Anda di halaman 1dari 11

Pengukuran

Beda Tinggi
Dian P. Solin
Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi dapat juga disebut


dengan pengukuran VERTIKAL.
Pengukuran beda tinggi merupakan
pengukuran beda tinggi (elevasi) antara
dua titik.

Tujuan pengukuran beda tinggi


Untuk menentukan elevasi suatu titik terhadap titik yang lain. Beda tinggi
antara kedua titik merupakan selisih pengukuran ke belakang dan ke muka.

Beda tinggi dapat ditentukan dengan:


1. Metode Sipat datar
2. Metode Trigonometris
3. Metode Barometris 2
Metode Sipat Datar

Pengukuran Sipat Datar adalah menentukan beda tinggi berdasarkan garis


bidik yang telah mendatar dari alat ukur Waterpass, dan garis bidik yang telah
mendatar tersebut diarahkan ke rambu ukur yang didirikan di suatu titik yang
hendak ditentukan beda tingginya dengan titik lain dimana juga didirikan
rambu ukur. Dengan mengetahui perbedaan bacaan rambu ukur di suatu titik
dengan rambu ukur di titik lain merupakan perbedaan tinggi kedua titik yang
diukur
3
a. Sipat Datar Memanjang
Sipat datar memanjang atau differential levelling dilakukan apabila jarak antara dua
buah titik yang akan ditentukan beda tingginya terlalu jauh, sehingga rambu tidak dapat
langsung dibaca dengan jelas dan teliti. Sehingga diperlukan beberapa slag dengan
titik bantu dan pengukuran dibuat secara berantai.
Syarat pengukuran sipat datar memanjang
1. Banyaknya slag tiap seksi harus genap. Seksi adalah jarak antara dua titik yang akan
ditentukan beda tinggiya
2. Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan pengkuran pergi-pulang
3. Pengukuran satu seksi harus diselesaikan dalam satu hari
4. Pembacaan dilakukan ke rambu belakang baru ke rambu muka. Untuk menghindari
kekeliruan (+) dan (-).
5. Jarak antara rambu dengan alat ukur dihitung secara optis, yaitu :
- Jarak belakang : Db = 100 (BA.blk – BB.blk)
- Jarak muka : Dm = 100 (BA.mk – BB.mk)
6. Beda tinggi dihitung dengan rumus :
∆H = BT.blk – BT.mk
dimana : ΔH = beda tinggi
BT.blk = Bacaan Benang Tengah Rambu Belakang
BT.mk = Bacaan Benang Tengah Rambu Muka.
4
Titik Pembacaan Benang Jarak Beda tinggi
Belaka
Berdiri Tinjau Belakang Muka ng Muka Positif Negatif
BA BT BB BA BT BB
A P0 5.25 5.22 5.189

B P1 5.422 5.335 5.245 5.411 5.382 5.351

C P2 5.452 5.414 5.376 5.589 5.518 5.448

D P3 5.884 5.73 5.564 5.492 5.421

P0 5.572 5.382 5.3 5.223

5
6
Dari gambar sebelumnya dapat diturunkan kesalahan garis bidik (Tan α) sebagai berikut :

Kedudukan – I :
∆HAB = b1’ – m1’ = (b1 – b1’b1) – (m1 – m1’m1)
= b1’ – m1’ = (b1 – m1) – (b1’b1 – m1’m1)
= b1’ – m1’ = (b1 – m1) – (Db1.tan α – Dm1.tan α)
= b1’ – m1’ = (b1 – m1) – (Db1 – Dm1) tan α ……………… (1)
Kedudukan – II :
∆HAB = b2’ – m2’ = (b2 – m2) – (Db2 – Dm2) tan α ……………….. (2)

Pers. (1) = Pers. (2), diperoleh :


(b1 – m1) – (Db1 – Dm1) tan α = (b2 – m2) – (Db2 – Dm2) tan α

Tan α = (b1 – m1) – (b2 – m2) .


(Db1 – Dm1) – (Db2 – Dm2)
Tan α = kesalahan garis bidik.

Maka koreksi garis bidik yang perlu diberikan pada pengukuran beda tinggi adalah :
Pengukuran Pergi ;
ΔH’ = ΔH (pergi) + (ΣDb - ΣDm)(- Tan α)
Jumlah Slag
Pengukuran Pulang ;
ΔH” = ΔH (pulang) + (ΣDb - ΣDm)(- Tan α)
Jumlah Slag
Jadi Beda Tinggi Definitif ΔH = ½ (ΔH’ + ΔH”).
7
b. Sipat Datar Profil (Profile Lavelling)
Pengukuran sipat datar profil adalah untuk memperoleh gambaran
bentuk permukaan bumi pada arah tertentu. Sedang kegunaannya
untuk menghitung galian dan timbunan. Sistem pengukuran Sipat
Datar Profil adalah “Cara tinggi garis bidik”.

Misal : tinggi titik – 1 diketahui T1


Pembacaan rambu ukur pada titik 1 adalah t1
Maka, tinggi garis bidik (T.grs bidik) = T1 + t1
Kalau pembacaan rambu ukur pada titik a, b, c adalah ta, tb dan tc,
maka tinggi titik a, b dan c adalah :
Ta = T.grs bidik – ta
Tb = T.grs bidik – tb
Tc = T.grs bidik – tc

Cara mencari tinggi garis bidik ada 2 cara :


a) Alat diluar titik yang diketahui tingginya,
b) Alat diatas titik yang diketahui tingginya

8
1) 2)

Sipat Datar Profil terbagi atas 2 macam, yaitu :


Sipat Datar Profil memanjang
Teknik Pengukuran ;
a) Pengukuran beda tinggi dilakukan pada setiap tempat yang mengalami perbedaan
relief ketinggian dan pada titik/pilar tetap.
b) Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur/rantai ukur, setiap panjang 50 meter
diberi tanda untuk keperluan profil melintang.
Sipat Datar Profil melintang
Teknik Pengukuran ;
a) Pengukuran profil melintang dilakukan setiap jarak 50 m dan pada setiap titik/pilar tetap yang dilewati.
b) Pengukuran profil melintang berjarak 25 m ke sebelah kiri dan kanan sumbu profil memanjang, dimana pada
setiap 5 m diukur ketinggiannya.
c) Pada titik/pilar tetap yang membentuk sudut, profil melintangnya dibuat dalam arah membagi sudut sama
besar.
d) Bila jarak antara titik/pilar tetap kurang dari 50 m, maka pada sisi tersebut ujung dan pangkalnya dibuat
profil melintangnya.

9
Alat ukur Waterpass diluar titik BM Alat ukur Waterpass diatas titik BM

Tinggi garis bidik : T.grs bidik = H1 + t1 Tinggi garis bidik : T.grs bidik = H1 + ta
Tinggi titik – II : TII = T.grs bidik – tII, dst. Tinggi titik – II : TII = T.grs bidik – tII, dst.

10
Pengolahan Data :
•Hitung tinggi titik-titik profil memanjang yang meliputi :
 Tinggi titik-titik / pilar tetap
T2 = T.grs bidik – t2, dst.
 Tinggi titik-titik As (titik dimana dibuat profil melintang)
TII = T.grs bidik – tII, dst.
 Tinggi titik-titik yang mempunyai relief ekstrim
TI = T.grs bidik – tI, dst.
•Hitung tinggi titik-titik profil melintang yang meliputi :
 Tinggi titik-titik yang melalui pilar tetap
T1a = T.grs bidik – t1a, dst.
 Tinggi titik-titik yang melalui As
TIa = T.grs bidik – tIa, dst.

11

Anda mungkin juga menyukai