GEOMATIKA
Di Susun Oleh :
KELOMPOK IV
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum pengukuran beda tinggi ini disusun sebagai syarat
menempuh mata kuliah Geomatika pada Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Hari :
Tanggal :
Oleh Dosen mata kuliah pengmpu dan Asisten Dosen kuliah Geomatika Fakultas
Teknik Prodi Teknik Sipil Universita Sarjanawiyata TamanSiswa Yogyakarta
Dosen Pengampu,
Asisten Dosen,
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat yang telah di karuniakannya sehingga laporan Praktikum Geomatika dapat
kami selsaikan dengan baik.
Praktik ini sangat berguna bagi kami karena, disamping kami dapat langsung
mengenal alat alat yang di pakai untuk pengukuran di lapangan, juga
mempermudah pemahaman teori teori yang telah kami peroleh dari kuliah.
Demikian laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas perkuliahan dan
kirannya segala pengetahuan yang kami peroleh dalam praktikum ini akan
bermanfaat bagi kami di kemudian hari.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL1
3
HALAMAN PENGESAHAN.. 2
KATA PENGANTAR..3
DAFTAR ISI4
BAB I WATERPASING.5
LAMPIRAN FOTO.18
BAB 1
WATERPASSING
4
A. LANDASAN TEORI
1. Definisi
Yang dimaksud dengan waterpassing adalah suatu cara pengukuran tinggi antara
dua titik atau lebih yang berdekatan,yang ditentukan dengan garis visirhorisontal
yang ditunjukan ke baak-baak yang vertical.
a. Waterpassing
b. Trigonometris
c. Barometris
2.Syarat-syarat Waterpassing
5
- Kedudukan nivo 2 adalah // AB tetapi
diputar180. Nivo diseimbangkan dengan
setengah penyimpangan gelembung dihilangkan
dengan sekrup A atau B, dengan setengah
penyimpangan lagi dihilangkan dengan sekrup
koreksi nivo.
- Kedudukan nivo 3 adalah tegak lurus sekrup
penyetel AB kesakahan dihilangkan dengan
sekrup penyetel C.
b. Benang silang horizontal tegak lurus sumbu I
Teropong diarahkan kesuatu titik pada tembok atau baak atau
yang lain ,dan ujung yang kiri benang silang dibuat
berhimpitan dengan titik ini.Jika selalu berhimpit dengan titik
tersebut (apabila teropong diputar dengan sumbu I sebagai
putaran ) maka benang silang norizontal tegak lurus sumbu I.
jika tidak demikian,maka diafragma dengan benang silang di
putar sedikit dengan tangan, sesudah sekrup kecil yang terletak
pada sisi diafragma dilepas sedikit.
c. Garis araf nivo // garis fisir ( syarat utama )
Untuk memeriksa syarat ini, diadakan penyelidikan terhadap
selisih tinggi antara dua titik.
6
Mula-mula indstrumen sitempatkan di tengah-tengah A dan B.
berhubung tidak dipenuhnya syarat diatas, maka sewaktu nivo
seimbang, garis visir membuat sudut alfa ( ) dengan garis
horizontal.
Pembacaan baak A = pa
Misalkan jarak AB = 2L
7
Rumus umum waterpassing
Pada gambar A dibaca mula-mula tinggi garis visir horizontal sebesar Ha dan
hB pada baak B
h = hA hB
Baak A dinamakan baak belakang dan baak B dinamakan baak muka . selisih tinggi
selalu diperoleh dari baak belakang-muka. Jika hA > hB maka waterpassing ini baik
dan sebaliknya hA < hB berarti waterpassing menurun.
8
Dalam menentukan tinggi garis visi, selain dibaca benang tangah (bt), juga
dibaca benang atas (ba) dan benang bawah (bb) karena bt = (ba +bb)
Berhubung garis visir merupakan garis horinzontal, maka untuk jarak terjauh
terdapat penyinpangan karena adanya permukaan bumi yang melengkung
Macam-macam waterpassing
b. Wterpassing Profil
9
c. Waterpassing Lapangan
Misal nya antara garis nivo dan garis visir terdapat kesalahan jarak ke baak
belakan a dan e bak muka b dan terdapat selisih tinggi dalam selang di h, maka :
Dh1 = a1 b1
Dh2 = a2-b2
Dhn = an-bn
dh = a - b( - b)
Tetapi dalam praktek tidak selalu memungkinkan, maka di cari jalan lain, yaitu
tempatkan instrument sedemikian rupa sehingga di antara dua titik ujung yang akan
di tentukan beda tinggi nya, jumlah jarak kemistar belakang kemuka adalah sama
10
d belakang = d muka
titik nol dari penbagian pada keduan baak harus terdapat pada tinggi yang
sama dari ujung bawah baak. Kalau baak=baak tersebut mempunyai kesalahan titik
nol dan . Maka pengaruh kesalahan ini dapat hilang jika dari jumlah selisih tinggi
pada kedua slag pertama menjadi baak muka, pada slag kedua menjadi baak belakang
dh1 = -
dh2 = 1 - 2
11
jika baak tidak berdiri vertical maka akibat nya samadengan baak yang
melengkung. Oleh karena itu nivo kotak harus benar-benar teratur dan sering di
control.
Pada gambar, instrument diletakkan tegak lurus di atas titik A, dan mistar
diletakkan di titik B. Garis CA dan EB selalu ke arah titik pusat P. Garis CD adalah
bidang nivo yang melalui garis bidik C, dan memotong di titik D. Garis CE yang
mendatar memotong di titik E. Pembacaan pada mistar seharusnya di titik D, karena
tinggi garis bidik CA dan EB sangat kecil terhadap jari jari bumi maka CD dan DP
dapat di anggap sama dengan R = ( RA+ RB ).
EP = CP + CE atau ( ED + DP ) = CP + CE
( P + R ) = R + S
Sinar yang dating dari benda yang di teropong harus melalui lapisan lapisan
udara yang tidak sama padatnya, karena suhu dan yekanan yang tidak sama. Maka
pada pembatasan lapisan lapisan udara sinar cahaya akan dibias sedemikian rupa,
sehingga untuk jarak yang tidak jauh dari permukaan bumi, sinar cahaya menjadi
melengkung dengan bagian cembungnya ke arah permukaan bumi. Keadaan lapisan
lapisan udara tentang tebal, suhu, padat, dan sebagainya sukar di tentukan, dan sinar
12
cahaya melengkung seperti melengkungnya permukaan bumi, maka pengaruh
melengkungnya sinar cahaya dapat di nyatakan dengan rumus yang sama seperti pada
pengaruh melengkungnya muka bumi, tetapi harus di perbanyak dengan suatu
koefisien yang dinamakan koefisien refraksi dan di beri tanda minus.
P = - S / 2R
Karena adanya permindahan panas dari permukaan bumi ke atas, maka bayangan
dari mistar yang di lihat dengan teropong akan bergetar, sehingga pembacaan pada
mistar tidak dapat di lakukan dengan teliti. Maka bila keadaan udara telah demikian,
sebaiknya pengukuran pengukuran di hentikan terlebih dahulu. Karena selain
ketelitian pembacaan kurang, getaran bayangan akan membuat mata sakit dan cepat
lelah.
Di usahakan statif dan tempat berdiri baak di tempatkan di atas tanah yang keras.
13
B. PELAKSANAAN
1. Instrument dan kelengkapan
a. Instrument : Theodolit Top Con
b. Rool meter
c. Jalon
d. Mistar ukur
e. Unting unting
f. Payung
g. Statif
h. Alat tulis
2. Langkah kerja
a. Waterpassing pergi
Selanjutnya didirikan mistar / baak pada titik A, teropong di dirikan ke arah A dan
kemudian di lakukan pembacaan benang atas ( ba ) benang tengah ( bt ), benng
bawah ( bb ).
Instrument di pindah ke titik II dan di atur sedemikian rupa sehingga siap pakai
seperti penyetelan di titik I. selanjutnya instrument di arahkan ke titik A, kemudian
setelah tepat klem di matikan dan di lakukan pembacaan ( ba ), (bt ), ( bb ). Klem
horizontal di buka dan teropong di arahkan ke titik B. yang telah didirikan rambu
ukur. Di lakukan pembacaan, besar sudut di catat, tinggi pesawat juga di catat.
14
b. Waterpassing pulang
Cara kerja waterpassing ini sama dengan waterpassing pergi. Hanya saja
pengukuran di lakukan dari titik B hingga titik A.
c. Waterpassing profil
Perhitungan di buat karena titik awal A pada waterpassing pergi dan ttik A pada
waterpassing pulang tidak berhimpit, dimana :
Jumlah titik ( n ) =
Sehingga di dapat h =
Jadi :
15
n= n/n h n = jumlah titik pergi pulang
16
HASIL
PENGUKURAN
17
18