kali adalah menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dan gejala ini.
Untukmelakukan ini, kami membutuhkan niwayat kesehatan anjing Anda serta
akan memeniksanya secara menyeluruh. Pengujian sampel darah dan kotoran
akan membantu menyingkirkan penyebab lain.
b. Pengobatan Gastritis
Hal pertama yang dokter hewan akan lakukan untuk mengobati gastritis
pada anjing adalah untukmenahan semua makanan selama paling sedikit 24 jam.
Hal ¡ni akan memberikan saluranpencernaan waktu yang cukup untuk
beristirahat.Jika obstruksi yang disebabkan oleh benda asing yang masuk kedalam
lambung atau perut anjing,maka perlu dilakukan operasi.Jika gastritis disebabkan
obat yang digunakan untuk penyakit tertentu yang dapat menyebabkangastritis
anjing, maka obat tersebut penlu dihentikan.Anjing yang mendenita maag
biasanya minum dalam jumlah yang berlebihan dan hal tersebutharus dicegah.
Untuk menghindani asupan air yang berlebihon, pengunaan infus intravena
atausubkutan dapat diberikan.

2. Apendisitis Akut
Apendisitis (radang usus buntu) adalah peradangan pada apendiks
vermiformis (umbai cacing/ usus buntu).Umumnya apendisitis disebabkan oleh
infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang
sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor
penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh timbunan
tinja/feces yang keras (fekalit), hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid,
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kanker dan pelisutan (Ferri,
2009).
Faktor kebiasaan makan makanan rendah serat dan konstipasi /susah buang
air besar (BAB) menunjukkan peran terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi
akan meningkatkan tekanan lumen usus yang berakibat sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal usus.
Tipe apendisitis:

34
1. Apendisitis akut (mendadak).
Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu
makan, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah,
nyeri bertambah untuk berjalan, namun tidak semua orang akan menunjukkan
gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.
2. Apendisitis kronik.
Gejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana
terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang
hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah,
kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda
yang khas pada apendisitis akut.

Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak apendiks itu
sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung apendiks menyentuh saluran kemih,
nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada
gangguan berkemih. Bila posisi apendiks ke belakang, rasa nyeri muncul pada
pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa
nyeri mungkin tidak spesifik.
Perjalanan penyakit apendisitis:
Apendisitis akut fokal (peradangan lokal)

Apendisitis supuratif (pembentukan nanah)

Apendisitis Gangrenosa (kematian jaringan apendiks)

Perforasi (bocornya dinding apendiks )

Peritonitis (peradangan lapisan rongga perut); sangat berbahaya, dan mengancam
jiwa
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk
menentukan dan mendiagnosis adanya Apendisitis, diantaranya adalah
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi :
1. Pemeriksaan fisik.

35
Pada apendisitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya
pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang
(distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila
ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri
(Blumberg sign). Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai
di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan
adanya peradangan apendiks semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau
vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu
ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah
kenaikan dari sel darah putih (leukosit) .
3. Pemeriksaan radiologi.
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan
ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi
(USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71-97 %),
terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling
tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93-98 %). Dengan CT scan dapat
terlihat jelas gambaran apendiks.
Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit
apendisitis (radang usus buntu)adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah
dapat langsung terdiagnosis kemungkinan pemberian antibiotika dapat saja
dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.
Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup
(laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama
7 -10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari
kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi.

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metode untuk memperoleh makanan yang digunakan oleh berbagai macam hewan,
dikelompokkan berdasarkan sifat makanannya yaitu partikel kecil, partikel/massa
makanan besar, cairan atau jaringan lunak, bahan organik terlarut, nutrien hasil
simbiosis.
2. Pencernaan pada hewan meliputi pencernaan intraseluler dan pencernaan
ekstraseluler. Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ,
berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus
5. Usus Besar 6. Rektum dan 7. Anus.
3. Pada vertebrata, penyerapan sari makanan terutama berlangsung dalam usus
halus, kemudian menembus vili usus dan masuk ke pembuluh darah atau ke
pembuluh limfe.Penyerapan sari makanan dari saluran gastrointestinal terjadi
dengan cara transpor pasif (difusi dan osmosis) atau dengan difusi
dipermudah.
4. Beberapa gangguan pada sistem pencernaan antara lain adalah gastritis dan
apendicitis.

37
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Petrus. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Burhan, Wulanto. 2012. Penyakit Lambung atau Gastritis Pada Anjing. Online :
http://penyakitanjing.blogspot.com/2012/04/radang-labung-atau-gastritis-
pada.html. Diakses tanggal 10 Maret 2013.

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.

Ferri, FF. 2009. Appendicitis Acute. In: Ferri FF. Ferri's Clinical Advisor 2009:
Instant Diagnosis and Treatment. Philadelphia, Pa.: Mosby
Elsevier;.http://www.mdconsult.com/das/book/body/147002427-
2/0/1701/0.html. Diakses tanggal 10 Maret 2013

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Silverthorn. 2001. Human Psysiology an Integrated Approach 2nd Edition. New


York: Prentice Hall Inc.

38

Anda mungkin juga menyukai