Anda di halaman 1dari 6

TATA CARA

PENGUKURAN TOPOGRAFI

1
TATA CARA PENGUKURAN TOPOGRAFI

Ketentuan teknis untuk melaksanakan survei dan pengkajian topografi adalah


sebagai berikut:
1) Tersedianya peta topografi atau peta dasar minimum skala 1:25.000 yang
mencakup lokasi sumber air baku dan daerah pelayanan;
2) Skala peta jalur transmisi dan peta jaringan distribusi 1:2.000;
3) Skala tapak bangunan 1:100;
4) Titik pengukuran awal mulai dari lokasi sumber air baku;
5) Pada setiap lokasi rencana tapak bangunan dipasang titik kontrol ( bench
mark) dengan ukuran sesuai ketentuan;
6) Pada setiap lokasi titik pengukuran jalur transmisi dipasang patok kayu
ukuran 5 cm kali 5 cm kali 50 cm yang ditanam sedalam kurang lebih 30
cm dan dicat warna terang, serta diberi nomor penandaan;
7) Peralatan survei meliputi:
a. peta ukur atau roda ukur
b. alat ukur optik, teodolit untuk mengukur sudut, jarak dan kemiringan
atau beda tinggi
c. alat ukur optik waterpas untuk mengukur jarak dan kemiringan atau
beda tinggi
d. statip
e. rambu ukur 2 buah
f. unting-unting
g. startpad
h. alat tulis
i. formulir isian data survei
j. payung

Cara Pengerjaan
A. Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi:
1) Siapkan peralatan yang akan digunakan
2) Lakukan pengenalan lapangan untuk mengetahui dan menentukan jalur
pengukuran serta lokasi rencana tampak bangunan
3) Plot rencana jalur dan lokasi tapak bangunan tersebut pada peta dasar

2
B. Pelaksanaan Pengukuran
Dalam pelaksanaan pengukuran tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Siapkan formulir pengukuran. Tulis lokasi, alat ukur yang dipakai nama
penyurvei dan tanggal pengukuran;
2) ukur jarak dan sudut atau azimut sepanjang jalur transmisi, mulailah dari
lokasi sumber air baku;
3) ukur kemiringan atau beda tinggi antara titik pengukuran jalur transmisi;
4) ukur ketinggian dan luas rencana tapak bangunan;
1) ukur jarak, azimut dan beda tinggi antara letak satu titik pengukuran
dengan titik pengukuran dengan titik kontrol (bench mark) yang sudah
diketahui koordinat dan elevasinya;
2) buatlah sketsa hasil pengukuran dan catat data hasil pengukuran pada
formula.

C. Analisis Data dan Penggambaran


Kegiatan analisis data dan penggambaran adalah sebagai berikut:
1) periksa ulang hasil pengukuran lapangan;
2) hitung jarak horizontal dan beda tinggi antara titik-titik pengukuran;
3) tentukan elevasi ketinggian tiap-tiap titik pengukuran baik lokal ataupun
dihitung dari permukaan laut;
4) gambar jalur transmisi dengan skala 1:2.000 sesuai data jarak dan azimut;
5) cantumkan disepanjang jalur tersebut hasil-hasil sebagai berikut:
a. ketinggian tiap titik pengukuran
b. jalan
c. sungai dan jembatan
d. saluran-saluran
e. jalan kereta api
f. jalur kabel listrik, telepon
g. penggunaan lahan di sepanjang jalur permukiman, persawahan
h. arah utara
6) gambar rencana tapak bangunan dengan skala 1:100 yang mencakup:
a. batas wilayah
b. lokasi sumber air baku jika ada
c. bangunan yang ada di sekelilingnya
d. jalan terdekat
e. titik kontrol (bench mark)

3
f. ketinggian-ketinggian
g. garis kontur
h. arah utara

Petunjuk Pengukuran
A. Umum
Peralatan yang dibutuhkan terdiri dari sebuah alat ukur optik, penyipat
datar dan dua buah rambu ukur, serta perlengkapan peralatan lainnya.
Jika kita akan menentukan ketinggian titik B, kita harus mulai dengan
mencari titik yang tetap misalnya A yang berupa titik kontrol ( bench mark)
yang letaknya tidak seberapa jauh dari titik B dan ketinggiannya diketahui
dengan pasti. Sebagai contoh pada sketsa dibawah ini, ketinggian titik
kontrol (bench mark) A adalah 107.200 m diatas permukaan air laut.

+ 0.90 + 4.11

+ 107.200

Gambar 2 Sketsa Pengukuran Ketinggian

B. Metode Pengukuran
a. Alat harus diatur pada keadaan mendatar

a.1 Aturlah teleskop agar sejajar garis yang menghubungkan sekrup


A dan B A

C

B

4
a.2 Atur agar gelembung udara pada nivo berada di tengah, dengan
memutar sekrup A dan B
a.3 Putar alat ini 90˚
A

B
a.4 Putar sektup C, agar gelembung udara pada nivo terletak di
tengah lagi
a.5 Ulangi langkah pertama kali tadi sekali lagi
b. Bidikan teropong alat ke titik kontrol (bench mark) A, dimana seorang
pembantu memegang rambu disana, atur diafragma sehingga tiga
benang melintang dapat terlihat dengan jelas (benang atas: b.a;
benang tengah: b.t; dan benang bawah: b.b), juga rambu titik A bisa
terlihat jelas. Pembacaan di titik A, sebagai contoh:
b.a = 1,18
b.t = 0,90
b.b = 0,62
c. Bidikkan teropong alat ke titik B, setelah ketinggian dan jarak alat ke
titik A ditentukan. Bacalah seperti disebutkan di atas, sebagai contoh:
b.a = 2,37
b.t = 2,11
b.b = 1,85
d. Ketinggian
Perbedaan ketinggian antara dua titik yang berturutan seperti titik A
dan B di atas, dicari dengan mengurangkan pembacaan benang tengah
untuk dua titik.
(Ketinggian titik B) – (Ketinggian titik A)(b.t)A-(b.t)B
Pada contoh di atas:
(b.t)A – (b.t)B = 0,90 – 2,11 1,21
Maka ketinggian titik B adalah 1,21 m lebih rendah dari titik A, atau
ketinggian titik B = + 107,200 – 1,21 + 105,99 m di atas permukaan
air laut, atau = 105,99 m + MSL
a. Jarak
Jarak antara alat dan titik yang dibidik, adalah sama dengan:

5
(b.a – b.b) x 100 (m).
Pada contoh yang diberikan, jarak antara alat dan titik A adalah (b.a)A
– (b.b)A x 100 = (1,18 – 0,62) x 100 m
= 0,56 x 100 m
= 56 m
Demikian juga jarak antara alat dan titik B adalah (2,37–1,85)x100
M = 0,52 x 100 m = 52 m
Jumlah jarak antara titik A dan B adalah: 56 m + 52 m = 108 m

C. Pengukuran jalur dan lain-lain


Metoda ini dipergunakan untuk mengukur dua titik yang berturutan,
sepanjang jalan, jalur pipa dan sebagainya, dimulai dari titik kontrol
(bench mark).
Dengan memindahkan letak alat ke posisi yang baru, maka ketinggian dan
jarak dari titik yang bisa diketahui, demikian seterusnya.



D
3
A 2 C
Benchmark 1 B

Gambar 3 Sketsa Pengukuran Jalur

Pada sketsa diatas, dimulai dari titik kontrol ( bench mark) A, ketinggian B
dan jarak A-B ditentukan dengan menempatkan alat di posisi (1).
Kemudian alat dipindahkan ke posisi (2), rambu ke titik C maka ketinggian
titik C dan jarak A-C bisa diketahui.
Untuk memeriksa apakah tidak ada kesalahan, langkah-langkah itu diulangi,
dari titik akhir kembali ke titik kontrol (bench mark) A, atau membuat
lingkaran tertutup dengan A sebagai titik awal dan sekaligus titik akhir
pengukuran. Ketinggian titik A hasil pengukuran dengan cara ini harus sama
dengan ketinggian sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai