Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang

strategis untuk mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan

institusi yang efektif untuk mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana

peserta didik dapat diajarkan tentang maksud perilaku sehat dan tidak

sehat serta konsekuensinya (Sarafino, 2014).

Pembentukan perilaku kesehatan sejak dini di institusi pendidikan

lebih mudah pelaksanaannya daripada setelah anak menginjak usia

dewasa. Perilaku kesehatan yang buruk pada anak dapat mendatangkan

berbagai jenis penyakit.

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (2015)

mencatat bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat

diare. Data Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa di antara 1000

penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang

tahun. Penyakit diare tersebut berkaitan erat dengan perilaku hidup bersih

dan sehat.

Data penyakit yang diderita oleh anak sekolah (SD) terkait prilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah penyakit kecacingan 40-60% (Profil

Depkes RI, 2015), anemia anak sebesar 23,2 % (Yayasan Kusuma Buana,

2014), karies dan periodental sebesar 74,4 % (SKRT, 2013).


Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014

menyebutkan sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari 10

tahun. Persentase orang merokok tertinggi (64%) berada pada kelompok

umur remaja (15-19 tahun). Hal ini berarti bahaya rokok pada masyarakat

yang rentan yakni anak-anak dan berdampak pada masa remaja.

Kebiasaan PHBS harus ditanamkan sejak dini agar bisa terbawa

hingga usia tua, Murid Sekolah Dasar (SD) cenderung menjadi target yang

tepat untuk dibekali dengan hal yang positif seperti PHBS untuk hidup

lebih sehat.

Usia anak sekolah adalah usia yang masih muda, mereka masih

membutuhkan bantuan dan tuntunan dari orang di sekitar lingkungannya

yaitu, orang tua, guru dan teman. Pada dasarnya keluarga merupakan unit

terkecil bagi suatu bangsa yang memungkinkan untuk menjadi awal dari

proses pendidikan dan sosialisasi budaya baik, seperti salah satunya adalah

budaya PHBS. Namun, karena kesibukkan orang tua yang harus mencari

nafkah, maka anak-anak cenderung lebih banyak berkomunikasi dan

menghabiskan waktu bersama dengan guru dan teman-temannya di

lingkungan sekolah. Dalam hal ini komunitas sekolah memegang peranan

penting dalam penanaman kebiasaan PHBS (Anggraeny, 2015).

Adiwiryono (2015), menyatakan bahwa PHBS pada tatanan

pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu

mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah


sehat. Sasaran pembinaan PHBS disekolah adalah siswa, warga sekolah

(kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah, dan orang tua

siswa), dan masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam dan

lain-lain).

Anak yang memasuki pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD)

sangat tergantung kepada guru kelasnya di sekolah sehingga guru kelas

merupakan faktor penting dalam pendidikan anak SD termasuk dalam

pembentukan PHBS di sekolah. Sekolah selain sebagai tempat belajar bagi

anak juga merupakan sarana bersosialisasi dengan teman sebaya dan

lingkungan. Selain dengan guru di sekolah, seorang anak juga berinteraksi

dengan temannya khususnya ketika istirahat di sekolah. Seorang anak

secara psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya

termasuk juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan oleh

orang tuanya di rumah dan temannya di sekolah, sehingga faktor tersebut

juga dapat berpengaruh terhadap PHBS anak di lingkungan sekolah.

Dwigita (2015), menyatakan bahwa orang tua dan guruadalah

sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari.

Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup

anak di kemudian hari, sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk

mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada

anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks. Deteksi dini gangguan

kesehatan anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi komplikasi

dan permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi. Peningkatan


perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan dapat

tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi.

Penyebab rendahnya pelaksanaan PHBS dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain faktor perilaku dan non perilaku yang berupa faktor

lingkungan fisik, sosial ekonomi, oleh sebab itu peningkatan masalah

kesehatan tersebut harus ditujukan kepada dua faktor tersebut. Banyak hal

lain yang menjadi penyebab menurunnya pelaksanaan PHBS di sekolah

seperti faktor teknis, faktor geografi, sosial ekonomi, serta kurangnya

upaya promotif tentang kesehatan khususnya mengenai PHBS dari

puskesmas dan instansi kesehatan lain seperti puskesmas (Sekretariat

Eksekutif Pusat WSSLIC, 2015)

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Mbembu (2014)

menunjukkan bahwa diketahui adanya gambaran perilaku hidup bersih dan

sehat pada anak usia 7 -10 tahun. Pengetahuan, sikap, dan lingkungan

merupakan faktor-faktor penunjang hidup dan mempengaruhi perilaku

hidup bersih dan sehat. Sebanyak 100% responden memiliki pengetahuan

yang baik dalam perilaku hidup bersih dan sehat, sebanyak 98,8%

responden memilki sikap positif terhadap perilaku hidup bersih dan sehat,

sedangkan sebanyak 1,2% responden memilki sikap positif terhadap

perilaku hidup bersih dan sehat,serta sebanyak 100% responden memiliki

perilaku hidup bersih dan sehat yang baik.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap 10 siswa/siswi

SDN Karet 3 Kabupaten Tangerang dengan metode wawancara


menggunakan kuesioner sederhana dan observasi yang berisi 10

pertanyaan tentang PHBS terdiri dari kebiasaan mandi 2 kali sehari,

keramas, gosok gigi, potong kuku, membuang sampah pada tempatnya,

jajan makanan sehat disekolah, cuci tangan sebelum makan, ketersediaan

jamban di sekolah, dan pemeriksaan kuku rutin oleh guru, diperoleh hasil

bahwa 7 orang siswa memiliki PHBS yang buruk yakni dengan memiliki

kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dengansabun, buang

sampah sembarangan, makan jajanan yang tidak sehat di sekolah, memiliki

rambut yang kotor serta kuku tangan dan kaki yang panjang dan kotor.

Hasil wawancara dengan guru kelas didapatkan informasi bahwa

pemeriksaan kuku tangan, kaki, kebersihan dan kerapian rambut

dilaksanakan dengan tidak program tersecara kontinyu, pelaksanaannya

kadang dilakukan dalam duaminggu sekali, sebulan sekali bahkan pernah

3 bulan tidak dilaksanakan pemeriksaan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah :

Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) pada anak usia sekolah di SDN Karet 3 Kabupaen Tangerang


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa mengenai

perilaku hidup bersih sehat dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa

SDN Karet 3 Kabupaten Tangerang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengeahui pengaruh siswa mengenai perilaku hidup bersih sehat

dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SDN Karet 3 Kabupaten

Tangerang.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Sikap siswa mengenai perilaku hidup bersih

sehat dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SDN Karet 3

Kabupaten Tangerang.
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan siswa mengenai perilaku hidup

bersih sehat dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SDN Karet 3

Kabupaten Tangerang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam

menentukan strategi perencanaan informasi yang paling sesuai untuk

perubahan perilaku masyarakat dalam peningkatan pemahaman

masyarakat tentang kesehatan lingkungan.

2. Bagi kepala sekolah


Memberi gambaran sekaligus mengevaluasi terlaksananya program PHBS

siswa Sekolah Dasar sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan

dalam memberikan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan siswa

Sekolah Dasar.

3. Bagi guru SDN Karet 3 Kabupaten Tangerang

Memberi gambaran sejauh mana pengetahuan PHBS siswa Sekolah Dasar

untuk dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan

tentang PHBS.

4. Bagi siswa SDN Karet 3 Kabupaten Tangerang


Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan sekolah

maupun di rumah.

Anda mungkin juga menyukai