Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Karsinoma Sel Skuamosa


Devi Lexvia Sita Purba
112017242
Pembimbing :
Dr. Roger Aruan Sp. KK
 Nama : Ny. E
 Usia : 69 tahun
Identitas  Jenis Kelamin : Perempuan

Pasien  Alamat : Swasembada Barat No. 25


 Agama : Islam
 Tanggal Pemeriksaan : 22 Oktober 2019
 Keluhan Utama : Luka pada hidung kiri
 Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang dengan keluhan
terdapat luka pada hidung kiri. Awalnya berupa tahi lalat, yang
semakin membesar, gatal dan sering digaruk, sehingga timbul
Anamnesis luka, berdarah dan nyeri. Pasien sudah dianjurkan operasi 2 tahun
SMRS namun pasien menolak.
 Riwayat Penyakit Dahulu : -
 Riwayat Keluarga : -
Status
Dermatologis

 Regio : Hidung
 Effloresensi : Plak kehitaman, berukuran plakat, asimetris,
berbatas tidak tegas, ulkus eritematosus.
Diagnosis Kerja Diagnosis Banding

Diagnosis  Keratoakantoma
 Karsinoma Sel Skuamosa  Ulkus/granuloma kronik
 Karsinoma sel basal
 Rujuk RS Kanker Dharmais
Tatalaksana  Pembedahan
Karsinoma Sel Skuamosa
Tinjauan Pustaka
 Tumor ganas kulit nonmelanoma dari sel keratinosit suprabasal
Definisi epidermis dapat bermetastatis, dan berkembang dari ulkus atau
radang kronik, prakanker, atau rangsangan karsinogen tertentu.
 Di AS karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas kulit non
melanoma ke-2 setelah karsinoma sel basal.
 Karsinoma sel skuamosa lebih sering pada kulit putih daripada
Epidemiologi berwarna, lebih banyak pria daripada wanita, pada usia 40-50 thn.
 Kekambuhan masih tinggi yaitu 2% - 8,9% pasca eksisi luas r, 7%-
50% pasca radioterapi dan 20% pasc kuretase dan elektrodeseksi.
 Faktor pejamu : usia > 40 tahun, warna kulit, status imunitas, dan
kelainan genetik.
 Faktor lingkungan: akumulasi pajanan sinar ultraviolet 
Etiologi dan akumulasi mutasi genetik keratinosit  muncul sel yang potensial
ganas.
Patogenesis
 Faktor lain: lesi prakanker (aktinik keratosis dan penyakit bowen),
HPV, pajanan bahan kimia karsinogen (arsen, coal-tar), radiasi,
jaringan parut, dermatosis kronik, luka bakar, dan merokok.
 Lokasi : pada daerah yang banyak terpapar sinar matahari seperti
wajah, telinga, bibir , punggung, tangan dan tungkai bawah.
 Kelainan kulit dapat berupa papul keratotik atau plak eritematosa,
atau ulkus yang tidak kunjung sembuh.
 Batas lesi dapat tegas atau difus, dan dapat disertai rasa nyeri.
Gambaran  Berwarna sama dengan kulit atau agak sedikit eritema.

Klinis  Permukaannya halus kemudian berkembang menjadi verukosa


atau papilamatosa.
 Permukaan tumor granular dan mudah berdarah, sedangkan
pinggir ulkus meninggi dan mengeras, dapat dijumpai krusta.
 Tumor yang progresif biasanya terfiksasi jaringan di bawahnya.
 Dapat disertai pembesaran KGB lokal menandakan metastasis.
 Secara klinis ada 2 bentuk karsinoma sel skuamosa kulit:
Karsinoma sel skuamosa kulit in situ
 Terjadi pada lesi kulit yang telah ada mis: solar keratosis, kronis
radiasi keratosis, hidrokarbon keratosis, arsenikal keratosis, kornu
kutanea, penyakit Bowen dan eritroplasia Queyrat.
 Dapat menetap di epidermis, menembus lapisan basal sampai ke
dermis dan selanjutnya bermetastase melalui kgb regional.
Karsinoma sel skuamosa kulit invasif
 KSS invasif dapat berkembang dari KSS insitu atau dari kulit
normal, walaupun jarang.
Stadium klinis
berdasarkan
TNM
Histopatologi
KSS KSS
berdiferensiasi berdiferensiasi
baik sedang

KSS
berdiferensiasi
buruk
 Pembedahan merupakan pilihan utama.
 Eksisi luas dengan batas irisan dari tepi tumor sebesar 2 cm atau
lebih dalam 2 cm.
Tata Laksana  Keuntungan: Dapat dilakukan pada tumor kecil maupun besar,
Pembedahan kasus yang residif, jaringan bawah kulit yang terkena.
 Kerugian: Lokasi tumor yang dilakukan eksisi dapat menimbulkan
problem baru dan jarak eksisi dari tepi tumor tidak optimal, tidak
dapat dilakukan pada penderita dengan kontraindikasi operasi.
 Tumornya terletak pada daerah yang sulit (sekitar mata, bibir dan
hidung) bila dilakukan pembedahan.
 Penderita yang sudah dilakukan eksisi dan tidak dapat melakukan
Tata Laksana irisan pada jarak 2 cm dari tumor dan penderita sudah tua.
Radioterapi  Dosis total yang dianjurkan: 4000–4500 rad, yang diberikan 300
rad/hari berturut–turut sampai 5 hari atau minggu dengan lama
pemberian 2–3 minggu.
 Kesembuhan setelah dilakukan radioterapi jika ukuran tumor < 1
cm, 1 – 5 cm 76 %, dan jika > 5 cm 56 %.
 Terapi tambahan pada kasus metastase jauh, juga pada tempat
sulit untuk melakukan eksisi 2 cm dari tepi tumor.
 Bleomysin dengan dosis 15 mg/m2, dapat dikombinasi dengan
Metotrexat 30 mg/m2 atau dikombinasi dengan Cisplatinum 60
mg/m2 dan Metotrexat 30 mg/m2 hari kedua, serta diulang tiap 3
Tata Laksana minggu.
Sitostatika  Adriamycine dengan dosis 50 mg/m2 dan Cisplatinum dengan
dosis 75 mg/m2 dengan pemberian setiap 3 minggu sekali atau
siklofosfamid 500 mg/m2 hari kedua, Vinkristin 1,5 mg/m2 lpb hari
ke-1, 8, dan 15, Adriamicin 50 mg/m2 hari kedua, dan Dakarbasin
250 mg/m2 hari ke- 1 sampai ke-5 (CYDAVIC) serta diulang tiap 3
minggu.
 Pada stadium lanjut dan tak bisa dioperasi maka modalitas terapi
yang lebih baik adalah kombinasi antara sitostatika karboplatin
(turunan Cisplatin) diikuti radioterapi.
 Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai