Anda di halaman 1dari 4

Asuhan keperawatan melalui pendidikan kesehatan tentang manfaat pemberian tablet

FE pada remaja putri.

A. Latar Belakang

Anemia pada remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya

diatas 20%. Remaja yang kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung,

menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar. Wilayah perkotaan atau

pedesaan berpengaruh melalui mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan

sarana fasilitas kesehatan maupun ketersediaan makanan yang pada gilirannya

berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat besi khususnya bagi remaja

(Almatsier,2010). Anemia remaja pada usia 10-17 tahun merupakan keadaan dimana

kadar hemoglobin < 12g/dl (Soetjiningsih, 2004).

Departemen Kesehatan dalam Kirana (2011), menunjukkan penderita anemia pada

remaja putri berjumlah 26,50% dan wanita (WUS) 26,9%. Hal ini mengindikasikan

anemia masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Dari data analisis Riset

kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007 prevalensi anemia pada remaja di Indonesia

mencapai 92,6% (Hasrul, Hadju & Citrakusumasari, 2010).

Penyebab remaja tidak mau mengkonsumsi tablet Fe (Permaesih & Herman, 2005)

antara lain wilayah tempat tinggal, hal ini berpengaruh melalui mekanisme yang

berhubungan dengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatan dan makanan. Penilaian


subjektif yang membentuk persepsi remaja terhadap konsumsi Fe. Pengetahuan

tentang tablet Fe yang berhubungan penilaian kognitif tentang keuntungan dan

kerugian konsumsi tablet Fe. Perilaku mengkonsumsi tablet Fe yang berhubungan

dengan keinginan dan intensi dalam diri remaja setelah mengetahui tablet Fe.

Hasil penelitian Puspasari, Saryono & Ramawati (2008) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi konsumsi tablet Fe antara lain pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap,

sosial ekonomi, fasilitas sarana kesehatan, perilaku petugas kesehatan, peran serta

keluarga, nilai positif, kepercayaan, keyakinan yang mempengaruhi kemauan remaja

dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Hasil penelitian Weliyati & Riyanto (2012) sebagian besar (96,4%) remaja putri yang

menjadi responden penelitian tidak berkeinginan mengkonsumsi suplemen zat besi

selama menstruasi ditambah minimal 1 x seminggu, disebabkan kurangnya

pengetahuan tentang pencegahan anemia pada saat remaja putri mengalami

menstruasi. Penelitian Permaesih & Herman (2005) menerangkan bahwa untuk

melakukan upaya pencegahan anemia dan perbaikan yang optimum diperlukan

informasi yang lengkap dan tepat tentang status gizi remaja, serta faktor yang

mempengaruhi individu remaja yaitu keinginan dari dalam dirinya untuk mencegah

anemia.

Hasil penelitian Fikawati, Syafiq & Nurjuaedah (2004) merekomendasikan

untuk pemberian TTD diminum dengan pengawasan baik oleh guru atau

petugas kesehatan di sekolah. Hal ini dapat menjadi pengaruh sosial dari
3

orang lain yang signifikan bagi remaja untuk memiliki niat yang termasuk

didalamnya terdapat jaringan dukungan sosial yang membentuk norma

subjektif dan adanya lembaga pendidikan serta pengaruh orang yang

dianggap penting seperti guru akan menimbulkan sikap positif pembentuk

intensi.

Salah satu penatalaksanaan anemia adalah pemberian preparat besi (Bakta,

2006). Berdasarkan program pencegahan anemi WUS dan remaja putri dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, maka diselenggarakan program

penanganan anemia di wilayah kerja Puskesmas Karangawen 1 dengan

pemberian tablet besi (Fe). Berhasil tidaknya program penanganan anemia

tersebut salah satunya dipengaruhi oleh intensi (niat) dari remaja putri untuk

mengkonsumsi tablet Fe. Pengaruh tenaga kesehatan, peran serta keluarga,

nilai positif, kepercayaan dan keyakinan akan membentuk intensi (niat) pada

diri remaja untuk mengkonsumsi Fe.

Sheeran dkk (2005) & Milne (2005) dalam Albery & Munafo (2011)

menerangkan bahwa proses pembentukan niat atau intensi (niat) menjadi

tindakan dilihat dari pengelolaan intensi (niat) melalui seberapa penuh


seseorang memiliki keyakinan dalam perilaku.

Untuk melihat intensi atau niat remaja tersebut menurut Ajzen (1991) dalam

Albery & Munafo (2011), salah satu pendekatan konsep intensi (niat)

menggunakan TPB (theory of planned behaviour), intensi (niat) ditentukan

oleh 3 faktor, diantaranya adalah sikap, norma subjektif dan pengendalian

perilaku. Pembentukan intensi untuk keyakinan umum terkait hasil yang

berkorelasi dengan bagaimana pengaruh sosial dari orang lain yang signifikan

bagi individu sangat penting untuk persetujuan perilaku tertentu dan

bagaimana persepsi tentang kontrol signifikan bagi pembentukan intensi atau

keputusan bertindak (Albery & Munafo, 2011). Pembentukan intensi remaja

dalam mengkonsumsi tablet Fe perlu adanya keyakinan umum dari remaja

dengan adanya pengaruh sosial dari orang lain.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang

berhubungan dengan intensi (niat) remaja putri dalam mengkonsumsi tablet

Fe di SMP Negeri I Karangawen Kabupaten Demak.

Anda mungkin juga menyukai