Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS III

NEFROLITIASIS SINISTRA

Oleh:
dr. Philipus Hendry Hartono

Dokter Pendamping :
dr. Richard Sabar Nelson Siahaan
dr. Corry Christina H

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI
MARET 2020
Nama peserta : dr. Philipus Hendry Hartono
Nama wahana: RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
Topik: Nefrolitiasis Sinistra
Tanggal (kasus): 11/12/2019
Nama Pasien: Tn. D No. RM: 18198754
Tanggal presentasi: Nama pendamping:
02/03/2020 1. dr. Richard Sabar Nelson Siahaan
2. dr. Corry Christina H
Tempat presentasi: Aula Gedung E Lantai 3 RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan □ Email □ Pos
diskusi
Data pasien: Nama: Tn.D, 47 tahun Nomor RM: 18198754
Nama klinik: RSUD dr. Telp: - Terdaftar sejak: 11 Desember 2019
Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Nefrolitiasis Sinistra / Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 2 bulan SMRS. Nyeri
pinggang dirasakan hilang timbul dan menjalar ke perut bagian kiri bawah. Pemeriksaan fisik didapatkan Kesadaran: CM (E4M6V5),
TD: 110/70 mmHg, HR: 68 x/menit, RR: 20 x/mnt, T : 36,3 C, BB=74 kg. Dari Pemeriksaan fisik didapatkan adanya Nyeri ketok CVA
(+) kiri. Dari pemeriksaan penunjang terdapat kenaikan ureum yaitu 84 mg/dL
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Hipertensi (-), Penyakit jantung (-), Vertigo (-). Kencing manis (-)
3. Riwayat Keluarga: Tidak ada yang memiliki kelainan bawaan. Riwayat Hipertensi (-), Kencing manis (-)
4. Riwayat Pekerjaan: Pasien adalah seorang Buruh bangunan pabrik
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik: Riwayat merokok (-)
Daftar pustaka:
1. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi edisi 3. FK Unbraw: Malang. 2011
2. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014
3. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
4. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Pt Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2009
5. Santoso, Beatricia I. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC: Jakarta. 2001
6. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI:Jakarta. 2007
7. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998
8. Nur Lina. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki. Semarang: Magister Epidemiologi Universitas
Diponegoro. 2008
9. Soepaman. Ilmu Penyakit Dalam Jillid II. FKUI: Jakarta. 1990
Hasil pembelajaran:
1. Penegakan diagnosis Nefrolitiasis Sinistra
2. Penanganan awal dan manajemen kegawatdaruratan pada Nefrolitiasis Sinistra
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai Nefrolitiasis Sinistra dan penanganannya.
 Subjektif: (Alloanamnesis)
• Keluhan Utama: Nyeri Pinggang Kiri sejak 2 bulan SMRS.
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD dr.Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dengan keluhan nyeri pinggang
kiri sejak 2 bulan SMRS. Nyeri pinggang dirasakan menjalar ke bagian perut kiri bawah dan nyeri dirasakan terus – menerus. Keluhan
nyeri pinggang disertai Mual (+) dan nyeri ulu hati. Pasien mengatakan pernah mengalami kencing keluar batu 5 bulan yang lalu. Pasien
sempat berobat ke Puskesmas Mustika jaya dan dikasih obat pereda nyeri dan lambung tapi keluhan tidak berkurang. Dari Kebiasaan
minum, pasien jarang minum air putih. Di tempat kerja pasien biasa minum teh atau kopi hitam.
Pasien mengatakan saat BAK urin berwarna keruh, tidak menyumbat dan lancar. Pasien juga mengatakan sering terbangun untuk
BAK saat sedang tidur malam sebanyak kurang lebih dari 3 kali/hari. Keluhan demam dan muntah tidak ada.
 Objektif:
Status Present
KU : Tampak sakit sedang Respirasi : 20 x/menit
Kesadaran : Compos Mentis Suhu : 36,3 0C
GCS : E4M6V5 BB : 74 kg
TD : 110/70 mmHg TB : 170 cm
HR : 68 x/menit, regular
Status Generalis
 Kepala : Normocephali
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik.
 Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea ditengah.
 Thoraks
o Paru
Inspeksi : Simetris pada kedua lapang paru pada saat statis dan dinamis
Palpasi : Nyeri tekan (-/-), taktil fremitus normal
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), Rhonki basah halus di basal (+/+) , wheezing (-/-)
o Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di linea midclavicula sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : BJ I-II Regular, murmur (+) sistolik Left Lower Sternal Border, gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (-), Tidak teraba massa, nyeri ketok CVA + ( kiri )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
 Ekstremitas : Edema -/-, sianosis -/-, Capillary Refill time < 2 detik.
Laboratorium:
- Tanggal 11 Desember 2019 (Lab RS Puspa Husada)
- Pemeriksaan Hematologi
Nama Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13,6 12 – 14 gr/dl
Hematokrit 38,0 37 – 47 %
Leukosit 7,7 x 103 5 – 10 x 103/ul
Trombosit 356000 150000 - 400000/ul
Kimia Klinik
Fungsi Ginjal
Ureum 43 20 – 40 mg/dL
Kreatinin 1,2 0,5 – 1,5 mg/dL
Diabetes
Glukosa Darah Sewaktu 84 60 – 110 mg/dL

Tanggal 12 Desember 2019 ( Lab RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi)
Ureum 84 20 – 40 mg/dL
Kreatinin 1,2 0,5 – 1,5 mg/dL
BNO IVP (tanggal 14 Desember 2019)

BNO : Bayangan opak di proyeksi ginjal kiri


IVP : Fase Nephrogram kedua ginjal normal
Fase Ekskresi kedua ginjal normal
Sistem pelviocalyses normal
Ureter bilateral normal
Buli-buli tak tampak filling defek. Post
Voiding pasase lancar

Kesan :
Fungsi Kedua ginjal normal, tidak tampak tanda
Bendungan
Nefrolitiasis Sinistra
 Assesment (penalaran klinis)
Pada Kasus Pasien Tn.D, Pasien mengalami nyeri pinggang kiri sejak 2 bulan SMRS. Nyeri pinggang dirasakan menjalar ke bagian
perut kiri bawah dan nyeri dirasakan terus – menerus. Keluhan nyeri pinggang disertai Mual (+) dan nyeri ulu hati. Pasien mengatakan
pernah mengalami kencing keluar batu 5 bulan yang lalu. Dari kebiasaan minum, pasien jarang minum air putih. Di tempat kerja pasien
biasa minum teh atau kopi hitam. Hasil Pemerikaan Fisik terdapat nyeri ketok CVA (+) kiri. Hasil pemeriksaan penunjang yaitu pada
pemeriksaan lab terdapat kenaikan ureum dan pada pemeriksaan radiologi (BNO IVP) : terdapat bayangan opak diproyeksi ginjal kiri.
Dari Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien didiagnosis Nefrolitiasis Sinistra
DIAGNOSIS KERJA
Nefrolitiasis Sinistra

4. TERAPI
Farmakologis :
 Infus RL 20 tpm
 Omeprazole inj 1 x 40 mg
 Ketorolac inj 1 x 30 mg
Nonfarmakologis :
 Observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital
 Istirahat Tirah Baring

5. Prognosis
ad vitam : dubia ad bonam
ad sanationam: dubia ad bonam
ad functionam: dubia ad bonam
6.Follow up
 Tanggal 12 Desember 2019
S : Nyeri pinggang kiri
O : KU : TSS N : 80 x/mnt
Kes : CM (E4M6V5) R : 20 x/mnt
TD : 120/80 mmHg S : 36,5 C
Kepala : CA -/- , SI -/-
Thorax : BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : BU (+) Nyeri ketok CVA (+) kiri
Extremitas : akral hangat, CRT > 3”
A : Nefrolithiasis Sinistra
P : - IVFD RL 20 tpm - Cek BNO IVP
- Injeksi Omeprazole 1 x 40 mg IV
- Injeksi ketorolac 1x 30 mg IV

 Tanggal 13 Desember 2019


S : Nyeri pinggang kiri berkurang
O : KU : TSS N : 82 x/mnt
Kes : CM (E4M6V5) R : 20 x/mnt
TD : 130/90 mmHg S : 36,5 C
Kepala : CA -/- , SI -/-
Thorax : BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : BU (+) nyeri ketok CVA (+) Kiri
Extremitas : akral hangat, CRT > 3”
A : Nefrolitiasis Sinistra
P : Terapi lanjut
 Tanggal 14 Desember 2019
S : Nyeri pinggang kiri berkurang
O : KU : TSS N : 80 x/mnt
Kes : CM (E4M6V5) R : 20 x/mnt
TD : 120/80 mmHg S : 36,5 C
Kepala : CA -/- , SI -/-
Thorax : BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : BU (+) nyeri ketok CVA (+) Kiri
Extremitas : akral hangat, CRT > 3”
A : Nefrolitiasis Sinistra
P : Terapi lanjut
 Tanggal 15 Desember 2019
S : Nyeri pinggang kiri berkurang
O : KU : TSS N : 84 x/mnt
Kes : CM (E4M6V5) R : 20 x/mnt
TD : 120/70 mmHg S : 36,5 C
Kepala : CA -/- , SI -/-
Thorax : BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : BU (+) nyeri ketok CVA (+) Kiri
Extremitas : akral hangat, CRT > 3”
A : Nefrolitiasis Sinistra
P : Terapi lanjut
BNO IVP : Nefrolitiasis Sinistra
 Tanggal 16 Desember 2019
S : Nyeri pinggang kiri berkurang
O : KU : TSS N : 84 x/mnt
Kes : CM (E4M6V5) R : 20 x/mnt
TD : 120/70 mmHg S : 36,5 C
Kepala : CA -/- , SI -/-
Thorax : BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : BU (+) nyeri ketok CVA (+) Kiri
Extremitas : akral hangat, CRT > 3”
A : Nefrolitiasis Sinistra
P : Terapi lanjut
BNO IVP : Nefrolitiasis Sinistra
 Tanggal 17 Desember 2019
S : Nyeri (-)
O : KU : TSS N : 86x/mnt
Kes : CM (E4M6V5) R : 20 x/mnt
TD : 110/80 mmHg S : 36,5 C
Kepala : CA -/- , SI -/-
Thorax : BJ I – II regular, murmur (-), gallop (-)
Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : BU (+) NT(-)
Extremitas : akral hangat, CRT > 3”
A : Nefrolitiasis Sinistra
P : Boleh Pulang
Terapi Rawat Jalan : Cefixime 2 x 200 mg tab
Mefinal 3 x 500 mg tab
Kontrol Poli Bedah
TINJAUAN PUSTAKA
Nefrolitiasis
1. Pengertian1

Gambar 1 Nefrolitiasis

Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di bagian pelvis renalis.
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan
kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).
2. Etiologi1,2
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine.
Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien
dehidrasi).
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
a. Faktor endogen :
 Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
 Hiperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Faktor eksogen :
 Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak
seimbangan cairan yang masuk
 Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin
dan mempermudah terbentuknya batu.
 Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu
 Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses pembentukan urin.
3. Patofisiologi2
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu
ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari
intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau urin sehingga membuat tempat untuk
pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi amonium yang berakibat presipitasi kalsium
dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori :
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini
maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara bersama-sama, salah satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urat yang berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu
kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
3. Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu2,3
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-
fosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat
penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri
atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah
urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya
adalah : Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi
saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan
sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah
sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar
untuk mendapatkan penyakit ini.
4. Tanda dan Gejala2,3
Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien
merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang
terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Hematuria
b. Piuria
c. Polikisuria/frequency
d. Urgency
e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah pinggang.
f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah penis atau vulva.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu leukosit meningkat.

5. Komplikasi4
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh
karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan
infeksi pada peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urin
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

6. Pemeriksaan Diagnostik3,5
a. Pemeriksaan Urin
 PH lebih dari 7,6
 Sediment sel darah merah lebih dari 90%
 Biakan urin
 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Pemeriksaan darah
 Hb turun
 Leukositosis
 Urium krestinin
 Kalsium, fosfor, asam urat
c. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan rontgen saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk
melihat lokasi batu dan besar batu
d. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut
memiliki beberapa keuntungan dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material radiokontras; dapat
memperlihatkan bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque, dan batu kecil
sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra-abdomen selain batu yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang, CT
helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu ureter.
c. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan
hanya bisa memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada 123 pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan
dengan CT Helikal sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih
kecil dari 3 mm juga sering terlewatkan dengan ultrasonografi.

7. Penatalaksanaan Medis5,6
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan
tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus
renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam
urat di dalam air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa),
bisa diberikan kalium sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasis adalah:

8. Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih6


Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan ginjal,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan
terbuka.

8.1 Medikamentosa6
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat
keluar tanpa intervensi medis.
Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya
kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum
paling sedikit 8 gelas air sehari.

8.2 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan6


Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin
sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas
nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat
tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
8.3 ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)6
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh
untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat
mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

8.4 Endourologi7
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :
a.PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b.Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d.Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

8.5 Tindakan Operasi7


Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a.Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal
b.Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter
c.Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia
d.Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra
e. Pyelolitotomi merupakan pembedahan untuk mengambil batu yang berada di pelvis renalis.

9. Pencegahan Batu Saluran Kemih8


Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan
pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :

9.1 Pencegahan Primer8


Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari
penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK,
dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi
pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.

9.2 Pencegahan Sekunder8


Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi.
Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.

Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ yang bersangkutan :
a.Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).
b.Pada keadaan akut, paling sering ditemukan rasa tidak enak pada daerah pinggul (flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi
sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang
dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.

Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:


a.Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas
rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar
ginjal.
b.Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c.Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan adanya obstruksi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan
pasien yang alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat
membedakan klasifikasi batu.
d.Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.
9.3 Pencegahan Tersier8,9
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang
membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah
berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara
menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak
terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai