Pabrik biasanya sudah merancang perbandingan antara bacaan benang stadia dengan bacaan
rambu adalah 1 : 100, dan karena garis bidik (BT’ BT) tegak lurus rambu (BA BB), maka P’ sama dengan
100 kali P atau P’ = 100 (BA – BB) dan angka 1actor1s ini dijadikan sebahai koefisien 1actor atau 1actor
terjadi, yang biasa diberi notasi c, sehingga rumus penentuan jarak dengan stadia sifat datar, yaitu
yang mempunyai syarat garis bidik harus tegak lurus rambu ukur yang dipasang di objek bidikan
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
A = tempat berdiri instrumen
B = titik yang akan dicari tingginya
i = tinggi instrumen
α = sudut miring (helling)
D’ = jarak miring antara titik A dan titik B
D = jarak mendatar antara titik A dan titik B
Ba = pembacaan rambu/baak ukur (benang atas)
Bt = pembacaan rambu/baak ukur (benang tengah)
Bb = pembacaan rambu/baak ukur (benang bawah)
Benang tengah sebagai kontrol Bt = (Ba + Bb)/ 2
Unsur-unsur yang diukur adalah :
i, α, Ba ( pembacaan benang atas ), Bt (pembacaan benang tengah) dan Bb (pembacaan benang
bawah),
Formulir Survei
Pembacaan Sudut
Titik Tinggi Jarak
Tempat Benang yang Azimuth
No yang Atas Alat dibaca Meter (D)
Alat
dibidik Tengah (m)
Bawah ' " ' "