ASMA BRONKIAL
Oleh:
dr. Philipus Hendry Hartono
Dokter Pendamping
dr. Richard Sabar Nelson Siahaan
dr. Corry Christina H
2. Objektif :
Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
HR : 80x/menit, Regular (+)
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36℃
Saturasi : 95%
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik.
Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea ditengah.
Thoraks
o Paru
Inspeksi : Simetris pada kedua lapang paru pada saat statis dan dinamis
Palpasi : Nyeri tekan (-/-), taktil fremitus normal
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), Ronki (-/-), wheezing (+/+)
o Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di linea midclavicula sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (-), Tidak teraba massa
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas : Edema -/-, sianosis -/-, Capillary Refill time < 3 detik.
Laboratorium:
- Tanggal 12 November 2019 (Lab RSUD Kota Bekasi)
- Darah Rutin
Nama Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 11,9 12-14 gr/dl
Hematokrit 37,0 37-47%
Leukosit 13,0 5000-10000/ul
Trombosit 440 150000-400000/ul
Assesment (penalaran klinis)
Pada kasus pasien Ny.L, pasien mengalami sesak napas sejak jam 14.00 WIB. Pasien merasakan sesaknya saat terkena debu dan
asap rokok. Selain sesak pasien juga merasakan kesulitan bicara dan duduknya jadi membungkuk. Dari gejala pasien mengalami
Asma bronkial. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan bunyi paru tambahan yaitu wheezing pada kedua bagian basal paru.
3. DIAGNOSIS KERJA
Asma Bronkial
4. TERAPI
Farmakologis :
Nebulizer ( Ventolin + Pulmicort)
Inj Dexametason 1x1 Amp
Inj Omeprazole 1x1 Amp
Ambroxol Syr 3x1 cth
Nonfarmakologis :
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Istirahat Tirah Baring
5. PROGNOSIS
ad vitam : dubia ad bonam
ad sanationam: dubia ad bonam
ad functionam: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya., yang menyebabkan hipereaktivitas
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan
atau dini hari.1
Etiologi2,3
Faktor yang berkontribusi untuk terjadinya hipereaktivitas saluran napas atau asma adalah :
Alergen lingkungan seperti tungau debu rumah, serbuk sari, jamur, bulu/ epitel binatang peliharaan ( anjing dan kucing)
Infeksi virus pada saluran pernapasan seperti rhinovirus, influenza
Olahraga seperti berlari
Rinitis Alergi atau sinusitis
Penggunaan obat golongan beta blocker
Obesitas
Polutan lingkungan seperti asap rokok
Pajanan pekerjaan seperti uap zat kimia
Beragam iritan seperti bahan – bahan spray
Faktor emosional atau stress psikologis
Faktor perinatal seperti prematuritas, usia ibu saat mengandung, ibu yang merokok saat hamil dan prenatal yang terekspos dengan
asap rokok
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Keluhan :2
Gejala yang berhubungan dengan respirasi
o Batuk, dapat produktif atau nonproduktif
o Sesak Napas
o Mengi
o Rasa berat di dada
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/dini hari
Dapat diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Terdapat gambaran/ pola gejala yang khas yaitu episodic, variabilitas dan reversibel.
o Episodik : Serangan yang berulang ( hilang timbul), yang diantaranya terdapat periode bebas serangan
o Variabilitas : Bervariasinya kondisi asma pada waktu – waktu tertentu seperti perubahan cuaca, provokasi pencetus, bahkan
dalam satu hari terjadi variabilitas dengan perburukan pada malam atau dini hari
o Reversibel : meredanya gejala asma dengan bronkodilator.
Faktor Resiko :2
Faktor Pejamu
Predisposisi Genetik
Riwayat atopi pada pasien dan keluarga ( termasuk riwayat sinusitis atau rhinitis)
Hipereaktivitas bronkus
Jenis Kelamin
Obesitas
Faktor Lingkungan
Alergen ( dalam ruangan : debu rumah, serpihan kulit, bulu binatang; luar ruangan: tepung sari bunga, jamur)
Asap rokok
Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
Infeksi pernapasan
Perubahan cuaca
Makanan dan zat aditif ( pengawet, penyedap, pewarna makanan)
Pemeriksaan fisik2
Temuan Pemeriksaan fisik pada asma bervariasi dari normal ( saat kondisi stabil tidak eksaserbasi) hingga gambaran klinis yang jelas saat
eksaserbasi.
Pemeriksaan tanda vital :
Pasien tampak sesak ( bila datang saat eksaserbasi). Takikardia, takipnea, adanya pulsus paradoksus
o Pada kondisi berat : pulsus paradoksus >18 mmhg, takikardia hingga >120 kali/menit, takipnea >30 kali/menit
o Pada kondisi berat : perubahan kesadaran.
Pemeriksaan Paru :
Retraksi sela iga dan subdiafragma
Hiperinflasi dada
Ekspirasi memanjang
Mengi ( wheezing) : pada kondisi tidak serangan atau serangan ringan, mengi terdengar saat ekspirasi paksa, pada kondisi serangan
sedang hingga berat, mengi dapat terdengar jelas.
Pada kondisi eksaserbasi berat mengi dapat saja tidak terdengar lagi ( silent chest)
Pemeriksaan Penunjang1,2
Spirometri:
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama ( VEP1) dan kapasitas vital paksa ( KVP) serta arus puncak ekspirasi ( APE)
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP <75% atau VEP1 <80% nilai prediksi
Tes reversibilitas bronkodilator
VEP1 meningkat >12% dan >200 mL dari nilai awal, 10 – 15 menit setelah inhalasi salbutamol 200 – 400 mcg
Pemeriksaan Sputum :
Eosinofil pada sputum merupakan karakteristik pada asma, sedangkan neutrophil dominan pada bronchitis
Pemeriksaan Eosinofil total :
Jumlah Eosinofil dapat meningkat pada pasien asma
Pemeriksaan darah rutin :
Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi bakteri
Foto Thoraks :
Pada Asma biasanya normal, dapat terlihat hiperinflasi.
Untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran napas atau komplikasi asma.
Analisa gas darah :
Melihat apakah terdapat hipoksemia ( terutama dilakukan pada asma serangan berat)