Anda di halaman 1dari 55

SEL ELEKTROKIMIA

A. Sel Elektrokimia
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
hubungan antara perubahan zat dan arus listrik yang berlangsung dalam sel
elektrokimia. Sedangkan sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun
untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya. Sel
elektrokimia terbagi menjadi dua:
1. Sel elektrolisis, yaitu sel yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Arus listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak
spontan.
2. Sel Volta/Galvani, yaitu sel yang mengubah energi kimia menjadi
energi listrik. Reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan listrik.
Sel elektrokimia merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua elektroda, dan
larutan/leburan elektrolit sebagai penghantar elektron. Pada sel volta
maupun sel elektrolisis, reaksi redoks berlangsung dalam suatu elektroda.

Elektroda dibedakan menjadi 2, yaitu anoda dan katoda


•) Katoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi (Ka-
red)
•) Anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi
(Anoks)

B. Sel Galvani

Energi yang dibebaskan dalam reaksi redoks spontan dapat digunakan


untuk melakukan kerja listrik. Tugas ini dicapai dengan sell volta atau
galvani, suatu alat dimana perpindahan elektron terjadi melalui lintasan
luar. Misalnya
bila dua buah elektroda yang berbeda jenisnya (misal elektroda Zn dan
elektroda Cu) dihubungkan dengan kawat yang dilengkapi voltmeter, ju
ga dihubung
kan dengan jembatan garam, maka logam Zn akan teroksidasi menjadi Zn2+

Elektron yang dihasilkan oleh Zn mengalir melalui voltmeter menuju ke


arah elektroda Cu. Selanjutnya elektron tersebut ditangkap oleh ion
Cu2+ dalam larutan Cu(NO3)2.

Cu yang dihasilkan mengendap pada batang logam Cu, sehingga batang


logam Cu makin tebal (massanya bertambah).

Gambar Sel volta yang menggunakan jembatan garam

Logam Zn megalami oksdasi, maka elektroda ini disebut anoda, dan


menjadi kutub negatif (karena menghasilan elektron). Ion
Cu2+ mengalami reduksi menjadi Cu dan menempel pada katoda sebagai
kutub positif

Perpindahan elektron dari anoda ke katoda menyebabkan larutan di anoda


kelebihan muatan positif karena bertambahnya ion Zn2+. Larutan di
katoda kelebihan muatan negatif karena berkurangnya ion Cu2+. Untuk
menetralisis muatan listrik, dipasang jembatan garam. Jembatan garam:
terdiri dari tabung bentuk U yang mengandung larutan elektrolit seperti
NaNO3 (aq), biasanya dicampurkan dalam gel agar-agar, fungsinya tempat
migrasi ion-ion untuk mempertahan kenetralan listrik. Adanya jembatan
garam menyebabkan terjadinya aliran elektron.

1. Diagram Sel Galvani / volta

Diagram sel volta adalah notasi singkat yang menggambarkan


terjadinya reaksi pada sel Volta. Pada notasi sel, bagian kanan menyatakan
katoda, dan bagian kiri menyatakan anoda. Pemisahan oleh jembatan
garam dinyatakan dengan || sedangkan reaksi yang terjadi pada elektroda
dinyatakan dengan |. Pada diagram sel volta, koefisien reaksi sel tidak
berpengaruh.

Contoh : untuk reaksi sel Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+

notasi selnya: Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu

2. Deret Volta

Deret Volta adalah deret elektrokimia/ kereaktifan logam yang


menunjukkan nilai potensial elektroda standar logam (Eo).

Sifat deret Volta :

a) Makin ke kiri, logam makin mudah teroksidasi (nilai Eo lebih negatif).


Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka
logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron).
b) Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret
tersebut, maka logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas
elektron). Makin ke kanan, logam makin mudah tereduksi (nilai Eo lebih
positif.
c) Pada deret volta tsb ada lima buah unsur logam yang dikatakan sebagai
unsur logam mulia (Inert metal), yaitu Cu, Hg, Ag, Pt dan Au. Logam
seperti ini sulit sekali mengalami perkaratan sehingga dimanfaatkan
sebagai perhiasan yang harganya mahal.
d) logam-logam yang terletak di sebelah kiri H memiliki potensial elektroda
standar negatif. Sedangkan yang terletak di sebelah kana H memiliki
potensial elektroda standar positif.
e) Jika Deret Volta kita anggap sebagai deretan orang yang sedang antri
sesuatu, maka ternyata unsur-unsur yang ada di belakang dapat “meng-
usili” unsur di depannya. Selanjutnya menggantikan posisi unsur di
depannya (merebut pasangan ion dari unsur di depannya). Sementara
unsur yang ada di depan tidak bisa mengganggu unsur di belakangnya
atau dengan kata lain tidak mampu merebut pasangan ion dari unsur di
belakangnya (tidak bereaksi).

3. Susunan sel volta

Secara umum, tersusun dari beberapa bagian sebagai berikut:

 Anode adalah elektrode sebuah tempat terjadinya suatu reaksi


oksidasi.
 Katode adalah elektrode sebuah tempat terjadinya proses reaksi
reduksi.
 Elektrolit adalah zat yang bisa menghantarkan listrik.
 Rangkaian luar adalah sebuah kawat konduktor yang
menghubungkan anode pada katode.
 Jembatan garam adalah suatu rangkaian dalam yang terdiri dari
sebuah larutan garam. Jembatan garam ini lah yang membuat adanya
aliran ion-ion dari setengah sel anode ke setengah sel katode, begitu pun
sebaliknya sehingga terbentuk kedalam rangkaian listrik tertutup.
rangkaian sel volta dengan jembatan garam

Bisa dilihat gambar di atas terlihat sebuah rangkaian sel volta dengan dua
kompartemen. Masing-masing kompartemen merupakan setengah sel.
Pada kompartemen kiri, disebuah larutan ZnSO4 terjadi setengah reaksi
oksidasi Zn menjadi ion Zn2+, sedangkan dalam kompartemen kanan,
pada larutan CuSO4 terjadi setengah reaksi reduksi ion Cu2+ menjadi
Cu.

Logam Zn dan Cu menjadi sebuah kutub-kutub listrik pada sel


volta di atas adalah sebagai elektrode. Logam Zn tempat terjadinya oksidasi
Zn disebut sebagai anoda. Logam Cu tempat terjadinya reduksi ion Cu2+
disebut juga sebagai katoda. Oleh sebab itu, elektron dilepas dari reaksi
oksidasi di anoda ke reaksi reduksi di katoda, jadi anoda ialah kutub negatif
dan katoda yaitu kutub positif.

Kedua kompartemen tersebut dihubungkan dengan pipa kaca


berbentuk U yang berisikan larutan garam seperti NaNO3 atau KCl pada
medium agar-agar yang disebut sebagai jembatan garam. Fungsi jembatan
garam ialah untuk menetralkan suatu muatan listrik dari kedua
kompartemen setelah reaksi redoks dengan menyuplai anion melalui
kompartemen anoda dan kation ke kompartemen katoda; juga
memungkinkan terjadinya migrasi ion-ion dalam kedua kompartemen
sehingga membentuk sebuah rangkaian listrik tertutup.

Dengan jembatan garam KNO3, ion NO3− akan bergerak pada


arah anoda dalam menetralkan ion Zn2+ berlebih dari hasil oksidasi Zn; dan
ion K+ akan bergerak kedalam arah katoda untuk menetralkan ion SO42−
berlebih dari larutan CuSO4, karena itu berkurangnya ion Cu2+ setelah
tereduksi menjadi logam Cu.

4. Potensial Elektroda

Besarnya energi listrik yang dihasilkan pada sel volta, dapat kita
lihat pada angka yang ditunjukkan oleh jarum voltmeter. Timbulnya energi
listrik disebabkan karena kedua elektrolit mempunyai harga “Potensial
Elektroda” yang berbeda. Pada sel volta dengan elektroda Zn dan elektrod
a Cu, ion Cu2+ menangkap elektron sehingga berubah menjadi logamnya.

Cu2+ + 2e → Cu

Penangkapan elektron oleh ion Cu2+ ini disertai dengan timbulnya


sejumlah energi yang disebut potensial reduksi atau potensial elektroda
(diberi lambang E). Jadi potensial elektroda adalah potensial listrik yang
ditimbulkan bila suatu ion logam menangkap elektron (mengalami
reduksi). Besarnya harga E tidak dapat diukur secara terpisah
(hanya reaksi reduksi saja), melainkan harus selalu berpasangan
dengan reaksi oksidasi. Menurut perjanjian elektroda yang digunakan
sebagai standar (untuk mengukur Eo) adalah elektroda hidrogen.

5. Potensial Sel Standar (Eo sel)

Potensial sel standar (Eo sel) adalah beda potensial listrik yang dihasilkan
dari dua buah elektroda (anoda dan katoda) pada sel Volta, diukur dalam
keadaan standar. Potensial sel standar dapat dihitung:

Eo = Eo reduksi - Eo oksidasi

Nilai potensial sel menunjukkan :

1) Tegangan yang dihasilkan sel.

2) Jika nilai Eosel > 0, maka reaksi sel spontan (berlangsung).

3) Jika nilai Eosel ≤ 0, maka reaksi sel tidak spontan (tidak berlangsung).
6. Aplikasi Praktis Sel Volta (Sel Galvani)

Sel Galvani diaplikasikan untuk membuat sumber arus listrik, antara lain
sel kering (baterai), sel nikad (nikel-kadmium), baterai merkurium, baterai
perak oksida, sel bahan bakar, dan sel aki (baterai penyimpan timbale).

a. Sel Kering (Baterai)


Sel kering atau sel seng-
karbon juga dikenal sebagai sel
Leclance (baterai). Sel kering ini
sering digunakan sebagai sumber
energy untuk radio, lampu blitz, dan
senter. Bagian luar sel ini terbuat
dari seng yang berkelakuan sebagai
anoda dan tampak dipermukaan
bawah sebagai ujung negative baterai. Ujung positif baterai sebagai
katoda, tersusuan dari grafit (karbon dengan susunan tertentu) yang
dikelilingi oleh pasta campuran serbuk grafit (C), batu kawi (MnO2), dan
NH4Cl.

b. Sel Nikad (Nikel-Kadmium)


Sel nikad termasuk baterai yang dapat diisi ulang. Sel jenis ini dapat
mengahsilkan potensial ±1,4 volt dan dapat digunakan untuk baterai alat
elektronik.
Reaksi yang terjadi adalah:
Anoda : Cd(s) + 2OH-(aq)  Cd(OH)2(s) + 2e-
Katoda : NiO2(s) + 2H2O + 2e-  Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)

c. Baterai Merkurium
Baterai merkurium
merupakan baterai kecil pertama yang
dikembangkan secara komersial pada
awal tahun 1940-an. Anoda berupa
logam seng dan katoda berupa merkurium (II) oksida (HgO). Elektrolit
yang digunakan larutan potassium hidroksida (KOH) pekat. Potensial
yang dihasilkan ±1,35 volt. Keuntungan baterai ini adalah potensial yang
dihasilkan mendekati konstan.

d. Baterai Perak Oksida


Baterai perak oksida menggunakan seng sebagai anoda dan Ag2O
sebagai katoda, serta basa sebagai elektrolit. Voltase yang dihasilkan
±1,54 volt.

e. Baterai Litium
Baterai litium adalah baterai yang dapat
diisi ulang, ringan dan menghasilkan
potensial yang tinggi (sekitar 3,0 V). Baterai
ini sering digunakan sebagai baterai dalam
telepon selular (HP), laptop dan kamera
digital. Litium memiliki potensial oksidasi
(E0 = -3,04V) yang lebih besar dibading
logam lainnya dan hanya 6,94 g litium yang
diperlukan untuk menghasilkan 1 mol electron. Baterai litium terdiri atas
anoda litium (terbuat dari logam litium murni), katoda oksida logam atau
sulfide logam yang dapat bergabung dengan ion Li+, dan elektrolit yang
mengandung garam litium (misalnya LiClO4) dalam pelarut organic. Jika
katodanya MnO2, sebagai contoh reaksi pada electrode :
Anoda : Li(s)  Li+ + e-
Katoda : MnO2(s) + Li+ + e-  LiMnO2(s)

f. Sel Bahan Bakar


Sel bahan bakar menggunakan gas
hydrogen dan oksigen yang dipisahkan oleh
elektroda brpori yang terbuat dari karbon dan nikel.
Elektrolit yang digunakan adalah larutan KOH. Sel
jenis ini digunakan oleh pesawat antariksa seperti
Apollo. Dalam reaksinya juga dihasilkan air yang
dapat diminum oleh astronot. Keuntungan sel ini
antara lain tidak perlu mengganti elektroda seperti baterai yang lain dan
bahan bakar dapat dimasukkan secara kontinu untuk menghasilkan
tenaga. Kelemahannya adalah biaya tinggi dan ukurannya lebih besar.

g. Sel Aki (Baterai Penyimpan Timbal)


Pada aki, PbO2 sebagai katoda dan
H2SO4 sebagai elektrolit. Sel jenis ini
termasuk sel sekunder karena zat-zat
hasil reaksi dapat diubah menjadi zat-
zat semula. Sel aki merupakan sel
galvani yang dihubungkan seri untuk
menghasilkan suatu voltase yang lebih
besar. Suatu sel aki 6 V tersusun dari tiga sel yang dihubungkan secara
seri. Masing-masing sel menghasilkan ±2V.

C. Sel Elektrolisis

Elektrolisis merupakan elektrokimia yang menggunakan energi


listrik agar dapat terjadi reaksi kimia. Pada elektrolisis, katoda bermuatan
negatif, sedangkan anoda bermuatan positif. Elektrolisis terdiri atas zat
yang dapat mengalami ionisasi (larutan atau lelehan), elektorde, dan
sumber listrik (baterai). Mula-mula aliran listrik dialirkan dari kutub
positif baterai ke katoda yang bermuatan negatif. Larutan atau lelehan
akan terionisasi menjadi kation dan anion. Selanjutnya, kation di katoda
akan mengalami reduksi. Di anode, anion akan mengalami oksidasi.
1. Cara Menuliskan Reaksi Kimia dalam Elektrolisis

Berdasarkan jenis elektrolitnya, reaksi pada elektrolisis dapat di


kelompokan menjadi dua, yaitu elektrolisis dengan elektrolit larutan dan
elektrolisis dengan elektrolit lelehan.

a) Elektrolisis Dengan Elektrolit Larutan

Larutan elektrolit diperoleh dengan cara melarutkan padatan


elektrolit di dalam air. Zat yang dapat mengalami reaksi redoks bukan
hanya kation dan anionnya, tetapi juga pelarutnya (H2O). dengan
demikian, terjadi kompetisi antaraion-ion dan molekul H2O. Pemenang
kompetisi bergantung pada harga potensial standar sel (E°), jenis
elektrode, dan jenis anion. Semakin besar nilai E°, semakin mudah reaksi
induksi terjadi.

b) Elektrolisis Dengan Elektrolit Lelehan

Lelehan elektrolit diperoleh dengan cara memanaskan padatan


elektrolit tanpa melibatkan air. Kation di katode akan direduksi, sedangkan
anion di anode akan dioksidasi. Electrode yang digunakan merupakan
electrode inert (tidak akan bereaksi) seoerti platina atau grafit.

Contoh :
1) elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt

AgNO3 → Ag+ + NO3- x4

Katoda : Ag+ + e- → Ag x4

Anoda : 2H2O → 4H+ + O2 + 4e- x1

4AgNO3 → 4Ag+ + 4NO3-

Katoda : 4Ag+ + 4e- →


4Ag

Anoda : 2H2O → 4H+ + O2 + 4e- +


Reaksi : 4AgNO3 + 2H2O → 4Ag + 4H+ + 4NO3- + O2

4AgNO3 + 2H2O → 4Ag + 4HNO3 + O2

2) elektrolisi leburan NaCl dengan elektroda Cu ( ingat Cu tidak inert)

NaCl → Na+ + Cl- x2

Katoda : Na+ + e- → Na x2

Anoda : Cu → Cu2+ + 2e- x1

2NaCl → 2Na+ + 2Cl-

Katoda : 2Na+ + 2e- → 2Na

Anoda : Cu → Cu2+ + 2e- +

Reaksi : 2NaCl + Cu → 2Na + Cu2+ + 2Cl-

2NaCl + Cu → 2Na + CuCl2


2. Penggunaan Elektrolisis

Sangat banyak manfaat yang dapat diperoleh dari reaksi


elektrolisis, baik dalam bidang industri maupun dalam kehidupan sehari-
hari.

a) Produksi zat

Banyak zat kimia yang diproduksi melalui elektrolisis seperti


logam-logam alkali, magnesium, aluminium, fluorin, klorin, natrium, dan
lainnya. Contoh: produksi klorin dan NaOH dalam industri. Secara
industri klorin dan NaOH dapat dibuat melalui elektrolisis larutan natrium
klorida.Proses ini disebut proses klor-alkali. Elektrolisis larutan NaCl ini
dapat menghasilkan NaOH dan Cl2. Reaksinya:

NaCl → Na+ + Cl-

Katoda : 2H2O + 2e- → H2 + 2OH-

Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e-

Reaksi : 2H2O + 2Cl- → H2 + 2OH- + Cl2

2H2O + 2 NaCl → 2NaOH + H2 + Cl2

Pada proses elektrolisis keadaan harus dijaga agar Cl2yang terbebtuk tidak
bereaksi dengan NaOH. Oleh karena itu ruang anoda dan katoda
dipisahkan dengan berbagai cara, yaitu dengan sel diafragma atau sel
merkuri.

b) Pemurnian Logam

Salah satu contoh pemurnian logam yang akan dibahas kali ini
adalah pemurnian logam tembaga. Tembaga di murnikan secara
elektrolisis. Tembaga kotor dijadikan anoda, sedangkan pada katoda
digunakan tembaga murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah
larutan CuSO4. Selama elektrolisis, tembaga dari anoda terus menerus
dilarutkan kemudian diendapkan pada katode. Reaksinya:
CuSO4 → Cu2+ + SO42-

Katoda : Cu2+ + 2e- → Cu

Anoda : Cu → Cu2+ + 2e-

Cu → Cu

c) Penyepuhan

Penyepuhan digunakan untuk melindungi logam terhadap korosi,


atau untuk memperbaiki penampilan. Misalnya gelang tembaga dilapisi
dengan emas, untuk mencegah korosi, besi dilapisi dengan seng atau
timah, dan sebagainya.Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh
dijadikan katoda, sedangkan logam penyepuh sebagai katoda. Kedua
elektroda harus dicelup kedalam larutan garam dari logam penyepuh.

C. Penyetaraan reaksi redoks


Menentukan unsur yang mengalami oksidasi dan reduksi berdasarkan
perubahan bilangan oksidasi tiap unsur
Menyetarakan jumlah unsur yang mengalami redoks dengan
menambahkan koefisien yang sesuai
Menentukan besarnya kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi dari
unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
Meneyetarakan perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberikan
koefisien yang sesuai
Menyetarakan jumlah atom H dan O serta unsur-unsur yang lain
Metode setengah reaksi

Langkah-langkah penyetaraan reaksi:

Menuliskan zat-zat yang mengalami reaksi redoks saja

Memisahkan reaksi menjadi 2, setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi


oksidasi

Menyetarakan atom-atom yang mengalami redoks, kecuali atom hydrogen


(H) dan oksigen (O)
Menyetarakan atom oksigen (O) dengan menambahkan molekul H2O ke
ruas yang kekurangan oksigen
Menyetarakan atom Hidrogen (H) dengan menambahkan ion H+ ke ruas
yang kekurangan atom H
Menyetarakan muatan dengan menambahkan elektron ke ruas yang
memiliki muatan lebih positif
Menyamakan jumlah elektron pada kedua persamaan setengah reaksi
reduksi dan oksidasi Menyatukan kedua persamaan setengah reaksi
menjadi reaksi redoks yang utuh

Contoh soal :

Tentukan nilai potensial sel Zn | Zn2+ || Ag+ | Ag jika diketahui Eo Zn = -


0,76 V, dan Eo Ag = +0,80 V

Jawab :

Zn mengalami oksidasi, sehingga nilai Eo harus diubah tandanya.


TEORI KINETIK GAS

A. Teori Kinetik Gas

Teori Kinetik Gas merupakan cabang ilmu fisika yang menjelaskan tentang
sifat-sifat gas dengan menggunakan hukum-hukum Newton tentang gerak
berdasarkan gerak acak partikel/molekul penyusun gas yang berlangsung terus
menerus

Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun atas atomatom,
molekul-molekul, atau partikel-partikel. Oksigen, nitrogen, hidrogen, uap air,
bahkan udara di sekitar kita merupakan contoh gas. Sifat-sifat gas dapat
dibedakan menjadi sifat makroskopis dan sifat mikroskopis.

 Sifat makroskopis seperti temperatur, tekanan, dan volume.


 Sifat mikroskopis seperti kelajuan, massa tiap-tiap partikel penyusun inti,
momentum, serta energi yang dikaitkan dengan tingkah laku partikel gas.

Teori Kinetik (atau teori kinetik pada gas) berupaya menjelaskan sifat-sifat
makroskopis gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan memperhatikan
komposisi molekular mereka dan gerakannya. Intinya, teori ini menyatakan
bahwa tekanan tidaklah disebabkan oleh gerakan vibrasi (getaran) di antara
molekul-molekul, seperti yang diduga Isaac Newton, melainkan disebabkan oleh
tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda.

Teori Kinetik dikenal pula sebagai Teori Kinetik-Molekular atau Teori


Tumbukan. Dengan demikian, teroi kinetika gas membahas sifat-sifat gas
berdasarkan gerak acak partikelnya yang berlangsung terus menerus. Adapun gas
yang akan dibahas adalah gas ideal, yaitu gas yang secara tepat memenuhi
hukum-hukum gas

B. Gas Ideal
Gas yang akan kita bahas di sini adalah gas ideal. Gas ideal sebenarnya tidak
ada di alam. Gas ideal merupakan penyederhanaan atau idealisasi dari gas yang
sebenarnya (gas nyata) dengan membuang sifat-sifat yang tidak terlalu signifikan
sehingga memudahkan analisis. Namun orang dapat menciptakan kondisi
sehingga gas nyata memiliki sifat-sifat yang mendekati sifat-sifat gas ideal. Sifat-
sifat gas pada tekanan rendah dan suhu kamar mendekati sifat-sifat gas ideal,
sehingga gas tersebut dapat dianggap sebagai gas ideal.

Sifat-sifat gas ideal adalah sebagai berikut.

1. Terdiri atas partikel (atom atau molekul) yang jumlahnya besar


2. Partikel-partikel tersebut tersebar merata dalam seluruh ruang
3. Partikel-partikel tersebut bergerak acak ke segala arah
4. Jarak antar partikel jauh lebih besar dari ukuran partikelnya
5. Tidak ada gaya interaksi antar partikel kecuali bila bertumbukan
6. Semua tumbukan (antar partikel atau dengan dinding) bersifat lenting
sempurna dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat
7. Hukum Newton tentang gerak berlaku

C. Persamaan Umum Gas Ideal


Dalam pembahasan keadaan gas, ada tiga besaran yang saling
berhubungan. Besaran-besaran tersebut adalah tekanan (P), volume (V), dan
temperatur mutlak (T). Hubungan ketiga besaran ini telah dipelajari dan diteliti
oleh para ilmuwan. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ketiga variabel
tersebut, mari kita pelajari beberapa hukum mengenai gas ideal.

1. Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan tekanan gas
adalah Robert Boyle. Boyle telah menyelidiki hubungan tekanan dan volume gas
dalam ruang tertutup pada temperatur tetap. Boyle menemukan bahwa : “Jika
suhu yang berada dalam ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas berbanding
terbalik dengan volume gas”. Hukum ini kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle.
Secara matematis, Hukum Boyle dituliskan dalam bentuk :

P V = KONSTAN atau P1 V1 = P2 V2

Keterangan:

P1 = Tekanan awal (N/m²)


P2 = Tekanan akhir (N/m²)

V1 = Volume awal (m3)

V2 = Volume akhir (m3)

Contoh Penerapan Hukum Boyle

Salah satu penerapan prinsip hukum Boyle dapat dilihat pada semprotan
obat nyamuk. Pompa berfungsi untuk mengubah volume gas dalam tabung
semprotan. Saat pompa digerakkan ke kanan maka volume gas akan mengecil dan
tekanan gas meningkat. Tekanan gas yang besar keluar melalui ujung tabung dan
membuat cairan pada pipa tandon tersemprot keluar. Sedangkan ketika pompa
ditarik kearah kiri maka volume gas semakin besar dan tekanan gas dalam tabung
menjadi menurun.

2. Hukum Charles
Berdasarkan penyelidikannya, Jacques Charles menemukan bahwa: “Jika gas
dalam ruang tertutup tekanannya dijaga konstan maka volume gas berbanding
lurus dengan temperatur mutlaknya” Pernyataan Charles ini dikenal sebagai
Hukum Charles dan dituliskan dalam bentuk persamaan :

𝑽
= KONSTAN
𝑻

𝑽𝟏 𝑽𝟐
=
𝑻𝟏 𝑻𝟐

Keterangan:

V1 = Volume awal (m3)

V2 = Volume akhir (m3)

T1 = Suhu awal (K)

T2 = Suhu akhir (K)


Jika suhu gas biasanya dinyatakan dalam t℃, suhu mutlak T menggunakan satuan
Kelvin (K) dinyatakan dengan persamaan : T = t+ 273

3. Hukum Gay Lussac


Seorang ilmuwan bernama Joseph Gay Lussac, telah menyelidiki hubungan
tekanan dan temperatur gas pada volume tetap. Gay Lussac menyatakan:

“Jika gas dalam ruang tertutup volumenya dijaga konstan maka tekanan gas
berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya”. Pernyataan ini disebut Hukum
Gay Lussac yang dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:

𝑷
= KONSTAN
𝑻

𝑷𝟏 𝑷𝟐
=
𝑻𝟏 𝑻𝟐

Keterangan:

P1 = Tekanan awal (N/m²)

P2 = Tekanan akhir (N/m²)

T1 = Suhu awal (K)

T2 = Suhu akhir (K)

Contoh Penerapan

Peristiwa yang berkaitan dengan pernyataan tersebut adalah botol pengharum


ruangan yang dipanaskan. Semakin tinggi suhu botol saat dipanaskan maka
semakin besar pula tekanan gas dalam botol sehingga menyebabkan botol
akhirnya meledak

4. Hukum Boyle - Gay Lussac


Ketiga hukum keadaan gas yang telah kita pelajari, yaitu hukum Boyle,
hukum Charles, dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan menjadi satu
persamaan. Hasil gabungan ketiga hukum tersebut dikenal sebagai hukum Boyle -
Gay Lussac. Hukum Boyle-Gay Lussac menyatakan hubungan antara suhu,
tekanan dan volume gas. Hukum ini
dinyatakan dalam bentuk persamaan :
Keterangan:

P ₁ = Tekanan awal (N/m²)


𝑷𝑽
𝑻
= KONSTAN P ₂ = Tekanan akhir (N/m²)

V ₁ = Volume awal (m³)

V ₂ = Volume akhir (m³)


𝑷𝟏 𝑽 𝟏 𝑷𝟐 𝑽𝟐
=
𝑻𝟏 𝑻𝟐 T ₁ = Suhu awal (K)

T ₂ = Suhu akhir (K)

Persamaan Gas Ideal

PV=NRT

Keterangan :

P = tekanan gas (N/m2 = Pa)

V = volume gas (m3)

n = jumlah mol gas (mol)

T = suhu gas (K)

R = konstanta umum gas

= 8,31 J/mol K (apabila P dalam Pa atau N/m2, V dalam m3, dan n dalam kmol

= 0,082 L atm/mol K (apabila P dalam atm, V dalam liter, n dalam mol)

Persamaan umum gas ideal tersebut di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk :

N
PV = RT
Nₐ
R
Jika k = Nₐ maka

R
PV = N (Nₐ) T ⟹ 𝐏𝐕 = 𝐍 𝐤 𝐓

k = Konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K )

D. DISTRIBUSI KECEPATAN MAXWELL

Telah pernah dibicarakan, distribusi molekul akibat medan gravitasi,


yang kita kenal dengan nama distribusi barometrik atau distribusi
Boltzman. Sekarang akan kita bicarakan distribusi kecepatan molekul.

1) RAPAT MOLEKUL DAN BANYAKNYA MOLEKUL

Yyang dimaksud dengan rapat molekul adalah


banyaknya molekul pada segmen tertentu per satuan segmen.
Jadi dapat ditulis :
= dnx / dx

Harga dnx/dx pasti sebanding dengan jumlah molekul atau = N (x)


jadi :

= dnx / dx = N (x)

2) PROBABILITAS

Penjelasan mengenai hal ini akan didekati dengan


contoh sederhana berikut :
Dari sebuah tes terhadap 10 orang diperoleh skor sebagai berikut
: 35 35 37 37 37 38 38 38 38
40

Atas dasar itu maka probabilitas untuk mendapat skor antara


35 sampai 37 adalah = 5/10
3) BENTUK FUNGSI DISTRIBUSI KECEPATAN
DAN FUNGSI PARTISI
Kita semua tahu bahwa kecepatan adalah besaran
vektor, sehinga selain mempunyai kuantitas ia juga
mempunyai arah. Oleh karena itu kecepatan dapat
diproyeksikan atas sumbu – sumbunya dan inilah yang disebut
komponen kecepatan. Jika kecepatan adalah v maka
komponen – komponennya adalah vX, vy dan vx. Hubungan
antara kecepatan dengan komponen – komponennya adalah
:

(16)

Khusus untuk kecepatan molekul gas, biasanya tidak


dinyatakan dengan v tetapi c, sehingga persamaan 16 boleh
ditulis :

Sedang fungsi distribusinya adalah (c) yang merupakan


gabungan dari fungsi distribusi komponennya yaitu ( VX ),
( Vy ) dan ( V2 ).
Fungsi distribusi komponen, disebut fungsi partisi.

Menurut teori probabilitas, jika peristiwa A mempunyai


probabilitas ½ dan peristiwa B = ¼, maka probabilitas
gabungan A dan B adalah 1/8 atau probabilitas gabungan
beberapa peristiwa adalah hasil dari probabilitas masing –
masing.

Jika Pc merupakan gabungan antara PX,


PY dan PZ maka : PC = PV . PV . PV
X y Z

Karena telah kita ketahui bahwa probabilitas sebanding


dengan fungsi distribusi dan segmennya, maka dapat pula kita
tulis :
(c) dc = ( VX ), ( VV ) ( VZ ) dVX dVY dVZ
E. Hukum tekanan parsial Dalton

Dalam hal ini, dan semua kasus yang melibatkan campuran gas,
tekanan gas total terkait dengan tekanan parsial, yaitu tekanan masing-
masing komponen gas dalam campuran. Pada tahun 1801, Dalton
merumuskan hukum, yang sekarang dikenal sebagai hukum tekanan parsial
Dalton, yang menyatakan bahwa tekanan total suatu campuran gas
merupakan jumlah dari tekanan yang diberikan oleh masing-masing gas
yang ada dalam campuran.

Gambar 5.14 Ilustrasi skematis hukum Dalton tentang tekanan parsial.


Perhatikan kasus di mana dua gas, A dan B, berada dalam wadah dengan
volume V. Tekanan yang diberikan oleh gas A, menurut persamaan gas
ideal, adalah

Dalam campuran gas A dan B, tekanan total PT adalah hasil dari tabrakan
kedua jenis molekul, A dan B, dengan dinding wadah. Jadi, menurut
hukum Dalton,
di mana n, jumlah mol gas yang ada, diberikan oleh n = nA + nB, dan PA dan
PB adalah tekanan parsial masing-masing gas A dan B. Untuk campuran gas,
maka, PT hanya bergantung pada jumlah mol gas yang ada, bukan pada sifat
molekul gas.
Secara umum, tekanan total campuran gas diberikan oleh
PT = P₁ + P₂ + P₃ + P₄ + ...

di mana P₁, P₂, P₃, P₄, . . . adalah tekanan parsial komponen 1, 2, 3, 4,. . . . Untuk
melihat bagaimana setiap tekanan parsial terkait dengan tekanan total,
pertimbangkan lagi kasus campuran dua gas A dan B. Membagi PA dengan PT,
kita mendapatkan

di mana XA disebut fraksi mol A. Fraksi mol adalah kuantitas tak berdimensi
yang menyatakan rasio jumlah mol satu komponen dibagi dengan jumlah mol
semua komponen yang ada. Secara umum, fraksi mol komponen i dalam
campuran diberikan oleh
di mana ni dan nT masing-masing adalah jumlah mol komponen i dan jumlah
total mol komponen yang ada. Fraksi mol selalu lebih kecil dari 1.

PA = XAPT

PB = XBPT

Perhatikan bahwa jumlah fraksi mol untuk campuran gas harus sama dengan satu.
Jika hanya ada dua komponen, maka

Jika suatu sistem mengandung lebih dari dua gas, maka tekanan parsial dari
komponen ke-i terkait dengan tekanan total diberikan oleh

Pi = XiPT

Bagaimana tekanan parsial ditentukan? Manometer hanya dapat mengukur


tekanan total dari campuran gas. Untuk mendapatkan tekanan parsial, kita perlu
mengetahui fraksi mol komponen, yang akan melibatkan analisis kimia yang
rumit. Metode paling langsung untuk mengukur tekanan parsial adalah
menggunakan spektrometer massa. Intensitas relatif dari puncak dalam spektrum
massa berbanding lurus dengan jumlah mol, dan karenanya dapat berguna untuk
mengetahui fraksi mol, dari gas yang ada.

Contoh Soal

1. Tekanan suatu gas dengan volume 3 m³ yang berada dalam bejana tertutup
(tidak bocor) dijaga tetap. Suhu mutlaknya mula-mula 100 K. Jika
volumenya diubah menjadi 6 m³, hitunglah besar suhu mutlaknya ?

Penyelesaian:
Diketahui : V₁ = 3 m³

T₁ = 100 K

V₂ = 6 m³

Ditanya : T₂ = … ?

Jawab :

V₁ V₂
=
T₁ T₂

V₂ T₁ 6 x 100
T₂ = = = 200 K
V₁ 3

Jadi suhu mutlaknya adalah 200 K

2. Gas dalam ruang tertutup yang bervolume 20.000 liter dan suhu 27℃
memilki tekanan 10 atm. Tentukan jumlah mol gas yang berada dalam
ruang tersebut ?
Penyelesaian:
Diketahui: V = 20.000 liter
T = 27 ℃ = 27 + 273 = 300 K
P = 10 atm
Ditanya : n =…?

jawab:
PV = nRT
PV 10 x 20000 200000
n= = = = 8.130,081 mol
RT 0,082 x 300 24,6
ASAM – BASA

A. Pengertian Asam dan Basa


Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier
secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier
mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya
akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak
mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani
yaitu oxus (asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk
asam”. Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan
oksigen dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun
1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris
pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam
mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang
bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini,
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena
diketahui zat utama dalam cuka adalah asam asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu
zat yang berasa pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah
senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa
adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa
kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat
tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan
konsentrasi larutan basa tersebut.

B . Teori Asam Basa


1. Teori Asam Basa Arrhenius (Svante August Arrhenius)
Teori asam basa Arrhenius didasarkan pada pembentukan ion dan pada
larutan berair (aqueous solution).
 Asam adalah spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+ dalam larutan
berair.
contoh: HCl, H2SO4, H2CO3, H3PO4,HCN, HNO3
HCl + H2O à H+ + Cl- + H2O
 Basa adalah spesies yang menghasilkan ion OH- dalam larutan berair.
contoh: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Ca(OH)2
NH3 + H2O à NH4+ + OH-
Secara umum :
Asam + Basa Garam + Air

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air,


sehingga tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa
padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teori asam basa Arrhenius yaitu:
 Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat
menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa
pelarut.
 Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation
dan anion.
 Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa, yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk
membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
 Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
Asam dan basa dapat dikelompokan menjadi asam basa monovalen dan
asam basa polivalen. Asam basa monovalen yaitu senyawa yang valensi asam atau
basa adalah satu.
a. asam lemah monovalen
Contohnya : asam asetat
CH3COOH à H+ + CH3COO-
1). Basa Lemah Monovalen
Contohnya : natrium hidroksida
NH4OH à NH4+ + OH-
Sedangkan asam basa polivalen yaitu senyawa yang valensi asam atau
basa adalah lebih dari satu. Asam dan basa polivalen mengion secara bertahap dan
tiap tahap memiliki nilai tetapan kesetimbangan sendiri.
Contohnya : Asam sulfat
H2SO4 à H+ + HSO4-
HSO4- à H+ + SO42-
Pasangan asam-basa konjugasi secara singkat yaitu asam makin lemah, basa
konjugasinya makin kuat.
Ka x Kb = Kw
2. Teori Asam Basa Brønsted-Lowry (Bronsted dan Lowry)
Teori asam basa Brønsted-Lowry didasarkan pada transfer proton.
 Asam adalah spesies pemberi (donor) proton.
 Basa adalah spesies penerima (akseptor) proton.
Amfiprotik/ Amfoter: bisa bersifat asam atau basa
Contoh : H2O, NH3, HCH3COO, H2PO4-
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam basa
H2O + NH3 à NH4+ + OH-
Asam basa
Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton dari asam
ke basa dan membentuk asam dan basa konjugasi.
 Asam kuat: basa konjugasi lemah
 Basa kuat: asam konjugasi lemah
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam1 basa1 asam2 basa2
Asam konjugasi memiliki atom H lebih banyak daripada basa
konjugasinya sedangkan basa konjugasi memiliki muatan negatif lebih banyak
daripada asam konjugasinya. Semua asam basa Arrhenius adalah asam basa
bronsted lowry
H2PO4- à HPO42-
asam konjugasi basa konjugasi
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai
reaksi asam basa, yaitu:
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen
khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun
basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai
asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah
menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
 Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton pindah dari asam tersebut.
 Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion
CO32– dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai
asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air
adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium
dan ion hidroksida adalah contoh reaksi zat amfoter.
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Adapun kelebihan teori asam dan basa Bronsted – Lowry yaitu konsep
yang telah disampaikan Bronsted dan Lowry mengenai Teori Asam Basa tidak
terbatas hanya pada pelarut air saja, namun konsepnya dapat dengan jelas
menjelaskan dan menerjemahkan mengenai reaksi asam dan basa dalam pelarut
air, bahkan mengenai reaksi tanpa pelarut.
Contoh : Reaksi antara asam klorida, HCl, dengan amonia, NH3 dengan
menggunakan pelarut benzena. Reaksinya seperti ini :
HCl (benzena) + NH3 (benzena) -> NH4Cl(s)
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted – Lowry yaitu teori
Bronsted-Lowry memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan
suatu reaksi asam dengan basa dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari
yang bersifat asam ke yang bersifat basa.
3. Teori Asam Basa Lewis (Lewis)
Teori asam basa Lewis didasarkan pada transfer pasangan elektron.
 Asam adalah spesies penerima (akseptor) pasangan elektron.
Contohnya : H+, kation logam (Fe3+, Al3+)
 Basa adalah spesies pemberi (donor) pasangan elektron.
Contohnya : OH-, atom dan ion dari golongan V - VII (F-,Cl-)
Reaksi asam basa merupakan pemakaian bersama pasangan elektron (contohnya :
pada ikatan kovalen koordinasi) dan semua asam basa Arrhenius adalah asam
basa Lewis
Adapun kelebihan teori asam dan basa Lewis yaitu:
 Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat
basa dan asam dengan pelarut lain dan bahkan dengan yang tidak
mempunyai pelarut.
 Teori asam dan basa Lewis mampu menjelaskan suatu zat memiliki sifat
basa dan asam molekul atau ion yang memiliki PEB atau pasangan
elektron bebas. Contoh terdapat pada proses pembentukan senyawa
komplek.
 Teori asam dan basa Lewis mampu menerangkan dan menjelaskan suatu
senyawa bersifat basa dari zat-zat organik, contohnya dalam DNA dan
RNA didalamnya mengandung atom N, nitrogen, dimana memiliki PEB
atau pasangan elektron bebas
Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Lewis yaitu teori Lewis memiliki
kelemahan yaitu hanya mampu menjelaskan asam-basa yang memiliki 8 ion atau
oktet.

B. Reaksi- Reaksi Asam dan Basa


1. Reaksi Penetralan
Jika larutan asam san larutan basa direaksikan maka terjadi reaksi
penetralan, yaitu reaksi yang saling meniadakan sifat asam dan basa yang
menghasilkan garam dan air.
Contoh :
Asam + Basa Garam + Air
HnA + B(OH)m BnAm + H2O
2. Reaksi Oksida Asam dan Oksida Basa
Oksida asam adalah oksida bukan logam yang saat bereaksi dengan air
membentuk asam.
CO2 + H2O H2CO3
SO2 + H2O H2SO3
SO3 + H2O H2SO4
N2O5 + H2O 2 HNO3
P2O5 + H2O 2 H3PO4
Oksida asam akan bereaksi dengan larutan basa membentuk garam dan air
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Oksida basa adalah oksida logam yang saat bereaksi dengan air akan
menghasilkan basa:
Na2O + H2O ---> 2 NaOH
K2O + H2O ---> 2 KOH
Oksida basa akan bereaksi dengan larutan asam membentuk garam dan air
Na2O + H2SO4 ---> Na2SO4 + H2O
Fe2O3 + HNO3 ---> 2 Fe(NO3)3 + 3 H2O
3. Reaksi yang menghasilkan Endapan
Untuk mengetahui suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak....ada
dua cara. Cara pertama menggunakan tabel kelarutan (dengan menghitung
nilai perbandingan Ksp dengan Qsp nya), contoh :
BaCl2(aq) + Na2SO4(aq) ---> BaSO4(s) + 2NaCl (aq)
Reaksi Ion (larutan elektrolit terurai menjadi ion2nya dan yang mengendap
tidak diuraikan).
Ba2+(aq) + 2Cl-(aq) + 2Na+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s) +
2Na+(aq) + 2Cl-(aq)
Reaksi ion bersihnya (ion2 yang sama di ruas kiri dan kanan dihilangkan)
Ba2+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s)
4. Reaksi yang Menghasilkan Gas
a. Reaksi yang menghasilkan gas CO2
CaCO3(s) + 2HCl(aq) ---> CaCl2(s) + H2O(l) + CO2(g)
Na2CO3(s) + H2SO4(aq) ---> Na2SO4(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Kedua reaksi di atas sebenarnya menghasilkan H2CO3 akan tetapi
segera terurai menjadi H2O(l) dan CO2(g).
b. Reaksi yang menghasilkan gas NH3
NH4Cl(s) + KOH(aq) ---> KCl(aq) + H2O(l) + NH3(g)
reaksi di atas sebenarnya menghasilkan NH4OH akan tetapi segera terurai
menjadi H2O(l) dan NH3(g)
c. Reaksi yang menghasilkan gas H2S
FeS(s) + H2SO4 ---> FeSO4 + H2S
5. Reaksi Logam dengan Asam Kuat
Logam + Asam Kuat ---> Garam + gas Hidrogen
Ca(s) + 2HCl(aq) ---> CaCl2(s) + H2O(g)
Na(s) + H2SO4(aq) ---> Na2SO4(aq) + H2(g)

C. Sifat- Sifat Asam dan Basa


Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau
senyawa berupa asam atau basa yaitu:
1. Sifat Asam
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif. Secara umum, Asam
memiliki sifat sebagai berikut:
 Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit
(terutama jika asam pekat)
 Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula
merusak jaringan kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari kain,
kayu atau kertas jika konsentrasinya tinggi Derajat keasaman (pH) lebih
kecil dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah

2. Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif. Basa adalah
lawan dari asam. Secara umum, Basa memiliki sifat sebagai berikut:
 Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
 Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa
lemah)
 Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
 Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan
elektrolit)
 Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
 Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
 Dapat mengemulsi minyak

D. Jenis- Jenis Asam dan Basa


1. Jenis- Jenis Asam
Asam terbagi dua jenis yaitu Asam Kuat dan Asam Lemah.
a. Asam Kuat yaitu Asam yang dapat terionisasi 100% dalam larutan
Contoh asam Kuat:
 Asam sulfat (H2SO4)
 Asam klorida (HCl)
 Asam nitrat (HNO3)
 Asam bromida (HBr)
 Asam iodida (HI)
 Asam klorat (HClO4)

b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan
dalam air.
Contoh asam lemah:
o Asam askorbat
o Asam karbonat
o Asam sitrat
o Asam etanoat
o Asam laktat
o Asam fosfat
E. Jenis- Jenis Basa
Seperti halnya asam, basa juga terbagi menjadi 2 jenis yaitu Basa Kuat dan
Basa Lemah
a. Basa Kuat
yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure
pembentuk basa tersebut.
Contoh basa kuat:
o Litium hidroksida (LiOH)
o Natrium hidroksida (NaOH)
o Kalium hidroksida (KOH)
o Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
o Stronsium hidroksida (Sr(OH)2)
b. Basa Lemah

yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam


larutan. Amonia adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas
ammonia tidak mengandung ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air
untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida.
Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar
99% amonia tetap ada sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang
menghasilkan ion hidroksida. Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam
larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya
konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya
(seperti halnya basa kuat).

Berikut ini contoh basa lemah :

o gas amoniak (NH3)

o besi hidroksida (Fe(OH)2)

o Hydroksilamine (NH2OH)

o Aluminium hidroksida (Al(OH)3)


F. Penentuan pH Larutan
Konsentrasi ion [H+] dalam suatu larutan encer umumnya sangat rendah
tetapi sangat menentukan sifat – sifat dari larutan terutama, larutan dalam air.
Menurut Sorensen , Ph merupakan fungsi logaritma negatif dari konsentrasi ion
H+ dalam suatu larutan dan dirumuskan sebagai berikut :
pH = – log [H+]
Dengan analogi yang sama untuk menentukan harga konsentrasi OH- dalam
larutan dapat digunakan rumusan harga Poh:
pOH = – log [OH-]
Dalam keadaan kesetimbangan air terdapat tetapankesetimbangan :
Kw = [H+] [OH-]
Jadi dengan menggunaan konsep – log = p ,maka :
- Log Kw = – log [H+] [OH-]
- Log Kw ={ – log [H+]} + {- log [OH-]}
pKw = pH + Poh

 pH
Ph adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman suatu larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan
basa mempunyai pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH=
7.

 Indikator
Indikator adalah zat yang mengalami perubahan warna karena keberadaan
asam atau basa. Para kimiawan memiliki banyak indikator yang akan berubah
pada perubahan kecil pH.
1. Kertas Lakmus
Sifat asam atau basa suatu larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan
kertas lakmus. Ada dua jenis kertas lakmus yaitu:
a. Kertas lakmus warna biru. Di dalam larutan asam, warna kertas berubah
menjadi merah, sedangkan di dalam larutan netral atau basa, warna kertas tidak
berubah (tetap biru).
b. Kertas lakmus warna merah. Di dalam larutan basa, warna kertas berubah
menjadi biru, sedangkan di dalam larutan netral atau asam, warna kertas tidak
berubah (tetap merah).
2. Fenolftalein
Fenolftalein merupakan indikator lain yang biasa digunakan. Hingga
beberapa tahun yang lalu, fenolftalein digunakan sebagai zat aktif pada obat
pencahar. Fenolftalein jernih dan tidak berwarna di dalam larutan asam dan akan
berwarna merah muda di dalam larutan basa. Indikator ini biasanya digunakan
dalam proses titrasi, yaitu proses penentuan konsentrasi asam atau basa yang tidak
diketahui berdasarkan reaksi dengan basa atau asam yang telah diketahui
konsentrasinya.
Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein
(asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak
berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa.
3. Metil merah
Metil Merah (Methyl Red ) adalah senyawa organik yang memiliki rumus
kimia C15H15N3O2, senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam
basa. Indikator ini berwarna merah pada pH dibawah 4.4 dan berwarna kuning
diatas 6.2. Warna transisinya menghasilkan warna orange.
4. Methyl Orange (MO).
Indikator MO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah
dalam suasana asam dan berwarna jingga dalam suasana basa, dengan trayek pH
3,1 – 4,4.Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah
dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral.
5. Brom Timol Blue (BTB)
Indikator BTB atau brom timol biru dalam larutan asam berwarna kuning
dan dalam larutan basa berwarna biru. Warna dalam keadaan asam disebut warna
asam dan warna dalam keadaan basa disebut warna basa. Trayek pH pada 6,0 –
7,6.
6. Trayek perubahan warna dari beberapa indikator
Lakmus 5,5 - 8,0 Merah – Biru
MM 4,2 - 6,3 Merah – Kuning
MO 2,9 - 4,0 Merah – Kuning
BTB 6,0 - 7,6 Kuning – Biru
PP 8,3 - 10,0 Tak berwarana – Merah

G. Cara menghitung derajat keasaman


Asam/Basa Kuat:
elektrolit kuat (mengion hampir sempurna dalam air)
pH dapat ditentukan langsung dari nilai konsentrasi (C) asam dan basa tersebut.
[H+]= C asam x valensi asam
[OH-]= C basa x valensi basa
valensi asam/ basa adalah jumlah H/OH pada asam/basa
contoh :
NaOH --> valensi basa = 1
H2SO4 --> valensi asam = 2
Asam/Basa Lemah:
o Konsentrasi H+ dari asam dan OH- dari basa bergantung pada derajat ionisasi
(α)dan tetapan ionisasi (Ka (asam) atau Kb (basa))
[H+] = √ Ka x C asam
[OH-]= √ Kb x C basa
pH = - log [H+] pH + pOH = 14
pOH = - log [OH-]
Ket: C=konsentrasi (Molaritas)
Contoh Soal:
1. Hitung pH larutan berikut
a. asam sianida 0,1 M (Ka=4,9 x 10-10)
b. KOH 0,05 M
c. HNO3 0,02 M
d. Magnesium hidroksida 0,01 M
e. pH campuran dari 50 mL larutan pH 4 dan 50 mL larutan pH2
Jawab:
a. HCN adalah asam lemah, maka
[H+] = √ Ka x C asam
= √ 4,9 x 10-10 x 0,1
= √ 49 x 10-12
= 7 x 10-6
pH = - log [H+]
= - log [7 x 10-6]
= 6 - log 7
d. Magnesium hidroksida = Mg(OH)2 merupakan basa kuat
[OH-]= C basa x valensi basa
= 0,01 x 2
= 0,02
= 2x 10-2
pOH = - log [ OH-]
= - log [2x 10-2]
= 2 - log 2
pH + pOH = 14
pH = 14 - pOH
= 14 - (2 - log 2)
= 12 + log 2
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

A. Sifat Dasar Larutan


Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat
ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu,
amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula
dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat
terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya
adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya benzena, kloroform, eter, dan alkohol.

B. Hubungan kelarutan
1. Larutan jenuh
Larutan terdiri dengan melarutkan zat terlarut dalam pelarut.
Campuran yang dihasilkan adalah apa yang kita sebut sebagai larutan.
Pada setiap suhu tertentu dan tekanan, ada batas untuk jumlah zat terlarut
yang dapat dilarutkan dalam pelarut tertentu untuk zat terlarut tetap
terlarut dalam fase larutan. Batas ini dikenal sebagai titik jenuh. Dalam
upaya untuk melarutkan lebih banyak zat terlarut melebihi titik jenuh,
kelebihan zat terlarut akan membentuk endapan di bagian bawah,
memisahkan dirinya menjadi fase padat. Hal ini terjadi untuk
mempertahankan batas zat terlarut bahwa larutan yang bisa menahan pada
suhu dan tekanan tertentu. Oleh karena itu, setiap larutan yang telah
mencapai titik jenuh dikenal sebagai ‘larutan jenuh’. Pada prinsipnya,
akan ada dua jenis larutan jenuh; sepenuhnya jenuh dan hampir jenuh.
Ketika itu sepenuhnya jenuh, biasanya kita akan menyaksikan endapan
terbentuk di bagian bawah karena ketidakmampuan melarutkan lebih
lanjut dari zat terlarut dalam pelarut. Sedangkan bila hampir jenuh, larutan
akan terus hampir persis jumlah zat terlarut yang dibutuhkan sampai
jenuh; maka sedikit ditambahkan zat terlarut dapat menjadi endapan kecil
di bagian bawah. Karena itu, ketika larutan hampir jenuh, meskipun kita
menganggap itu sebagai larutan jenuh, kita tidak akan menyaksikan
endapan di bagian bawah. Titik jenuh dari jumlah yang diberikan larutan
bervariasi tergantung pada suhu dan tekanan. Volume yang sama dari
pelarut akan mampu menahan sejumlah besar zat terlarut dalam fase
larutan ketika pada suhu yang lebih

2. Larutan tak jenuh

Larutan tak jenuh adalah larutan yang memiliki kapasitas melarutkan


zat terlarut lebih banyak di dalamnya. Larutan ini belum melewati titik
jenuh mereka sehingga tidak akan membentuk endapan di bagian bawah.
Larutan jenuh dan larutan hampir jenuh, seperti dijelaskan di atas, akan
terlihat hampir sama dari luar, tetapi mereka dapat dengan mudah
dibedakan dengan melakukan langkah cepat. Artinya, melarutkan sedikit
molekul zat terlarut, larutan hampir jenuh akan cepat membentuk endapan
yang hampir seketika melewati titik jenuh sedangkan untuk larutan tak
jenuh, tidak akan ada perbedaan dalam penampilan saat zat terlarut akan
sepenuhnya larut karena ada cukup ruang untuk menampung mereka
dalam tahap larutan. Umumnya, larutan yang jenuh pada suhu yang lebih
rendah, dapat dibuat tak jenuh pada suhu yang lebih tinggi sehingga
peningkatan suhu akan meningkatkan daya dukung zat terlarut dalam fase
larutan.

C. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

1. Pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik


jika larutan tersebut mengandung partikel-partikel yang bermuatan listrik
(ion-ion) dan bergerak bebas didalam larutannya,Zat elektrolit yang terurai
sempurna di dalam air disebut Elektrolit Kuat dan larutan yang
dibentuknya disebut Larutan Elektrolit Kuat. Zat elektrolit yang
hanyak terurai sebagian membentuk ion-ionnya di dalam air disebut
Elektrolit Lemah dan larutan yang dibentuknya disebut Larutan Elektrolit
Lemah. Larutan Non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantar
listrikSedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di
dalam air tidak terurai dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam
bentuk molekuler

2. Elekrolit kuat dan elektrolit lemah

a. Larutan elektrolit kuat, Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang


banyak menghasilkan ion – ion karena terurai sempurna, maka
harga derajat ionisasi (ά ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi
ion dinyatakan dengan derajat ionisasi ( ά ) yaitu perbandingan
jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di hantarkan.
Yang tergolong elektrolit kuat adalah : Asam – asam kuat, Basa –
basa kuat, Garam – garam yang mudah larut. Ciri – ciri daya hantar
listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang
dan timbul gelembung – gelembung di sekitar elektrode. Larutan
elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat
dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai
sempurna membentuk ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion).
Arus listrik merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan ke
dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut dapat di hantarkan
melalui ion – ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel.
Akibatnya lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit
kuat terurai sempurna dalam larutan. Contoh : HCl, HBr, HI,
HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.

b. Larutan elektrolit lemah, Larutan elektrolit lemah adalah larutan


yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi
sebesar 0 < ά > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang
hanya sebagian kecil menjadi ion – ion ketika larut dalam air. Yang
tergolong elektrolit lemah adalah :Asam – asam lemah, Garam –
garam yang sukar larut, Basa – basa lemah. Adapun larutan
elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi
menimbulkan gas termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah.
Contohnya adalah larutan ammonia, larutan cuka dan larutan H2S.

3. Senyawa elektrolit

a. Senyawa ion

Senyawa ion terdiri dari ion-ion. Dalam padatan, ion-ion itu tidak
bergerak bebas, sehingga senyawa ion dalam bentuk padatan tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Akan tetapi jika senyawa ion dilelehkan atau
dilarutkan, maka ion-ionnya dapat bergerak bebas, sehingga lelehan dan
larutan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik. Contoh zat elektrolit :
NaCl, KCl, Na2SO4, dll

b. Senyawa Kovalen

Senyawa kovalen bterdiri dari molekul-molekul. Molekul bersifat


netral dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Akan tetapi sebahagian
molekul bersifat polar, misalnya molekul air, HCl, H2SO4, CH3COOH,
senyawa kovalen yang bersifat polar, dalam larutannya dapat menghantarkan
listrik. Sedangkan senyawa kovalen non polar dalam larutannya tidak dapat
menghantarkan arus listrik.

4. Cara Larutan Elektrolit Menghantarkan Arus listrik


 Teori ionisasi

Pada Tahun 1887, seorang ilmuwan Swedia yang bernama Svante August
Arrhenius mengemukakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Menurutnya, larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik, karena dalam larutan elektrolit tersebut terdapat ion-
ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion inilah yang dapat menghantarkan arus
listrik. Untuk lebih memahami teori Arhennius ini,
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa arus listrik mengalir melalui larutan
elektrolit (CuCl2) yang ditandai dengan bergeraknya jarum amperemeter. Hal ini
dikarenakan larutan tersebut terion menjadi ion Ca2+ yang bergerak menuju
katoda dan ion Cl- yang bergerak menuju anoda.
Berdasarkan gambar pertama terlihat bahwa larutan elektrolit kuat (NaCl) terion
sempurna menjadi ion Na+ dan Cl- sehingga dapat menghidupkan lampu dengan
terang karena jumlah ion yang banyak. Sedangkan pada gambar ke dua terlihat
larutan elektrolit lemah(CH3COOH) terion sebagian menjadi ion CH3COO- dan
ion H+ dan sebagian dalam bentuk CH3COOH Karena jumlah ion yang sedikit
maka lampu menyala dengan redup.

Daya hantar listrik pada larutan elektrolit kuat, lemah dan non elektrolit
merupakan kekuatan elektrolit yang dinyatakan dengan derajat ionisasi (α). Secara
matematis dinyatakan dengan persamaan berikut
α = mol zat yang terionisasi
mol zat mula-mula.

Berdasarkan persamaan diatas dan kegiatan sebelumnya :

Jika α = 1, maka zat terionisasi sempurna dan merupakan latutan elektrolit kuat.

Jika 0< α <1, maka zat terionisasi sebagian dan merupakan larutan elektrolit
lemah.

Jika α = 0, maka zat tidak terionisasi dan merupakan larutan non elektrolit

5. Kesetimbangan ion
Garam merupakan senyawa ion, yang terdiri dari kation logam dan anion
sisa asam. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan
anionnya berasal dari suatu asam. Dari hasil suatu percobaan diketahui bahwa
sifat larutan garam begantung pada kekuatan relatif asam-basa penyusunnya.
Garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral, Garam dari asam kuat dan
basa lemah bersifat asam, Garam dari asam lemah dan basa kuar bersifat basa,
Garam dari asam lemah dan basa lemah bergantung pada harga tetapan ionisasi
asam dan tetapan ionisasi basanya (Ka dan Kb)

Ka > Kb : bersifat asam

Ka < Kb : bersifat basa


Ka = Kb : bersifat netral

Contoh Soal :

Pasangan antara senyawa, jenis dan sifatnya berikut yang tepat adalah....
Senyawa Jenis Senyawa Sifat senyawa
a HCl Senyawa ion Elektrolit kuat
b KBr Senyawa ion Elektrolit kuat
c H2CO3 Senyawa Elektrolit kuat
kovalen polar
d C6H12O6 Senyawa Elektrolit lemah
kovalen non
polar
e HCOOH Senyawa nonelektrolit
kovalen polar
Jawaban: B
RADIOKIMIA

A. Pengertian Kestabilan Inti

Inti menempati bagian yang sangat kecil dari volume suatu atom, tetapi
mengandung sebagian besar massa dari atom karena baik proton maupun neutron
berada didalamnya. Inti stabil adalah inti yang tidak dapat secara spontan meluruh
atau berubah. Definisi kestabilan yang lebih mengkhusus adalah kemampuan
meluruh inti dengan jenis peluruhan tertentu. Dalam mengkaji stabilitas inti atom,
ada baiknya kita mengetahui tentang kerapatannya, agar kita menyadari betapa
rapatnya semua partikel itu dikemas. Sebagai contoh perhitungannya kita
asumsikan bahwa suatu inti mempunyai jari-jari 5 × 10 -3 pm pada massa 1 × 10 -
²² g. Angka-angka ini kira-kira sama dengan inti atom yang mengandung 30
proton dan 30 neutron. Kerapatan yang sangat tinggi dari inti membuat kita ingin
tahu apa yang mengikat pratikel-pratikel tersebut begitu rapat. Dari interaksi
elektrostatik diketahui bahwa muatan sejenis saling tolak dan muatan tak sejenis
saling tarik. Tentu kita akan menduga bahwa proton-proton akan saling tolak
sangat kuat (gaya Coloumb), terutama mengingat letak mereka yang begitu
berdekatan. Dan memang demikianlah adanya. Namun selain tolakan , ada juga
tarik-menarik jarak pendek antara proton dan proton, proton dengan neutron, dan
neutron dengan neutron. Stabilitas semua inti ditentukan oleh selisih antara
tolakan elektrostatik dan tarikan jarak pendek. Jika tolakan melampaui tarikan,
inti terdisintegrasi (meluruh), memancarkan partikel dan/atau radiasi. Jika tarikan
melampaui tolakan, inti menjadi stabil. Pola Peluruhan Untuk Mencapai
Kestabilan Inti

Salah satu sifat menakjubkan dari beberapa inti atom adalah kemampuan
mereka untuk bertransformasi sendiri secara spontan dari suatu inti dengan nilai Z
dan N tertentu ke inti lainnya. Beberapa inti atom lainnya stabil , dalam arti
mereka tidak meluruh ke inti atom yang berbeda . Biasanya , untuk tiap nilai A
(nomor massa) terdapat satu atau dua inti stabil lainnya , dengan nilai A itu,
tidaklah stabil sehingga akan mengalami semacam proses peluruhan , hingga
kestabilannya tercapai. (Kenneth Krane.1992 : 358)

Inti – inti tak stabil bertransformasi kedalam inti lain melalui dua proses
peluruhan berbeda yang mengubah Z dan N sebuah inti. Berbagai keadaan eksitasi
inti dapat memancarkan berbagai foton , sinar gamma, sewaktu melakukan
sejumlah transisi menuju ketingkat dasarnya, tetapi tidak mengubah Z dan N inti
tersebut, pola peruruhan ini disebut peluruhan gamma. Yang kedua yaitu pola
peluruhan yang dapat mengubah Z atau N inti tersebut, proses ini disebut
peluruhan alfa dan peluruhan beta. Ketiga proses peluruhan ini (alfa , beta , dan
gamma) adalah contoh bidang kajian peluruhan radioaktif.

Unsur buatan- manusia setelah uranium dengan Z = 93 hingga 107


semuanya bersifat radioaktif, dan meluruh ke berbagai jenis inti stabil yang
4
dikenal. Selain itu, inti dengan A = 5 atau 8 juga tidak stabil. Partikel alfa 2He2

adalah suatu inti stabil. Inti atom dengan nomor massa (A) = 5 , misalnya adalah
5
2He3 atau 53Li2 , akan dengan segera (dalam 10-21 s) membelah diri menjadi suatu
partikel alfa dan sebuah neutron atau proton. Sebuah inti atom dengan A = 8
seperti 84Be4 akan dengan segera membelah diri menjadi dua partikel alfa.

B. Faktor Penentu Kestabilan Inti

Faktor utama yang menentukan suatu inti satabil atau tidak ialah
perbandingan neutron-terhadap-proton (n/p). Atorm stabil dari unsur yang
mempunyai nomor atom rendah rendah, nilai n/p mendekati 1. Meningkatnya
nomor atom, perbandingan neutron terhadap proton dari inti stabil menjadi lebih
besar dari 1. Penyimpangan pada nomor-nomor atom yang lebih tinggi ini muncul
karena dibutuhkan lebih banyak neutron untuk melawan kuatnya tolak-menolak
pada proton-proton ini dan menstabilkan inti. Kestabilan inti tidak dapat di
ramalkan, namun ada beberapa aturan berikut yang berguna dalam mempredeksi
stabilitas inti adalah :

1. Inti yang mengandung 2, 8, 20, 50, 82, atau 126 proton atau neutron biasanya
lebih stabil dibandingkan inti yang jumlah proton atau neutronnya dengan
jumlah lainnya. Contohnya, ada 10 isotop stabil timah (Sn ) dengan nomor
atom 50 dan hanya 2 isotop stabil antimon (Sb) dengan nomor atom 51.
Bilangan 2, 8, 20, 50, 82, dan 126 dinamakan bilangan ajaib (magic number).
Pengaruh bilangan ini untuk stabilitas inti sama dengan banyaknya elektron
untuk gas mulia yang sangat stabil (yaitu 2, 10, 18, 36, 54, dan 86 elektron).
2. Inti dengan bilangan genap proton dan neutron biasanya lebih stabil
dibandingkan apabila keduanya memiliki bilangan yang ganjil.

Jumlah Isotop Stabil dengan Bilangan Proton dan Neutron yang Genap dan Ganjil
Proton Neutron Banyaknya Isotop Stabil
Ganjil Ganjil 4
Ganjil Genap 50
Genap Ganjil 53
Genap Genap 164
3. Semua isotop dari unsur-unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83
bersifat radioaktif. Semua isotop tiknetium (Tc, Z = 43) dan prometium (Pm,
Z=61) adalah radioaktif.

C. Energi Ikatan Inti

Satu ukuran kuantitatif dari stabilitas inti ialah energi ikatan inti (nuclear
bonding energy),yaitu energi yang diperlukan untuk memecah inti menjadi
komponen-komponennya,proton dan neutron. Kuantitas ini menyatakan konversi
massa menjadi energi yang terjadi selama berlangsungnya reaksi inti eksotermik
yang menghasilkan pembentukan inti.

Konsep energi ikatan inti berkembang dari kajian sifat-sifat inti yang
menunjukkan bahwa massa inti selalu lebih rendah dibandingkan jumlah massa
19
nukleon (proton dan neutron dalam inti). Misalnya, isotop 9𝐹 mempunyai massa
atom 18,9984 sma. Intinya mempunyai 9 proton dan 10 neutron dan dengan
1
demikian totalnya 19 nekleon. Dengan menggunakan massa atom 1𝐻 yang
diketahui massa proton = 1,007825 sma dan neutron = 1,008665 sma, kita dapat
melakukan analisis berikut :

Massa 9 proton = 9 × 1,007825 sma


= 9,070425 sma

Dan massa 10 neutron = 10 × 1,008665 sma

= 10,08665 sma

Jadi, massa atom dari atom 199𝐹 = 9,070425 sma + 10,08665 sma = 19,15708 sma

19
Terlihat bahwa nilai tersebut lebih besar dari pada massa terukur dari 9𝐹 yaitu
18,9984 sma. Terdapat selisih sebanyak 0,1587 sma.
(Raymond Chang.2003 : 262)

Selisih antara massa atom dan jumlah massa dari proton,neutron,dan


elektron dinamakan cacat massa (mass defect/∆m). Massa yang hilang ini
merupakan ukuran energi pengikat neutron dan proton.
(Hiskia Ahmad.2001:193)

Berdasarkan hubungan kesetaraan massa-energi Enstein (E = mc², dimana


e adalah energi, m adalah massa, dan c adalah kecepatan cahaya), kita dapat
menghitung kebanyakan energi yang dilepaskan. Kita mulai dengan menuliskan ;

∆E = (∆m)c2

Dimana ∆E dan ∆m adalah

∆E = energi produk – energi reaktan

∆m = massa produk – massa reaktan = {Z x M proton + (A – Z ) x M


neutron} – M inti

Jadi, perubahan massanya yaitu :

∆m = (9 × 1,007825 sma + 10 × 1,008665 sma) - 19,15708 sma

= 18,9984 sma – 19,15708 sma

= - 0,1587

19
Karena 9𝐹 mempunyai massa yang lebih kecil daripada massa yang dihitung dari
banyaknya elektron dan nukleon yang ada, ∆m menjadi bernilai negatif.
Akibatnya, ∆E juga bernilai negatif, artinya energi dilepas ke sekeliling sebagai
akibat pembentukan inti flourin-19. Dengan demikian, kita menghitung ∆E
sebagai berikut :

∆E = (-0,1587 sma)(3,00 × 108 m/s)2 = -1,43 × 1016 sma m2/s2

Dengan faktor konversi

1 kg = 6,022 × 1026 sma

1 J = 1 kg m2/s2

Kita dapatkan

𝑠𝑚𝑎 𝑚2 1,00 𝑘𝑔 1𝐽
∆E = (−1,43 × 1016 )×( )×( )
𝑠2 6,022 ×1026 𝑠𝑚𝑎 1 𝐾𝑔 𝑚2 𝑚2

= -2,37 × 10-11 J

Ini merupakan banyaknya energi yang dilepas bila satu inti flourin-19 dibentuk
dari 9 proton dan 10 neutron. Energi ikatan inti dari inti ini ialah 2,37 ×10-11 J,
yaitu banyaknya energi yang diperlukan untuk menguraikan inti ini menjadi
proton dan neutron yang terpisah.

Sebagaimana telah kita ketahui, energi ikatan inti merupakan penanda


stabilitas inti. Namun, dalam membandingkan stabilitas dua inti, kita harus
mempertimbangkan fakta bahwa mereka mempunyai jumlah nukleon yang
berbeda. Dengan alasan ini akan lebih berguna jika kita menggunakan energi
ikatan inti per nukleon, yang didefinisikan sebagai

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖


Energi ikatan inti per nukleon = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑛𝑢𝑘𝑙𝑒𝑜𝑛

2,37 × 10−11 J
Untuk inti flourin-19 ,Energi ikatan inti per nukleon = = 1,25 × 10-12
19 𝑛𝑢𝑘𝑙𝑒𝑜𝑛

J/nukleon

Energi ikatan inti per nukleon memungkinkan kita membandingkan


stabilitas dari semua inti dengan basis yang sama. Energi ikatan per nukleon
tertinggi dimiliki oleh unsur dengan nomor massa menengah-yaitu antara 40 - 100
dan yang terbesar adalah pada daerah unsur besi, kobalt, dan nikel (unsur
Golongan 8B) dari tabel periodik. Ini berarti bahwa gaya tarik bersih diantara
partikel-partikelnya (proton dan neutron) adalah yang terbesar untuk inti tersebut.

Selain dalam satuan Joule, energi ikat inti juga dinyatakan dalam MeV,
yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

∆E = (∆m) 931 MeV

Contohnya :

56
Hitunglah energi ikat total per nukleon bagi 26𝐹𝑒 30 jika diketahui massa proton =
1,007825 sma dan massa neutron = 1,008665 sma , serta massa inti = 55,934939
sma.

Jawab :

∆m = (26 x 1,007825 sma + 30 x 1,008665 sma) - 55,934939 sma

= (26,20345 sma + 30,25995 sma) - 55,934939 sma

= 56,4634 sma - 55,934939 sma

= 0,528461 sma

∆E = (∆m) 931 MeV

= 0,528461 sma x 931 MeV

= 491,997191 MeV

∆E
∆E per nukleon = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑢𝑘𝑙𝑒𝑜𝑛

491,997191 MeV
= 56

= 8,7857 MeV/nukleon
D. Partikel Fundamental

Pada zaman dahulu, kita mengenal bahwa atom adalah partikel terkecil dari suatu
materi. Namun dalam percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan, dapat
disimpulkan bahwa ternyata atom itu sendiri disusun oleh nucleons dan electrons,
dimana nucleon terdiri atas protons dan neutrons. Kemudian diyakini bahwa
proton dan neutron disusun oleh partikel bernama quarks.

Saat ini, dalam fisika modern, partikel dasar yang membentuk alam semesta ini
dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu leptons, quarks, dan force particles.

Leptons, merupakan partikel dengan ukuran massa yang kecil dan dan berinteraksi
lemah dengan partikel lainnya. Jenis lepton dibagi dalam tiga generasi dimana tiap
generasi memiliki dua anggota. Generasi pertama yaitu electrons dan electron
neutrinos, generasi kedua muons dan muon neutrinos, serta generasi ketiga
yaitu tau particles dan tau neutrinos.

Quarks, secara relative merupakan partikel berat dan memiliki enam variasi di
alam dengan nilai spin ½. Tiga dari variasi quarks tersebut memiliki muatan listrik
+2e/3, dan tiga lainnya mempunyai muatan listrik –e/3. Quarks juga dibedakan
berdasarkan penambahan bilangan quantum, yaitu up, down, charm, strange, top,
dan bottom. Materi yang disusun oleh atom memiliki quark jenis up dan down,
yaitu quark dengan massa yang lebih kecil. Untuk jenis quarks charm dan strange
terdapat pada partikel cosmic rays. Sedangkan jenis quark top dan bottom
merupakan quark yang dihasilkan oleh ilmuwan dalam laboratorium yang
memiliki massa lebih berat, jenis ini tidak terdapat di alam.
Force particles, merupakan partikel yang menghubungkan aksi antara partikel
yang berbeda satu sama lain. Jenis force particle yang paling penting
adalah photon, yang merupakan manifestasi dari medan elektromagnetik. Cahaya
yang merupakan gelombang elektromagnetik dapat dipandang sebagai aliran
photon. Photon tidak memiliki massa dan muatan, dan memiliki spin = 1. Selain
itu juga terdapat force particle yang lain yaitu gluons dan vector bosons. Gluons
merupakan manifestasi dari strong nuclear force, yang mengikat inti atom dan
partikel penyusunnya. Vector bosons merupakan manifestasi dari weak nuclear
force, yang berhubungan dengan peluruhan pada unsur radioaktif.

E. Persamaan nuklir

Reaksi nuklir dapat menghasilkan ataupun memerlukan energi. Dalam


perhitungan energi reaksi nuklir, semua massa inti dinyatakan sebagai satuan sma
(satuan massa atom). Besarnya energi yang dihasilkan dapat dihitung
menggunakan persamaan

Q={(mA+ma)−(mB+mb)}×931MeV

Keterangan:

(m_{A}+m_{a})(mA+ma)= jumlah massa inti atom sebelum reaksi

(mB+mb)= jumlah massa inti atom sesudah reaksi

Q = energi yang timbul selama reaksi terjadi

Reaksi inti dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu reaksi fisi dan reaksi fusi.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Chang, Raymond.2003. Kimia Dasar Jilid 2: Konsep-Konsep Inti. Jakarta :


Erlangga.

Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.

Gautreu, Ronald.1995.Teori dan Soal-Soal Fisika Modern.Erlangga.Jakarta

Keenan, Charles W. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Krane, Kenneth.1992. Fisika Modern.UI press. Jakarta

Oxtoby, David W. 2005. Kimia Modern Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Petrucci, Ralph. H.1985. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Purba, Michael. 2003. Kimia 1B. Jakarta: Erlangga.

Sapariyah, Budi, dkk. 2004. KIMIA. Demak: Dinas Pendidikan.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM Press

Wardhana,Wisnu Arya.1996.Radioekologi.ANDI Yogyakarta: Yogyakarta


MAKALAH
KIMIA DASAR
“Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah
kimia organik”

Pertemuan 10 - 15

DISUSUN OLEH :

1. KHA-RIZMA YUDIA ZANNAH (03031281924023)


2. UMI SABARIYAH (03031181924125)

KELAS : A INDRALAYA

FAKULTAS TEKNIK PRODI TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA 2019

Anda mungkin juga menyukai