A. Latar Belakang
diatas 20%. Remaja yang kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung,
berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat besi khususnya bagi remaja
(Almatsier,2010). Anemia remaja pada usia 10-17 tahun merupakan keadaan dimana
remaja putri berjumlah 26,50% dan wanita (WUS) 26,9%. Hal ini mengindikasikan
anemia masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Dari data analisis Riset
Penyebab remaja tidak mau mengkonsumsi tablet Fe (Permaesih & Herman, 2005)
antara lain wilayah tempat tinggal, hal ini berpengaruh melalui mekanisme yang
dengan keinginan dan intensi dalam diri remaja setelah mengetahui tablet Fe.
Hasil penelitian Puspasari, Saryono & Ramawati (2008) bahwa faktor-faktor yang
sosial ekonomi, fasilitas sarana kesehatan, perilaku petugas kesehatan, peran serta
Hasil penelitian Weliyati & Riyanto (2012) sebagian besar (96,4%) remaja putri yang
informasi yang lengkap dan tepat tentang status gizi remaja, serta faktor yang
mempengaruhi individu remaja yaitu keinginan dari dalam dirinya untuk mencegah
anemia.
untuk pemberian TTD diminum dengan pengawasan baik oleh guru atau
petugas kesehatan di sekolah. Hal ini dapat menjadi pengaruh sosial dari
3
orang lain yang signifikan bagi remaja untuk memiliki niat yang termasuk
intensi.
2006). Berdasarkan program pencegahan anemi WUS dan remaja putri dari
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh intensi (niat) dari remaja putri untuk
nilai positif, kepercayaan dan keyakinan akan membentuk intensi (niat) pada
Sheeran dkk (2005) & Milne (2005) dalam Albery & Munafo (2011)
Untuk melihat intensi atau niat remaja tersebut menurut Ajzen (1991) dalam
Albery & Munafo (2011), salah satu pendekatan konsep intensi (niat)
berkorelasi dengan bagaimana pengaruh sosial dari orang lain yang signifikan