Anda di halaman 1dari 8

A.

JUDUL PENELITIAN : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dalam


Peningkatan Motivasi dan Partisipasi Siswa serta
Kualitas Hasil Belajar di SMP Negeri 3 Samarinda.

B. BIDANG KAJIAN : Desain dan Strategi Pembelajaran di Kelas

C. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang harus selalu ditingkatkan
kualitasnya. Keluaran yang diharapkan adalah lulusan yang mampu menghadapi
kehidupan gobal, kompetitif dan inovatif. Balitbang Diknas, (2003) mengartikan
pendidikan berkualitas adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan disamping
memiliki kognitif tinggi juga memiliki budi pekerti yang baik, jujur dan bertaqwa.
Sedangkan menurut Mahlk dan Grisay (1991) pendidikan dikatakan bermutu apabila
produk atau hasil dari pendidikan yang diselenggarakan (aspek kognitif, psikomotor dan
afektif) sudah memenuhi standar yang ditetapkan dalam tujuan pendidikan dan hasil
tersebut sudah sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan serta kebutuhan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu dikembangkan berbagai model
pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi siswa. Proses pendidikan haruslah
mampu mengembangkan kemampuan untuk berkompetisi, mengembangkan sikap
inovatif dan selalu meningkatkan mutu secara berkelanjutan.
Terdapat tiga komponen pokok yang mendukung mutu pendidikan, yaitu
komponen input, proses dan output. Apabila ketiga komponen tersebut bermutu maka
pendidikan dapat dikatakan bermutu. Suryadi (1992) menyatakan bahwa mutu
pendidikan adalah kemampuan sistem pendidikan, baik secara menajerial maupun
teknis, dan profesional untuk meningkatan kemampuan belajar. Berkaitan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan tersebut diperlukan komitmen yang tinggi antara peserta
didik, guru, pemerintah dan orang tua murid.
Upaya pemerintah dalam peningkatan mutu diwujudkan dalam peningkatan
sarana belajar, inovasi kurikulum hingga peningkatan mutu guru melalui pelatihan-
pelatihan. Kurikulum 2004 merupakan merupakan kurikulum yang dirancang untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara nyata dengan menekankan aspek kompetensi

1
nyata pada setiap peserta didik. Sehingga sering disebut kurikuluam berbasis kompetensi
(KBK). Di dalam kurikulum tersebut pembelajaran diubah dari sekedar memahami
konsep dan prinsip, menuju bagaimana siswa berbuat sesuatu dengan menggunakan
konsep dan prinsip keilmuan yang dimiliki. Salah satu pendekatan pengajaran dan
pembelajaran pada kurikulum 2004 adalah pendekatan kontekstual.
Salah satu ciri kurikulum ini juga dapat dilihat dari peran guru yaitu dari seorang
instruktur menjadi seorang fasilitator dengan orientasi pembelajaran berpusat pada
siswa, sehingga diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam
memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan dan
keterampilan berkarya (Djemari : 2004). Dalam hal ini peran guru hendaknya mampu
membantu siswa dalam membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru
dengan pengalaman lain yang telah mereka miliki guna memecahkan permasalahan
pembelajaran. Mohamad Nur (2000), menambahkan bahwa dalam teori konstruktivis
guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Seorang guru hendaknya mampu
membantu siswa dalam membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru
dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai dan
memperkenankan siswa untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative).

SMP Negeri 3 Samarinda sejak tahun pelajaran 2002/2003, merupakan salah satu
sekolah di Kalimantan Timur yang terpilih dan dipercaya secara khusus oleh pemerintah
sebagai sekolah pelaksana terbatas kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
sekarang disebut sebagai kurikulum 2004. Penerapan pembelajaran dengan KBK di
SMP Negeri 3 Samarinda telah berjalan sejak beberapa tahun. Namun demikian hingga
saat ini peneliti masih mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar (KBM). Hasil identifikasi masalah pembelajaran IPS dalam beberapa tahun
menunjukkan permasalahan yang hampir sama, yaitu motivasi dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran KBK rendah, umumnya siswa kurang kreatif dan cenderung

2
menerima informasi dari guru. Ini jelas tidak sejalan dengan apa yang digariskan dalam
pembelajaran dengan KBK. Masalah ini harus segera ditemukan pemecahannya,
sehingga kompetensi siswa yang digali melalui partisipasi siswa dalam KBM dapat
direalisasi dengan baik.
Menurut diagnosis tim peneliti, masalah tersebut muncul akibat kebiasaan
pembelajaran pada jenjang sebelumnya. Pada umumnya guru menyajikan materi secara
teoritik dan abstrak sedangkan siswa pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di
depan kelas. Waktu belajar siswa, sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku
tugas, mendengarkan ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan melalui
serangkaian kerja individual. Sistem pembelajaran seperti ini merupakan masalah utama
yang menghambat pembelajaran IPA dengan model kurikulum 2004 (KBK). Akibat dari
kebiasaan tersebut, siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah,
partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar
kurang efisien dan pada akhirnya hasil belajar IPA menjadi rendah. Dampak yang lebih
besar adalah kompetensi utama yang diharapkan dalam pembelajaran tidak tercapai
secara optimal. Akibat masalah di atas juga menyebabkan target pencapaian materi
belajar menjadi berkurang.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pembelajaran dengan kajian dan refleksi
melalui penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan motivasi dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran IPA, peningkatan kinerja perorangan dan kelompok
menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD. Diharapkan hasil penelitian ini akan
memberikan kontribusi langsung pada meningkatan kualitas pembelajaran IPS sehingga
kompetensi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, Masalah utama dalam pembelajaran IPS menggunakan
kurikulum berbasis kompetensi adalah kebiasaan siswa kurang kreatif, partisipasi dan
motivasi siswa rendah, siswa cenderung menerima apa adanya dari informasi yang
diberikan oleh guru, siswa tidak terbiasa melakukan penyelidikan memecahkan masalah,
mengungkapkan gagasan-gagasan baik secara tertulis maupun lisan, sehingga tidak

3
terjadi kebiasaan berfikir kritis dan kreatif. Pada akhirnya pembelajaran kurang efisien
dan hasil belajar siswa kurang optimal. Hal tersebut menurut Freire (1970), merupakan
akibat dari pendidikan yang “bergaya bank”, dimana pengajar sangat mendominasi
seluruh kegiatan pengajaran, dimana siswa harus tunduk-patuh kepada para pengajarnya
dan sebagai pendengar.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah
pokok dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam kegiatan


belajar mengajar IPS di kelas ?

2. Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam menemukan konsep-


konsep dan memecahkan masalah ?

2. Pemecahan Masalah

Dalam rangka melatih keterampilan proses berfikir, merumuskan dan menganalisis


tidak dapat diajarkan dengan pendekatan dengan gaya teoritik, namun memerlukan
lingkungan belajar yang berpusat pada siswa dan mendorong berfikir kritis, kreatif dan
kolaboratif. Oleh karenanya diperlukan model pembelajaran yang berorientasi pada
kompetensi siswa dan dapat dilakukan secara efektif serta efisien.

a. Berkaitan dengan uraian diatas maka ditawarkan solusi bagi pemecahan masalah
tersebut dengan :
 Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD. STAD diharapkan
mampu membantu siswa untuk membangun pengetahuannnya sendiri dan
menumbuhkan kemampuan siswa dalam bekerja sama dan kolaborasi.
 Mengkolaborasi pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pembelajaran model
Direct Instruction (DI) dengan dengan penekanan pada sintak demontrasi
pengetahuan/kerampilan guru. Dari kolaborasi model pembelajaran ini
diharapkan mampu menjembatani kebiasaaan siswa yang sudah terbiasa belajar
hanya menerima informasi dari guru. Untuk materi tertentu yang sulit dipahami
sendiri oleh siswa, guru dapat menjelaskan materi tersebut namun tidak terinci
tahap demi tahap, guru hanya menjelaskan point pentingnya dan siswa yang

4
meneruskan. Dengan demikian siswa merasa terbantu untuk memahami materi
dan harapan selanjutnya model koperatif dapat lebih menarik dan berlangsung
secara optimal.
b. Untuk mengatasi ketidak-siapan siswa sekaligus upaya membangkitkan motivasi dan
partisipasi serta kreativitas siswa dalam belajar guru dapat melakukan beberapa cara
diantaranya:
 Guru perlu menayangkan gambar-gambar/peralatan dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan topik pelajaran, sehingga siswa mengetahui arti penting belajar
IPS. Guru juga perlu memvisualisasikan materi yang dirasakan siswa masih
abstrak dengan menggunakan media komputer (program power point) sehingga
siswa lebih mudah mencerna dan memahami materi tersebut.
 Guru merancang worksheet/LKS secara terstruktur meliputi konsep-konsep
sederhana sampai permasalahan yang lebih kompleks, sedemikian rupa sehingga
siswa merasa lebih tertantang dan lebih kretivitas dalam memecahkan masalah.
 Guru mendatangi setiap kelompok kerja, untuk memberikan bimbingan
bimbingan (scaffolding) terhadap siswa saat berdiskusi mengerjakan worksheet
dengan lebih terstruktur dan selanjutnya secara bertahap mengalihkan tanggung
jawab belajar kepada siswa itu sendiri.
 Guru selalu memberikan pujian terhadap siswa yang berani mengemukaan
pertanyaan maupun ide-idenya saat berdiskusi memvalidasi hasil kerja
kelompok, dan guru juga selalu menghargai setiap adanya perbedaan pendapat
 Guru lebih mengoptimalkan penilaian afektif siswa saat berdiskusi.
c. Sebagai upaya untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa, dapat dilakukan beberapa tindakan diantaranya :
 Meningkatkan efektivitas penyelesaian worksheet dan
validasi. Validasi soal dalam worksheet tidak harus semua soal selesai
dikerjakan. Penyelesain dan validasi worksheet perlu dilakukan secara bertahap,
misal dua soal dikerjakan dua soal itu langsung di validasi, begitu seterusnya.
 Guru menginformasikan kepada siswa, bahwa saat siswa berdikusi/bekerja dalam
kelompok, guru senantiasa mengadakan penilaian afektif (meliputi misal :

5
kemampuan kerja sama dalam kelompok, kemampuan mengemukakan
ide/gagasan, dst)
 Mengadakan kuis individu setiap akhir pembelajaran dan berupaya langsung
memberikan skor hasil kuis tersebut untuk dibandingkan dengan rata-rata skor
mereka yang lalu. Agar tujuan dari pada kuis ini tercapai guru membuat tabel
“Individual Improvement Scores” ( tabel tersebut dapat ditempelkan pada papan
tulis )
d. Rombongan kelas yang cukup besar dalam hal ini juga merupakan salah satu
penyebab tidak efektifnya pembelajaran, karenanya guru perlu membagi rombongan
belajar tersebut dalam dua sub rombongan belajar.
e. Dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar guru perlu mewajibkan siswa
memfoto-copy dokumen hasil kerja kelompok dan mengumpulkan dalam map
portofolionya untuk suatu saat diberikan penilaian. Untuk materi tertentu guru juga
perlu mewajibkan siswa menyalin dokumen hasil kerja kelompoknya dan
memberikan penilaian terhadap catatan siswa tersebut.

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah :

1.Tujuan Umum
 Meningkatan kualitas pembelajaran IPS berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi di SMP Negeri 3 Samarinda.
 Memperoleh strategi pembelajaran yang baik dan inovatif secara berkelanjutan.
 Meningkatkan mutu dan relevansi hasil pembelajaran untuk memenuhi standar
kompetensi siswa pada mata pelajaran IPS.

2. Tujuan khusus
a. Bagi guru
 Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan
program pembelajaran dan melaksanakan strategi pembelajaran yang berpusat
pada siswa.

6
 Meningkatkan kemampuan mengajar guru dengan melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang relevan dengan bidang keahliannya.
 Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan
kelas untuk perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran dalam mata
pelajaran yang diasuhnya.
 Meningkatkan kolaborasi antara perguruan tinggi dan sekolah menengah sebagai
mitra dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

b. Bagi siswa

 Meningkatkan berpartisipasi aktif dalam KBM dalam mencapai


kompetensi yang diharapkan. Siswa melalui model pembelajaran tersebut dapat
secara efektif melibatkan siswa baik secara individual maupun kelompok.

 Meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa melalui kegiatan


yang melibatkan siswa dengan KBM yang terprogram.

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam
meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan
kreatif, meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, sehingga
diperoleh kompensi yang optimal dan hasil belajar yang baik dari setiap pokok bahasan
mata pelajaran IPS di SMP.

Secara khusus manfaat langsung yang dapat diperoleh dari hasi penelitian ini
adalah :

 Siswa dapat belajar, mengingat, mengaplikasikan ilmu secara kreatif dan


memanfaatkan hasil belajar berdasarkan kecakapan pengetahuan yang
diperolehnya.

 Pembelajaran lebih efektip dan efisien, kreatif, bermakna dan berfokus pada
siswa.

7
 Pembelajaran kooperatif diorganisasikan dengan mengoptimalkan kerja
kelompok berlandaskan kinerja individual secara bersama sehingga terjalin
kerjasama yang baik yang sangat berguna dalam kehidupan sosial. Namun tetap
menutamakan pentingnya pemecahan masalah secara kritis, kreatif dan
kompetitif.
 Mendorong penerapan inovasi teknologi instruksional agar pembelajaran lebih
bermutu, menarik dan bermakna, produktif, dialogis, dan manusiawi.

Anda mungkin juga menyukai