Anda di halaman 1dari 6

Analysis of the Changes in Keratoplasty Indications and

Preferred Techniques

Stefan J. Lang*, Mona Bischoff, Daniel Bohringer, Berthold Seitz, Thomas Reinhard

Eye Center, Albert-Ludwigs-University of Freiburg, Freiburg, Germany Department of


Ophthalmology, Saarland University Medical Center, Homburg/Saar, Germany

Public Library of Sience | November 11, 2014

Pendahuluan

Sejak keberhasilan pertama kali dalam transplantasi kornea oleh Zirm pada tahun 1906 sampai
saat ini sehingga membawa perubahan dibidang keratoplasti untuk pengobatan kelainan pada
kornea. Sejak tahun 1980 Bullous keratopathy menjadi indikasi untuk dilakukan keratoplasty.
Descement stripping automated endothelial keratoplasty (DSAEK) dan Descement membrane
endothelial keratoplasty (DMEK) adalah yang digunakan untuk terapi pada Fuchs distropi.
Sedangkan Lamellar techniques adalah teknik yang digunakan untuk mengobati keratoconus.

Menurut pendapat jurnal ini, pengenalan teknik yang terbaru dalam bidang bedah yang mungkin
akan berdampak pada indikasi keratoplasti hal ini tergantung pada teknik dan spesialisasi yang
lebih disukai. Teknik lamellar misalnya dapat menggantikan keratoplasti konvensional dalam
beberapa indikasi seperti Fuchs distrofi. Atau Penggunaan lensa kontak dan pengikatan silang
kornea misalnya dapat menggantikan keratoplasti konvensional sebagai pengobatan pilihan
untuk keratoconus.

Bidang keratoplasti mengalami perubahan dan perluasan terus menerus sehingga indikasi
keratoplasti dari tahun ke tahun berubah. Saat ini keratoplasti menjadi pengobatan pilihan pada
penyakit kornea seperti keratoconus, Bullous Keratopathy, Graft Failure dan Fusch’s dystrophy.
Metode

Pada jurnal ini metode yang digunakan adalah dengan meninjau dari 2 pusat data yaitu pusat
pertama data pengobatan gangguan kornea dan pusat kedua data perawatan keratoconus.

Sebelum analisis, semua catatan dan informasi pasien dianonimkan dan tidak diidentifikasi.
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif. Analisis deskriptif data dilakukan setiap tahun
sehubungan dengan indikasi untuk keratoplasti dan teknik bedah dan disajikan dalam bentuk
diagram alur dan plot kotak.

Juga menganalisis jarak perjalanan dari rumah pasien ke rumah sakit dan menghitung jarak
pesawat berdasarkan kode pos. Sayangnya pasien asing tidak dapat dimasukkan dalam analisis
jarak perjalanan.

Hasil

Gambar 1. Indikasi transpantasi pada 2 pusat data.


Sebanyak 3778 prosedur bedah dianalisis dalam penelitian ini.

Gambar I menunjukkan analisis tersedia dalam 2 bagian yaitu data dari tahun 2004 hingga tahun
2013 dan data dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Jumlah prosedur bedah per tahun terus
meningkat di kedua pusat data tersebut. Pusat data I menunjukkan pada tahun 2004 terdapat 182
prosedur pada tahun 2013 meningkat menjadi 335 prosedur, sedangkan di pusat data II terdapat
peningkatan dari 202 pada tahun 2009 menjadi 267 prosedur pada tahun 2013. Jumlah pasien
dengan Fuchs distrofi di data 2004-2010 tetap stabil pada tahun 2004 (18%, 34) dan tahun 2010
(21%, 59). Kemudian terjadi peningkatan secara dramatis yaitu tahun 2011 dengan presentase
sebanyak (28%, 74) , tahun 2012 sebanyak (45%, 147) dan tahun 2013 (45%, 150). Sedangkan
pusat data II Peningkatannya kurang jelas yaitu pada tahun 2009 sebanyak 13% (27) menjadi
23% (62) pada tahun 2013.

Di pusat data I, Persentase pasien dengan keratoconus stabil selama tahun 2004 dengan
presentasi sebanyak (21%, 38) hingga tahun 2009 sebanyak (23%,71). Setelah itu persentase ini
pada tahun 2013 mencapai 12% (40). Sedangkan Di pusat data II indikasi keratoconus pada
tahun 2009 sebanyak 28% (57) dan pada tahun 2013 sebanyak 19% (51). Jumlah pasien dengan
keratopati bulosa menunjukkan peningkatan dan penurunan selama bertahun-tahun dengan
mencapai angka tertinggi pada tahun 2004 di pusat data I sebanyak (33%, 35) dan di pusat data II
tahun 2009 sebanyak (18%, 37) sedangkan angka terendah pada tahun 2013.

Bekas luka kornea juga berfluktuasi di setiap tahun. Di pusat data II Persentase tertinggi adalah
tahun 2012 sebanyak 17% (39). Sedangkan angka terendah adalah di pusat data I pada 2012
sebanyak (3%, 10). Sedangkan indikasi lain sebanyak 25% - 45%.
Gambar 2. Total keratoplasti pada dua pusat data.

Pada gambar ke 2, Keratoplasti penetrasi konvensional adalah metode bedah pilihan di pusat data
I hingga tahun 2007 sebanyak (93%) untuk semua indikasi. Kemudian terjadi penurunan jumlah
pada tahun 2013 menjadi 38%. Pada tahun 2008, persentase DSAEK sebanyak (8%) dan
penetrasi keratoplasti menggunakan femtolaser sebanyak (26%). Di pusat data I, pada tahun
2010 Jumlah operasi DSAEK meningkat hingga (22%, 60). Tetapi Pada tahun 2011 DMEK telah
menggantikan DSAEK. DMEK memuncak pada tahun 2013 sebanyak 51% (170). Sedangkan
pada pusat data I menunjukkan teknik Keratoplasti menggunakan femtolaser telah ditinggalkan
sejak tahun 2013. Di pusat data I, Penetrating excimer laser keratoplasty diperkenalkan pada
tahun 2010 dengan presentase sebanyak (3%, 9). Jumlah tersebut meningkat menjadi 11% (29)
pada tahun 2011 dan kemudian tetap stabil sampai tahun 2013 sekitar 5% . Limbokeratoplasty
alogenik memberikan persentase sebanyak 10% dari keratoplasti di semua indikasi.
Gambar 3. Jarak rumah pasien ke rumah sakit

Gambar 3 menunjukkan jarak perjalanan pasien yang meningkat di kedua pusat data.
Peningkatan ini lebih tinggi di pusat data I di mana jarak linear rata-rata dari rumah pasien ke
rumah sakit meningkat dari 55 mil pada tahun 2003 menjadi 146 mil pada tahun 2013 sedangkan
pada pusat data II dengan jarak 65 mil di tahun 2009 hingga 80 mil di tahun 2013.

Diskusi

Penurunan kasus keratopati bulosa dapat disebabkan karena semakin berkurangnya penggunaan
lensa intraokular anterior dan pembatasan operasi katarak di Jerman. Sedangkan di daerah lain
keratopati bulosa mungkin masih menjadi faktor utaam untuk dilakukan keratoplasti. Penurunan
pada pasien keratoconus, mungkin disebabkan oleh lensa kontak, penerapan corneal
crosslinking. Distrofi fuch’s menjadi indikasi utama keratoplasti tetapi sekarang tidak sebagai
indikasi utama.
Kesimpulan

Hasil menunjukkan bahwa DMEK meningkatkan jumlah keratoplasti.

Penurunan pasien keratoconus mungkin dikaitkan dengan pemasangan kontak lensa yang
dioptimalkan atau efek stabilisasi corneal crosslinking.

Anda mungkin juga menyukai