Makalah Gab
Makalah Gab
A. Sel Elektrokimia
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
hubungan antara perubahan zat dan arus listrik yang berlangsung dalam sel
elektrokimia. Sedangkan sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun
untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya. Sel
elektrokimia terbagi menjadi dua:
1. Sel elektrolisis, yaitu sel yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Arus listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak
spontan.
2. Sel Volta/Galvani, yaitu sel yang mengubah energi kimia menjadi
energi listrik. Reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan listrik.
Sel elektrokimia merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua elektroda, dan
larutan/leburan elektrolit sebagai penghantar elektron. Pada sel volta
maupun sel elektrolisis, reaksi redoks berlangsung dalam suatu elektroda.
B. Sel Galvani
2. Deret Volta
Bisa dilihat gambar di atas terlihat sebuah rangkaian sel volta dengan dua
kompartemen. Masing-masing kompartemen merupakan setengah sel.
Pada kompartemen kiri, disebuah larutan ZnSO4 terjadi setengah reaksi
oksidasi Zn menjadi ion Zn2+, sedangkan dalam kompartemen kanan,
pada larutan CuSO4 terjadi setengah reaksi reduksi ion Cu2+ menjadi
Cu.
4. Potensial Elektroda
Besarnya energi listrik yang dihasilkan pada sel volta, dapat kita
lihat pada angka yang ditunjukkan oleh jarum voltmeter. Timbulnya energi
listrik disebabkan karena kedua elektrolit mempunyai harga “Potensial
Elektroda” yang berbeda. Pada sel volta dengan elektroda Zn dan elektrod
a Cu, ion Cu2+ menangkap elektron sehingga berubah menjadi logamnya.
Cu2+ + 2e → Cu
Potensial sel standar (Eo sel) adalah beda potensial listrik yang dihasilkan
dari dua buah elektroda (anoda dan katoda) pada sel Volta, diukur dalam
keadaan standar. Potensial sel standar dapat dihitung:
Eo = Eo reduksi - Eo oksidasi
3) Jika nilai Eosel ≤ 0, maka reaksi sel tidak spontan (tidak berlangsung).
6. Aplikasi Praktis Sel Volta (Sel Galvani)
Sel Galvani diaplikasikan untuk membuat sumber arus listrik, antara lain
sel kering (baterai), sel nikad (nikel-kadmium), baterai merkurium, baterai
perak oksida, sel bahan bakar, dan sel aki (baterai penyimpan timbale).
c. Baterai Merkurium
Baterai merkurium
merupakan baterai kecil pertama yang
dikembangkan secara komersial pada
awal tahun 1940-an. Anoda berupa
logam seng dan katoda berupa merkurium (II) oksida (HgO). Elektrolit
yang digunakan larutan potassium hidroksida (KOH) pekat. Potensial
yang dihasilkan ±1,35 volt. Keuntungan baterai ini adalah potensial yang
dihasilkan mendekati konstan.
e. Baterai Litium
Baterai litium adalah baterai yang dapat
diisi ulang, ringan dan menghasilkan
potensial yang tinggi (sekitar 3,0 V). Baterai
ini sering digunakan sebagai baterai dalam
telepon selular (HP), laptop dan kamera
digital. Litium memiliki potensial oksidasi
(E0 = -3,04V) yang lebih besar dibading
logam lainnya dan hanya 6,94 g litium yang
diperlukan untuk menghasilkan 1 mol electron. Baterai litium terdiri atas
anoda litium (terbuat dari logam litium murni), katoda oksida logam atau
sulfide logam yang dapat bergabung dengan ion Li+, dan elektrolit yang
mengandung garam litium (misalnya LiClO4) dalam pelarut organic. Jika
katodanya MnO2, sebagai contoh reaksi pada electrode :
Anoda : Li(s) Li+ + e-
Katoda : MnO2(s) + Li+ + e- LiMnO2(s)
C. Sel Elektrolisis
Contoh :
1) elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt
Katoda : Ag+ + e- → Ag x4
Katoda : Na+ + e- → Na x2
a) Produksi zat
Pada proses elektrolisis keadaan harus dijaga agar Cl2yang terbebtuk tidak
bereaksi dengan NaOH. Oleh karena itu ruang anoda dan katoda
dipisahkan dengan berbagai cara, yaitu dengan sel diafragma atau sel
merkuri.
b) Pemurnian Logam
Salah satu contoh pemurnian logam yang akan dibahas kali ini
adalah pemurnian logam tembaga. Tembaga di murnikan secara
elektrolisis. Tembaga kotor dijadikan anoda, sedangkan pada katoda
digunakan tembaga murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah
larutan CuSO4. Selama elektrolisis, tembaga dari anoda terus menerus
dilarutkan kemudian diendapkan pada katode. Reaksinya:
CuSO4 → Cu2+ + SO42-
Cu → Cu
c) Penyepuhan
Contoh soal :
Jawab :
Teori Kinetik Gas merupakan cabang ilmu fisika yang menjelaskan tentang
sifat-sifat gas dengan menggunakan hukum-hukum Newton tentang gerak
berdasarkan gerak acak partikel/molekul penyusun gas yang berlangsung terus
menerus
Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun atas atomatom,
molekul-molekul, atau partikel-partikel. Oksigen, nitrogen, hidrogen, uap air,
bahkan udara di sekitar kita merupakan contoh gas. Sifat-sifat gas dapat
dibedakan menjadi sifat makroskopis dan sifat mikroskopis.
Teori Kinetik (atau teori kinetik pada gas) berupaya menjelaskan sifat-sifat
makroskopis gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan
komposisi molekular mereka dan gerakannya. Intinya, teori ini menyatakan
bahwa tekanan tidaklah disebabkan oleh gerakan vibrasi (getaran) di antara
molekul-molekul, seperti yang diduga Isaac Newton, melainkan disebabkan oleh
tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda.
B. Gas Ideal
Gas yang akan kita bahas di sini adalah gas ideal. Gas ideal sebenarnya tidak
ada di alam. Gas ideal merupakan penyederhanaan atau idealisasi dari gas yang
sebenarnya (gas nyata) dengan membuang sifat-sifat yang tidak terlalu signifikan
sehingga memudahkan analisis. Namun orang dapat menciptakan kondisi
sehingga gas nyata memiliki sifat-sifat yang mendekati sifat-sifat gas ideal. Sifat-
sifat gas pada tekanan rendah dan suhu kamar mendekati sifat-sifat gas ideal,
sehingga gas tersebut dapat dianggap sebagai gas ideal.
1. Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan tekanan gas
adalah Robert Boyle. Boyle telah menyelidiki hubungan tekanan dan volume gas
dalam ruang tertutup pada temperatur tetap. Boyle menemukan bahwa : “Jika
suhu yang berada dalam ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas berbanding
terbalik dengan volume gas”. Hukum ini kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle.
Secara matematis, Hukum Boyle dituliskan dalam bentuk :
P V = KONSTAN atau P1 V1 = P2 V2
Keterangan:
Salah satu penerapan prinsip hukum Boyle dapat dilihat pada semprotan
obat nyamuk. Pompa berfungsi untuk mengubah volume gas dalam tabung
semprotan. Saat pompa digerakkan ke kanan maka volume gas akan mengecil dan
tekanan gas meningkat. Tekanan gas yang besar keluar melalui ujung tabung dan
membuat cairan pada pipa tandon tersemprot keluar. Sedangkan ketika pompa
ditarik kearah kiri maka volume gas semakin besar dan tekanan gas dalam tabung
menjadi menurun.
2. Hukum Charles
Berdasarkan penyelidikannya, Jacques Charles menemukan bahwa: “Jika gas
dalam ruang tertutup tekanannya dijaga konstan maka volume gas berbanding
lurus dengan temperatur mutlaknya” Pernyataan Charles ini dikenal sebagai
Hukum Charles dan dituliskan dalam bentuk persamaan :
𝑽
= KONSTAN
𝑻
𝑽𝟏 𝑽𝟐
=
𝑻𝟏 𝑻𝟐
Keterangan:
“Jika gas dalam ruang tertutup volumenya dijaga konstan maka tekanan gas
berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya”. Pernyataan ini disebut Hukum
Gay Lussac yang dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:
𝑷
= KONSTAN
𝑻
𝑷𝟏 𝑷𝟐
=
𝑻𝟏 𝑻𝟐
Keterangan:
Contoh Penerapan
PV=NRT
Keterangan :
= 8,31 J/mol K (apabila P dalam Pa atau N/m2, V dalam m3, dan n dalam kmol
Persamaan umum gas ideal tersebut di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk :
N
PV = RT
Nₐ
R
Jika k = Nₐ maka
R
PV = N (Nₐ) T ⟹ 𝐏𝐕 = 𝐍 𝐤 𝐓
= dnx / dx = N (x)
2) PROBABILITAS
(16)
Dalam hal ini, dan semua kasus yang melibatkan campuran gas,
tekanan gas total terkait dengan tekanan parsial, yaitu tekanan masing-
masing komponen gas dalam campuran. Pada tahun 1801, Dalton
merumuskan hukum, yang sekarang dikenal sebagai hukum tekanan parsial
Dalton, yang menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah dari tekanan yang diberikan oleh masing-masing gas
yang ada dalam campuran.
Dalam campuran gas A dan B, tekanan total PT adalah hasil dari tabrakan
kedua jenis molekul, A dan B, dengan dinding wadah. Jadi, menurut
hukum Dalton,
di mana n, jumlah mol gas yang ada, diberikan oleh n = nA + nB, dan PA dan
PB adalah tekanan parsial masing-masing gas A dan B. Untuk campuran gas,
maka, PT hanya bergantung pada jumlah mol gas yang ada, bukan pada sifat
molekul gas.
Secara umum, tekanan total campuran gas diberikan oleh
PT = P₁ + P₂ + P₃ + P₄ + ...
di mana P₁, P₂, P₃, P₄, . . . adalah tekanan parsial komponen 1, 2, 3, 4,. . . . Untuk
melihat bagaimana setiap tekanan parsial terkait dengan tekanan total,
pertimbangkan lagi kasus campuran dua gas A dan B. Membagi PA dengan PT,
kita mendapatkan
di mana XA disebut fraksi mol A. Fraksi mol adalah kuantitas tak berdimensi
yang menyatakan rasio jumlah mol satu komponen dibagi dengan jumlah mol
semua komponen yang ada. Secara umum, fraksi mol komponen i dalam
campuran diberikan oleh
di mana ni dan nT masing-masing adalah jumlah mol komponen i dan jumlah
total mol komponen yang ada. Fraksi mol selalu lebih kecil dari 1.
PA = XAPT
PB = XBPT
Perhatikan bahwa jumlah fraksi mol untuk campuran gas harus sama dengan satu.
Jika hanya ada dua komponen, maka
Jika suatu sistem mengandung lebih dari dua gas, maka tekanan parsial dari
komponen ke-i terkait dengan tekanan total diberikan oleh
Pi = XiPT
Contoh Soal
1. Tekanan suatu gas dengan volume 3 m³ yang berada dalam bejana tertutup
(tidak bocor) dijaga tetap. Suhu mutlaknya mula-mula 100 K. Jika
volumenya diubah menjadi 6 m³, hitunglah besar suhu mutlaknya ?
Penyelesaian:
Diketahui : V₁ = 3 m³
T₁ = 100 K
V₂ = 6 m³
Ditanya : T₂ = … ?
Jawab :
V₁ V₂
=
T₁ T₂
V₂ T₁ 6 x 100
T₂ = = = 200 K
V₁ 3
2. Gas dalam ruang tertutup yang bervolume 20.000 liter dan suhu 27℃
memilki tekanan 10 atm. Tentukan jumlah mol gas yang berada dalam
ruang tersebut ?
Penyelesaian:
Diketahui: V = 20.000 liter
T = 27 ℃ = 27 + 273 = 300 K
P = 10 atm
Ditanya : n =…?
jawab:
PV = nRT
PV 10 x 20000 200000
n= = = = 8.130,081 mol
RT 0,082 x 300 24,6
ASAM – BASA
2. Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif. Basa adalah
lawan dari asam. Secara umum, Basa memiliki sifat sebagai berikut:
Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa
lemah)
Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan
elektrolit)
Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
Dapat mengemulsi minyak
b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan
dalam air.
Contoh asam lemah:
o Asam askorbat
o Asam karbonat
o Asam sitrat
o Asam etanoat
o Asam laktat
o Asam fosfat
E. Jenis- Jenis Basa
Seperti halnya asam, basa juga terbagi menjadi 2 jenis yaitu Basa Kuat dan
Basa Lemah
a. Basa Kuat
yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure
pembentuk basa tersebut.
Contoh basa kuat:
o Litium hidroksida (LiOH)
o Natrium hidroksida (NaOH)
o Kalium hidroksida (KOH)
o Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
o Stronsium hidroksida (Sr(OH)2)
b. Basa Lemah
o Hydroksilamine (NH2OH)
pH
Ph adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman suatu larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan
basa mempunyai pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH=
7.
Indikator
Indikator adalah zat yang mengalami perubahan warna karena keberadaan
asam atau basa. Para kimiawan memiliki banyak indikator yang akan berubah
pada perubahan kecil pH.
1. Kertas Lakmus
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
a. Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak
berubah (tetap biru).
b. Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak
berubah (tetap merah).
2. Fenolftalein
Fenolftalein merupakan indikator lain yang biasa digunakan. Hingga
beberapa tahun yang lalu, fenolftalein digunakan sebagai zat aktif pada obat
pencahar. Fenolftalein jernih dan tidak berwarna di dalam larutan asam dan akan
berwarna merah muda di dalam larutan basa. Indikator ini biasanya digunakan
dalam proses titrasi, yaitu proses penentuan konsentrasi asam atau basa yang tidak
diketahui berdasarkan reaksi dengan basa atau asam yang telah diketahui
konsentrasinya.
Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein
(asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak
berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa.
3. Metil merah
Metil Merah (Methyl Red ) adalah senyawa organik yang memiliki rumus
kimia C15H15N3O2, senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam
basa. Indikator ini berwarna merah pada pH dibawah 4.4 dan berwarna kuning
diatas 6.2. Warna transisinya menghasilkan warna orange.
4. Methyl Orange (MO).
Indikator MO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah
dalam suasana asam dan berwarna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH
3,1 – 4,4.Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah
dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral.
5. Brom Timol Blue (BTB)
Indikator BTB atau brom timol biru dalam larutan asam berwarna kuning
dan dalam larutan basa berwarna biru. Warna dalam keadaan asam disebut warna
asam dan warna dalam keadaan basa disebut warna basa. Trayek pH pada 6,0 –
7,6.
6. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator
Lakmus 5,5 - 8,0 Merah – Biru
MM 4,2 - 6,3 Merah – Kuning
MO 2,9 - 4,0 Merah – Kuning
BTB 6,0 - 7,6 Kuning – Biru
PP 8,3 - 10,0 Tak berwarana – Merah
B. Hubungan kelarutan
1. Larutan jenuh
Larutan terdiri dengan melarutkan zat terlarut dalam pelarut.
Campuran yang dihasilkan adalah apa yang kita sebut sebagai larutan.
Pada setiap suhu tertentu dan tekanan, ada batas untuk jumlah zat terlarut
yang dapat dilarutkan dalam pelarut tertentu untuk zat terlarut tetap
terlarut dalam fase larutan. Batas ini dikenal sebagai titik jenuh. Dalam
upaya untuk melarutkan lebih banyak zat terlarut melebihi titik jenuh,
kelebihan zat terlarut akan membentuk endapan di bagian bawah,
memisahkan dirinya menjadi fase padat. Hal ini terjadi untuk
mempertahankan batas zat terlarut bahwa larutan yang bisa menahan pada
suhu dan tekanan tertentu. Oleh karena itu, setiap larutan yang telah
mencapai titik jenuh dikenal sebagai ‘larutan jenuh’. Pada prinsipnya,
akan ada dua jenis larutan jenuh; sepenuhnya jenuh dan hampir jenuh.
Ketika itu sepenuhnya jenuh, biasanya kita akan menyaksikan endapan
terbentuk di bagian bawah karena ketidakmampuan melarutkan lebih
lanjut dari zat terlarut dalam pelarut. Sedangkan bila hampir jenuh, larutan
akan terus hampir persis jumlah zat terlarut yang dibutuhkan sampai
jenuh; maka sedikit ditambahkan zat terlarut dapat menjadi endapan kecil
di bagian bawah. Karena itu, ketika larutan hampir jenuh, meskipun kita
menganggap itu sebagai larutan jenuh, kita tidak akan menyaksikan
endapan di bagian bawah. Titik jenuh dari jumlah yang diberikan larutan
bervariasi tergantung pada suhu dan tekanan. Volume yang sama dari
pelarut akan mampu menahan sejumlah besar zat terlarut dalam fase
larutan ketika pada suhu yang lebih
3. Senyawa elektrolit
a. Senyawa ion
Senyawa ion terdiri dari ion-ion. Dalam padatan, ion-ion itu tidak
bergerak bebas, sehingga senyawa ion dalam bentuk padatan tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Akan tetapi jika senyawa ion dilelehkan atau
dilarutkan, maka ion-ionnya dapat bergerak bebas, sehingga lelehan dan
larutan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik. Contoh zat elektrolit :
NaCl, KCl, Na2SO4, dll
b. Senyawa Kovalen
Pada Tahun 1887, seorang ilmuwan Swedia yang bernama Svante August
Arrhenius mengemukakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Menurutnya, larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik, karena dalam larutan elektrolit tersebut terdapat ion-
ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion inilah yang dapat menghantarkan arus
listrik. Untuk lebih memahami teori Arhennius ini,
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa arus listrik mengalir melalui larutan
elektrolit (CuCl2) yang ditandai dengan bergeraknya jarum amperemeter. Hal ini
dikarenakan larutan tersebut terion menjadi ion Ca2+ yang bergerak menuju
katoda dan ion Cl- yang bergerak menuju anoda.
Berdasarkan gambar pertama terlihat bahwa larutan elektrolit kuat (NaCl) terion
sempurna menjadi ion Na+ dan Cl- sehingga dapat menghidupkan lampu dengan
terang karena jumlah ion yang banyak. Sedangkan pada gambar ke dua terlihat
larutan elektrolit lemah(CH3COOH) terion sebagian menjadi ion CH3COO- dan
ion H+ dan sebagian dalam bentuk CH3COOH Karena jumlah ion yang sedikit
maka lampu menyala dengan redup.
Daya hantar listrik pada larutan elektrolit kuat, lemah dan non elektrolit
merupakan kekuatan elektrolit yang dinyatakan dengan derajat ionisasi (α). Secara
matematis dinyatakan dengan persamaan berikut
α = mol zat yang terionisasi
mol zat mula-mula.
Jika α = 1, maka zat terionisasi sempurna dan merupakan latutan elektrolit kuat.
Jika 0< α <1, maka zat terionisasi sebagian dan merupakan larutan elektrolit
lemah.
Jika α = 0, maka zat tidak terionisasi dan merupakan larutan non elektrolit
5. Kesetimbangan ion
Garam merupakan senyawa ion, yang terdiri dari kation logam dan anion
sisa asam. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan
anionnya berasal dari suatu asam. Dari hasil suatu percobaan diketahui bahwa
sifat larutan garam begantung pada kekuatan relatif asam-basa penyusunnya.
Garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, Garam dari asam kuat dan
basa lemah bersifat asam, Garam dari asam lemah dan basa kuar bersifat basa,
Garam dari asam lemah dan basa lemah bergantung pada harga tetapan ionisasi
asam dan tetapan ionisasi basanya (Ka dan Kb)
Contoh Soal :
Pasangan antara senyawa, jenis dan sifatnya berikut yang tepat adalah....
Senyawa Jenis Senyawa Sifat senyawa
a HCl Senyawa ion Elektrolit kuat
b KBr Senyawa ion Elektrolit kuat
c H2CO3 Senyawa Elektrolit kuat
kovalen polar
d C6H12O6 Senyawa Elektrolit lemah
kovalen non
polar
e HCOOH Senyawa nonelektrolit
kovalen polar
Jawaban: B
RADIOKIMIA
Inti menempati bagian yang sangat kecil dari volume suatu atom, tetapi
mengandung sebagian besar massa dari atom karena baik proton maupun neutron
berada didalamnya. Inti stabil adalah inti yang tidak dapat secara spontan meluruh
atau berubah. Definisi kestabilan yang lebih mengkhusus adalah kemampuan
meluruh inti dengan jenis peluruhan tertentu. Dalam mengkaji stabilitas inti atom,
ada baiknya kita mengetahui tentang kerapatannya, agar kita menyadari betapa
rapatnya semua partikel itu dikemas. Sebagai contoh perhitungannya kita
asumsikan bahwa suatu inti mempunyai jari-jari 5 × 10 -3 pm pada massa 1 × 10 -
²² g. Angka-angka ini kira-kira sama dengan inti atom yang mengandung 30
proton dan 30 neutron. Kerapatan yang sangat tinggi dari inti membuat kita ingin
tahu apa yang mengikat pratikel-pratikel tersebut begitu rapat. Dari interaksi
elektrostatik diketahui bahwa muatan sejenis saling tolak dan muatan tak sejenis
saling tarik. Tentu kita akan menduga bahwa proton-proton akan saling tolak
sangat kuat (gaya Coloumb), terutama mengingat letak mereka yang begitu
berdekatan. Dan memang demikianlah adanya. Namun selain tolakan , ada juga
tarik-menarik jarak pendek antara proton dan proton, proton dengan neutron, dan
neutron dengan neutron. Stabilitas semua inti ditentukan oleh selisih antara
tolakan elektrostatik dan tarikan jarak pendek. Jika tolakan melampaui tarikan,
inti terdisintegrasi (meluruh), memancarkan partikel dan/atau radiasi. Jika tarikan
melampaui tolakan, inti menjadi stabil. Pola Peluruhan Untuk Mencapai
Kestabilan Inti
Salah satu sifat menakjubkan dari beberapa inti atom adalah kemampuan
mereka untuk bertransformasi sendiri secara spontan dari suatu inti dengan nilai Z
dan N tertentu ke inti lainnya. Beberapa inti atom lainnya stabil , dalam arti
mereka tidak meluruh ke inti atom yang berbeda . Biasanya , untuk tiap nilai A
(nomor massa) terdapat satu atau dua inti stabil lainnya , dengan nilai A itu,
tidaklah stabil sehingga akan mengalami semacam proses peluruhan , hingga
kestabilannya tercapai. (Kenneth Krane.1992 : 358)
Inti – inti tak stabil bertransformasi kedalam inti lain melalui dua proses
peluruhan berbeda yang mengubah Z dan N sebuah inti. Berbagai keadaan eksitasi
inti dapat memancarkan berbagai foton , sinar gamma, sewaktu melakukan
sejumlah transisi menuju ketingkat dasarnya, tetapi tidak mengubah Z dan N inti
tersebut, pola peruruhan ini disebut peluruhan gamma. Yang kedua yaitu pola
peluruhan yang dapat mengubah Z atau N inti tersebut, proses ini disebut
peluruhan alfa dan peluruhan beta. Ketiga proses peluruhan ini (alfa , beta , dan
gamma) adalah contoh bidang kajian peluruhan radioaktif.
adalah suatu inti stabil. Inti atom dengan nomor massa (A) = 5 , misalnya adalah
5
2He3 atau 53Li2 , akan dengan segera (dalam 10-21 s) membelah diri menjadi suatu
partikel alfa dan sebuah neutron atau proton. Sebuah inti atom dengan A = 8
seperti 84Be4 akan dengan segera membelah diri menjadi dua partikel alfa.
Faktor utama yang menentukan suatu inti satabil atau tidak ialah
perbandingan neutron-terhadap-proton (n/p). Atorm stabil dari unsur yang
mempunyai nomor atom rendah rendah, nilai n/p mendekati 1. Meningkatnya
nomor atom, perbandingan neutron terhadap proton dari inti stabil menjadi lebih
besar dari 1. Penyimpangan pada nomor-nomor atom yang lebih tinggi ini muncul
karena dibutuhkan lebih banyak neutron untuk melawan kuatnya tolak-menolak
pada proton-proton ini dan menstabilkan inti. Kestabilan inti tidak dapat di
ramalkan, namun ada beberapa aturan berikut yang berguna dalam mempredeksi
stabilitas inti adalah :
1. Inti yang mengandung 2, 8, 20, 50, 82, atau 126 proton atau neutron biasanya
lebih stabil dibandingkan inti yang jumlah proton atau neutronnya dengan
jumlah lainnya. Contohnya, ada 10 isotop stabil timah (Sn ) dengan nomor
atom 50 dan hanya 2 isotop stabil antimon (Sb) dengan nomor atom 51.
Bilangan 2, 8, 20, 50, 82, dan 126 dinamakan bilangan ajaib (magic number).
Pengaruh bilangan ini untuk stabilitas inti sama dengan banyaknya elektron
untuk gas mulia yang sangat stabil (yaitu 2, 10, 18, 36, 54, dan 86 elektron).
2. Inti dengan bilangan genap proton dan neutron biasanya lebih stabil
dibandingkan apabila keduanya memiliki bilangan yang ganjil.
Jumlah Isotop Stabil dengan Bilangan Proton dan Neutron yang Genap dan Ganjil
Proton Neutron Banyaknya Isotop Stabil
Ganjil Ganjil 4
Ganjil Genap 50
Genap Ganjil 53
Genap Genap 164
3. Semua isotop dari unsur-unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83
bersifat radioaktif. Semua isotop tiknetium (Tc, Z = 43) dan prometium (Pm,
Z=61) adalah radioaktif.
Satu ukuran kuantitatif dari stabilitas inti ialah energi ikatan inti (nuclear
bonding energy),yaitu energi yang diperlukan untuk memecah inti menjadi
komponen-komponennya,proton dan neutron. Kuantitas ini menyatakan konversi
massa menjadi energi yang terjadi selama berlangsungnya reaksi inti eksotermik
yang menghasilkan pembentukan inti.
Konsep energi ikatan inti berkembang dari kajian sifat-sifat inti yang
menunjukkan bahwa massa inti selalu lebih rendah dibandingkan jumlah massa
19
nukleon (proton dan neutron dalam inti). Misalnya, isotop 9𝐹 mempunyai massa
atom 18,9984 sma. Intinya mempunyai 9 proton dan 10 neutron dan dengan
1
demikian totalnya 19 nekleon. Dengan menggunakan massa atom 1𝐻 yang
diketahui massa proton = 1,007825 sma dan neutron = 1,008665 sma, kita dapat
melakukan analisis berikut :
= 10,08665 sma
Jadi, massa atom dari atom 199𝐹 = 9,070425 sma + 10,08665 sma = 19,15708 sma
19
Terlihat bahwa nilai tersebut lebih besar dari pada massa terukur dari 9𝐹 yaitu
18,9984 sma. Terdapat selisih sebanyak 0,1587 sma.
(Raymond Chang.2003 : 262)
∆E = (∆m)c2
= - 0,1587
19
Karena 9𝐹 mempunyai massa yang lebih kecil daripada massa yang dihitung dari
banyaknya elektron dan nukleon yang ada, ∆m menjadi bernilai negatif.
Akibatnya, ∆E juga bernilai negatif, artinya energi dilepas ke sekeliling sebagai
akibat pembentukan inti flourin-19. Dengan demikian, kita menghitung ∆E
sebagai berikut :
1 J = 1 kg m2/s2
Kita dapatkan
𝑠𝑚𝑎 𝑚2 1,00 𝑘𝑔 1𝐽
∆E = (−1,43 × 1016 )×( )×( )
𝑠2 6,022 ×1026 𝑠𝑚𝑎 1 𝐾𝑔 𝑚2 𝑚2
= -2,37 × 10-11 J
Ini merupakan banyaknya energi yang dilepas bila satu inti flourin-19 dibentuk
dari 9 proton dan 10 neutron. Energi ikatan inti dari inti ini ialah 2,37 ×10-11 J,
yaitu banyaknya energi yang diperlukan untuk menguraikan inti ini menjadi
proton dan neutron yang terpisah.
2,37 × 10−11 J
Untuk inti flourin-19 ,Energi ikatan inti per nukleon = = 1,25 × 10-12
19 𝑛𝑢𝑘𝑙𝑒𝑜𝑛
J/nukleon
Selain dalam satuan Joule, energi ikat inti juga dinyatakan dalam MeV,
yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Contohnya :
56
Hitunglah energi ikat total per nukleon bagi 26𝐹𝑒 30 jika diketahui massa proton =
1,007825 sma dan massa neutron = 1,008665 sma , serta massa inti = 55,934939
sma.
Jawab :
= 0,528461 sma
= 491,997191 MeV
∆E
∆E per nukleon = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑢𝑘𝑙𝑒𝑜𝑛
491,997191 MeV
= 56
= 8,7857 MeV/nukleon
D. Partikel Fundamental
Pada zaman dahulu, kita mengenal bahwa atom adalah partikel terkecil dari suatu
materi. Namun dalam percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan, dapat
disimpulkan bahwa ternyata atom itu sendiri disusun oleh nucleons dan electrons,
dimana nucleon terdiri atas protons dan neutrons. Kemudian diyakini bahwa
proton dan neutron disusun oleh partikel bernama quarks.
Saat ini, dalam fisika modern, partikel dasar yang membentuk alam semesta ini
dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu leptons, quarks, dan force particles.
Leptons, merupakan partikel dengan ukuran massa yang kecil dan dan berinteraksi
lemah dengan partikel lainnya. Jenis lepton dibagi dalam tiga generasi dimana tiap
generasi memiliki dua anggota. Generasi pertama yaitu electrons dan electron
neutrinos, generasi kedua muons dan muon neutrinos, serta generasi ketiga
yaitu tau particles dan tau neutrinos.
Quarks, secara relative merupakan partikel berat dan memiliki enam variasi di
alam dengan nilai spin ½. Tiga dari variasi quarks tersebut memiliki muatan listrik
+2e/3, dan tiga lainnya mempunyai muatan listrik –e/3. Quarks juga dibedakan
berdasarkan penambahan bilangan quantum, yaitu up, down, charm, strange, top,
dan bottom. Materi yang disusun oleh atom memiliki quark jenis up dan down,
yaitu quark dengan massa yang lebih kecil. Untuk jenis quarks charm dan strange
terdapat pada partikel cosmic rays. Sedangkan jenis quark top dan bottom
merupakan quark yang dihasilkan oleh ilmuwan dalam laboratorium yang
memiliki massa lebih berat, jenis ini tidak terdapat di alam.
Force particles, merupakan partikel yang menghubungkan aksi antara partikel
yang berbeda satu sama lain. Jenis force particle yang paling penting
adalah photon, yang merupakan manifestasi dari medan elektromagnetik. Cahaya
yang merupakan gelombang elektromagnetik dapat dipandang sebagai aliran
photon. Photon tidak memiliki massa dan muatan, dan memiliki spin = 1. Selain
itu juga terdapat force particle yang lain yaitu gluons dan vector bosons. Gluons
merupakan manifestasi dari strong nuclear force, yang mengikat inti atom dan
partikel penyusunnya. Vector bosons merupakan manifestasi dari weak nuclear
force, yang berhubungan dengan peluruhan pada unsur radioaktif.
E. Persamaan nuklir
Q={(mA+ma)−(mB+mb)}×931MeV
Keterangan:
Reaksi inti dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu reaksi fisi dan reaksi fusi.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Pertemuan 10 - 15
DISUSUN OLEH :
KELAS : A INDRALAYA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA 2019