Dasar Waterpass 1 Dan Pengolahan Data
Dasar Waterpass 1 Dan Pengolahan Data
PENGUKURAN WATERPASS ( W1 )
menggunakannya
skala tepat
1. Waterpass
2. Statis
3. Baak ukur
4. Jalon
5. Patok Kayu
6. Unting – unting
7. Payung
8. Meter gulung
9. Kompas
7
4 1
2
3
6
Gambar 2. Waterpass
1. Lensa objektif
baak ukur
A 1
2. Nivo
Untuk mengetahui bahwa kedua garis yakni garis bidik dan sumbu mekanis
Untuk mengatur bidan nivo agar datar dan tegak lurus pada sumbu pertama
4. Lensa okuler
Untuk melihat bayangan silang pada bak ukur yang menjadi benda (bacaan
benang baak) yang terlihat atau jatuh pada fokus mata (benang diagragma)
Untuk mengatur pembentukan bayangan nagar sasaran atau baak ukur terlihat
jelas
waterpass.
VI. TEORI
Pada gambar diatas terlihat bayangan sebagian dari baak ukur dan terliahat
pula adanya tiga benang yang sejajar secara horizontal satu sama lain. Benang itu
adalah benang tengah yaitu benang melalui optis dan benang atas serta benang
bawah yang sejajar benang tadi. Untuk kontrol, apakah pembacaan kita sudah
tepat dipakai rumus:
BA BB
Rumus : BT =
2
Hal ini memberi kita kontrol terhadap pengamatan benag tengah. dan hasil
pembacan Ba,Bt,Bb kita dapat menentukan panjangnya jarak optis antara tempat
berdirinya baak ukur, jika dimisalkan tempay berdirinya alat titik A dan tempat
berdirinya baaj ukur titik B maka :
d = ( Ba – Bb ) x 100
titik A titik B
Penentuan beda tinggi antara dua titik dilakukan dengan cara waterpassing
atau sifat datar.
Waterpassing adalah suatu pengukuran titik atau tinggi titik dimana selisih
tinggi antara titik-titik yang berdekatan ditentukan dengan sisi horizontal yang
ditujukan ke yang rambu-rambu (baak ukur) yang vertical. Dengan pertolongan
suatu nivo maka garis bidik dibuat horizontal. Garis bidik yang horizontal tersebut
diarahkan pada baak ukur yang ditempatkan pada titik yang akan ditentukan
selisihnya.
TB
TA B
∆HA-B
H(A–B) = Ta – BtB
TA = tinggi alat di titik A
BtB = benang tengah pada titik B
HA-B = TA – TB,
Pada jarak yang datar, bidang-bidang nivo dianggap sebagai bidang mendatar
yang saling sejajar satu sama lain.
..............................................................................................Bidang datar
A B
Pada titik A
Pada titik B
mendatar pada alat yang diarahkan pada mistar yang berdiri tegak. Pengukuran
dengan cara waterpassing merupakan cara penentuan beda tinggi yang paling teliti
dan cara baromatis adalah paling tidak teliti. Pada percobaan ini dilaksanakan atau
Pada pengukuran tinggi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu
titik potong garis bidik yang mendatar dengan mistar yang dipasang diatas titik,
sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan titik
potong dua benang atau garis diafragma titik tengah lensa obyektif teropong,
maka pada pengukuran akan selalu dibaca pada mistar – mistar tempat titik
yang mendatar ( syarat utama telah dipenuhi ). Sehingga sumbu pertama letaknya
tegak lurus ( syarat tambahan pertama telah dipenuhi ). Bila garis mendatar
diafragma tidak tegak lurus pada sumnbu pertama, garis mendatar a – a diafragma
akan miring. Titik potong garis bidik dengan mistar ditentukan dengan
angka perbandingan harus mempunyai jumlah yang sama dengan 10, supaya x
dinyatakan dalam mm bila suatu garis pada mistar adalah 1 cm penentuan x dan y
perbandingan itu dicari akan dapat harga x yang sama. Berlainan dengan keadaan
dimana selalu diambil titik potong dua garis diafragma sendiri baris a – a garis
diafragma mendatar, bila letak tegak lurus dengan gelembung nivo ditengah–
tengah penentuan tempat titik potong dua garis diafragma yang merupakan titik
potong garis bidik dan mistar, maka lebih mudah dikerjakan dan jalannya
posisi gelembung nivo tidak tepat ditengah posisi gelembung nivo tepat ditengah
Posisi gelembung nivo yang salah posisi gelembung nivo yang benar
B.Membuat garis mendatar Diafragma harus tegak lurus pada sumbu pertama
Tempatkan nivo sejajar dengan dua skrup penyetel dan mengeser
gelembung ketengah – tengah dengan kedua skrup penyetel diputar, putar nivo
90o dan mengeser gelembung ketengah –m tengah dengan penyetel ke tiga.
Karena garis arah nivo teleh dibuat tegak lurus dengan sumbu pertama, maka
dengan tegak lurusnya sumbu pertama pada dua jurusan yang mendatar sumbu
pertama menjadi tegak lurus. Arahkan teropong kesatu titik tertentu dan
tempatkan titik itu pada ujung kiri garis mendatar diafragma, goyangkan sekarang
teropong dengan sumbu pertama sebagai sumbu putar. Bila garis mendatar
diafragma telah tegak lurus pada sumbu jadi mendatar, maka didalam teropong
titik akan bergerak diatas garis mendatar dan setelah tiba disebelah kanan, titik
akan berhimpit dengan ujung kanan garis datar diafragma. Bila garis mendatar
diafragma belum mendatar jadi belum tegak lurus pada sumbu pertama yang
letaknya tegak lurus, maka setelah tiba di sebelah kanan titik tidak berhimpit
dengan ujung kanan garis mendatar diafragma tetapi tiba dititk P.
TABEL PERCOBAAN W1
ALAT : WATERPASS 1
TANGGAL : 17 NOVEMBER 2014 GROUP : II
PEMBACAAN JARAK
TEMPAT TITIK SUDUT
SUDUT PEGAS
ALAT BIDIK HORIZONTAL
BA BT BB (m)
1 1.640 1.565 1.500 13,90 1550
2 1.678 1.580 1.481 19,34 1460
3 1.630 1,530 1.390 26,32 1570
A
4 1.725 1.565 1.400 32,50 1480
(1.50)
5 1.650 1.450 1.249 40,10 1550
6 1.760 1.530 1.360 46,00 1490
B 2.265 1.845 1.425 84,00 590
Dik Tinggi Alat Titik A = 1.50 m Dik Tinggi alat Titik B = 1.38 m
Tempat Titik Di B
Titik 1. BA = 1.640 m
1.640+1.500
BT = 1.565 m BT = = 1.570 𝑚
2
BB = 1.500 m
Titik 2. BA = 1.678 m
1.678+1.481
BT = 1.580 m BT = = 1.579 𝑚
2
BB = 1.481 m
Titik 3. BA = 1.630 m
1.630+1.390
BT = 1.530 m BT = = 1.510 𝑚
2
BB = 1.390 m
Titik 4. BA = 1.725 m
1.725+1.400
BT = 1.565 m BT = = 1.562 𝑚
2
BB = 1.400 m
Titik 5. BA = 1.650 m
1.650+1.450
BT = 1.450 m BT = 2
= 1.449 𝑚
BB = 1.249 m
Titik 6. BA = 1.760 m
1.760+1.360
BT = 1.530 m BT = = 1.560 𝑚
2
BB = 1.360 m
Titik B. BA = 2.265 m
2.265+1.425
BT = 1.845 m BT = = 1.845 𝑚
2
BB = 1.425 m
Tempat Alat di B :
Titik 7. BA = 1.410 m
1.410+1.345
BT = 1.376 m BT = = 1.377 𝑚
2
BB = 1.345 m
Titik 8. BA = 1.307 m
1.307+1.259
BT = 1.261 m BT = = 1.261 𝑚
2
BB = 1.259 m
Titik 9. BA = 1.342 m
1.342+1.204
BT = 1.275 m BT = = 1.273 𝑚
2
BB = 1.204 m
BB = 1.167 m
BB = 1.210 m
BB = 1.305 m
PERHITUNGAN WATERPASS I
A. Kesimpulan
Dalam pengukuran terdapat kesalahan – kesalahan yang terjadi dari
kesalahan itu terlihat jelas dari hasil kontrol perhitungan , misalnya :
a) Kesalahan praktikan yang kurang melindungi waterpass dari panas sinar
matahari, sehingga mengakibatkan kesalahan membaca benang. Dengan
demikian kami mengambil kesimpulan bahwa data yang diperoleh dari
lapangan masih terdapat beberapa data yang tidak sesuai dengan data yang
diperoleh dari hasil perhitungan.
b) Kesalahan pembacaan benang tengah di A-3, dan A-6 disebabkan kekeliruan
si pembaca
c) Perbedaan nilai juga terjadi pada hasil jarak pegas berdasarkan pengukuran di
lapangan dengan hasil perhitungan melalui data yang ada seperti pada A-1 dan
A-2, dan yang sangat berbeda adalah pada hasil A-3
B. Saran
- Kepada praktikan sebaiknya mendengar dan memperhatikan dengan seksama,
seperti langkah – langkah penjelasan dan arahan yang diberikan oleh dosen
pembimbing sebelum melaksanakan praktek.
- Sebaiknya memeriksa alat terlebih dahulu sebelum dipergunakan dilokasi
praktek dan dikontrol dengan cermat alat tersebut, untuk menghindari
timbulnya kesalahan pada alat sewaktu praktek, yang dapat mengakibatkan
hasil pengukuran dilapangan tidak sesuai atau menyimpang dari hasil
perhitungan supaya tidak terjadi hal seperti tersebut diatas atau timbul
kesalahan – kesalahan yang diakibatkan oleh alat itu sendiri.
Perbedaan jarak titik dilapangan dengan jarak titik analisa data dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu :