Anda di halaman 1dari 8

Survei Terestris Geomatika - Teknik Geomatika

Alat Sipat Datar


(Autometic Level / Waterpass)

Disusun Oleh :
Endang Priyaningsih, S.T.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Salatiga


Jalan Jafar Shodiq, Tingkir, Kota Salatiga Kode Pos 50744,
Telp. 0298-3418850 Faks 0298-3418850 Surat Elektronik : smk3salatiga@gmail.com

2019/20120
Kelas X
Pelaksanan Kegiatan 1
PENGECEKAN ALAT UKUR SIPAT DATAR
A. Lembar Informasi
Pekerjaan pertama sebelum melakukan pengukuran beda tinggi dengan waterpas adalah mengecek
alat tersebut. Yang perlu dicek adalah syarat utama dari waterpas, yaitu garis bidik telah sejajar
dengan garis arah nivo. Umumnya setelah beberapa kali pemakaian kondisi syarat utama ini tidak
terpenuhi, padahal syarat inilah yang dapat membantu menghasilkan data ukuran yang akurat.
B. Lembar Kerja
Dengan dibekali rambu ukur dan waterpas, seorang peserta didik mampu melakukan pengecekan
syarat utama, yaitu apakah garis bidik atau garis visir atau garis kolimasi (waterpas) sejajar dengan
garis arah nivo.
1. Alat
a. Pita ukur
b. Waterpas
c. Rambu ukur
2. Bahan
Alat tulis
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a. Lindungi gelembung nivo yang ada di waterpas dari terik matahari dan hujan.
b. Dirikan waterpas di tempat yang stabil.
4. Langkah Kerja
a. Pasang dua rambu ukur di dua titik P dan Q yang berjarak 40 atau 50 atau 60 meter.
b. Dirikan waterpas ditengah-tengah PQ (lihat gambar 1)
c. Catat bacaan benang tengah (BT) di rambu P dan Q
d. Selisihkan kedua bacaan BT tersebut pada no.3 (ini merupakan beda tinggi antara titik P dan Q
dari posisi waterpas di A)
e. Pindah waterpas, dan dirikan di titik B yang berjarak 30 m dari Q (lihat gambar 1)
f. Baca lagi bt di P dan Q, selisihkan
g. Bilamana garis visir telah sejajar dengan garis arah nivo, maka beda tinggi antara titik P dan Q
dari dua kedudukan di A maupun di B haruslah sama. Bila tidak sama , maka ada kesalahan sebesar
S = 90/60 x ( selisih beda tinggi di kedudukan A dengan B )

Gambar 1. Korelasi Garis Bidik

C. Lembar Latihan
1. Mengapa pembacaan benang atas (BA) dan benang bawah (BB) tidak dicatat ? Jelaskan
perlu/tidaknya data BA dan BB ini !
2. Bagaimana bila beda tinggi dari kedudukan WP di A dan B tidak sama ? misalnya pada posisi WP di
A bacaan BT (P) = 1926, di Q = 1462. Kemudian bacaan pada WP di B, BT (P) = 2445 dan di Q =
1945.

 Metode penempatan alat sipat datar (autometic level / waterpass).


Ada tiga cara penempatan waterpas yaitu:
1. Pada posisi tepat di atas salah satu titik yang akan ditentukan adalah beda tingginya.
Beda tinggi dari A ke B: hAB = ta – b
Tinggi titik B: HB = HA + hAB
Keterangan:
ta : tinggi alat di A
T : tinggi garis bidik dari datum
HA : tinggi titik A dari datum
b : bacaan rambu di B

Gambar 1. Penempatan waterpas di salah satu titik HB : tinggi titik B dari datum

2. Pada posisi di tengah-tengah antara dua titik tanpa memperhatikan apakah posisi tersebut
membentuk satu garis lurus atau tidak terhadap titik yang akan diukur.

Gambar 2. Penempatan waterpas di tengah-tengah


dimana :
BTb = bacaan benang tengah pada rambu belakang
BBb = bacaan benang bawah pada rambu belakang
BAb = bacaan benang atas pada rambu belakang
BTm = bacaan benang tengah pada rambu muka
BBm = bacaan benang bawah pada rambu muka
BAm = bacaan benang atas pada rambu muka
kontrol bacaan : (BA + BB) = 2BT toleransi  0,002 m
Beda tinggi dari A ke B : hAB = BTb – BTm
Jarak mendatar dari rambu A ke alat : db = (BAb - BBb ) x 100
Jarak mendatar dari rambu A ke alat : dm = (BAm - BBm ) x 100
Tinggi titik A di atas bidang referensi tinggi : TA (diketahui)
Tinggi titik B di atas bidang referensi tinggi : TB (dihitung)
TB = TA + hAB
3. Pada posisi selain dari kedua metode tersebut sebelumnya, dalam hal ini alat didirikan di sebelah
kiri atau kanan dari salah satu titik yang akan ditentukan selisih tingginya.
hab = a – b atau hba = b – a
Bila titik C diketahui = Hc dan tinggi
garis bidik di atas titik C = T, maka:
Hb = T – b dan Ha = T – a

Gambar 3. Penempatan waterpas di kanan atau di


kiri titik B
Cara penempatan alat ukur yang paling baik adalah di antara dua rambu ukur, karena:
- Kesalahan yang mungkin masih ada pada pengaturan alat dapat saling memperkecil.
- Pengaruh tidak sejajarnya garis bidik dengan garis arah nivo akan hilang jika jarak antara alat ukur ke
kedua rambu dibuat sama.
 Pengukuran sipat datar profil memanjang dan melintang untuk jalan /
irigasi
Yang dimaksud dengan profil ialah tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang garis rencana
proyek. Misal : proyek perencanaan jalan raya, jalan tol , salauran irigasi, dll. Profil terbagi atas 2
macam yaitu:
1. Profil memanjang, yaitu tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang sumbu rencana.

Gambar 4. Pengkuran Profil Memanjang Metode Pergi-Pulang

Prosedur Pengukuran Pofil Memanjang

Gambar 5. Pengukuran

Keterangan :
A-B, B-C, C-D, D-E = seksi –seksi pengukuran profil memanjang
a,b,c,d, = titik-titik rincikan profil memanjang
ta = tinggi alat
Dilakukan pembacaan BT pada setiap rambu yang didirikan dititik-titik rincikan atau seksi
1. Mendirikan alat di titik A, atur alat hingga siap pakai (penempatan alat dapat dilakukan diatas
titik yang diketahui ketinggiannya atau tidak)
2. Mengukur tinggi alat
3. Menarik pita ukur dari alat ke titik E ( bila letak titik-titik seksi A-B-C-D-E pada satu garis
lurus, bila tidak, penarikan pita ukur dilakukan perseksi).
4. Menegakan rambu pada setiap titik-titik rincikan atau seksi serta lakukan pembacaan BT
rambu dan jarak pada pita ukur disetiap titik-titik tersebut
5. Bila letak titik-titik seksi tidak terletak pada satu garis, lakukan pengukuran profil memanjang
perseksi.
Catatan :
“Bila dari posisi alat di titik A ada titik-titik rincikan profil memanjang ada yang tidak
terlihat ( bayangan rambu tidak dapat terlihat di teropong ) , maka pindahkan alat ketitik
rincikan atau seksi yang sudah di dukur atau pindahkan alat keluar titik rincikan atau
seksi. ( lihat cara penempatan alat )

Hitungan Profil Memanjang.


1) Menghitung tinggi garis bidik alat :
Karena alat berdiri di atas titik yang diketahui ketinggiannya, maka :
TGB = HA + ta
2) Menghitung ketinggian titik-titik rincikan profil memanjang (a,b,c,d,d,e,f,g,…)
Ha = TGB - BTa
Hb = TGB - BTb
Hc = TGB – BTc
Hd = TGB – BTd
He = TGB – BTe ………..dst
3) Bila pada saat pengukuran terjadi pemindahan alat ukur , maka perlu dilakukan hitungan TGB
lagi. ( perhatikan : alat tersebut di atas titik atau di luar titik )

2. Profil melintang, yaitu tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang garis-garis yang tegak lurus
pada sumbu proyek/membagi dua sudut sumbu proyek sama besar.
Keterangan :
P1, P2, P3 , P4 : Titik pengukuran profil
memanjang
1,2,3 : titik pengukuran profil melintang
bagian kiri
a, b, c : titik pengukuran profil melintang
bagian kanan

Gambar 6. Pengukuran profil memanjang dan melintang


(tampak atas)

Prosedur Pengukuran Profil Melintang


Profil melintang dari titik A : ( lihat gambar 7)
Gambar 7. Pengukuran Profil Melintang di Titik A

1. Temapatkan alat diatas titik A ( titik yang ketinggiannya diketahui ), atur alat hingga siap pakai.
2. Ukur tinggi alat dan tinggi patok/pilar tempat alat didirikan.
3. Tegakan rambu di titik B ( titik profil memanjang ), putar teropong kearah kiri sebesar 90,
kunci sekrip gerakan horizontal alat.
4. Tarik pita ukur dari titik A ke titik 1 ( pita ukur harus benar-benar mendatar karena jarak yang
diukur adalah jarak mendatar )
5. Dirikan rambu pada setiap titik-titik rincikan kiri profil melintang (1,2,3,……..,8) dan lakukan
pembacaan Benang Tengah rambu. Lakukan pembacaan jarak pada pita ukur disetiap
pembacaan BT rambu di titik-titik rincikan. Catat pada formulir ukur. ( penempatan titik
rincikan pada setiap perubahan topografi tanah )
6. Bila rincikan profil melintang kiri selesai, buka gerakan kunci horizontal alat, putar teropong ke
arah kanan sebesar 180, kemudian kunci kembali sekrup gerakan horizontal alat.
7. Lakukan kembali prosedur 5 hingga seluruh titik rincikan kanan profil melintang
diukur/dilakukan pembacaan BT dan jarak.
8. Lakukan kembali prosedur 1s/d 7 hingga profil melintang dari seluruh titik profil memanjang
dapat ditentukan ketinggiannya.
Hitungan Profil Melintang.
1. Menghitung tinggi garis bidik alat :
Karena alat berdiri di atas titik yang diketahui ketinggiannya, maka :
TGB = HA + ta
2. Menghitung ketinggian titik-titik rincikan kiri dan kanan profil melintang (1,2,3,4…….) :
H1 = TGB – BT1
H2 = TGB – BT2
H3 = TGB – BT3
H4 = TGB – BT4 ………….dst.
3. Bila pada saat pengukuran terjadi pemindahan alat ukur, maka perlu perlu dilakukan hitungan
TGB lagi. ( perhatikan : alat tersebut di atas titik atau di luar titik )
Ingat :
 Setiap terjadi perpindahan alat, maka akan diperoleh / dihitung TGB baru.
 Bila alat ditempatkan diluar titik, maka bidikan terlebih dahulu teropong ke titik yang telah
diukur/diketahui ketinggiannya.
Pelaksanan Kegiatan 2
MENGUKUR BEDA TINGGI DENGAN MENEMPATKAN WATERPAS PADA SALAH SATU
TITIK
A. Lembar Informasi
Metode ini umumnya digunakan untuk pengukuran waterpasing profil, di mana di lokasi telah ada titik
stasion yang telah diketahui ketinggiannya. Dengan demikian bilamana tinggi instrument waterpas (ti)
diukur (= tinggi garis bidik) dan dengan membaca rambu di titik-titik target lainnya, maka tinggi titik-titik
target ini dapat juga dihitung. Cara mengukur beda tinggi ini disebut juga cara tinggi garis bidik.
B. Lembar Kerja
1. Alat
a. Waterpas
b. Satu atau beberapa rambu ukur
c. Meteran kecil
2. Bahan
Alat tulis
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a. Lindungi gelembung nivo dari matahari dan hujan
b. Dirikan waterpas dengan kokoh
4. Langkah Kerja
a. Dirikan waterpas di salah satu titik yang telah diketahui
ketinggiannya (misalnya di P)
b. Dirikan rambu di titik-titik target, misalnya di Q
c. Baca benang tengah (bt) disetiap titik target, misalnya di Q = b
d. Ukur tinggi instrumen waterpas (ti)
e. Hitung beda tinggi PQ = ti – b
A. Lembar Informasi
Sebelum melakukan pengukuran, Theodolit harus di sentring di atas titik pengukuran/patok sesuai
prosedur. Ketidak tepatan sentring theodolit pada posisi patok, berpengaruh pada tingkat ketelitian
pengukuran.
B. Lembar Kerja
Hal paling dasar sebelum menggunakan alat Theodolit adalah menyetring alat tersebut sesuai
prosedur (SOP), diharapkan peserta didik dapat menyetring alat tersebut hingga alat siap digunakan.
1. Alat
a. Theodolit digital
b. Statip
c. Patok
d. Payung
2. Bahan
Alat tulis
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a. Lindungi gelembung nivo yang ada di Theodolit dari terik matahari dan hujan.
b. Dirikan Theodolit di tempat yang stabil.
Langkah Kerja

Pengukuran sipat datar profil memanjang pergi-pulang sebagai berikut:


1) Siapkan peralatan, buku lapangan, dan buat sketsalapangan yang akan diukur.
2) Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik (jarak antar titik ± 50 m).
3) Dirikan pesawat di antara titik P1 dan P2 kemudian lakukan penyetelan alat sampai mendatar.
4) Arahkan pesawat ke titik P1 (backsight), baca dan catatbacaan rambunya (BT).
5) Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik P2 (foresight), baca
dan catat bacaan rambunya.
6) Pindahkan teropong pesawat di antara titik P2 dan P3 dan lakukan penyetelan alatsampai
mendatar.
7) Arahkan pesawat ke titik P2(backsight), baca dan catat bacaan rambunya.
8) Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik P3 (foresight), baca
dan catat bacaan rambunya.
9) Dengan cara yang sama lakukan sampai titik yang terakhir sebagai pengukuran pergi.
10) Kemudian lakukanpengukuran pulang dari arah titik terakhirsampai ke titik awal dengan cara
yang sama pada pengukuran pergi.
11) Lakukan perhitungan beda tinggi dan ketinggian masing-masingtitik.
Beda tinggi (Δh) antara P1 dan P2 adalah rata-rata beda tinggi pergi dan pulang:
Δh1-2pergi = BTP1-BTP2
Δh1-2pulang = BTP1-BTP2
Δh1-2 = ½(Δh1-2pergi + Δh1-2pulang)
…dst
Bila tinggi titik P1 = HP1 , maka tinggi P2 adalah:
HP2 = HP1 + Δh1-2
HP3 = HP2 + Δh2-3
…dst

Anda mungkin juga menyukai