Skripsi
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia
Oleh :
Desti Murtiani
A2A006011
Desti Murtiani
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
Drs. Surono, S. U.
NIP 195206171979031003
HALAMAN PENGESAHAN
Ketua :
Drs. Mujid Farihul Amin, M.Pd.
NIP 19690218 199403 1 001
------------------------------------------
Anggota I
Drs. Suharyo, M. Hum.
NIP 19610710 198903 1 003
------------------------------------------
Anggota II
Drs. Surono, S. U.
NIP 19520617 197903 1 003
------------------------------------------
MOTTO
Mari tetap bersemangat. Bukan sekadar pembuktian diri karena sebuah tanda
lulus atau gelar semata, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas kita.
Karena sejatinya hidup adalah aktualisasi diri. Hidup adalah proses belajar dan
(Andrie Wongso)
PERSEMBAHAN
Segala puja hanya milik Allah SWT penguasa alam semesta yang
menggenggam jiwa-jiwa ini. Tidak ada kata yang terbaik selain mengucapkan
syukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Atas izin-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan karya kecil ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang masih senantiasa teguh berada di jalan
Proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak telah
membantu penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
dukungan penuh;
Semarang;
Universitas Diponegoro;
10. Teman Sastra Indonesia 2006 yang tidak disebutkan satu per satu;
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Tabel :
Tabel 1. Bentuk Reduplikasi seluruh pada artikel motivasi oleh Andrie Wongso
Andrie Wongso
R : Reduplikasi
INTISARI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyampaian gagasan dapat dilakukan secara efesien dan efektif. Salah satu
komunikasi tetapi bahasa dapat diperoleh melalui tulisan baik dari artikel,
wacana, novel, puisi dan sebagainya, serta penggunaan bahasa juga beragam
mempunyai kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata makna
tetapi karena berbagai faktor terdapat dalam masyarakat pemakai bahasa itu,
budaya daerah, maka bahasa itu menjadi tidak seragam benar. Bahasa itu
pengucapan penulis. Antara ide dan gaya dapat dipadukan, dan menjadi
penulisan yang utuh. Artikel sekarang tidak hanya dapat ditemukan dalam
Menurut KBBI (2001: 66) definisi artikel adalah (1) karya tulis
lengkap, misal laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dsb; (2) Hak
Inggris.
artikel yang berisi motivasi atau penyemangat kepada pembaca baik dalam
inspirasi pagi. Artikel ini memuat beberapa kisah cerita atau pengalaman
seseorang, percintaan baik cerita bahagia mapun duka atau sedih. Artikel ini
untuk mengawali rutinitas sehari-hari dari cerita yang disajikan. Penyajian kata
dalam artikel ini banyak terdapat kata-kata bijak dan secara tidak langsung
motivasi. Artikel berupa pengalaman dari andrie wongso sendiri tetapi juga
pengalaman seseorang dari luar negeri yang disadur dalam bahasa Indonesia.
Dalam artikel motivasi masih terdapat bentuk kata dalam kalimat cerita yang
reduplikasi tidak hanya dapat diteliti dari membandingkan bahasa daerah satu
dengan yang lain tetapi reduplikasi juga dapat ditemukan dalam sebuah artikel.
baik seluruhnya atau sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal. Dengan melihat konsep di
atas, dalam konteks ilmu bahasa, reduplikasi termasuk dalam kajian morfologi
karena reduplikasi memiliki status yang sama dengan proses pembentukan kata
secara utuh maupun secara sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik
berkombinasi dengan afiks maupun tidak dan menjadi satuan bahasa sebagai
Dasar dari morfem anak yang mengalami bentuk reduplikasi atau pengulangan
merupakan kata dasar dari sama yang memeperoleh imbuhan –ber sehingga
makna, dalam pembentukan reduplikasi pada artikel motivasi. Selain itu, kajian
tersebut.
B. Rumusan Masalah
sehingga penelitian dilakukan secara sistematik dan terperinci. Hal ini akan
membantu dan mempermudah penelitian. Adapun masalah dalam penelitian ini
hanya dibatasai pada pengulangan kata dalam artikel motivasi ―Inspirasi Pagi‖
Bertitik tolak dari alasan tersebut, maka peneliti akan mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan:
andriewongso.com?
andriewongso.com?
C. Tujuan Penelitian
www. andriewongso.com
andriewongso.com?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan rujukan untuk bahan penelitian selanjutnya tentang
penggunaan reduplikasi dalam artikel
b. Sebagai sumber informasi atau rujukan untuk meningkatkan
pemahaman
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti Bahasa Indonesia dan dapat digunakan sebagai
gambaran penelitian bahasa di masa mendatang.
E. Tinjauan Pustaka
reduplikasi morfologis.
penelitian ini antara lain dilakukan oleh Purniasih (2008) yang meneliti
dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom ‖Piye ya?‖
Harian Suara Merdeka. Penelitian ini memiliki kaitan dengan reduplikasi
walaupun pokok masalah dengan interferensi dalam bahasa jawa. Jenis kata
ulang yang terdapat dalam penelitian ini adalah kata ulang berimbuhan atau
bersambungan dan kata ulang berubah bunyi atau Dwilingga Salin Swara.
F. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah sumber tulis, yaitu berupa teks. Teks
November 2012- Maret 2013 yang terdiri dari 28 buah artikel. Wujud data
dalam penelitian ini diambil dari kata atau kalimat berbahasa Indonesia yang
situs internet tersebut. Pengambilan data ini dipilih dengan pertimbangan dan
(reduplikasi).
bersangkutan. Teknik adalah jabaran dari metode tersebut sesuai dengan alat
dan sifat alat yang dipakai. Tahapan atau urutan penggunaan teknik disebut
dalam artikel motivasi. Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini
simak. Metode ini dilakukan dengan cara membaca dan memahami artikel.
terkumpul kemudian data yang ada tersebut diperiksa dengan cara membaca
Langkah kedua adalah seleksi data, semua data yang sudah diperiksa,
teknik catat yaitu dengan mencatat kata atau kalimat yang ada pada sumber
(reduplikasi) yang terdapat pada objek data serta menandai kata atau kalimat
dengan mencatatat serta memberi nomor pada kata atau kalimat yang sudah
Metode agih adalah metode yang alat penentunya justru bagian dari bahasa
dengan cara mengulang satuan lingual tertentu. Guna teknik ini adalah untuk
adalah untuk mengetahui kejatian atau identitas satuan lingual tertentu. Dalam
ini bersifat deskriptif. Maksudnya pendeskripsian dari dari gejala atau keadaan
diungkapkan secara apa adanya berdasarkan pada data, sehingga hasil perian
H. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Penulisan.
LANDASAN TEORI
A. Pengantar
ulang, serta makna kata ulang yang terkandung dalam artikel motivasi di www.
berasal dari kisah nyata maupun pengalaman seseorang yang dapat memotivasi
dalam program inspirasi pagi Dari artikel tersebut yang disadur melalui
B. Konsep Reduplikasi
Hasil dari proses pengulangan itu dikenal sebagai kata ulang (Sutanyaya, 1997:
proses dan hasil pengulangannya satuan bahasa sebagai alat fonologis dan
seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak (1983:
55). Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang, sedangkan satuan yang
bahasa barat, jadi bahasa Indonesia konsepsi sendiri tentang kata ulang. Dari
pendapat kedua ahli tersebut di atas, jelas tergambar bahwa konsep reduplikasi
bunyi kata), fungsi dan makna kata, karena disebutkan berhubungan dengan
maupun kata gabung. Kata yang terbentuk sebagai hasil dari proses pengulngan
maupun tidak yang menghasilkan kata baru yang dilakukan terhadap kata
dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung yang di sebut kata ulang.
macam kata ulang, yaitu (1) kata ulang utuh atau murni, (2) kata ulang berubah
bunyi, (3) kata ulang sebagian, dan (4) kata ulang berimbuhan (Abdul Chaer,
2006:286). Seperti:
1. Kata ulang murni adalah kata ulang yang baian perulangannya sama
2. Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian perulangannya
Larak-lirik
Tindak-tanduk
Serba-serbi
Kelap-kelip
Ramah-tamah
cerai berai
3. Kata ulang sebagian, yaitu kata ulang yang perulanganya hanya terjadi
pada suku kata awalnya saja dan disertai dengan penggantian vocal suku
4. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang disertai dengan pemberian
berimbuhan, yaitu:
Umpamanya pada kata dasar atur, mula-mula diberi akhiran –an sehingga
aturan-aturan.
Kegiatan-kegiatan
Pemimpin-pemimpin
Pembongkaran-pembongkaran
Peraturan-peraturan
b. Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi imbuhan.
Melompat-lompat
Membolak-balik
Mengharu-birukan
pada kata dasar hari sekaligus diulang dan diberi awalan ber- sehingga
Bermil-mil
Bermeter-meter
Berkubik-kubik
Berbulan-bulan
1. Pengulangan seluruh
buku buku-buku
kebaikan kebaikan-kebaikan
2. Pengulangan sebagian
dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan
fungsi.
robek robak-rabik
serba serba-serbi
bagaimana bentuk dasar kata ulang itu diulang (2010: 52). Berdasarkan hasil
penelitian, ternyata dalam bahasa Indonesia ada empat jenis pengulangan, yaitu
perubahan fonem.
1. Pengulangan seluruh
afiks dan tanpa fonem. Misalkan dapat dilihat pada table berikut:
satuan).
2. Pengulangan Sebagian
arti, yaitu
kuningan
kecenderungan pula bahwa yang diulang hanya bentuk asalnya, yaitu bentuk
yang belum mengalami proses morfologis, misalnya warna, kmas, tunjuk, satu,
ini sudah tidak produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi,
berdasarkan hasil perbandingan, masih dapat dibuktikan bahwa pengulangan
jenis ini memang ada dalam bahasa Indonesia. Misalya, kata ulang gerak-gerik.
Telah diketahui bahwa kata ulang itu terbentuk dasar gerak setelah
1. Pengulangan Dwipura
kata pertama dari sebuah kata. Dalam bentuk pengulangan macam ini, vokal
suku kata awal yang diulang mengalami pelemahan karena pengulangan ini
menghasilkan satu suku kata tambahan. Sehingga vokal suku kata baru ini
2. Pengulangan Dwilingga
Dwilingga adalah bentuk dasar. Karena itu, bila sebuah bentuk dasar
dwilingga. Lingga yang diulang dapat berupa kata dasar atau kata turunan.
Misalnya :
seluruh bentuk dasar, namun terjadi perubahan bunyi pada salah satu fonemnya
pengulangan dwilingga, namun pada salah satu atau bentuk lingga atau bentuk
bermain-main
memukul-mukul
berjalan-jalan
yang diulang, sehingga sebagian kata ulang dengan mudah dapat ditentukan
bentuk dasarnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa tidak semua kata ulang dengan
petunjuk dalam menentukan bentuk dasar kata ulang, yaitu sebagai berikut:
Contoh :
nominal)
bahasa.
Contoh :
makna yang didapat sebagai hasil proses pengulangan itu, anatara lain:
murid)
dilakukan terhadap.
a. Kata benda yang banyak jenisnya dalam bentuk kata ulang ber- akhiran –
an
digoreng.
nama-nama benda yang menjadi wadah sesuatu, dalam bentuk kata ulang
berawalan ber-
ribuan
dasarnya‘ dilakukan terhadap kata sifat, dalam bentuk kata dasar murni.
dilakukan terhadap;
a. Kata benda yang menyatakan warna dalam bentuk kata ulang berimbuhan
gabung ke-an.
b. Kata benda yang dikenal dengan sifatnya dalam bentuk kata ulang
Contoh : Usianya sudah hamper dua puluh tetapi masih saja kekanak-
kanakan
kutendang.
ukuran kecil)
sungguh‘ dilakukan terhadap kata sifat, dalam bentuk kata ulang murni.
terhadap kata sifat dan kata keja yang menyatakan keadaan, dalam bentuk kata
ualang murni.
dilakukan terhadap kata kerja dalam bentuk kata ulang berawalan me- atau
ber-
dilakukan terhadap:
a. Kata kerja dalam bentuk kata ulang dengan awalan me- pada unsure
keduanya.
b. Kata kerja dalam bentuk kata ulang dengan akhiran-an, atau imbuhan
gabung ber-an.
terhadap beberapa kata kerja dalam bentuk kata ulang dengan awalan me- pada
unsure kedua.
terhadap kata kerja dalam bentuk kata ulan murni, biasanya digunakan pada
awal kalimat.
a. Kata ulang berawalan se-, atau berimbuhan gabung se, -nya dan
terhadap kata kerja, dalam bentuk kata ulang berimbuhan gabung se-nya.
dilakukan terhadap kata benda yang menyatakan waktu dalam bentuk kata
terhadap beberapa kata kerja dalam bentuk kata ulang dan biasanya digunakan
18. Pengulangan untuk mendapatkan makna ‗terdiri dari yang disebut kata
dasarnya‘dilakukan terhadap:
b. Kata benda yang mempunyai ukuran (berat, panjang, luas, besar dan
waktu) atau yang biasa dijadikan ukuran untuk benda lain, dalam bentuk
a. Kata sifat, dalam bentuk kata ulang murni yang digunakan sebagai
b. Kata sifat dalam bentuk kata ulang berimbuhan gabung me-, -kan dan
20. Pengulangan untuk maksud menegaskan dilakukan terhadap kata ganti dan
Kata rumah dalam kalimat rumah itu sudah tua menyatakan ―sebuah
bersyarat ‗
berulang –ulang‘
saling‘
mencetak ‗
menjilid‘
10. menyatakan makna ‗tingkat yang paling tinggi yang dapt dicapai‘. Dalam
dicapai;serajin mungkin‘.
11. Selain dari makna-makna yang tersebut di atas, terdapat juga proses
dengan membeda-bedakan.
BAB III
ANALISIS BENTUK DAN MAKNA REDUPLIKASI DALAM
ARTIKEL MOTIVASI
A. Pengantar
sampel yang berupa bentuk dan makna reduplikasi yang terdapat dalam artikel
motivasi oleh andriwongso. Data dalam penelitian ini diambil dari situs
seluruhnya maupun sebagaian, baik dengan variasi fonem maupun tidak yang
menghasilkan kata baru yang dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan,
Reduplikasi atau kata ulang dalam artikel ini ditemukan empat jenis
reduplikasi yaitu berupa 1). kata ulang utuh, 2). kata ulang sebagian, 3). kata
ulang yang mengalami perubahan fonem dan 4). kata ulang berafiks atau
berimbuhan atau kata ulang yang mendapatkan imbuhan baik awalan, akhiran,
ataupun sisipan kata dan mengalami proses pengulangan. Dalam penelitian ini
juga dianalisis makna atau arti dari jenis reduplikasi tersebut sehingga pembaca
dibawah ini:
B. Bentuk Reduplikasi Kata dalam Artikel motivasi oleh Andrie Wongso
perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses perubahan afiks. Kata
ulang yang terdapat dalam artikel motivasi oleh Andrie Wongso dapat
kata kata-kata
Teman Teman-teman
beban beban-beban
laki laki-laki
Burung burung-burung
Setengah setengah-setengah
Harapan harapan-harapan
Hal hal-hal
Anak anak-anak
Barang barang-barang
lilin lilin-lilin
Murid murid-murid
Calon calon-calon
bunga bunga-bunga
jalan jalan-jalan
Marah Marah-marah
diam diam-diam
malam malam-malam
orang orang-orang
tahun tahun-tahun
pagi pagi-pagi
batu batu-batu
kelemahan kelemahan-kelemahan
perubahan perubahan-perubahan
topik topik-topik
Berkas berkas-berkas
segan segan-segan
semak semak-semak
Kelinci kelinci-kelinci
Pelajar Pelajar-Pelajar
organisasi organisasi-organisasi
Nilai nilai-nilai
kejadian kejadian-kejadian
contoh contoh-contoh
(1). Sang guru terdiam, seakan menunggu kata-kata lain dari muridnya
itu. (Nilai Kelulusan, Senin, 4 Maret 2013)
(2). Padahal, apa yang dilakukan di mata orang lain adalah sesuatu yang
jauh dari kebaikan. Alasan ekonomi misalnya, sering menjadikan
nilai-nilai kebaikan terlihat kabur. (Delapan Kebajikan , Sabtu, 9
Maret 2013)
Dari data (1) dan (2) pengulangan utuh atau seluruh di bentuk dari
kata dasar. Kata sebagai kata dasar, dan kata-kata sebagai hasil dari
reduplikasi dari kata, begitu juga kata dasar nilai, hasil dari reduplikasi
menjadi nilai-nilai.
(3). Tetapi jika kita memiliki kesadaran dan tekad untuk mengubahnya,
maka kita bisa mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada
sekaligus mengembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki
sehingga keahlian dan karakter positif akan terbangun. (Batu Ruby
yang Retak, Rabu, 7 November 2012)
Kelemahan → kelemahan-kelemahan
Data (3) dan (4) Pengulangan ini terjadi pada kata dasar atau kata
pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, dengan kata lain bentuk dasar
tidak diulang seluruhnya (Ramlan, 1983: 55) Dalam artikel motivasi oleh
Luhur Leluhur
Kasih Kekasih
Patah Pepatah
Berapa
Beberapa
sama Sesama
Tiba
Setiba
setelah
Setelah
Contoh kalimat :
(5). Ini merupakan sikap berbakti terhadap orangtua, leluhur, dan guru.(
Delapan Kebajikan ,Sabtu, 9 Maret 2013)
Luhur → la+ luhur → laluhur → leluhur
/ləluhur/
(6). …….juga kuberikan untuk kekasihku, dan dia pun semakin sayang
kepadaku.( Ember Bocor ,Rabu, 16 Januari 2013)
Kasih → ka+ kasih → kakasih → kekasih
/kəkasih/
(7) Sungguh luar biasa! Tentu, saya pun setuju sekali dengan pepatah
yang mengatakan "knowledge is power". ( Manfaat Buku ,Rabu, 7
November 2012)
(8). Ambil dan bawa kemari beberapa lilin di lemari ibu, nyalakan
dengan korek api yang di situ. (Lilin-lilin Kecil ,Rabu, 12
Desember 2012)
perubahan fonem vocal /a/ menjadi /e/. Suku pertama kata dasar dari data (5)
kata dasar kasih, patah. berapa dan sama mendapat suku pertama ka-, pa-, ba-,
dan sa- mengalami perubahan vocal /a/ menjadi /ə/ menjadi ke-, pe-, be-, dan
pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan.
Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami
pengulangan secara utuh tetapi mengalami perubahan fonem dari vokal /a/
penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga
mengulang seluruh kata dasar dengan perubahan pada salah satu atau seluruh
vocal dari kata dasar tersebut. Pengulangan sebagian dalam artikel motivasi
Andrie Wongso
Sana sana-sini
Contoh kalimat :
(10). walaupun mengalami gegar otak lumayan parah, tulang paha yang
patah menjadi enam, dan memar di sana-sini. ( Kesempatan Kedua
,Rabu, 7 November 2012)
Data (10) merupakan reduplikasi berubah bunyi, hal ini pada sana-sini
terdapat perubahan fonem, dari fonem /a/ menjadi fonem /i/ dari kata dasar
sana, sedangkan data (11) merupakan perubahan bunyi konsonan, dari fonem
perubahan bunyi fonem baik fonem konsonan maupun vocal dari bentuk
bentuk kategori. Pengulangan ini dapat dilihat pada pemaparan berikut ini:
Contoh Kalimat:
(20). Jika dipahami dalam arti yang sempit, seolah-olah di sini orang
yang bejo atau beruntung adalah "sekadar" mendapat berkah,
sehingga ia bisa memperoleh apa yang didambakan dengan mudah.
(Bejo (beruntung, Rabu, 7 November 2012)
(23). Hari yang dinanti-nantikan itu pun akhirnya tiba. (Pemburu dan
Kelinci, Rabu, 7 November 2012)
kan sehingga menjadi anngukkan. Setelah itu diimbuhkan awalan me- sehingga
mengangguk-anggukan. Begitu juga pada data (13) terdapat kata dasar beda
yang mendapat awalan me- dan akhiran kan- sehingga membentuk reduplikasi
imbuhan me- menjadi melompat yang menyatakan kata kerja dan mengalami
Kata dasar kaca pada data (15) dan bulan pada data (16) , kedua kata
dasar tersebut menyatakan kata benda mendapat imbuhan awalan ber- menjadi
Pembahasan pada data (17) kata dasar mati mendapat akhiran –an
menjadi matian , setelah itu mengalami reduplikasi dari kata mati menjadi
mati-matian yang berubah menjadi kata kerja. Sedangkan data (18) kata dasar
lama mendapat sisipan ke- dan –an menjadi kelamaan serta mengalami
Kata dasar banyak pada data (19) merupakan adjektiva ulang terbentuk
dari perulangan kata dasar + se- + -nya menjadi sebanyak-banyaknya dan data
(20) sama halnya kata olah merupakan kata dasar yang mendapat imbuhan se-
Awalan di- pada data (21), dan (22) berfungsi sebagai kata kerja terjadi
pada kata dasar tunggu dan buat yang mengalami proses perulangan menjadi
bukan sebagai kata depan. Sedangkan data (23) kata ulang dinanti-nantikan
berasal dari kata dasar nanti yang mendapat awalan di dan akhiran kan- dan
kerja.
Fungsi awalan ter- pada data (24) dan (25) membentuk kata kerja pasif
yang menyatakan keadaan yang terbentuk dari kata dasar lipat dan buru yang
mendapat awalan ter- dan mengalami proses perulangan kata menjadi terlipat-
Data (26) dengan kata dasar bahu mendapat imbuhan me- menjadi
membahu-bahu. Sedangkan data (27) kata dasar surat juga mendapat imbuhan
me- menjadi menyurat bukan mensurat karena konsonan /s/ dalam imbuhan
me- diluluhkan menjadi /y/ dan terjadi proses pengulangan sehingga bukan
kata dasar terus mendapat imbuhan me dan terjadi proses pengulangan kata
penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga
Wongso terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses
pengulangan.
Dalam garis besarnya, makna dapat dibagi menjadi dua, yaitu makna
leksikal dan makna gramatikal. Oleh proses morfemis tertentu, kata yang
dikenainya dapat mengalami perubahan dalam kedua bidang ini. Ada kalanya
proses morfemis tidak mengadakan perubahan arti leksikal. Ada pula proses
leksikal.
tertentu yang maknanya tergantung dari konteksnya (yaitu konteks kata ulang),
ini data yang diperoleh adalah reduplikasi reduplikasi secara utuh, sebagian,
perubahan fonem, dan berimbuhan diantaranya makna reduplikasi yang
contoh :
a) Sang guru terdiam, seakan menunggu kata lain dari muridnya itu.
(Nilai Kelulusan, Senin, 4 Maret 2013)
Sang guru terdiam, seakan menunggu kata-kata lain dari muridnya
itu.
b). Padahal, apa yang dilakukan di mata orang lain adalah sesuatu yang
jauh dari kebaikan. Alasan ekonomi misalnya, sering menjadikan
nilai-nilai kebaikan terlihat kabur. (Delapan Kebajikan , Sabtu, 9
Maret 2013)
Kata dasar dari kata dalam kalimat kata lain dari muridnya
kata lain dari muridnya itu.menyatakan ―banyak kata.‖ Begitu pula dengan
kata nilai jika berdiri sendiri mempunyai arti sebuah nilai kebaikan, sedangkan
contoh lain :
laki-laki
contoh :
masing-masing
segan-segan
setengah menyatakan makna yang sama dengan makna yang dinyatakan oleh
Contoh :
pembubuhan afiks –an, pada artikel motivasi ini tidak diketemukan makna
tersebut.
berulang ulang‘
Contoh :
Mengangguk-angguk : ‗ mengangguk berkali-kali‘
Contoh kalimat:
Contoh :
e). Saat merasa bosan, dia berjalan-jalan keluar dari villa tempat dia
menginap dan menyusuri tepian pantai. Pedagang dan Nelayan
(Rabu, 7 November 2012)
berjalan-jalan : „jalan dengan santainya‟
santai atau enak yang merupakan kata kerja Dalam kalimat di atas berjalan-
jalan saat dia merasa bosan dari tempat villa dengan menyusuri tepian pantai.
7. Menyatakan bahwa ‗ perbuatan pada bentuk ini dilakukan oleh dua pihak
‗ saling‘
Contoh :
Contoh kalimat :
bahu membahu menjadi keluarga kecil yang sangat bahagia. Perbuatan saling
juga terjadi pada kata ulang surat- menyurat dan terus menerus yang biasanya
Contoh :
i). Aku sudah berusaha mati-matian, tapi tetap saja belum bisa
menyanyikan lagu yang indah. (Jangkrik dan Burung , Senin, 11
Februari 2013)
Mati-matian : ‗ hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan mencetak ‗
Pada kalimat di atas mati-matian mempunyai makna pekerjaan yang
10. menyatakan makna ‗tingkat yang paling tinggi yang dapt dicapai‘. Dalam
nya.
Contoh:
Kekayaan alam yang akan dirampas paling banyak dan untuk dijual kembali.
Contoh:
motivasi oleh Andrie Wongso yang setiap kata ulang memiliki arti yang
PENUTUP
A. Simpulan
variasi fonem atau tidak. Permasalahan yang muncul dalam proses reduplikasi
antara lain mengenai penentuan jenis kata ulang tertentu, makna apa saja yang
itu kiranya dapat diatasi dengan membaca beberapa tulisan yang membahas
reduplikasi.
dan sebagainya. Dalam artikel ini ditemukan 7 kata ulang yang dengan proses
proses pengulangan kata dan dalam penelitian ini hanya menemukan 2 kata
ulang tersebut.
4. Pengulangan dengan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
baik kata awalan, akhiran maupun kata sisipan dan diulang sehingga
ulang
6. Menyatakan bahwa ‗ perbuatan pada bentuk ini dilakukan oleh dua pihak dan
saling mengenai
bentuk dasar ‗
dalam artikel motivasi ini disarankan bagi pengguna bahasa untuk menggunakan
tata cara yang umum dan banyak digunakan oleh masyarakat. Namun, para
pengguna bahasa juga harus mengoreksi lagi, apa tata cara tersebut sesuai dengan
standar dan tata cara yang telah disepakati dalam proses reduplikasi. Pemakaian
bahasa yang umum belum tentu benar, justru karena pemakaiannya yang telah
menyeluruh itu kesalahannya jadi tidak tampak. Dapat menjadi acuan atau sumber
Alwi, Hasan et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa dan Balai Pustaka.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik (ii) Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan
Data.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Setyowati, Avid. 2008. ―Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahada Jawa dalam
Bahasa Indonesia pada kolom ― Piye ya?‖. Skripsi S-1 Jurusan Sastra
Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang.
Sumber Internet:
www. andriewongso.com
LAMPIRAN I
10. Celakanya, dalam mengejar 1 koin ini, mereka lupa pada hal-hal lainnya.
11. Mari teman-teman, mengembangkan dan menjalankan semua aktivitas
dengan modal rasa syukur dan bahagia. Sehingga di sepanjang jalan, kita
bisa selalu ringan tangan berbagi kebahagiaan kepada sesama, terutama
keluarga.
58. Jika buku yang kita baca itu topik-topiknya menyangkut bidang yang kita
geluti, yang kita minati, maka dalam lima tahun kita pasti bisa menjadi
pakar dalam bidang yang kita tekuni.
59. Sungguh luar biasa! Tentu, saya pun setuju sekali dengan pepatah yang
mengatakan "knowledge is power".
The Point Of No Return (Rabu, 7 November 2012)
60. Lama-lama usaha itu semakin berkembang dan mereka malah sukses jadi
pengusaha, dengan pendapat jauh lebih besar dari gaji sebelumnya.
Delapan Kebajikan
Oleh Andrie Wongso
Sabtu, 9 Maret 2013
Banyak orang yang sadar bahwa baik itu hal yang mulia, kebaikan itu sesuatu
yang patut dijunjung dan diapresiasi. Tapi, entah mengapa, masih banyak
juga orang yang—disadari atau tidak, terpaksa atau tidak—lebih memilih
jalan yang berlawanan dengan kebaikan.
Tak jarang, atas alasan tertentu, seseorang merasa telah berbuat benar. Padahal, apa
yang dilakukan di mata orang lain adalah sesuatu yang jauh dari kebaikan. Alasan
ekonomi misalnya, sering menjadikan nilai-nilai kebaikan terlihat kabur. Tentu,
masih ada banyak faktor yang bisa diperdebatkan kemudian, sebanyak alasan yang
juga mungkin bisa dibuat untuk membenarkan sebuah tindakan.
Terlepas dari itu semua, bagi saya pribadi, kesuksesan seseorang dalam hidup
sejatinya banyak ditentukan oleh nilai-nilai kebaikan/kebajikan. Hal utama yang
menjadi penyaring adalah baik, benar, halal. Indikator ini mudah dikenali oleh hati,
pikiran, dan jiwa yang bersih.
Agar lebih jelas, dalam tulisan ini, saya akan menyampaikan ―delapan sifat mulia
kebajikan‖. Hal ini penting untuk kita ingat, sadari, dan praktikkan:
1. Bakti
Ini merupakan sikap berbakti terhadap orangtua, leluhur, dan guru. Sepertinya
sederhana, tapi kadang kita lupa. Padahal, merekalah orang-orang yang memang
pantas kita berikan penghormatan mendalam. Sebab, dari mereka kita belajar
banyak hal yang berguna untuk kehidupan. Dari mereka kita mendapat banyak
bekal untuk meraih kesuksesan. Sikap berbakti ini akan membuat kita selalu ingat,
bahwa ada banyak nilai-nilai luhur yang bisa kita jadikan pegangan untuk meraih
kebahagiaan sebenarnya.
2. Persaudaraan
Ini mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berlaku hormat terhadap yang lebih
tua sebagai saudara sehingga selalu mampu memunculkan sifat rendah hati. Rasa
saling menghargai antar saudara akan menjadi ―penyaring‖ bagi kita untuk tidak
berbuat hal-hal yang kurang bernilai baik. Sebab, dengan menjaga persaudaraan,
kita akan selalu ingat, bahwa setiap perbuatan yang baik—dan sebaliknya, kurang
baik—juga akan berdampak langsung atau tidak langsung pada hubungan
persaudaraan. Dengan begitu, kita akan selalu bisa menjaga amanah dalam segala
tindakan.
3.Kesetiaan
Ini merupakan nilai kesetiaan terhadap atasan, teman, dan kerabat. Sikap ini akan
membuat kita punya nilai karena kita mampu selalu berpegang teguh pada apa yang
sudah diucapkan pada lingkungan sekitar. Sikap setia ini akan menjadikan kita
selalu mengingat bahwa hidup ini tidak sendirian, sehingga kita selalu mampu
menjaga keharmonisan dan keseimbangan hidup dengan sesama.
4.DapatDipercaya
Umumnya, orang yang dapat dipercaya akan mendapat banyak teman, relasi,
bahkan pesaing yang menghormatinya. Karena itu, sikap dapat dipercaya yang
dibuktikan dengan sifat dan sikap yang jujur, amanah, mampu memegang janji, dan
berbagai kualitas mental positif lainnya, akan mengantarkan kita pada ―pencapaian‖
hidup yang benar-benar berkualitas.
5.Susila
Ini merupakan nilai-nilai kepantasan yang harus kita pegang teguh dalam hidup
bermasyarakat. Mulai dari menjauhi tindakan bersifat asusila, punya nilai bertata-
krama yang baik, sikap sopan santun, berbudi pekerti luhur, dapat memperkuat
integritas kita sebagai insan mulia yang punya nilai di mata masyarakat. Dalam hal
ini, tentu kita sendiri yang bisa menjaganya.
6.Kebenaran
Ini merupakan sikap untuk senantiasa menjunjung tinggi kebenaran sejati atau suatu
sifat solidaritas terhadap sesama. Bagi sebagian orang, nilai ini bisa jadi berbeda-
beda, tergantung dari sudut pandang mana yang digunakan. Namun, jika semua itu
dikembalikan kepada hati nurani, pasti kita akan menemukan nilai kebenaran yang
sejati. Sebab, pada dasarnya, kita sendiri sudah bisa menilai mana yang baik, mana
yang buruk.
7.Sederhana
Sepertinya, sifat ini mudah dijalankan. Namun pada praktiknya, nilai sederhana
yang diterapkan orang sangat berbeda-beda. Untuk itu, kita harus senantiasa
berkaca dalam diri, sudah benarkah apa yang kita lakukan hari ini? Apakah nilai-
nilai kesederhanaan yang telah kita jalankan, terutama agar hidup selalu berjalan
harmonis dan seimbang di mata masyarakat dan lingkungan sekitar? Kita sendiri
yang bisa menjalankan dan memilih melakukannya.
8.TahuMalu
Budaya tahu malu ini sebenarnya akan menjadi penyaring utama dalam setiap
tindakan agar hal yang kita lakukan pun menjadi lebih bernilai bagi sekitar.
Mari kita coba kembali berkaca. Kita telusuri dalam diri dan segera perbaiki, nilai-
nilai kebajikan yang barang kali mulai luntur di antara kita. Tentunya, agar kita
semua bisa meraih sukses dan kehidupan yang jauh lebih bermakna.
Nilai Kelulusan
Alkisah, di suatu sore hari di sebuah perguruan kungfu, tampak seorang murid yang
masih muda berlutut di hadapan sang guru untuk melakukan uji terakhir sebelum
turun gunung. Pelajaran kehidupan, latihan keras, dan disiplin tinggi yang telah
dijalaninya selama ini akhirnya mampu diselesaikan dengan baik.
―Muridku, sebelum diizinkan untuk turun gunung, kamu harus lulus satu ujian
lagi,‖ kata sang guru besar.
―Saya siap Guru,‖ jawab si murid yang menduga harus menjalani satu ronde adu
tanding bela diri lagi.
―Kamu harus menjawab pertanyaan saya. Bagi kamu, apa arti tanda kelulusan yang
akan saya berikan ini?‖
―Bagi saya, tanda kelulusan adalah akhir dari perjalanan saya,‖ jawab si murid
dengan nada bangga.
Sang guru terdiam, seakan menunggu kata-kata lain dari muridnya itu. Jelas sekali
dia tidak puas dengan jawaban yang diberikan muridnya. Akhirnya, sambil
menghela napas, sang guru berkata, ‖Kamu belum siap menerima tanda kelulusan
dari perguruan ini. Berlatihlah kembali dan pikirkan baik-baik. Kembalilah kemari
satu bulan lagi.‖
Sebulan kemudian, si murid datang dan berlutut lagi di hadapan sang Guru.
―Muridku, setelah berpikir dan berlatih di sini selama ini, apa arti sesungguhnya
dari tanda kelulusan yang diberikan kepada kamu?‖ tanya sang guru.
―Artinya adalah simbol kehormatan dan pencapaian tertinggi dalam seni bela diri di
perguruan ini,‖ jawab si murid.
Sambil menggeleng lemah, sang guru berkata, ―Sayang sekali, kamu belum siap
turun gunung dan menerima tanda kelulusan. Kembalilah satu bulan lagi.‖
Satu bulan berlalu, Dan sekali lagi guru besar bertanya, ―Muridku, saya tidak bisa
melepas kepergianmu sebelum kamu memiliki pengertian benar dengan menjawab
pertanyaan terakhir ini. Apa arti sesungguhnya tanda kelulusan ini?‖
Saat kita menerima sebuah tanda kelulusan, gelar, predikat, di bidang apa pun,
sesungguhnya itu awal sebuah perjalanan panjang untuk membuktikan bahwa kita
memang layak menerimanya dengan segala konsekuensinya dan tanggung jawab
yang menyertai di dalamnya.
Mari tetap bersemangat. Bukan sekadar pembuktian diri karena sebuah tanda lulus
atau gelar semata, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas kita. Karena
sejatinya hidup adalah aktualisasi diri. Hidup adalah proses belajar dan berjuang
tanpa batas.
Cahaya Lilin
Di sebuah kerajaan, raja mempunyai dua orang putra yang beranjak menjadi
dewasa. Mereka berdua sama pandainya dan baik hati. Melihat karakter dan
kemampuan kedua putra mahkota, rakyat merasa lega dan berbahagia
karena kelak, apabila raja turun dari tahta, siapapun di antara kedua putra
mahkota, pasti akan mampu memimpin kerajaan dengan baik dan bijak.
Akhirnya tiba waktunya, raja harus menentukan pilihan, siapa penerus tahta di
antara dua anak tersebut. Setelah memikirkan cukup lama, maka suatu hari
dipanggillah keduanya untuk menghadap raja.
―Anakku! Ayah tahu kalian berdua sama-sama pandai, berprestasi serta dan
mencintai kerajaan ini. Ayah menyayangi kalian dan tidak pernah membeda-
bedakan. Umur ayah sudah semakin tua, suatu hari kelak, ayah harus menyerahkan
tahta kerajaan ini kepada salah satu di antara kalian. Entah siapapun kelak yang
memerintah kerajaan ini, kalian harus tahu dan mengerti, bahwa ayah tidak pernah
meragukan kemampuan kalian dan tetap mencintai kalian sama besarnya.‖
Setelah diam sejenak, sang raja melanjutkan, ―Ada yang Ayah ingin kalian pikirkan
baik-baik sebelum menjawab. Jawaban kalian akan menentukan seberapa besar
kebijaksanaan yang kalian punyai untuk menjadi diri sendiri dan pemimpin di
kemudian hari. Apakah kalian siap mendengar?‖ Keduanya menganggukkan kepala
dan bersamaan menjawab, ―Kami siap!‖
Lalu sang raja memberi sekeping uang emas kepada kedua putranya sambil berkata,
‖Dengan uang ini belilah benda atau apa saja yang dapat memberikan gambaran
dan pandanganmu apabila engkau memimpin kerajaan ini‖.
Tiga hari kemudian, saat malam tiba, satu persatu mereka menghadap raja. Si
sulung ternyata membeli sebuah pena, diapun menjelaskan, ―Pena adalah benda
yang penting dan serba guna. Dengan pena ini, aku akan menulis semua yang Ayah
inginkan dan rencanakan untuk kesejahteraan kerajaan ini.‖
Saat si bungsu tiba, dia mengajak ayahnya masuk ke dalam sebuah ruangan yang
gelap, dan menghidupkan lilin di tangannya sambil berucap, ―Ayah, menurut
ananda, seorang pemimpin sama seperti cahaya lilin ini, memberi penerangan bagi
mereka yang ada di kegelapan dan menjadi panutan pada semua orang yang
dipimpinnya. Dan setiap saat rela berkorban untuk penerangan itu sendiri.‖
Sang raja sangat gembira dengan jawaban kedua putranya. Setelah menganalisa
secara saksama, akhirnya sang raja memilih anak kedua sebagai calon penerus tahta
kerajaan.
Gambaran seorang pemimpin sama seperti nyala sebuah lilin yang mampu
menerangi dan menghangatkan seisi ruangan adalah tepat sekali, karena pemimpin
bukanlah sekadar posisi yang hanya memerintah dan mengawasi. Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk membimbing, membina, dan mengembangkan kelebihan
orang yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam proses pencapaian cita-
cita bersama.
Kepemimpinan adalah teladan, pengabdian dan proses tanggung jawab tanpa henti.
Salam Sukses Luar Biasa!
Menikmati Hidup
Oleh Andrie Wongso
Selasa, 26 Februari 2013
Lalu sang dosen berkata lagi, ‖Berapa berat yang pasti tidaklah penting. Karena hal
itu bergantung pada berapa lama kita memegangnya. Jika saya memegangnya
selama semenit, tidak masalah. Kalau saya memegangnya selama satu jam, lengan
kanan saya akan kram. Dan jika saya memegangnya seharian, mungkin kita harus
dibawa ke rumah sakit. Padahal beratnya sama saja, tapi semakin lama kita
memegangnya, gelas air itu akan terasa semakin berat.
‖Begitu pula dalam hidup ini. Jika kita menanggung beban-beban hidup (bisa
berupa kekecewaan, kegagalan, kekalahan, kesedihan, dukacita, dll) sepanjang
waktu, cepat atau lambat, kita taidk kan mampu bertahan. Karena beban itu lama-
kelamaan akan makin terasa berat. Karena itu, yang perlu kita lakukan adalah
menaruh gelasnya, beristirahat sebentar sebelum kembali memegangnya.‖
Sama halnya dengan gelas air tersebut, kita perlu meletakkan beban-beban hidup
kita pada waktu-waktu tertentu, sehingga kita bisa merasa segar lagi dan mampu
mengangkat beban itu kembali.
Jadi, sebelum kita pulang ke rumah dari pekerjaan atau segala aktivitas kita
selama seharian penuh, letakkan sejenak beban kerja dan hidup kita. Jangan
membawa beban itu ke dalam rumah. Tinggalkan itu di luar rumah. Esok pagi, saat
tubuh kita sudah terasa segar kembali, kita bisa mengambil beban itu lagi.
Cobalah untuk beristirahat dan bersantai. Nikmatilah hidup ini! Karena pada
akhirnya yang paling penting adalah seberapa baik kita menjalani hidup,
mencintai, dan belajar untuk melepaskan beban dalam hidup.
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia
boleh mencoba.
"Tentu saja boleh, Nyonya. Mari naik ke panggung!" Manusia Kuat lantas
membimbing wanita itu naik ke atas pentas.
Lalu wanita itu mencoba memeras dengan penuh konsentrasi. Ia memeras ...
memeras ... dan ... setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh membasahi lantai
panggung. Para penonton diam, terperangah. Lalu cemoohan mereka segera
berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia Kuat memeluk dan menyalami wanita kurus itu, sambil berkata, "Nyonya,
aku sudah melakukan pertunjukan semacam ini ratusan kali. Dan, ribuan orang
pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang saya tawarkan,
tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan
hadiah itu. Boleh tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini,‖ jawab wanita itu. "Saya adalah orang yang telah terbiasa setiap hari
memeras air jeruk atau air kelapa, baik untuk keperluan rumah tangga serta
pekerjaan di kios makanan. Dan jika suamimu sedang sakit keras dan tak bisa
bekerja mencari nafkah, sedangkan kau memiliki tanggungan empat anak yang
harus diberi makan setiap harinya, lalu kau harus kuat mencari uang meski hanya
seratus-dua ratus.. maka hanya memeras setetes jeruk untuk mendapatkan satu juta
bukanlah hal yang teramat berat. Bila Anda memiliki ALASAN cukup kuat, maka
Anda akan menemukan jalannya," demikian kata wanita tersebut dengan mantap.
Seringkali kita tidak mampu melakukan sesuatu bukan karena kita tidak
kuat, tetapi karena kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat. Orang yang
berhasil adalah orang yang penuh dengan motivasi, impian, dan semangat
yang tinggi.
Alkisah, seekor jangkrik muda keluar dari liang rumahnya di tengah hutan.
Ia mendengar nyanyian yang merdu. Maka ia pun segera mencari sumber
suara tersebut. Lalu dilihatnya seekor burung sedang berkicau di atas dahan
pohon.
Jangkrik muda pun bertanya, ―Hai, engkau siapa? Mengapa bisa menyanyi
demikian merdu?‖
Si burung menjawab, ―Hai juga. Aku Nuri. Aku tidak tahu mengapa bisa menyanyi
merdu. Tapi yang pasti, sejak kecil aku memang sudah seperti ini.‖
Saat itu, dari kejauhan terdengar kembali suara nyanyian lain yang jauh lebih
merdu. Jangkrik muda pun melompat-lompat menuju suara nyanyian. Tak lama, ia
bertemu dengan seekor burung yang juga sedang berkicau di dahan pohon lain.
Jangkrik muda pun bertanya, ―Hai, siapa namamu? Nyanyianmu lebih merdu dari si
Nuri.‖
―Aku Kutilang. Sejak kecil aku memang sudah banyak mengenal lagu dan belajar
menyanyikannya dengan suara kicauanku.‖
Namun, mendadak terdengar irama seperti seruling yang mengalun teratur.
Jangkrik muda pun dengan antusias menuju ke arah suara tersebut. Sampai di situ,
dia bertemu seekor jangkrik dewasa yang sedang mengerik. Katanya heran,
‖Rupamu sama seperti aku! Tapi mengapa suaraku tidak bisa sepertimu?‖
Jangkrik dewasa menjawab, ―Kita memang sama-sama jangkrik, jadi kamu pun
bisa seperti aku. Kalau mau, aku ajari.‖
Jangkrik kecil pun dengan semangat mulai belajar menyanyi. Tetapi, setelah dicoba
terus-menerus, suaranya tidak bisa keluar dengan nyaring. Setelah beberapa hari,
jangkrik kecil mendatangi jangkrik dewasa sambil mengeluh. ―Aku sudah berusaha
mati-matian, tapi tetap saja belum bisa menyanyikan lagu yang indah. Aku bosan!‖
Dengan sabar, jangkrik dewasa pun menjawab, ―Aku sudah berlatih setiap hari
terus menerus selama berbulan-bulan. Kamu baru belajar beberapa hari, mana
mungkin suaramu bisa sama sepertiku? Jika kamu ingin bernyanyi lebih nyaring
dari suaraku, jangan berhenti mencoba dan berlatih. Setelah pita suaramu terlatih
dengan baik, maka suatu hari nanti nyanyianmu pasti akan lebih nyaring dariku.‖
Mendengar jawaban tersebut, jangkrik kecil pun tersadar. Maka, saat hari sudah
gelap, si jangkrik pun kembali berlatih. Bahkan, saat manusia sudah terlelap di
alam mimpi, jangkrik muda makin giat berlatih menyanyi. Dan akhirnya, suatu hari
terdengarlah nyanyian nyaring si jangkrik muda, kriiik-kriiik-kriiik.
Ada banyak kesuksesan yang sering kita lihat dari orang lain. Tentu, adalah hal
yang wajar jika kemudian kita mendambakan sukses yang sama. Namun, seringkali
kita ingin mendapatkan sesuatu dengan cara serba cepat. Ada rintangan dan
halangan sedikit saja, akan membuat kita lemah tak berdaya.
Mari, terus berjuang, berkarya, dan berusaha. Jadikan setiap masa dan periode
perjuangan sebagai pembelajaran untuk mencapai sukses yang sebenarnya.
Dalam peristirahatan sejenak sebelum berburu masuk ke hutan tersebut, Sang Raja
sempat mendengar sebuah percakapan dari prajuritnya. Mereka beradu pendapat,
mengapa dua orang terpercaya Raja bisa mendapat jabatan yang berbeda. Satunya
sebagai panglima, satu lagi menjadi punggawa. Padahal, keduanya punya kedekatan
dan jasa yang hampir sama.
Mendengar itu, keesokan harinya, Sang Raja memanggil semua orang yang
mendampingi perburuannya. Ia lantas memanggil salah satu prajurit. ―Tolong lihat
keadaan di dalam hutan sebelum kita memulai berburu. Laksanakan!‖
Setelah beberapa saat menunggu, prajurit itu kembali. ―Paduka, keadaan hutan
cukup aman kita masuki.‖
Mendengar jawaban itu, Sang Raja kali ini menitahkan punggawanya untuk
melakukan hal yang sama. Punggawa membutuhkan waktu lebih lama untuk
mengamati. ―Paduka, keadaan hutan cukup aman seperti yang tadi dikatakan
prajurit. Cuaca cerah, burung-burung berkicau nyaring tanda di sana memang
tempat yang tepat untuk mendapatkan binatang buruan. Selain itu, saya juga
menemukan satu tempat strategis untuk berburu.‖
Sang Raja tersenyum puas mendengar jawaban tersebut. Namun, Panglima yang
sedari tadi memperhatikan saja, memohon izin pada Baginda Raja untuk juga diberi
kesempatan melihat ke dalam hutan sejenak. Sang Raja pun mengabulkan.
Beberapa lama kemudian, Panglima itu pun kembali. ―Paduka, apa yang
disampaikan prajurit dan sahabat punggawa tadi sangat benar. Namun, karena
Baginda lebih suka hewan kijang untuk diburu, saya sudah menyiapkan tempat
yang paling strategis. Ada satu sungai kecil, di mana kita bisa lebih mudah
mendapatan kijang. Untuk menuju ke sana ada tiga cara. Saya sudah tahu jalur
paling nyaman untuk kita semua. Di situ juga banyak tempat istirahat yang aman,
sehingga jika cuaca tiba-tiba berubah, kita akan lebih mudah mencari
perlindungan.‖
Mengetahui penuturan panglimanya, Sang Raja berkata kepada semua orang yang
bersamanya. ―Semalam aku mendengar ada orang berdebat, mengapa satu orang
dengan yang lainnya mendapat kedudukan lebih tinggi di bawahku. Hari ini, kalian
menyaksikan sendiri jawabannya. Kalian semua adalah orang-orang terbaik. Tapi,
baik saja belum cukup. Kecekatan, kepekaan, keahlian, kepedulian, kecermatan,
ketelitian, dan ketuntasan terhadap pekerjaan bisa menjadi pembeda. Kalian semua
pasti bisa mendapat jabatan lebih tinggi. Namun, hanya yang terbaiklah yang akan
mendapat tempat terbaik pula. Panglima mencari informasi paling banyak, paling
cermat, paling pas, dan paling sesuai dengan kebiasaan yang aku lakukan, maka ia
aku pilih menjadi panglima. Kalian semua mengerti?‖
Orang yang berpikiran, berjiwa, bertindak, dan berkarakter sebagai orang sukses
biasanya akan selalu bertanggung jawab tanpa memandang siapa yang memberi
tugas, akan bekerja sepenuh hati tanpa diawasi, akan memaksimalkan pekerjaan
tanpa disuruh. Dengan begitu, setiap peran yang dilakoni, setiap bidang yang
dijalani, setiap tugas yang dilaksanakan, dapat menjadi karya yang tuntas. Ibarat
seorang pelukis, ia akan menggambar karya selayaknya seorang maestro.
Totalitas
Pada zaman dulu, di sebuah negara, hiduplah seorang pria yang dipanggil
Leyangtsi. Ia mempunyai seorang istri yang sangat bijaksana dan cerdas. Mereka
hidup harmonis karena saling mencintai satu sama lain.
Suatu hari, Leyangtsi dalam perjalanan pulang dari bekerja, menemukan sebongkah
emas. Baginya, itu adalah harta yang sangat berharga. Karenanya, saking senang, ia
pun segera berlari menuju rumah untuk memberitahukan penemuan itu pada
istrinya. Ternyata, sampai di rumah, ia justru mendapat ―sambutan‖ yang berbeda.
Istrinya berkata, ―Laki-laki sejati bahkan tidak akan pernah meminum air curian.
Jadi bagaimana bisa kamu membawa emas yang bukan milikmu?‖ Mendengar
ucapan itu, Leyangtsi pun terbuka kesadarannya. Ia segera mengembalikan emas itu
ke tempat di mana ia menemukannya.
Namun, sang istri ternyata bereaksi kurang sesuai yang diharapkan. Bahkan, tanpa
diduga, sang istri mengambil gunting dan langsung memotong kain tenunan yang
hampir diselesaikannya. ―Aku tahu kamu memang mencintaiku, begitu juga
sebaliknya. Tapi, seperti halnya kain ini, tak akan menjadi kain yang indah jika aku
tak menyelesaikannya. Kalau hanya separuh saja, ini tak akan laku dijual atau tak
akan bisa dipakai. Begitu juga denganmu. Saat kamu hanya menjalani setengahnya,
ilmumu tak akan pernah cukup!‖ seru sang istri.
Leyangtsi pun sadar, ada kepentingan yang lebih besar daripada sekadar memenuhi
rasa kangen pada istrinya. Maka, ia pun berjanji, baru akan kembali setelah
menyelesaikan masa belajar dan mencetak prestasi yang mengagumkan.
Kisah tadi mencerminkan bahwa pekerjaan apa pun yang kita mulai, harus kita
tuntaskan, selesaikan dengan sebaik-baiknya. Maka jika kita hanya setengah-
setengah dalam berusaha tapi mengharapkan hasil paling maksimal, tidak mungkin
kita dapatkan! Persis seperti kata-kata mutiara dalam bahasa Mandarin: 有 头有尾
you tou you wei (ada kepala, ada ekor).
Ember Bocor
Oleh Andrie Wongso
Rabu, 16 Januari 2013
Dengan pikulan dan ember kayu di kiri kanan tubuhnya, setiap hari dilaluinya jalan
sepanjang satu kilometer. Sayangnya satu ember utuh, ember yang lain bocor—ada
beberapa lubang kecil di sana. Dengan ember yang utuh, air sampai ke tujuan
dengan utuh pula. Sedang ember yang bocor, sampai di tujuan hanya tersisa
setengah ember air saja. Si ember utuh merasa bangga sekali dengan hasil
kerjanya, sedangkan si ember bocor semakin lama merasa semakin frustasi.
Dia pun berkata kepada si pekerja, ―Tuan, saya merasa sedih dan malu sekali. Saya
ingin minta maaf...‖
―Selama saya disini, saya cuma bisa menyumbangkan setengah ember air ke rumah
majikan. Gara-gara saya, mesti tuan telah bekerja keras tetapi hasilnya tidak
seimbang dengan tenaga yang tuan keluarkan.‖ Tukang air terdiam menyimak kata-
kata si ember bocor sebelum menjawab, ―Di perjalanan pulang nanti, perhatikanlah
baik-baik tepian jalan berbunga yang setiap hari kita lalui.‖ Saat perjalanan pulang,
si ember bocor pun memperhatikan tepi jalan yang mereka lewati.
Mendengar semua perkataan itu, si ember bocor merasa senang dan bersyukur
karena ternyata walaupun dirinya tidak utuh lagi tetapi masih bisa berguna dan
membahagiakan orang.
Perlu disadari, tidak ada manusia yang sempurna. Bagaimana pun kecilnya peranan
/ pekerjaan yang kita emban, lakukan dengan penuh tanggung jawab. Yakin! Apa
yang kita berikan pasti bernilai buat diri sendiri dan orang lain.
Netter yang Luar Biasa! Tanpa terasa tahun baru 2013 telah kita tapaki.
Kehidupan manusia pada umumnya, terlibat 3 masa: Masa lalu, masa kini, dan
masa depan.
Menyesali terus kesalahan & kegagalan masa lalu namun tidak mampu untuk
mengubahnya, hanya membuang-buang waktu dan membuat sakit mental.
Mencemaskan & menakutkan masa depan yang belum terjadi adalah kebodohan.
Maka waktu yang paling penting & berharga adalah masa kini, hari ini!
Saat ini, tahun baru sudah di hadapan kita. Mari kita mulai melangkah dengan rasa
syukur, doa, optimisme. Teguhkan tekad untuk meraih harapan-harapan baru, cita-
cita baru! Tegaskan dalam diri: tahun ini harus lebih baik daripada tahun lalu! Saya
yakin & percaya: dengan hati bersih, fokus, dan berjuang dengan sepenuh hati
memungkinkan setiap hari di sepanjang tahun 2013 kita bisa menikmati kerja keras
dengan penuh kegembiraan sekaligus mampu mengukir prestasi sukses yang luar
biasa.
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang sangat kaya. Akan tetapi, ia
merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Dari hari ke hari, ia merasa hidupnya
kian hampa. Repotnya, dia sendiri tak tahu apa yang menjadi penyebabnya.
Suatu pagi, ketika bangun dari tidur, Raja mendengar suara seseorang yang sedang
bernyanyi. Karena penasaran, dia pun bergegas mendekati asal suara tersebut.
Ternyata, suara itu berasal dari salah seorang pelayan kerajaan yang sedang
membersihkan ruangan. Pelayan itu terlihat sangat menikmati hidupnya. Dengan
penasaran sang Raja bertanya: ―Wahai Pelayan, rahasia apa yang engkau miliki,
sehingga bisa begitu bahagia?‖
Pelayan itu pun menjawab, ―Tuanku Raja, hamba tidak memiliki apa-apa, kecuali
keluarga yang bahagia dan penuh syukur.‖
Karena merasa penasaran dengan penuturan si Pelayan, sang Raja pun memanggil
penasihat kerajaan yang bijaksana untuk dimintai saran. Kata sang Penasihat,
―Yang Mulia, saya yakin bahwa si pelayan itu belum masuk Koin 99! Untuk
menjelaskannya, mohon beri hamba koin emas sejumlah 99. Nanti, koin emas ini
akan hamba masukkan ke dalam tas, dan hamba letakkan di depan pintu rumah si
pelayan.‖
Singkat cerita, tas yang sudah berisi koin 99 itu kemudian diletakkan di depan
rumah si pelayan. Sang Raja sendiri dengan perasaan ingin tahu, ikut menantikan
bagaimana kira-kira reaksi si Pelayan.
Pada saat si pelayan membuka pintu rumah, dia terkejut dan berteriak kegirangan
karena menemukan tas besar berisi kepingan uang emas. Dengan tak sabar, si
Pelayan pun mulai menghitungnya. Ternyata, hanya ada 99 keping uang emas—
yang berarti tidak genap 100 keping! Lalu, pelayan itu pun mencarinya ke seluruh
penjuru istana. Tetapi sia-sia saja, karena ia tetap tidak menemukannya. Jadi, dia
bertekad akan bekerja lebih keras supaya dapat membeli 1 lagi koin uang emas
sehingga jumlah uang emasnya bisa genap menjadi 100.
Karena begitu fokus akan ambisi dan pekerjaannya, berbeda dengan hari-hari
sebelumnya, si pelayan tak lagi bernyanyi dan bersiul gembira. Wajahnya terlihat
begitu serius dan murung. Terlihat perubahan yang sangat drastis dalam diri si
pelayan.
Sang Penasihat pun menjelaskan hal ini kepada raja, ―Tuanku, itu artinya, Pelayan
itu telah bergabung dengan Koin 99! Yaitu mereka yang memiliki banyak hal,
tetapi merasa tidak bahagia. Mereka fokus bekerja untuk mengejar satu koin lagi
supaya genap menjadi 100. Celakanya, dalam mengejar 1 koin ini, mereka lupa
pada hal-hal lainnya. Mereka kekurangan waktu tidur, kekurangan waktu untuk
keluarga, untuk lingkungan, serta kekuarangan waktu untuk kebahagiaan mereka
sendiri. Terkadang, dalam mengejar satu koin emas ini, mereka rela mencelakai
orang lain. Itulah yang hamba maksud dengan Koin 99, Yang Mulia.‖
Sebagaimana si Pelayan dalam cerita tadi, tanpa kita sadari, kita pun sering
terfokus hanya pada ‗1 koin‘ yang kurang, tanpa pernah bersyukur pada ‗99 koin‘
yang sudah kita punya.
Padahal kita semua tahu, ada hal-hal yang tak ternilai harganya. Misalnya
kesehatan, teman, sanak-saudara, bahkan keluarga. Bahkan kalau toh seandainya
ada salah satu dari hal-hal tersebut tidak kita miliki, setidaknya kita masih
memiliki umur dan waktu.
Piagam Ibu
―Wah kalau ibu kalian ikut bertanding dan menjadi pemenang juga, kita semakin
repot dong mencari tempat untuk menyimpan piala dan piagam ini, hahaha,‖
timpal sang ayah.
―Eh, Ibu juga punya piagam, lho… Bukan hanya satu, tapi dua! Penasaran? Kalau
ingin tahu piagam apa yang ibu punya, sediakan saja dua paku kosong, besok akan
ibu gantung piagamnya di sana,‖ sambil tersenyum misterius, ibu melanjutkan
kerjanya.
Ayah dan anak saling bertanya lewat tatapan mata. Bersamaan mengangkat bahu
tanda masing-masing tidak mempunyai jawaban atas pernyataan piagam rahasia
milik ibu. Dengan penasaran, keesokan harinya mereka segera melihat di ruang
tamu. Ah… pakunya masih kosong! Saat selesai makan malam, ibu pun
mengumumkan layaknya seorang pembawa acara.
―Hadirin, sesuai janji kemarin, piagam yang ibu dapatkan sudah tergantung di
tempatnya, silakan ke ruang tamu untuk melihatnya!‖ Mereka berhamburan ke
ruang tamu ingin segera tahu, kejuaraan apa yang telah dimenangkan oleh ibu atau
piagam penghargaan seperti apa yang telah dirahasiakan ibu selama ini? Pasti
sangat luar biasa sampai orang serumah tidak pernah ada yang tahu!
Seorang ibu, walaupun tanpa piagam dan penghargaan apapun, tetap adalah
pahlawan bagi anak-anaknya. Entah semewah atau sesederhana apapun sebuah
rumah, sosok ibu adalah tempat terindah untuk anak-anaknya pulang.
Semoga, saat ini masih ada kesempatan buat kita untuk berbakti kepada ibu dan
senantiasa mensyukuri bahwa melalui dialah kita ada.
Lilin-lilin Kecil
Oleh Andrie Wongso
Suatu hari di sebuah kelas, bu guru memperhatikan salah seorang muridnya yang
tampak gelisah dan tidak konsentrasi mengikuti pelajaran yang diberikan. Saat bel
pulang berdering, bu guru memanggil si anak untuk diajak berbincang, ―Nak, ibu
perhatikan, kamu beberapa hari ini tidak mengikuti pelajaran dengan baik. Ada
apa, Nak? Apakah ada masalah yang sedang mengganggu pikiran kamu?‖ ucap bu
guru sambil membelai kepala kecil di hadapannya dengan sayang.
―Baiklah, sekarang ibu tidak sibuk. Apa masalahmu, siapa tahu ibu bisa
membantu..‖ lanjut bu guru.
―Tapi Bu, saya sungguh tidak ingin menyusahkan ibu. Di kelas ini saja ada 40
murid yang harus diajar oleh ibu, belum lagi kelas yang lain. Saya tidak ingin
merepotkan ibu dengan masalah saya,‖ si anak membandel menolak jasa baik ibu
guru.
―Lihat baik-baik, Nak. Nyala api lilin pertama tetap terang 'kan? Walaupun dia
telah memberikannya kepada lilin-lilin yang lain.‖
―Apa maksud Ibu? Apa hubungannya masalah saya dengan lilin? Saya sungguh
tidak mengerti, Bu..‖ jawab si anak kebingungan.
―Lilin pertama tidak kehilangan terang dan panasnya walaupun telah memberi
kepada lilin yang lain. Nah, sama seperti lillin. Bu guru juga tidak akan
kekurangan apapun dengan memberikan ilmu, waktu, dan pengetahuan yang ibu
punyai untuk kalian semua. Dengan memberi, seorang guru baru berarti bagi
orang lain yaitu murid-muridnya, orang tua murid yang menitipkan pendidikan
anaknya ke sekolah ini, dan guru juga menjadi tumpuan harapan setiap bangsa
untuk menyiapkan kalian, calon-calon pemimpin di masa depan. Dengan memberi
bantuan, bu guru kan tidak berkurang sedikit pun. Bagaimana? Sekarang kamu
mengerti?‖ Dengan tersenyum, si anak pun mulai menceritakan masalahnya dan
akhirnya pulang ke rumah dengan perasaan puas dan lega.
Kenyataan sering kali bertolak belakang dengan keinginan kita. Ada orang yang
ingin membantu, tetapi yang dibantu tidak mau. Ada pula orang yang butuh
bantuan ke orang lain, tetapi orang lain tidak mau membantunya. Manusia sebagai
makhluk sosial, tidak mungkin hidup sendiri. Manusia selalu memiliki sifat saling
ketergantungan satu dengan yang lain.
Maka saat kita butuh bantuan biar orang lain membantu kita, tetapi saat kita bisa
memberi bantuan, ya kita ringankan beban orang lain; seperti sifat lilin tadi yang
memberikan nyala apinya kepada lilin-lilin yang lain, selalu menjadi penerang
dalam kegelapan dan menghangatkan sekelilingnya tanpa pernah kehilangan jati
dirinya.
Alkisah, ada seorang anak yang sangat menyenangi bunga. Ia ingin rumahnya
ditumbuhi oleh bunga-bunga indah. Karena itu, saat akan berulang tahun, ia pun
meminta hadiah kepada orangtuanya.
―Papa, mama. Aku ingin sekali punya tanaman bunga yang indah seperti di taman
kota, seperti waktu Papa ajak aku jalan-jalan tempo hari,‖ pinta si bocah.
―Terima kasih Pa, Ma.. Tapi, ini kok nggak ada bunganya?‖ tanya si bocah polos.
―Bunga yang kamu inginkan itu memang hanya tumbuh saat musimnya datang,‖
jawab kedua orangtua itu sabar. ―Yang penting, rawat tanaman ini baik-baik,
sirami, dan pelihara sungguh-sungguh.‖
―Papa Mama, mengapa aku sudah rajin menyiram dan merawat, yang muncul
hanya kuncup ini? Mana bunganya?‖
―Nak, sabar. Kuncup itu akan jadi bunga indah yang kamu inginkan. Terus rawat.
Maka kuncup itu akan mekar pada waktunya…‖ nasihat kedua orangtuanya sabar.
Tak terasa, seminggu kemudian, kuncup itu pun terlihat hendak mekar. Warna
kuning merekah sudah terlihat dari dalam kuncup itu. Si bocah kegirangan.
Dikiranya, bunga itu segera akan mekar. Maka, ia pun segera meraih kuncup
bunga yang hendak merekah itu. Ia merasa, bunga itu harus dibantu untuk bisa
keluar dan menghiasi kamarnya.
Tanpa ia sadar, tindakannya itu justru merontokkan bunga yang hendak mekar.
Bunga yang memang sedang menunggu saat tepat untuk merekah itu justru layu
saat dibantu tangan bocah untuk mekar. Bocah itu pun menangis. Ia menyesali
perbuatannya yang hendak membantu mekarnya bunga, malah mematikan bunga
itu.
Kisah tadi adalah sebuah pelajaran kehidupan, bahwa tidak ada sesuatu yang
instan. Kita bisa saja mempercepat proses untuk mendapatkan apa yang kita
inginkan. Tapi, jika memang belum saatnya untuk ―matang‖, hampir bisa
dipastikan, apa yang didapat, tak memiliki fondasi yang kuat. Akibatnya, sukses
yang diperoleh pun akan mudah tumbang, mudah goyah, dan mudah pula ditiup
badai kehidupan.
Karena itu, sadari sepenuhnya, bahwa semua butuh diperjuangkan dengan proses
yang tak bisa instan. Justru, dengan melewati berbagai halangan, tantangan, dan
kesulitan, akan mendewasakan.
Mari, jangan pernah menyerah saat proses hidup terasa menyulitkan. Sebab, di
sanalah kita akan digembleng menjadi insan dengan ―akar‖ kuat yang saatnya
matang kelak, akan jadi pribadi hebat penuh manfaat.
Alkisah, suatu siang yang terik, tampak seorang pengusaha mendatangi sebuah
toko mebel dikawasan pusat bisnis di sebuah kota. Pengusaha itu datang dengan
membawa kursi sofa yang terbuka jahitannya. Sambil memasang muka yang
marah, dengan lantang dia berkata kepada penjual di situ dengan menunjuk ke
kursi sofa yang dibawanya, ―Lihat sofa ini. Saya sudah membayar dengan harga
mahal dan sofa ini telah terbuka jahitannya sebelum dipakai!‖
Dengan sabar, si pemilik toko meladeni omelan dan kemarahan tamunya dengan
penuh perhatian. Setelah melihat kerusakan kursi sofa tersebut, si pemilik toko
berkata, ―Baiklah, Pak. Jangan kuatir. Saya akan berusaha membantu
memperbaiki jahitan kursi sofa ini sebaik-baiknya. Besok silakan bapak ambil
kemari atau kapan pun bapak ada waktu.‖ Mendengar kata-kata sopan itu, redalah
kemarahan si pemilik sofa. Ia pun pergi meninggalkan sofanya untuk diperbaiki
dan berjanji akan datang kesokan harinya untuk mengambilnya.
Sepeninggal si tamu, anak pemilik toko mebel itu mendekati ayahnya dan berkata.
―Tamu tadi sungguh keterlaluan. Marah-marah tidak pada tempatnya. Bukankah
sofa ini bukan buatan kita dan dibeli dari toko kita? Mengapa ayah tidak berusaha
menjelaskan, malahan masih mau memperbaiki sofa itu?‖ tanya si anak penasaran.
Di sekitar toko itu memang ada beberapa toko mebel lain yang menjual sofa,
dengan desain yang satu sama lain saling memiliki kemiripan.
Dengan sabar, sambil tersenyum si ayah memberi tahu putranya. ―Camkan ini
baik-baik anakku! Memang, Ayah tahu ini bukan sofa yang kita jual. Tapi tidak
ada ruginya membantu perbaikan kecil dan tidak merepotkan ini. Dengan kita
membantunya, maka tamu tadi pasti akan datang ke sini lagi. Dengan begitu, kita
akan memiliki pelanggan baru. Apakah kamu mengerti?‖ ujarnya menjelaskan.
Kisah ini konon berasal dari pengalaman sebuah toko mebel ternama ketika
sedang di masa-masa awal membangun bisnisnya. Ternyata, tidak selamanya
ketidakpuasan itu berdampak negatif. Dan pengertian bahwa ―kita tak bisa
menyenangkan semua orang‖ seharusnya bisa kita sikapi dengan cara yang bijak.
Sebab, bisa jadi, ketidakpuasan yang diungkap, malah akan jadi evaluasi—atau
bahkan peluang, seperti dalam kisah di atas—untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik dan lebih baik lagi.
Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup
gabus dan tertempel kertas dengan tulisan, ‖Sahabat, pompa ini harus dipancing
dengan air dulu.. Setelah mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi
ini lagi sebelum pergi.‖ Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi
penuh air.
―Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bukankah lebih
aman saya minum airnya dulu? Daripada nanti mati kehausan, kalau ternyata
pompanya tidak berfungsi. Untuk apa menuangkan air sebanyak ini ke pompa
karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?‖
Begitu pikirnya.
Mari, miliki inisiatif untuk memberi dan memberi terlebih dahulu. Maka anugerah
terindah pasti disuguhkan kepada kita.
Di sebuah desa kecil, tinggal dua orang kakak beradik yang hidup berdampingan
dengan rukun dan bahagia. Untuk menghidupi diri, mereka saling bantu menanami
satu-satunya ladang yang ditinggalkan sebagai warisan terakhir orangtuanya.
Dengan penuh ketelatenan, mereka selalu mendapatkan hasil yang dibagi rata satu
sama lain.
Tahun demi tahun berlalu. Hingga, suatu kali, sang kakak menikah dengan
perempuan dari desa sebelah. Bahu-membahu, mereka menjadi keluarga kecil
yang sangat bahagia. Mereka tetap saling bantu di ladang. Istri sang kakak juga
selalu membawakan makanan dan minuman untuk kedua bersaudara itu.
Sementara, untuk hasil panen, mereka tetap membagi rata untuk kedua kakak
beradik itu.
Suatu hari, di sebuah malam, si adik merenung. Ia berpikir, rasanya kurang adil
jika mereka sama-sama punya jatah yang rata, padahal sang kakak sudah punya
tanggungan keluarga. Sementara, dirinya baru hidup seorang diri di rumah yang
kecil pula. Karena itu, ketika malam semakin larut, ia diam-diam membawa satu
karung hasil panen yang menjadi jatahnya untuk dibawa ke rumah kakaknya.
Begitu seterusnya setiap kali panen. Selalu saja ia membawa satu karung untuk
diberikan secara diam-diam ke rumah kakaknya.
Bulan demi bulan berlalu. Hal itu terus dilakukan sang adik. Tapi anehnya, setiap
kali memberikan satu kantong hasil panen, cadangan hasil panen di rumahnya tak
pernah berkurang. Itu baru disadarinya setelah beberapa waktu berlalu.
Suatu malam, saat hendak kembali mengirimkan satu karung panen, sang adik
berinisiatif mengambil jalan yang berbeda dari jalan biasanya. Tanpa dinyana, di
sebuah jalan sempit, ia berpapasan dengan sosok yang juga sedang membawa
karung. Hampir saja ia mengira itu adalah orang yang hendak mencuri hasil panen
di rumah kakaknya. Namun, setelah lebih dekat, yang dijumpai ternyata justru
sang kakak sendiri.
Mereka pun saling terpana, kaget melihat saudaranya satu sama lain sedang
mengangkat karung hasil panen.
Setengah terbata, sang kakak bercerita. ―Dik, aku sebenarnya merasa tidak enak
dengan kamu. Setiap kali kamu pasti selalu membantu kakak di ladang. Kamu
bekerja dengan sangat keras. Rasanya tak adil jika hasil panen ini kakak bagi rata
denganmu. Sebab, aku hidup berdua. Sudah ada yang melayani aku sepanjang hari
sehingga aku pasti tak akan selelah kamu yang hidup sendiri. Karena itu, aku
memutuskan untuk membawa satu karung panen ini untuk aku berikan kepadamu.
Aku harap, dengan kantong panen yang lebih banyak, kamu bisa hidup lebih enak
dan bisa pula menata hidup lebih baik,‖ terang sang kakak. ―Kamu sendiri, apa
yang kamu lakukan malam-malam begini?‖
―Kak, rupanya kita punya pikiran yang hampir sama. Kakak kasihan melihat aku,
sedangkan aku juga kasihan melihat kakak dan istri kakak. Harusnya kakak
memang menerima lebih banyak karena sudah ada tanggungan lebih banyak
daripada aku. Karena itu, tiap panen, aku selalu membawakan satu kantong untuk
kuberikan di lumbungmu.‖
Rupanya, kedua kakak beradik itu tak henti saling menyayangi. Pengorbanan
mereka untuk saudaranya, ternyata langsung berbalas kebaikan pula. Karena
itulah, meski dikurangi kantongnya setiap kali panen, jumlahnya selalu tetap
karena satu sama lain saling memberi.
Melihat hal itu, mereka pun saling berpelukan, menangis haru. Ternyata,
persaudaraan mereka sangat tulus sehingga bisa terus saling mendukung dan
membantu satu sama lain.
Kisah kakak beradik tadi setidaknya bisa kita maknai dengan dua hal. Pertama,
rasa kasih sayang yang tulus dan ikhlas akan selalu membawa kebaikan dan
kebahagiaan bersama. Meski sudah terpisah dari orangtua, kedua bersaudara tadi
selalu komitmen untuk membantu sama lain. Warisan yang diberikan orangtua
pun menjadi warisan yang benar-benar bermanfaat. Dengan kondisi tersebut,
keduanya akan selalu memetik manfaat yang maksimal dari kebersamaan
mereka. Berkaca dari kisah itu, sudah selayaknya kita juga selalu memupuk
semangat persaudaraan. Bukan hanya dengan saudara sedarah, tapi juga dengan
orang-orang terdekat. Dengan saling mengasihi dan menyayangi, maka kita akan
mendapatkan harmonisasi kehidupan yang bisa membawa kita pada kebahagiaan.
Hal kedua yang bisa kita maknai dalam kisah tersebut adalah bahwa sikap mau
memberi, akan mendatangkan keberkahan. Memberi tak akan membuat kita
kurang. Malah—entah dari mana—rezeki kita akan tetap berlimpah. Kisah kedua
bersaudara itu mencerminkan kondisi bahwa pemberian yang dilandasi dengan
niat tulus ikhlas, akan berbuah kebaikan juga bagi mereka. Begitu juga dengan
kita. Tak akan kekurangan orang yang mau berbagi dengan sesamanya.
Mari, kita kembangkan sikap saling menghargai, saling dukung, saling tolong,
antara sesama dan sekitar kita. Jadikan setiap rezeki yang dimiliki menjadi sesuatu
yang bisa membawa kebaikan bersama. Dengan itu semua, kedamaian dan
kebahagiaan sejati, akan jadi milik kita.
Pertanyaan Keenam
Oleh Andrie Wongso
Suatu hari, di sebuah kota kecil, tampak seorang remaja tertarik melihat iklan
lowongan pekerjaan sebagai pengantar barang di sebuah toko. Anak itu pun
kemudian menemui pemilik toko untuk melamar pekerjaan tersebut.
―Pertama, berapa gaji bulanan yang akan saya terima? Kedua, jam berapa mulai
bekerja dan sampai pukul berapa? Ketiga, berapa lama waktu yang diberikan
untuk istirahat dan makan siang setiap harinya? Lalu keempat, berapa hari libur
selama setahun? Dan kelima, berapa biaya pengobatan yang diberikan bila saya
sakit?‖ tanya anak tersebut.
Setelah pemilik toko menjawab kelima pertanyaan tersebut dengan jelas. Si anak
mengajukan pertanyaannya yang keenam, ―Apakah ada sepeda yang bisa
digunakan untuk tugas mengantar barang ke pelanggan?‖
―Wah, kami tidak menyediakan sepeda untuk mengantarkan barang barang itu,
tetapi…..‖ Belum selesai pertanyaan dijawab, si anak memotong ucapan pemilik
toko.
―Oh, kalau begitu saya tidak jadi melamar pekerjaan ini.‖ Kemudian dia bergegas
pergi meninggalkan toko.
Dua jam kemudian, ada seorang remaja lain yang datang ke toko tersebut dengan
maksud sama seperti remaja sebelumnya, yaitu mengisi lowongan pekerjaan di
toko tersebut.
Setelah tahu jenis pekerjaan yang ditawarkan, si anak pun setuju untuk mulai
bekerja d sana.
―Apakah kamu perlu tahu berapa gaji disini?‖ tanya pemilik toko dengan ramah.
―Tidak perlu,‖ jawab pelamar itu dengan sopan. ―Saya lihat bapak adalah orang
yang baik dan bijaksana, pasti akan memberi gaji yang layak kepada saya. Lagi
pula, saya membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan uang untuk membantu ibu
saya. Asal saya bisa mengisi lowongan pekerjaan di sini, saya sudah senang
sekali.‖
Melihat kesungguhan remaja ini, pemilik toko pun berkata, ―Dua jam yang lalu
ada orang seusiamu yang datang kemari untuk menanyakan beberapa hal
mengenai pekerajaan ini. Semua pertanyaan sudah saya jawab. Saat saya sedang
menjawab pertanyaannya yang keenam, yaitu adakah sepeda yang disediakan
untuk pengantaran barang, saya jawab tidak ada. Dan pelamar kerja tadi langsung
pergi begitu saja...
Perlu kamu ketauhi, saya memang tidak menyediakan sepeda, tetapi ada sebuah
motor baru yang saya sediakan untuk mengantarkan barang. Bagaimana? Kamu
siap bekerja keras kalau saya menerima kamu bekerja di sini?‖
Dengan senyum lebar si anak menjawab, ‖Terima kasih Pak, saya siap bekerja
keras!‖
Dalam bekerja, yang kita butuhkan bukan sekadar menuntut apa yang akan kita
terima, tetapi harus dimulai dengan apa yang mampu kita beri. Sebenarnya, bagi
saya, kita bukan sekadar bekerja untuk atasan atau bos, tetapi lebih dari itu, kita
bekerja untuk diri kita sendiri sesuai dengan tanggung jawab dan kepercayaan
yang diberikan kepada kita.
Saya percaya, dengan sikap mental bekerja seperti itu, tentu integritas dan
kemajuan karir kita akan terbangun secara mantap!
Suatu kali, sebuah keluarga yang cukup harmonis mengalami ujian yang cukup
sulit. Sang ayah yang merupakan pencari nafkah satu-satunya, sakit keras. Karena
itulah, sang ibu dan dua anak kembar mereka yang masih berusia belasan, terpaksa
harus bekerja keras. Sang ibu membuat kue, dan kedua anak mereka menjualnya
sembari berangkat ke sekolah.
Dalam masa enam bulan itu, kondisi sang ayah terus memburuk. Hingga suatu
hari, iamemanggil istri dan kedua anak kesayangannya. ―Istriku, waktuku
sepertinya sudah tak lama lagi. Terima kasih sudah mendampingiku selama ini
dan mendidik kedua anak kita dengan baik. Tolong jaga mereka,‖ kata sang ayah.
―Anakku yang sangat kusayangi. Aku juga berpesan dua hal kepada kalian.
Pertama, jangan pernah menagih piutang kalian. Kedua, jangan biarkan diri
kalian terbakar sinar matahari.‖
Kedua anak itu saling berpandangan. Mereka pun bertanya, ‖Apa maksud ucapan
Ayah?‖ Namun belum sempat dijawab, sang ayah sudah mengembuskan napas
terakhirnya. Mereka pun menangisi kepergian orang yang sangat mereka cintai,
sembari memikirkan, apa maksud pesan terakhir sang ayah.
Waktu berganti, tahun-tahun pun berlalu. Kedua pemuda kembar itu telah berpisah
untuk mencari jalan hidupnya masing-masing. Hingga suatu hari, ibu mereka
berniat untuk mengunjungi kedua anaknya yang tinggal berjauhan.
Kali pertama, sang ibu mendatangi anak kedua. Saat itu, ia baru tahu, mengapa
anak keduanya kerap mengeluh di surat yang selalu dikirimnya. Dia hidup miskin,
tubuhnya kurus kering. Ia pun bertanya, ―Anakku, mengapa kamu bisa mengalami
kondisi seperti ini?‖ tanyanya.
―Ibu… saya hanya menjalankan pesan ayah.‖ Jawabnya. ―Yaitu, jangan pernah
menagih piutang dan jangan sampai terbakar matahari. Pesan pertama saya
laksanakan! Setiap ada yang berutang, saya tak pernah menagihnya kecuali
mereka sendiri yang membayar. Dan, itu membuat banyak orang yang berutang
malah tak pernah membayar. Yang kedua, karena tak boleh terbakar sinar
matahari, ketika sedang ada uang, saya gunakan semuanya untuk membeli
mobil sendiri. Akibatnya, saat ini uang saya tidak pernah cukup,‖ sebut si anak
kedua memelas. Si ibu yang kasihan, lantas meminta si anak kedua ikut kembali
tinggal bersamanya. Namun, sebelum itu, ia ingin menemui anak pertamanya.
Ternyata, dia hidup sukses dan bahagia.
Apa yang membuat kondisi anak pertama sangat berbeda dengan anak kedua? Si
anak pertama pun menjawab, ―Ibu, saya hanya menjalankan pesan yang diberikan
ayah dulu. Waktu itu, ayah meminta saya tidak boleh menagih piutang. Maka,
saya pun berusaha semaksimal mungkin tidak pernah membiarkan orang berutang.
Untuk setiap barang yang saya jual, saya wajibkan untuk bayar di awal. Kemudian
untuk mematuhi pesan kedua, saya selalu pergi pagi-pagi sekali
dan baru pulang saat sudah malam. Saya pun bisa memaksimalkan waktu untuk
bisa mencapai hasil hingga seperti sekarang.‖
Dalam kisah ini, sangat jelas bahwa pola pikir (positif atau negatif) akan memberi
dampak yang berbeda pula.
Hal yang sama bisa terjadi pada kita. Suatu kondisi dan keadaan yang menimpa
(misalnya krisis) akan memberi hasil yang berbeda jika kita bisa mengubah sudut
pandang menjadi lebih positif. Sebab, dengan pola pikir yang positif, kita akan
mempunyai cara berpikir yang lebih luas untuk memperbaiki keadaan. Saat gagal,
bisa menjadi momen untuk belajar memperbaiki apa yang salah. Saat terjatuh, bisa
menjadi masa mengevaluasi diri agar mampu bangkit lagi.
Mari, kita perbaiki sudut pandang kita terhadap segala hal yang kita jumpai,
dengan pola pikir yang selalu positif. Sehingga, setiap hasil apa pun yang kita
dapati, dapat menjadi hal yang selalu penuh arti.
Kesempatan Kedua
Oleh Andrie Wongso
Karena benturan yang keras di kepala, si pemuda sempat koma dan dirawat di
rumah sakit. Saat kesadarannya mulai kembali, terdengar erangan perlahan.
"Aduuuh...kepalaku sakit sekali. Kenapa badanku tidak bisa digerakkan. Oh..ada
di mana ini?". Nanar, tampak bayangan bundanya sedang menangis, memegangi
tangan dan memanggil-manggil namanya.
Lewat beberapa hari, setelah kesadarannya pulih kembali, ia baru tahu kalau mobil
yang dikendarainya ringsek tidak karuan bentuknya dan melihat kondisi mobil,
seharusnya si pengemudi pasti meninggal dunia. Ajaibnya, dia masih hidup
(walaupun mengalami gegar otak lumayan parah, tulang paha yang patah menjadi
enam, dan memar di sana-sini; hal ini membuatnya harus menjalani operasi dan
proses terapi penyembuhan yang lama dan menyakitkan).
Pamannya yang kenal si pemuda sedari kecil menegur keras, "Anak muda.
Wajahmu rupawan tetapi jiwamu ternyata tidak. Bundamu bekerja keras selama
ini hingga hidupmu berkecukupan. Lihatlah sekelilingmu, begitu banyak orang
yang tidak seberuntung kamu. Tidak perlu menyalahkan orang lain. Kecelakaan
ini karena kesalahanmu sendiri! Pernahkan kamu pikirkan, seandainya kecelakaan
itu merenggut nyawamu, bekal apa yang kamu bawa untuk
mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanmu di hadapan Sang Khalik? Tuhan
begitu baik, memberi kesempatan kedua kepadamu untuk hidup lebih lama. Itu
artinya, kamu harus hidup lebih baik! Apakah kamu mengerti?"
Si pemuda terpana sesaat dan lirih menjawab, "Terima kasih paman. Saya akan
mengingat nasihat paman. Biarlah luka di wajah ini sebagai pengingat agar aku
tahu diri dan mampu untuk bersyukur".
Setiap hari di setiap tarikan napas kita sesungguhnya adalah "kesempatan kedua"
di dalam kehidupan kita. Kesempatan untuk selalu mengingat kebaikan yang telah
kita terima dan mengingatkan kita untuk selalu berbuat bajik kepada
sesama. Mari, manfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan menjalankan
ibadah dan amanah.
Alkisah, di sebuah kerajaan, raja memiliki sebuah batu ruby yang sangat indah.
Raja sangat menyayangi, mengaguminya dan berpuas hati karena merasa memiliki
sesuatu yang indah dan berharga. Saat permaisuri akan melangsungkan ulang
tahunnya, raja ingin memberikan hadiah batu ruby itu kepada istri tercintanya.
Tetapi saat hendak mengeluarkannya dari tempat penyimpanan, terjadi sebuah
kecelakaan sehingga batu itu sedikit cacat.
Raja sangat kecewa dan bersedih. Dipanggillah para ahli batu-batu berharga untuk
memperbaiki kerusakan tersebut. Beberapa ahli permata telah datang ke kerajaan,
tetapi mereka menyatakan tidak sanggup memperbaiki batu berharga tersebut.
"Mohon ampun Baginda. Cacat di batu ini tidak mungkin bisa diperbaiki. Kami
tidak sanggup mengembalikannya seperti keadaan semula."
Tidak lama kemudian datanglah ke istana seorang setengah tua berbadan bongkok
dan berbaju lusuh, mengaku sebagai ahli permata. Melihat penampilannya yang
tidak meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan berusaha mengusirnya.
Mendengar keributan, sang raja memerintahkan untuk menghadap. "Ampun
Baginda. Mendengar kesedihan Baginda karena adanya cacat pada batu ruby
kesayangan Baginda, perkenankanlah hamba untuk melihat dan mencoba
memperbaikinya."
"Baiklah, niat baikmu aku kabulkan," kata baginda sambil memberikan batu
tersebut.
Setelah melihat dengan saksama, sambil menghela napas, si tamu berkata, "Saya
tidak bisa mengembalikan batu ini seperti keadaan semula, tetapi bila
diperkenankan, saya akan membuat batu ruby retak ini menjadi lebih indah."
Walaupun sang raja meragukan, tetapi karena putus asa tidak ada yang bisa
dilakukan lagi dengan batu ruby itu, raja akhirnya setuju. Maka, ahli permata
itupun mulai bekerja: memotong dan menggosok.
Beberapa hari kemudian, dia menghadap raja. Dan ternyata batu permata ruby
yang retak telah dia pahat menjadi bunga mawar yang sangat indah. Baginda
sangat gembira, "Terima kasih rakyatku. Bunga mawar adalah bunga kesukaan
permaisuri, sungguh cocok sebagai hadiah."
Si ahli permata pun pulang dengan gembira. Bukan karena besarnya hadiah yang
dia terima, tetapi lebih dari itu. Karena dia telah membuat raja yang dicintainya
berbahagia.
Di tangan seorang yang ahli, benda cacat bisa diubah menjadi lebih indah dengan
cara menambah nilai lebih yang diciptakannya. Apalagi mengerjakannya dengan
penuh ketulusan dan perasaan cinta untuk membahagiakan orang lain
Saya kira demikian pula bagi manusia, tidak ada yang sempurna, selalu ada
kelemahan besar ataupun kecil. Tetapi jika kita memiliki kesadaran dan tekad
untuk mengubahnya, maka kita bisa mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada
sekaligus mengembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki sehingga keahlian
dan karakter positif akan terbangun. Dengan terciptanya perubahan-perubahan
positif tentu itu merupakan kekuatan pendorong yang akan membawa kita pada
kehidupan yang lebih sukses dan bernilai!
Suatu hari, seorang pedagang kaya datang berlibur ke sebuah pulau yang masih
asri dan agak terpencil letaknya. Saat merasa bosan, dia berjalan-jalan keluar dari
villa tempat dia menginap dan menyusuri tepian pantai. Lalu, dia melihat di dekat
dinding karang, seseorang sedang duduk menunggui stik pancing. Dia pun
menghampiri sambil menyapa,
"Lho, kenapa cuma satu-dua ikan pak? Kan banyak ikan di laut ini. Kalau bapak
mau sedikit lebih lama duduk disini, tiga-empat ekor ikan pasti dapat kan?" Si
pedagang dalam hatinya mulai menilai si nelayan sebagai orang malas.
"Ambil satu-dua ekor ikan untuk disantap keluarga bapak. Sisanya kan bisa dijual.
Hasil penjualan ikan bisa ditabung untuk membeli alat pancing yang lebih baik
sehingga hasil pancingan bapak bisa lebih banyak lagi," katanya menjelaskan,
dengan nada menggurui.
"Begini, Pak. Dengan uang tabungan yang lebih banyak, bapak bisa membeli jala.
Bila hasil tangkapan ikan semakin banyak, uang yang dihasilkan juga lebih
banyak, bapak bisa saja membeli sebuah perahu. Dari satu perahu bisa bertambah
menjadi armada penangkapan ikan. Bapak bisa memiliki perusahaan sendiri. Suatu
hari bapak akan menjadi seorang nelayan yang kaya raya."
Nelayan yang sederhana itu memandang si turis dengan penuh tanda tanya dan
kebingungan. Dia berpikir, laut dan tanah telah menyediakan banyak makanan
bagi dia dan keluarganya, mengapa harus dihabiskan untuk mendapatkan uang?
Mengapa dia ingin merampas kekayaan alam sebanyak-banyaknya untuk dijual
kembali. Sungguh tidak masuk diakal ide yang ditawarkan kepadanya.
"Apa yang bisa saya lakukan bila saya memiliki banyak uang?" tanya si nelayan.
"Bapak bisa melakukan hal yang sama seperti saya lakukan, setiap tahun bisa
berlibur, mengunjungi pulau seperti ini, duduk di dinding pantai sambil
memancing."
"Lho, bukankan hal itu yang setiap hari saya lakukan tuan, kenapa harus
menunggu berlibur baru memancing?" kata si nelayan menggeleng-gelengkan
kepalanya semakin heran.
Mantra Sukses
Oleh Andrie Wongso
Alkisah ada seorang raja yang meminta sebuah mantra pada kaum bijak di
negerinya. Mantra yang bisa digunakan saat situasi sedang genting dan bahaya
besar.
Tapi karena kebingungan, kaum bijak itu pun meminta bantuan guru agung
mereka. Dan, sang guru agung hanya memberikan secarik kertas yang terlipat
kepada mereka sambil berkata, "Tulisan dalam kertas ini tidak boleh dibaca
kecuali situasi dan kondisinya sangat bahaya dan sudah tidak ada lagi harapan!"
Akhirnya, kertas itu sampai ke tangan sang raja, yang segera disimpan sang raja di
bawah batu permata pada cincinnya. Cincin sang raja memang memungkinkan
untuk menyimpan rapi secarik kertas yang terlipat-lipat.
Di kemudian hari terjadi masa-masa yang tampak berbahaya, tapi sang raja
teringat akan pesan kaum bijak itu. "Bacalah tulisan dalam kertas itu, hanya jika
Paduka merasa inilah harapan terakhir Paduka!" Sejak itu banyak peristiwa
berbahaya yang datang dan berlalu, tapi sang raja selalu merasa mampu untuk
menghadapinya, dan dia belum sampai di momen dirinya benar-benar tidak
berdaya.
Hingga akhirnya, suatu hari kematian sudah nyaris menjemput sang raja, tapi
tulisan pada kertas itu tak kunjung dibacanya juga. Kaum bijak itu memohon
padanya agar sang raja bersedia membuka kertas itu. Ternyata mereka juga merasa
penasaran dengan tulisan sang guru agung mereka.
"Itu tidak penting lagi sekarang. Mantra itu sudah bekerja dengan baik untukku.
Sejak aku menerima mantra ini, aku tidak lagi merasa takut. Bahaya apa pun yang
terjadi, aku merasa masih bisa mengatasinya dengan baik. Dan, aku tetap merasa
tidak gentar." Sang raja melanjutkan lagi, "Guru agung kalian memang orang
paling bijak di negeri ini, orang yang layak mendapat penghormatan tertinggi.
Tapi, sekarang aku sudah tidak peduli lagi dengan tulisannya di kertas itu."
Sepeninggal sang raja, kaum bijak itu segera membuka cincinnya dan menarik
kertas yang terselip di dalamnya. Setelah dibuka, ternyata tidak ada tulisan apa
pun di kertas itu. Alias, kosong. Itu cuma secarik kertas kosong.
Seperti contoh cerita di atas, di mana saat kita menghadapi kesulitan dan tantangan
sebesar apa pun, jangan mudah menggerutu, mengeluh, apalagi putus asa. Selama
kita berani menghadapi dengan sepenuh hati, pikiran, dan jiwa maka kita akan
selalu mampu mengatasinya.
Kita harus yakin, seperti apa yang sering kita dengar bahwa 'Tuhan tidak akan
memberi cobaan yang tidak mampu diatasi'.
Bejo (beruntung)
Oleh Andrie Wongso
Jika ditilik jauh ke belakang, kita akan menemukan, betapa banyak orang-orang
berjasa besar yang memungkinkan semuanya terjadi. Dan, satu yang harus kita
garis bawahi. Mereka semua menciptakan berbagai inovasi tidak dalam satu dua
hari. Berbulan, bahkan bertahun-tahun. Tak jarang, hinaan dan celaan sering kali
mereka terima. Ada yang meragukan, ada yang menyangsikan, ada yang bahkan
menganggap mereka gila hingga harus diasingkan. Tapi, besarnya impian masing-
masing, mereka bayar dengan perjuangan yang mati-matian.
Kita tentu masih ingat kisah klasik Thomas Alva Edison yang menemukan bohlam
lampu setelah ribuan kali gagal. Jika hidup pada era tersebut, barang kali kita juga
akan mengira betapa gilanya Edison. Sudah gagal lebih dari 9 ribu kali untuk
mengikuti "keyakinannya" bahwa ia bisa menciptakan inovasi dunia, namun tetap
saja mencoba dan mencoba lagi.
Bahkan, jika ia hidup dan melakukannya pada zaman sekarang, barangkali orang
akan segera mengindentifikasikan Edison sebagai orang stres atau kurang kerjaan.
Tapi, apa yang terjadi dengan Edison? Ia "membayar" semua keyakinannya itu
dengan terus dan terus mencoba lagi. Hasilnya-konon-di percobaan ke 10 ribu, ia
berhasil mewujudkan impiannya. Hingga, ia pun terkenal dengan ucapannya,
bahwa dirinya tak pernah gagal, hanya saja ia menemukan 9999 cara yang belum
berhasil. Dan, setelah melewati berbagai bentuk perjuangan itu, dia pun menjadi
inovator dunia yang sangat sukses dan kaya.
Sama halnya yang sering kita jumpai pada ungkapan banyak orang tentang
keberhasilan orang lain saat ini. "Ah.. dia beruntung banget...." Atau "Ah, dia bisa
begitu karena beruntung..." Saya jadi teringat sebuah ungkapan dalam bahasa
Jawa: "Wong bodho kalah karo wong pinter, wong pinter kalah karo wong bejo"
atau dalam arti harfiahnya "Orang bodoh kalah dengan orang pandai, tapi orang
pandai kalah dengan orang yang beruntung." Jika dipahami dalam arti yang
sempit, seolah-olah di sini orang yang bejo atau beruntung adalah "sekadar"
mendapat berkah, sehingga ia bisa memperoleh apa yang didambakan dengan
mudah. Tapi, apakah memang itu yang terjadi?
Bagi saya sendiri, bejo atau beruntung itu adalah buah perjuangan. Tak ada yang
datang hanya secara kebetulan, tanpa ada yang mendasari. Karena itu, untuk jadi
beruntung, sebenarnya pasti ada rentetan peristiwa di belakangnya. Atau, agar kita
beruntung, ada banyak "cara" dan "jalan" yang pasti telah kita lakukan sehingga
kita sampai pada apa yang disebut orang sebagai beruntung.
Ada dua buah buku yang menyebut hal yang senada. Yang paling terkenal adalah
karya Profesor Richard Wiseman yang menulis buku The Luck Factor. Hal senada
juga ditulis oleh Max Gunther. Keduanya memang menyebut bahwa
keberuntungan adalah hal atau kejadian menyenangkan yang mampu mengubah
hidup jadi lebih baik. Dan, melalui berbagai penelitian yang dilakukan, ternyata
antara orang yang beruntung dan tidak, ternyata memiliki pola hidup dan sikap
yang berbeda. Disebutkan bahwa orang yang beruntung biasanya lebih ramah
dengan orang lain, lebih rajin, lebih percaya diri, selalu memiliki pikiran positif,
sabar, tak takut risiko, hingga suka bekerja keras. Melalui "kombinasi" sifat dan
sikap itulah, orang jadi cenderung gampang bejo atau beruntung.
Maka, jika dikembalikan pada kisah Thomas Alva Edison, sebenarnya bisa
dikatakan bahwa ia memang orang yang bejo. Namun, ia mendapatkan semuanya
setelah melalui sifat dan sikap dengan terus mau bekerja keras untuk mewujudkan
impiannya. Karena itu, jika ingin meningkatkan keberuntungan kita-lebih cepat
sukses, lebih cepat kaya, lebih cepat menggapai impian-tingkatkan sifat dan sikap
kaya mental dalam keseharian. Mari, jemput bersama keberuntungan kita!!
Memanfaatkan Kesempatan
Oleh Andrie Wongso
Dalam proses meraih kesuksesan, kita boleh punya kemampuan. Kita boleh punya
pengetahuan. Tapi kalau kita tidak punya kesempatan, maka semua akan menjadi
sia-sia!
Ada 3 tipe manusia, dalam melihat sebuah kesempatan. Dalam pepatah Mandarin
dikatakan:
1. 弱者等待机会 - ruo zhe deng dai ji hui (orang yang lemah, menunggu
kesempatan).
2. 强者创造机会 - qiang zhe chuang zao ji hui (orang yang kuat, menciptakan
kesematan).
3. 智者争取机会 - zhi zhe zheng qu ji hui (orang yang cerdik & bijak
memanfaatkan momentum / kesempatan).
Bagi orang lemah (tipe pertama), bila kesempatan belum datang, dia akan
menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang, Bila ditunggu
kesempatan belum juga datang, dia berpikir, "Yah.... Ini memang nasibku."
Bagi orang kuat (tipe kedua) bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan
berbagai macam cara: kreativitas, memanfaatkan koneksi, dan segenap
kemampuannya.untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.
Bagi orang cerdik & bijaksana (tipe ketiga), dia akan memanfaatkan kesempatan
karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga. Belum tentu
kesempatan itu datang untuk kedua kali!
Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh
pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap yang
pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap waspada, proaktif,
dan penuh kesiapan.
Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa dengan
sabar, waspada, penuh kesiapan menunggu kesempatan tikus keluar dari lubang
persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera menyergap
mangsanya. Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian proses
melakukan tiga hal yang saya bicarakan di atas, yaitu kemampuan menunggu
kesempatan bukan secara pasif tetapi proaktif, penuh kesiapan. Begitu kesempatan
tercipta, langsung dimanfaatkan.
Kesempatan merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang
mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia, tidak mungkin kita
bisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belum datang, kita harus berusaha
menciptakannya, bahkan di dalam kesulitan pun. Jika kita punya keuletan untuk
berusaha terus menerus, suatu hari, kesempatan pasti akan datang.
Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Einstein: IN THE
MIDDLE OF DIFFICULTY, LIES OPPORTUNITIES. Di dalam setiap kesulitan
terdapat kesempatan.
Pastikan dengan segenap kreativitas, kerja keras, keuletan, dan niat baik kita
ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri
semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses,
dan lebih berarti!!
Manfaat Buku
Sebuah buku ditulis dengan kerja keras yang luar biasa. Buku adalah buah
pemikiran seorang penulis. Hasil dari pengamatan dan riset selama beberapa
tahun, bahkan mungkin puluhan tahun yang dikristalisasikan dan dituangkan
dalam bentuk tulisan.
Saya dan kita semua sungguh beruntung dan patut berterima kasih kepada para
penulis buku. Mereka adalah dermawan ilmu pengetahuan, pembuka jendela
wawasan dunia dan informasi bagi manusia, pembaca, dan pembelajar. Dengan
membaca, kita bisa menimba berbagai macam ilmu dan pengalaman orang lain
selama bertahun-tahun, tanpa kita sendiri melewati masa ujicoba selama itu.
Kekayaan pikiran penulis yang kita baca pada setiap buku bisa dinikmati berulang
kali, bermanfaat memperkaya pengetahuan, bahkan mampu mengubah mind-set
kita.
Buku adalah investasi yang tiada habisnya dan tak ternilai harganya. Buku juga
bisa mengubah nasib seseorang yang siap belajar dan mau berubah. Saya sendiri,
mengalaminya. Karena buku, nasib saya berubah. Dengan pendidikan formal yang
sangat minim, saya sangat sadar, saya harus belajar, belajar, dan belajar. Selama
lebih dari 20 tahun, saya secara konsisten: tiada hari tanpa membaca.
Jika buku yang kita baca itu topik-topiknya menyangkut bidang yang kita geluti,
yang kita minati, maka dalam lima tahun kita pasti bisa menjadi pakar dalam
bidang yang kita tekuni. Sungguh luar biasa! Tentu, saya pun setuju sekali dengan
pepatah yang mengatakan "knowledge is power". Pengetahuan adalah kekuatan!
Jangan membuang waktu yang berharga hanya untuk kegiatan yang tidak
produktif. Mari, pastikan menjadi seorang pembelajar. Tingkatkan kualitas
kehidupan dan karir kita dengan membiasakan diri membaca buku yang bermutu.
Bukan nanti, bukan besok, tapi dimulai hari ini.
Selamat membaca!
Ungkapan terkenal "The Point of No Return" (tidak ada jalan untuk kembali) bisa
kita artikan: satu-satunya peluang adalah terus melangkah dan menaklukkan apa
pun yang ada di hadapan kita.
Karena itu, ketika kita menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, tak perlu
merasa hidup akan berakhir. Mungkin di sanalah, sumber sukses kita tersembunyi.
Kuncinya adalah fokus mencari solusi. Jika masalah terpecahkan, sukses siap
menjemput.
Dalam keseharian, kita sering kali disibukkan oleh berbagai kegiatan. Kadang,
bahkan untuk sekadar istirahat pun tak memiliki kesempatan. Untuk itu, kita butuh
manajemen waktu, manajemen diri, dan manajemen pikiran untuk
memaksimalkan setiap saat yang kita miliki.
Salah satu cara agar manajemen berjalan dengan baik dan terarah adalah dengan
menjaga kerapian. Mulai dari menjaga kerapian pekerjaan, kerapian berkas-
berkas, hingga berbagai perkakas pendukungnya. Sepertinya sederhana. Tapi,
dengan menjaga kerapian, kita akan lebih mudah mengakses segala perangkat
yang kita butuhkan.
Dengan menjaga kerapian segala macam aspek yang berkait dengan manajemen
diri, kita akan menjadi insan yang lebih terencana. Saat bekerja, mudah
menemukan file pekerjaan. Saat hendak menjalankan tugas, lebih mudah
mengakses segala hal yang diperlukan. Saat hendak beristirahat, semua barang
pun sudah tertata rapi agar pikiran lebih tenang.
Mari, biasakan menjaga kerapian, agar manajemen diri bisa lebih terarah dan
membawa dampak yang menyenangkan. Salam sukses luar biasa!
Suatu hari, tampak seorang berpakaian lusuh seperti pengemis, ikut antre untuk
membeli bakpao. Saat tiba gilirannya dilayani, tiba-tiba sang pemilik toko
mendekati dan menyapa dengan ramah. Kemudian ia melayani sendiri pembeli itu.
"Ada yang bisa saya bantu Pak? Anda ingin bakpao dengan cita rasa apa?"
Sambil matanya menatap lapar, dengan tangannya orang itu menunjuk ke bakpao
yang diinginkannya. Sang majikan dengan penuh senyum melayani sambil
menyerahkan kantong berisi bakpao, lalu berkata "Terima kasih, Pak atas
pembelian bakpaonya. Lain kali datang lagi ya."
Si pengemis membayar dengan uang kumal sambil berkata, "Akhirnya saya bisa
menikmati bakpao lezat yang saya inginkan." Lalu ia pun pergi meninggalkan
toko. Setelah itu, dari kejauhan dan dengan tatapan takjub, sang majikan toko
memperhatikan si pengemis berteduh sambil memakan bakpao dengan nikmatnya.
Malam harinya, saat para karyawan hendak pulang, salah seorang dari mereka
dengan penasaran bertanya ke majikannya, "Tuan, kenapa seorang pengemis yang
hanya membeli dua bakpao, mendapat pelayanan yang istimewa dari tuan sendiri?
Padahal selama ini kan kami yang melayani semua pembeli?"
Seluruh karyawan pun merasa puas atas pengertian yang diuraikan oleh sang
majikan. Dan mereka siap, untuk melayani setiap pelanggan sama baiknya seperti
teladan yang telah ditunjukkan oleh majikan mereka.
Tentu, ia bersedih. Bukan karena sekadar kehilangan kaki, tapi karena kini ia
mengalami kesulitan dalam berburu mangsa di hutan. Apalagi, hanya dari berburu
itulah ia bisa menghidupi keluarganya. Sebab, sebelum kejadian itu, ia selalu
menjual sebagian besar buruannya ke pasar dan mendapatkan uang yang cukup
untuk memberi makan keluarganya.
Hari demi hari berlalu, waktu demi waktu berjalan. Meski berusaha sekuat tenaga
untuk bisa pulih dan kembali berburu dengan bantuan kaki palsu, ia tak bisa
selincah dulu lagi. Sehingga, si pemburu itu pun tak bisa memenuhi kebutuhan
keluarganya seperti dulu. Beruntung, keluarganya selalu mendukungnya.
Maka, untuk menambal kebutuhan hidup, mereka pun bercocok tanam dan
berkebun di ladang yang selama ini kurang dimaksimalkan. Bahu-membahu
mereka saling bantu. Di tengah kesedihannya karena tak bisa berburu, pelan tapi
pasti si pemburu kini mulai menemukan semangat baru. Apalagi, keluarganya pun
ikut membantu. Sehingga, tanpa dirasa, hasil tanaman dan panenan kebun itu
ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, karena makin
mahir dan tahu teknik terbaik, hasilnya pun makin lama makin berlimpah.
Tanpa terasa, waktu berlalu. Si pemburu dan keluarganya kini menjadi petani yang
sukses. Mereka hidup berkecukupan dari hasil berkebun. Bukan itu saja. Jika dulu
sering meninggalkan keluarga karena harus berburu selama beberapa lama di
hutan, kini si pemburu selalu berada dekat dengan keluarganya. Ia bebas bercanda
dan mendidik anaknya sehingga semua tumbuh dengan sehat. Karena itulah,
meski dulu sangat menyesal kakinya cacat ketika berburu dulu, kini si pemburu
berterima kasih pada nasib. Sebab, dengan kondisi saat ini, ia malah makin dekat
dengan keluarga dan makin bisa membahagiakan mereka karena bisa selalu berada
dekat dengan istri dan anaknya.
Namun selain itu, jangan dilupakan juga, bahwa sebelum Tuhan menentukan,
manusia wajib berusaha. Kalimat "manusia berusaha" yang berada di depan
kalimat "Tuhan menentukan", harus kita perhatikan. Sebab, tanpa usaha, tanpa
bekerja, tanpa berupaya, kita hanya akan jadi manusia tanpa daya. Karena itu,
jangan pernah tidak berusaha ketika mengharap sesuatu. Jangan berkata pasrah
dan berserah pada ketentuan Sang Mahakuasa jika kita belum mengusahakan
semaksimal yang kita bisa. Sebab sejatinya, yang terbaik dari-Nya hanya akan
diberikan kepada mereka yang mau berbuat yang terbaik pula untuk diri dan
lingkungannya.
Mari terus berusaha, terus berkarya. Do your best, let God take the rest.
Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja mempunyai kesibukan yang sangat padat.
Suatu ketika, raja merasa resah dan tidak tenang. Penyebabnya, karena sang raja
sangat ingin tahu, apakah dengan kegiatan rutin yang sudah sungguh-sungguh
dikerjakannya demi rakyat, telah benar-benar membuat rakyatnya sejahtera dan
bahagia?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu, para petinggi di kerajaan tersebut
dimintai nasihat dan pendapat. Tetapi, jawaban yang diberikan sangat beragam
dan tidak memuaskan raja. Maka sang raja pergi dari istana guna mengunjungi
seorang bijak yang terkenal, yang bertempat tinggal di bawah kaki gunung.
Tak lama, raja pun kelelahan dan tertidur lelap setelah bekerja mencangkul tanah
dan mengobati si pemuda yang terluka. Keesokan hari, saat terbangun, raja yang
penasaran belum mendapat jawaban sekali lagi mengajukan pertanyaan, sebelum
pergi dari sana. Dengan senyum bijak, si kakek menjawab, "Maafkan hamba yang
tidak melayani baginda dengan baik. Sebenarnya apa yang baginda tanyakan telah
terjawab semuanya. Yang dilakukan baginda dan bermanfat untuk rakyat adalah
sikap dan perasaan baginda setiap kali berbuat sesuatu, apapun juga, dengan tulus
dan dilandasi dengan belas kasih demi kesejahteraan rakyat dengan adil.
Kemudian, kapan itu harus dilaksanakan? Jawabannya adalah saat ini. Karena
yang kemarin merupakan masa lalu, dan besok sekadar harapan. Dan terbukti,
baginda tidak segan-segan membantu saya mencangkul tanah dan tidak canggung
pula saat harus menolong pemuda yang sedang terluka parah. Membantu sesama,
tanpa pamrih, serta dilakukan saat ini dengan landasan hati belas kasih adalah
tugas kita sebagai manusia."
Raja sangat puas mendengar jawaban tersebut. "Terima kasih atas jawaban Anda.
Saya berjanji akan memerintah dengan cinta kasih agar setiap saat selalu
bermanfaat untuk kesejateraan rakyatku." Raja pun berpamitan untuk kembali ke
istana.
Sebagai manusia, siapapun kita hari ini, entah menjadi si kaya, si hebat, atau si
pandai serta entah berkedudukan atau sedang menjabat sebagai apapun, jangan
pernah lupa bahwa kita tercipta tidak sendiri. Kita semua diciptakan oleh Yang
Mahakuasa dengan segala tanggung jawab yang menyertainya, termasuk untuk
saling membantu dan saling memberi.
Karena itu, jika ada kesempatan berbuat baik, tidak perlu nanti, tidak harus
menunggu besok, segera singsingkan lengan baju, berbuatlah yang terbaik bagi
sekitar kita. Namun, jangan berbuat baik dengan perhitungan atau pandang bulu,
apalagi sampai ada pamrih tertentu. Sebab, sebuah tindakan jika berlandaskan niat
yang salah, akan menghasilkan hasil yang tidak bermanfaat, bagi diri sendiri,
maupun orang lain.
Berbuat baiklah kepada sesama dengan penuh ketulusan yang mendalam dan tidak
dibuat-buat. Dan, lakukan itu di setiap kesempatan yang ada, maka hidup akan
terasa lebih indah. Sebab, laksana bibit yang kita tabur, sebuah kebaikan yang kita
tanam kelak buahnya kita sendiri yang akan menuainya.
Ingat: jangan pernah meremehkan niat baik dan perbuatan baik sekecil apapun.
Semoga kebaikan membantu sesama membuahkan kebahagiaan untuk kita
bersama.
Hari yang dinanti-nantikan itu pun akhirnya tiba. Dengan gembira, si anak
membawa busur dan anak panahnya, memulai hari pertamanya pergi berburu ke
dalam hutan. Dia pun dengan teliti memperhatikan setiap gerakan di semak-semak
sambil mengikuti tanda petunjuk yang di buat sang ayah agar tidak tersesat di
dalam hutan. Tiba-tiba, hampir bersamaan tampak dua kelinci keluar dari semak-
semak. Pemburu muda segera mengarahkan busurnya ke arah kelinci sebelah kiri.
Tetapi saat dia melirik ke kanan, tampaklah seekor kelinci yang lebih gemuk. Dia
pun ganti mengarahkan busurnya ke sebelah kanan. Tapi saat itu, si kelinci sudah
kabur ke semak. Maka dengan terburu-buru dia pun mengarahkan busurnya ke
kiri, dan kelinci itu pun sudah menghilang ke semak-semak.
Ketika bertemu dengan ayahnya, dengan kesal si pemburu muda berseru, "Ayah,
saya belum mendapatkan satu buruan pun. Tadi ada dua ekor kelinci, tetapi
kelinci-kelinci itu lincah sekali! Belum sempat saya lepaskan anak panah, mereka
sudah hilang di semak-semak. Wah, padahal saya sudah berusaha bergerak dengan
cepat. Saat saya beralih sasaran ke kelinci yang lain, dia juga sudah kabur. Saya
gagal di perburuan pertama ini. Apa yang salah, Ayah?"
Si ayah tersenyum dan berkata, "Kegagalanmu kali ini adalah sebuah pelajaran
yang sangat berharga buatmu, anakku. Kelinci-kelinci itu adalah sasaran yang
bagus. Salahnya bukan karena kelincinya yang kecil dan lincah, tetapi karena
kamu tidak fokus pada titik sasaran! Sebentar mengarah ke kiri dan sebentar ke
kanan. Ingat! Kamu tidak mungkin dapat melakukan dua pekerjaan sekaligus di
saat yang bersamaan. Kamu harus menentukan satu pilihan dan fokus untuk
menyelesaikannya.
Andai tadi kamu membidik dengan fokus hanya pada satu titik sasaran, tentu
hasilnya akan berbeda. Mungkin saat ini kamu sudah berhasil membawa pulang
kelinci lincah itu."
One rabbit in hand is batter than two rabbits in the bush. Satu kelinci di tangan
lebih baik daripada dua kelinci di semak-semak. Demikian peribahasa yang tepat
untuk menggambarkan kisah ilustrasi di atas. Begitu pula di dalam kehidupan ini,
untuk sukses dalam mengembangkan karier atau bisnis kita. Jangan mudah
berganti-ganti bidang pekerjaan; sebentar mengerjakan bisnis ini, sebentar beralih
ke pekerjaan atau bisnis yang lain. Atau ingin menguasai semua pekerjaan. Untuk
berhasil, kita harus fokus pada titik sasaran yang akan kita raih.
Titik sasaran itu bisa diartikan fokus pada bakat, keterampilan, pekerjaan atau
pada bisnis yang benar-benar kita kuasai. Hanya dengan fokus kita akan dapat
meraih kesuksesan secara maksimal.
Tepat 84 tahun lalu, 27-28 Oktober 1928, para pemuda yang dipelopori oleh
organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) menyelenggarakan
Kongres Pemuda Kedua di Jakarta (Kongres pertama dilaksanakan pada tahun
1926 di Jakarta). Pesertanya adalah perwakilan dari organisasi-organisasi
kepemudaan yang ada di Indonesia tanpa melihat asal daerah atau sukunya.
Mereka berkumpul dengan semangat persatuan Indonesia. Persatuan menjadi
senjata paling kuat untuk melawan Belanda yang menjajah Indonesia saat itu.
Di akhir kongres para tokoh pemuda itu merumuskan sumpah setia yang disebut
Sumpah Pemuda yang hingga kini menjadi rumusan nilai-nilai kebangkitan dan
persatuan pemuda Indonesia. Maka sangat ironis, di saat kita memperingati Hari
Sumpah Pemuda yang sudah 84 tahun, masih sering kita melihat kejadian-kejadian
yang justru bertentangan dengan semangat itu.
Lihat saja tawuran antarpelajar. Dulu, terbatas antarkelompok siswa SMA atau
yang setingkat seperti STM. Itu pun antarsekolah tertentu. Kini siswa SMP hingga
mahasiswa pun melakukannya. Yang lebih memiriskan, masalah yang
dipertentangkan sebagai faktor penyebab tawuran sangat sepele. Hanya soal tegur
sapa yang salah saja bisa memicu tawuran yang memakan korban jiwa. Sering kali
korbannya bukan dari kelompok yang bertikai, tetapi anak-anak yang tak bersalah
atau anggota masyarakat lain. Tawuran ini juga menjadi gangguan sosial karena
terjadi di tempat terbuka. Maka pantas jika pengamat sosial menyebut tawuran
sebagai "kanker". Seperti juga kanker, akibat buruk tawuran adalah korban jiwa
atau kematian. Kita mungkin bertanya, kenapa para pelajar dan mahasiswa kita
bisa terpapar "kanker" tawuran ini?
Mungkin contoh teladan kita yang kurang. Di televisi dan media masa, betapa
seringnya kita menyaksikan berita negatif yang memalukan bangsa seperti
korupsi, manipulasi, saling caci, saling benci. Pelakunya bukanlah orang biasa,
tetapi tokoh-tokoh terpandang yang seharusnya memberi contoh teladan. Lebih
dari itu beritanya datang begitu dekat melalui televisi di tengah keluarga, atau
media internet yang bisa diakses melalui handphone. Datangnya pun bertubi-tubi
sehingga terkesan biasa dan layak dimafhumi.
Sepantasnya, media yang sama bisa menularkan lebih sering lagi contoh-contoh
positif yang mampu menginspirasi dan mendorong para pemuda kita untuk lebih
berprestasi yang membanggakan. Karena banyak tokoh teladan yang layak tayang
atau diangkat ke permukaan yang belum tersentuh pemberitaan media. Memang
tak bisa dipungkiri, sejumlah kemajuan telah ditunjukkan oleh para pemuda kita.
Perannya pun makin luas. Prestasi mereka juga tak hanya diraih di dalam negeri.
Mereka banyak yang sudah mampu menunjukkan pada dunia luas bahwa pemuda-
pemudi Indonesia memiliki kemampuan luar biasa, mampu bersaing di percaturan
dunia mulai kegiatan sosial hingga penguasaan teknologi canggih, mengalahkan
negara-negara besar seperti Amerika, Eropa, dan Jepang.
Maka di saat kita memperingati Hari Sumpah Pemuda pada hari ini, mari teruskan
berkarya positif, kembangkan potensi diri, kesampingkan perbedaan, dan
tingkatkan persatuan. Jangan mudah terprovokasi bahkan oleh teman sendiri tanpa
mencernanya terlebih dulu. Bersikaplah lebih kritis sehingga tak terjebak dalam
aksi solidaritas sempit. Lebih baik kita kritisi propaganda yang meluluhkan nilai-
nilai persatuan dan menjatuhkan moral demi kemajuan bangsa dibanding mudah
tersulut oleh kegiatan yang hanya menghamburkan tenaga yang mencederai
persatuan.
Kita ini bangsa besar, kita ini berpotensi besar. Jangan sampai ini tersia-siakan.
Mari wujudkan Indonesia yang lebih maju! Siapa lagi yang akan melakukannya
selain kita, para pemuda Indonesia. Kita pasti bisa!
Bahagia adalah sebuah rasa yang setiap makhluk Sang Pencipta berhak memiliki
dan merasakannya. Karena itu, bahagia sebenarnya selalu ada dalam diri. Bahagia
bisa kita rasakan setiap saat, jika kita mengizinkannya selalu mengisi relung hati,
pikiran, dan perasaan
Sayangnya, banyak orang yang "mengejar" kebahagiaan dari luar diri. Merasa
materi, panggung penuh kehormatan, dan jabatan bisa jadi solusi yang
mendatangkan kebahagiaan. Mereka tak pernah merasa bahagia jika semua itu
belum menjadi miliknya. Di sinilah rasa bahagia bisa jadi hanya "mampir"
sekelebatan mata. Sebab, materi atau jabatan hanya predikat yang tak bisa setiap
saat melekat.
Teman-teman..., mari jadikan bahagia muncul dari dalam diri sendiri. Caranya,
dengan mensyukuri segala kondisi : bahagia bisa hidup, bahagia bisa berbagi,
bahagia dalam setiap "jalan" yang kita lalui. Bahagia yang muncul dari dalam diri
ini akan menjadi kebahagiaan yang hakiki, karena bisa datang setiap waktu.