Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organitation (WHO) memperkirakan pada tahun 2011, sebanyak

585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu

akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio

kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu

per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara

maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2011).

Disparitas kematian ibu antar wilayah di Indonesia masih cukup besar dan masih

relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota Association of Southeast

Asian Nations (ASEAN) misalnya resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia

adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand (Kusmiyati, 2009).

Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan

dibahas penyebab serta langkah‐langkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai

upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI) seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan hasil

perhitungan AKI menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang

menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000

kelahiran hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya

menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbeda‐beda dan

fluktuasinya kadang drastis (Abouzahr, 2011).


1
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 penyebab langsung kematian ibu

oleh beberapa faktor yaitu perdarahan, pre-eklampsia, dan infeksi. Selain itu, penyebab

kematian ibu secara tidak langsung antara lain gangguan pada kehamilan seperti Kurang

Energi Protein (KEP), Kurang Energi Kronis (KEK), dan anemia (Kemenkes RI, 2012).

Hasil analisis ibu hamil risiko KEK dengan jumlah sampel total untuk seluruh

Indonesia sebanyak 8187 ibu hamil. Prevalensi ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar

(21,6%) dengan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau sebanyak 212 ibu hamil risiko

KEK (11,8%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur sebanyak 306 ibu hamil risiko KEK

(32,4%) dan Papua barat sebanyak 112 ibu hamil risiko KEK (30,4%). Bila dilihat menurut

wilayah, prevalensi ibu hamil risiko KEK umumnya lebih rendah di Indonesia bagian barat

dibanding di Indonesia bagian Timur. Di wilayah Sumatra, prevalensi risiko KEK tertinggi di

Provinsi Bengkulu sebanyak 121 ibu hamil risiko KEK (25,6%), sedangkan di wilayah Jawa

dan Bali tertinggi di Provinsi Banten sebanyak 151 ibu hamil risiko KEK (27,8%),

(Wahyuni, 2014).

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/ MDGs, 2000) pada

tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI) menurun sebesar tiga-perempatnya dalam

kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita menurun

sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia

mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH,

Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi

32/1.000 pada tahun 2015 (Prasetyawati, 2012).

Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari

92 kasus tahun 2007 menjadi 69 kasus tahun 2011. Kasus kematian bayi dan anak balita
menunjukan penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun pada awal Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini (Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013) .

Sasaran ibu hamil di Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebanyak 57.718 orang dan dari sasaran

tersebut sebanyak 938 mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). Jika melihat menurut

Kabupaten/Kota maka ibu hamil KEK terbanyak di Kabupaten Konawe Selatan yakni 370 orang.

Sedangkan Muna tidak ada dan Kabupaten Muna Barat tidak ada laporan. 5 (lima) Kabupaten/Kota

terbanyak kasus ibu hamil KEK yakni Kabupaten Konawe Selatan 370 bumil KEK, Kota Kendari

104 bumil KEK, Kabupaten Konawe 82 bumil KEK, Kabupaten Buton Tengah 78 bumil KEK dan

kota Bau bau 64 bumil KEK (Dinkes Prov. Sultra, 2016).

Berdasarkan data Profil Dinas Kabupaten Konawe, Prevalensi KEK tahun 2013 yaitu

70% dari jumlah ibu hamil 6.701 orang, dan pada tahun 2014 ibu hamil yang mengalami

KEK yaitu 69% dari jumlah ibu hamil 4.849 orang (Dinkes Konawe, 2015). Dan Jumlah ibu

hamil di wilayah Puskesmas Tongauna Kabupaten Konawe Periode Januari s/d April 2017

sebanyak 80 orang (Profil Puskesmas Tongauna, 2017)

Prevalensi ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada tahun 2016

sebanyak 45 orang dan pada periode Januari s/d April 2017 sebanyak 38 orang (Data Bumil

KEK Puskesmas Tongauna, 2017).

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai

“Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tongauna Tahun 2017”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan permasalahannya adalah “Apa

Sajakah Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tongauna Tahun 2017” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Tongauna tahun 2017.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil ditinjau

berdasarkan dari umur ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna tahun 2017.

b. Mengetahui Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil ditinjau

berdasarkan dari pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna tahun 2017.

c. Mengetahui Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil ditinjau

berdasarkan dari pekerjaan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi masyarakat

khususnya ibu hamil sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan ibu

tentang masalah Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

ibu tentang masalah Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.
b. Sebagai bahan masukan dan informasi tentang masalah Kekurangan Energi Kronik

(KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Tongauna.

c. Bagi Peneliti, sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama

mengikuti perkuliahan di Akademi Kebidanan Konawe sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan Yayasan Pendidikan

Konawe Akademi Pendidikan Konawe tahun 2017.

E. Keaslian Penelitian

1. Yuliastuti (2014) : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan Energi Kronis

Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Bilu Banjarmasin tahun 2014,

jenis penelitian ini menggunakan rancangan survey analitik dengan pendekatan case

control. Populasi sebanyak 204 orang dan sampel berjumlah 114 orang. Dengan hasil

penelitian, yaitu ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (33,33%). (47,4%) ibu

hamil dengan status bekerja. Sebagian besar ibu hamil (78,9%) memiliki jarak

kehamilan ≥ 2 tahun. Tidak ada hubungan antara pekerjaan fisik ibu hamil dan jarak

kehamilan dengan kekurangan energi kronis Perbedaan dengan penelitian ini yaitu,

tempat, waktu, jumlah populasi, jumlah sampel, dan jenis penelitian serta variabel

independen yang diteliti.

2. Wachidah, dkk. (2015) : “Karakteristik Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kurang Energi

Kronik (KEK) di Puskesmas Kelayan Timur Tahun 2015”. Jenis penelitian ini deskriptif,

populasi dan sampel 72 orang, teknik pengambilan sampel total sampling.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 72 data yang dijadikan sampel hasil karakteristik ibu hamil KEK

berdasarkan umur yaitu <20 tahun 13 responden (18,1%), 20-35 tahun 53 responden (73,6%),

dan >35 tahun 6 responden (8,3%), sedangkan karakteristik ibu hamil KEK berdasarkan paritas

yaitu primipara 37 responden (51,4%), multipara 33 responden (45,8%), dan grande multipara

2 responden (2,8%). Perbedaan dengan penelitian ini yaitu, tempat, waktu, jumlah populasi,

jumlah sampel, dan variabel independen yang diteliti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Ibu hamil adalah seorang perempuan yang sedang mengandung. Kehamilan

adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya

diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan.

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2010)

2. Tanda-Tanda Wanita Hamil

a. Payudara terasa membesar, keras, dan nyeri

Tanda seperti ini muncul 1 hingga 2 minggu sesudah konsepsi atau pembuahan. Dua

minggu sesudah konsepsi, payudara wanita hamil mengalami perubahan sebagai persiapan

produksi ASI karena dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron.

b. Mual pagi hari

Pada umumnya terjadi saat trimester pertama. Meskipun dinamakan morning

sickness, tetapi mual serta muntah bisa terjadi kapan saja selama masa hamil. Mual
dan muntah disebabkan adanya perubahan hormonal yang memicu bagian otak

pengontrol mual serta muntah. Gejala seperti ini dialami 75% wanita hamil.

c. Mudah lelah, lemas, pusing, dan pingsan


7
Gejala hamil tersebut disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah saat hamil atau

rendahnya kadar gula darah.

d. Sakit kepala

Pada umumnya timbul minggu ke 6 kehamilan akibat peningkatan hormon.

e. Konstipasi (sulit BAB)

Gejala ini terjadi akibat peningkatan pada hormon Progesteron menyebabkan

kontraksi pada usus lebih pelan serta makanan menjadi lambat saat melalui saluran

pencernaan.

f. Perubahan mood karena pengaruh hormon

g. Bercak pendarahan

Terjadi pada saat telur sudah dibuahi dan berimplantasi (melekat) pada dinding rahim

antara 10 sampai dengan 14 hari sesudah pembuahan. Perdarahan pada umumnya

sedikit, dengan bercak bulat, warnanya lebih cerah dibanding darah haid, serta tidak

berlangsung lama.

3. Tujuan Asuhan Kehamilan

a. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh kembang

janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta sosial ibu dan bayi.
c. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dan kemungkinan komplikasi

yang terjadi selama kehamilan.

d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat baik ibu maupun bayi

dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian asi eksklusif berjalan normal.

f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi

agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Tresnawati, 2012).

4. Standar Asuhan Kehamilan

Menurut Tresnawati (2012), kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal:

a. Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

b. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)

c. Dua kali pada trimestrer III (usia kehamilan 28-40 minggu)

B. Tinjauan Tentang KEK (Kekurangan Energi Kronik)

1. Definisi Kekurangan Energi Kronik (KEK)

KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan

patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau absolut satu atau lebih zat

gizi (Supariasa, 2011). KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan

gizi (kalori dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan ditandai berat

badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang dari 23,5 cm

(Depkes, 2010).

Menurut Depkes RI tahun 2010 dalam Program Perbaikan Gizi Makro

menyatakan bahwa Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu

penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan


timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada Wanita Usia Subur

(WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak

mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam

periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah

yang cukup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya. Ibu

KEK adalah ibu yang ukuran Lilanya < 23,5 cm dan dengan salah atu atau beberapa

kriteria berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, dan ibu

menderita anemia (Hb < 11 gr%) (Kristiyanasari, 2010).

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cukup sangat mutlak

dibutuhkan oleh ibu hamil agar bisa memenuhi kebutuhan atau nutrisi bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang dikandungnya, sekaligus bagi persiapan fisik ibu untuk menghadapi

persalianan dengan aman. Selama proses kehamilan, bayi sangat membutuhkan zat-zat

penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu (Asrinah, dkk, 2010).

Kebutuhan gizi pada masa kehamilan berbeda dengan masa sebelum hamil,

peningkatan kebutuhan gizi hamil karena pertumbuhan rahim, payudara, volume darah,

palsenta, air ketuban dan pertumbuhan janin (Erna Francin Paath, dkk, 2015). Pada masa

usia kehamilan muda, tambahan gizi dalam bentuk vitamin dan mineral sangat

diperlukan, sedangkan kebutuhan akan kalori dan protein sangat diperlukan pada minggu

kedelapan sampai kelahiran selain dalam masa kehamilan yang memerlukan tambahan

gizi yang sangat banyak ibu juga memerlukan tambahan yang lebih besar lagi menjelang

kelahiran dan menyusui. Seorang ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi, maka bayi

yang dilahirkan akan memiliki berat badan yang rendah, mudah sakit-sakitan, dan

mempengaruhi kecerdasan (Proverawati, dkk, 2009).


2. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala KEK adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus

dengan LILA kurang dari 23,5cm (Supariasa, 2011).

a. Ukuran Lingkar Lengan Atas

Kategori KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah

pita LILA (Supariasa, 2011). Menurut Depkes RI tahun 2010 didalam buku Supariasa

tahun 2011 pengukuran LILA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) adalah

salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan masyarakat awam, untuk

mengetahui kelompok beresiko KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45

Tahun. LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko KEK.

b. Tujuan Pengukuran LILA

Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu

hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral.

Adapun tujuan tersebut adalah :

1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis

wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah.

2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam

pencegahan dan penanggulangan KEK.

3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan

meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.


4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita

KEK.

5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.

c. Batas Normal LILA

Batas normal LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5

cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya

wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan Berat

Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi,

gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa, 2011).

3. Cara Mengukur LILA

Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7

urutan pengukuran LILA (Supariasa, 2011) yaitu:

a. Tetapkan posisi bahu dan siku.

b. Letakkan pita antara bahu dan siku.

c. Tentukan titik tengah lengan.

d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.

e. Pita jangan terlalu dekat.

f. Pita jangan terlalu longgar.

4. Pengaruh KEK

Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun pada

janin yang dikandungnya (Waryono, 2010). Diantaranya :

a. Terhadap ibu :
Dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain : anemia, perdarahan, berat

badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi.

b. Terhadap persalinan :

Pengaruhnya pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,

persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan.

c. Terhadap janin :

Menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,

anemia pada bayi, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

C. Tinjauan Tentang Umur

1. Definisi Umur

Umur/Usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang (Azizah, 2011)

mengutarakan bahwa menjadi tua (aging) yaitu proses perubahan biologis secara terus

menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu (Suardiman, 2011).

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada umur 25-30 tahun diharapkan

pengetahuan ibu memilliki pola pikir yang lebih baik sehingga lebih tangkap dalam

menerima sesuatu khususnya ibu dan janin yang dikandungnya (Cuwin, 2009).

Faktor umur dapat dikatakan berkaitan dengan tingkat pengetahuan seorang ibu.

Dalam hal ini yang patut dibicarakan adalah muda dan tuanya seseorang yang diukur mulai

saat kelahiran sampai dilakukannya penelitian ini. Biasanya umur yang sudah dikategorikan

dewasa lebih mudah menerima dan memahami informasi-informasi yang disampaikan dari

sumber apapun apalagi yang sifatnya pengetahuan dibandingkan dengan umur yang masih
relatife muda dimana proses daya tangkap yang mereka miliki masih rendah Hal ini didukung

oleh teori yang menyebutkan bahwa umur mempunyai hubungan dengan tingkat

pemahaman seorang mengenai suatu informasi khususnya masalah status gizi dalam masa

kehamilan yang akan berguna untuk kesehatan ibu dan janinya. Sehingga dapat mengurangi

resiko yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi kehamilan. Selain itu umur juga mempengaruhi

seseorang dalam penerimaan serta pelaksanaan sesuatu yang diinformasikan baik itu berupa

saran, penyampaian, pengumuman, maupun penyuluhan (Manuaba, 2009).

Ibu hamil yang memiliki umur yang sudah tua sulit untuk menerima dan memahami

pengetahuan dibandingkan dengan umur yang masih relative muda. Dimana proses daya

tangkap yang mereka miliki masih rendah. Sedangkan umur yang sudah tua sulit untuk

menerima dan menyerap informasi yang diberikan dikarenakan fungsi dan kerja otak sudah

berukuran (Manuaba, 2011)

Umur juga merupakan variabel yang digunakan sebagai ukuran mutlak indikator

fisiologis dengan kata lain penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan

umur. Dimana yang semakin tua mempunyai karakteristi fisiologis dengan tanggung jawab

tersendiri (Notoatmodjo. S. 2010).

D. Tinjauan Tentang Pendidikan

1. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu proses yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa dan lebih

matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmojo, 2003).

Konsep dasar pendidikan Ilmu Gizi bisa dinamis dan bermanfaat dimasa yang

akan datang adalah :


a. Ilmu gizi yang mempelajari bagaimana makanan dimakan serta manfaatnya.

b. Untuk pertumbuhan dan kesehatan perlu makanan dari bahan gizi yang berbeda
c. Jumlah zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan

d. Penanganan efek makanan dari bahan gizi, terhadap keselamatan, penampilan dan rasa dari

bahan makanan.

2. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan terbagi menjadi dua dalam arti sempit dan luas. Dalam arti

sempit adalah memebantu perkembangan jasmani dan rohani sedangkan dalam arti luas

adalah pengembangan pribadi warga negara, kebudayaan dan bangsa (Notoatmojo,

2003).

3. Lembaga Pendidikan

Berdasarkan keputusan mentri dan kebudayaan bahwa ada 3 (tiga) lembaga

pendidikan yaitu (Notoatmojo, 2003) :

a. Lembaga Pedidikan Keluarga

Pendidikan keluarga ini memeberikan pendidikan dan ketrampilan, dasar

agama, kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan

peserta didik untuk dapat berperan di dalam keluarga dan masyarakat, karena

keluarga adalah lembaga pendidikan yang bersifat kodrati karena antara orang tua

sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik.

b. Lembaga Pendidikan Sekolah

Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak, kehidupan yang

terdapat dalam lembaga pendidikan menggunakan perjenjangan yang terdiri dari

pendidikanb dasar, menegah dan tinggi.


a. Pendidikan Dasar

Sekolah dasar (SD) sebagai salah satu keatuan dilaksanakan dalam masa program

belahar selama 6 (enam) tahun.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) kini di sebut dangan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah

Tingkat Atas (SMTA) kini di sebut dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) atau

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Khusus (SMK) dengan masa

belajar selama 3 (tiga) tahun.

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi mempunyai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat

yang beraneka ragam minat dan kemampuan siswa yang berbeda-beda. Pendidikan

tinggi yang di maksud adalah perguruan tinggi atau di sebut Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas (SLTA) yang disusun dalam struktur multi strata. Setiap perguruan tinggi atau

Universitas maupun Akademik membuka program dengan kemampuan dan kebutuhan

masyarakat dan memiliki nama studi yang berbeda-beda.

c. Lembaga Pendidikan Masyarakat

Pendidkan msyarakat adalah usaha untuk lebih sadar yang memberikan

kemungkinan perkembangan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

kagamaan, sosial, kultural, ketrampilan, keahlian yang dapat dimanfaatkan oleh

rakyat Indonesia untuk pengembangan diri dan membangun masyarakat.

E. Tinjauan Tentang Pekerjaan


Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang dilakukan

dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan dalam semua

bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan baik.

Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan

membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang

untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan

yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan. Penghasilan atau

pendapatan adalah semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik berupa uang atau pun

jasa.

Menurut Badan Pusat Statisitik (BPS) 2008 pendapatan digolongkan menjadi 4 yaitu :

1. Golongan pendapatan sangat tinggi (> Rp 3.500.000 per bulan)

2. Golongan pendapatan tinggi ( Rp 2.500.000 - Rp 3.500.000 per bulan)

3. Golongan pendapatan sedang ( Rp 1.500.000 - Rp 2.500.000 per bulan)

4. Golongan pendapatan rendah (< Rp 1.500.000 )

Menurut ISCO (International Standard Clasification of Oecupation) pekerjaan

diklasifikasikan :

1. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin

ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga

administrasi tata usaha.

2. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa.
3. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut/bengkel.

F. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Umur

Kekurangan Energi
Pendidikan Kronik (KEK) Pada
Ibu Hamil

Pekerjaan Gambar 1. Skema Kerangka Konsep


Keterangan Gambar :

1. Variabel Dependen (Terikat) : Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada


Ibu Hamil.
2. Variabel Independen (Bebas) : Umur, Pendidikan dan Pekerjaan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu Survey Deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Kemudian

data yang didapatkan hanya menggambarkan (dideskripsikan) tanpa mencari hubungan antara

variabel dependen dan variabel independen (Notoatmodjo, 2010). Data yang dideskripsikan yaitu

Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Tongauna tahun 2017.


B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Tongauna Tahun 2017.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-September di Wilayah Kerja

Puskesmas Tongauna Tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek penelitian yang memenuhi karakteristik yang telah

ditentukan (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

datang di Puskesmas Tongauna Kabupaten Konawe Periode Januari s/d April 2017 yang

berjumlah 80 orang.

21
2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga

dianggap mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini sampel diambil dari

ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Puskesmas Tongauna

Kabupaten Konawe Periode Januari s/d April 2017. Teknik pengambilan sampel dengan cara

Purporsive Sampling yaitu suatu tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus

sehingga layak dijadikan sampel artinya hanya subyek yang memiliki kompotensi yang diteliti

yang dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2007). Dengan rumus perhitungan sampel menurut

(Notoatmodjo, 2010) sebagai berikut :

𝑁
N=
1+ 𝑁 (𝑑2 )
Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat ketepatan yang diinginkan (0,1)

Perhitungan Sampel :

80
N=
1+ 80 (𝑑2 )

80
N=
1+ 80 (0,01)

80
N=
1,8

N = 44,4

N = 44

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 orang.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Alat Kriteria
Variabel Definisi Operasional Skala
Ukur Obyektif
Dependen :
Kekurangan Kekurangan energi kronik Pita LILA 1. Baik : bila LILA > Ordinal
Energi adalah keadaan dimana sese- dari 23,5 cm
orang mengalami kekurangan
Kronik 2. Kurang : bila LILA <
gizi (kalori dan protein) yang
(KEK) pada berlangsung lama atau mena- dari 23,5 cm
ibu hamil. hun, dengan ditandai berat
badan kurang dari 40 kg atau
tampak kurus dengan LILA
kurang dari 23.5 cm (Depkes,
2010).

Independen:
1. Umur Umur/Usia merupakan Buku register 1. Berisiko : bila umur Nominal
bagian dari proses tumbuh dan lembar ibu ,< 20 tahun atau
kembang (Azizah, 2010) check list >35 tahun
mengutarakan bahwa menjadi 2. Tidak beresiko : bila
tua (aging) yaitu proses umur ibu antara 20-
perubahan biologis secara 30 tahun
terus menerus yang dialami (prawirohardjo,2008)
manusia pada semua tingkatan
umur dan waktu, (Suardiman : Ordinal
2011). Buku register
dan lembar 1. Pendidikan dasar :
2.Pendidikan Pendidikan adalah salah
satu proses yang berarti di check list jika pendidikan
dalam pendidikan itu terjadi terakhir ibu SD atau
proses pertumbuhan, perkem- SMP
bangan, atau perubahan
2. Pendidikan lanjut:
kearah yang lebih dewasa
dan lebih matang pada diri jika pendidikan
individu, kelompok dan terakhir ibu SMA
masyarakat (Notoatmojo, atau Perguruan Nominal
2003). Tinggi

Buku register
dan lembar
check list
Pekerjaan adalah aktivitas 1. Bekerja : Bila
3. Pekerjaan
yang dilakukan sehari-hari, responden bekerja
jenis pekerjaan yang di sebagai Pegawai
lakukan dapat di kategorikan Negeri Sipil,
adalah tidak bekerja, wiraswasta.
wiraswata, pegawai negeri, 2. Tidak Bekerja : Bila
dan dalam semua bidang responden hanya
pekerjaan pada umumnya sebagai Ibu Rumah
diperlukan adanya hubungan Tangga (IRT).
sosial yang baik dengan baik.
Pekerjaan dimiliki peranan
penting dalam menentukan
kwalitas manusia, pekerjaan
membatasi kesenjangan antara
informasi kesehatan dan
praktek yang memotifasi
seseorang untuk memperoleh
informasi dan berbuat sesuatu
untuk menghindari masalah
kesehatan (Notoatmojo,
2007).

E. Instrumen Penelitian
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian, maka instrumen yang digunakan,

yaitu dengan menggunakan lembar check list dan pita LILA yang diperuntukkan untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data dalam penelitian secara keseluruhan adalah data primer yang akan diperoleh melalui

wawancara langsung dengan menggunakan lembar check list.

2. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di Wilayah Kerja

Puskesmas Tongauna tahun 2017.

G. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan teknik

statistik. “Teknik statistik yaitu teknik pengolahan data dengan menggunakan analisis

statistik, Analisis ini digunakan untuk pengolahan data kuantitatif” (Notoatmodjo S,

2005).

Pengolahan data penelitian dari alat bantu lembar checklist dilakukan dengan

tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengkodean

Pengkodean dilakukan pada lembar checklist dalam bentuk simbol pada setiap gejala

yang timbul, yang mana akan memudahkan dalam perhitungan dan analisis data.

b. Penyuntingan Data
Yaitu tahap pemeriksaan data apakah pengisian dalam lembar checklist sudah lengkap

dan jelas.

c. Penginputan Data

Yaitu tahapan entri data pada komputer dengan menggunakan program Microsoft

Excel setelah proses pengkodean dan penyuntingan data.

d. Pemeriksaan Ulang

Yaitu kegiatan pemeriksaan ulang untuk data analisis yang telah diinput, apabila

terdapat ketidaksesuaian maka dilakukan pengentrian ulang.

e. Perhitungan Hasil Analisis Data

Yaitu kegiatan penghitungan dari data yang telah diinput dikomputer, dan

menghasilkan angka dan persentase kelengkapan dan ketidak- lengkapan pengisian.

2. Analisa Data

Proses analisis data dimulai dengan pengolahan sejumlah data yang telah

terkumpul. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Yang disajikan dalam bentuk tabel (Notoatmodjo, 2010).

Rumus yang digunakan adalah :

𝑓
x = 𝑛 x k%

Keterangan : x = Presentase dari variabel yang diteliti

f = Jumlah responden berdasarkan variabel

n = Jumlah sampel penelitian

k = Konstanta (100 %)
H. Penyajian Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan IBM Statistikal Product And Service

Solutions (SPSS) 24 kemudian disajikan dalam bentuk tabel yang dipersentasekan dan

diuraikan dalam bentuk narasi.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian meliputi :

1. Informed Consent

Setiap responden yang ikut dalam penelitian ini diberikan informasi tentang tujuan

penelitian dan diberikan lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui maksud

dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian ini berlangsung.

Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar

persetujuan dan jika responden menolak untuk diwawancara maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi

lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasian)

Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian.

Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak geografis

Puskesmas Tongauna secara Geografis terletak di Kecamatan Tongauna

Kabupaten Konawe dengan luas wilayah 223,77 km², dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Anggaberi

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Abuki

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Uepai

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kolaka Unaaha

Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna mempunyai 20 Desa atau Kelurahan.

Kondisi Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna berada di daerah datar dengan area

perkotaan dan jalur transportasi cukup lancar dari Ibu Kota Kabupaten Konawe.

2. Letak Demografi

a. Jumlah Penduduk : 15.996 jiwa

b. Jumlah Desa/Kelurahan : 20 Desa/Kelurahan


c. Jumlah Puskesmas : 1 Unit

d. Jumlah Pustu : 3 Unit

e. Jumlah Polindes : 2 Unit

f. Jumlah Poskesdes : 5 Unit

g. Jumlah Desa siaga : 8 Unit

h. Jumlah Posyandu : 21
28Unit

i. Jumlah Posyandu Lansia : 1 Unit

j. Jumlah Kelas Ibu Hamil : 5 Unit

3. Sarana Pendidikan

a. PAUD/Sederajat : 3 Bangunan

b. TK/Sederajat : 6 Bangunan

c. SD/Sederajat : 18 Bangunan

d. SLTP/Sederajat : 4 Bangunan

e. SLTA/Sederajat : 3 Bangunan

4. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia di Puskesmas Tongaunan yang dapat

dimanfaatkan adalah :

a. Poli Umum : 1 Ruangan

b. Poli KIA : 1 Ruangan

c. Apotek : 1 Ruangan

d. Ruang Imunisasi : 1 Ruangan

e. Ruang Gizi : 1 Ruangan

f. Ruang Kartu : 1 Ruangan


g. Ruang KB : 1 Ruangan

h. UGD : 1 Ruangan

i. Ruang Kepala Puskesmas : 1 Ruangan

j. Gudang Obat : 1 Ruangan

5. Tenaga Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Tongauna sebanyak 60

orang, terdiri dari :

a. Dokter Umum : 2 Orang

b. Bidan : 22 Orang

c. Perawat : 30 Orang

d. Tenaga Gizi : 2 Orang

e. Kesehatan Masyarakat : 3 Orang

f. Sanitasi : 1 Orang

B. Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian mengenai Karakteristik Kekurangan Energi Kronik

(KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah kerja Puskesmas Tongauna periode Januari s/d

September 2017, di peroleh jumlah ibu hamil adalah 44 orang. Berikut ini dipaparkan data

yang dikumpulkan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel yang diteliti.

1. Distribusi Karakteristik Responden

a. Karakteristik Kekurangan Energi Kronik

Kekurangan energi kronik adalah keadaan dimana seseorang mengalami

kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun, dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dengan LILA kurang dari

23,5 cm (Depkes,2010).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK)


Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Tongauna.

Kekurangan Energi Kronik Jumlah


No
Pada Ibu Hamil N %
1. Baik 6 13,6
2. Kurang 38 86,4
Jumlah 44 100
Sumber : Data Primer diolah Oktober 2017

Pada tabel 4.1 diatas maka dapat terlihat bahwa, dari 44 ibu hamil yang diteliti

ditemukan sebagian besar ibu hamil mempunyai LILA < dari 23.5 cm yaitu sebanyak

38 responden (86,4%) dan ibu hamil yang memiliki LILA > dari 23,5 cm sebanyak 6

responden (13,6%).

b. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada umur 25-

30 tahun diharapkan pengetahuan ibu memilliki pola pikir yang lebih baik sehingga

lebih tangkap dalam menerima sesuatu khususnya ibu dan janin yang dikandungnya

(Cuwin, 2009).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tongauna.
Jumlah
No Umur
n %
1. Berisiko (< 20 thn dan > 35 thn) 26 59,1
2. Tidak Berisiko (20 thn - 35 thn) 18 40,9
Jumlah 44 100
Sumber : Data Primer diolah Oktober 2017

Pada tabel 3 diatas maka dapat dilihat bahwa, dari 44 responden yang diteliti

karakteristik umur responden yang berisiko sebanyak 26 orang (59,1%), dan yang

tidak berisiko sebanyak 18 orang (40,9%)

c. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu proses yang berarti di dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa

dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmojo, 2003).

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan Ibu Hamil Di Wilayah


Kerja Puskesmas Tongauna.
Jumlah
No Pendidikan
N %
1. Pendidikan Dasar 28 63,6
2. Pendidikan Lanjut 16 36,4
Jumlah 44 100
Sumber : Data Primer diolah Oktober 2017

Pada tabel 4 diatas terlihat bahwa, dari 44 responden yang diteliti

karakteristik pendidikan responden dengan pendidikan dasar sebanyak 28 orang

(63,6 %), dan pendidikan lanjut sebanyak 16 orang (36,4%).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang

dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan
dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial

yang baik dengan baik. Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan

kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan

praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu

untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan Ibu Hamil Di Wilayah


Kerja Puskesmas Tongauna

No Pekerjaan Jumlah
n %
1. Bekerja 9 20.5
2. Tidak Bekerja 35 79.5
Jumlah 44 100
Sumber : Data Primer diolah Oktober 2017

Pada tabel 5 diatas terlihat bahwa, dari 44 responden yang diteliti

karakteristik pekerjaan responden dengan bekerja sebanyak 9 orang (20.5%), dan

tidak bekerja sebanyak 35 orang (79.5%).

2. Analisa Univariat

a. Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Umur Terhadap Kekurangan Energi


Kronik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna

Hasil olah data karakteristik ibu hamil berdasarkan umur terhadap

Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna tahun

2017 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Umur Terhadap


Kekurangan Energi Kronik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna
No Umur Ibu Hamil Jumlah
LILA LILA
% % n %
Baik Kurang
Berisiko <20 thn- >35
1 1 2,2 25 56,9 26 59,1
thn
Tdk berisiko 20 thn -
2 5 11,4 13 29,5 18 40,9
35 thn
Jumlah 6 13.6 38 86.4 44 100
Sumber : Data Primer diolah Oktober 2017

Pada tabel 6 terlihat bahwa, dari 44 responden ibu hamil terdapat 26 orang

(59,1%) dalam kategori umur beresiko, yang terdiri dari 1 orang (2,2%) dengan LILA

baik dan 25 orang (56,9%) dengan LILA kurang. Pada kategori umur tidak beresiko

terdapat 18 orang (40,9%) yang terdiri dari 5 orang (11,4%) dengan LILA baik dan 13

orang (29,5%) dengan LILA kurang.

b. Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan Terhadap Kekurangan


Energi Kronik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna
Hasil olah data karakteristik ibu hamil berdasarkan pendidikan terhadap

Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna tahun

2017 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 7 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan Terhadap


Kekurangan Energi Kronik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna
Ibu Hamil Jumlah
No Pendidikan LILA LILA
% % n %
Baik Kurang
1 Dasar 2 4,5 26 59,1 28 63,6
2 Lanjut 4 9,1 12 27,3 16 36,4
Jumlah 6 13.6 38 86.4 44 100
Sumber : Data Primer diolah Oktober 2017

Pada tabel 7 terlihat bahwa, dari 44 responden ibu hamil terdapat 28 orang

(63,6%) dalam kategori pendidikan dasar, yang terdiri dari 2 orang (4,5%) dengan
LILA baik dan 26 orang (59,1%) dengan LILA kurang. Pada kategori pendidikan

lanjut terdapat 16 orang (36,4%) yang terdiri dari 4 orang (9,1%) dengan LILA baik

dan 12 orang (27,3%) dengan LILA kurang.

c. Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan Terhadap Kekurangan Energi


Kronik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna

Hasil olah data karakteristik ibu hamil berdasarkan pekerjaan terhadap

Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna tahun

2017 dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Pekerjaan Terhadap


Kekurangan Energi Kronik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna
Ibu Hamil Jumlah
No Pekerjaan LILA LILA
% % n %
Baik Kurang
1 Bekerja 5 11,4 4 9,1 9 20.5
2 Tidak Bekerja 1 2,2 34 77,3 35 79.5
Jumlah 6 13.6 38 86.4 44 100
Sumber : Data Primer diolah Oktober 2017

Pada tabel 8 terlihat bahwa, dari 44 responden ibu hamil terdapat 9 orang (20.5%)

dalam kategori pekerjaan bekerja, yang terdiri dari 5 orang (11,4%) dengan LILA baik

dan 4 orang (9,1%) dengan LILA kurang. Pada kategori pekerjaan tidak bekerja terdapat

35 orang (79.5%) yang terdiri dari 1 orang (2,2%) dengan LILA baik dan 34 orang

(77,3%) dengan LILA kurang.

C. Pembahasan

1. Umur

Semakin muda (< 20 tahun) atau semakin tua (> 35 tahun) seorang ibu

yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.

Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang

sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga

karena fungsi organ yang makin melemah maka memerlukan tambahan energi yang

cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Atika dan Siti, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat bahwa dari 44 ibu hamil yang

diteliti ditemukan responden yang dikategorikan umur berisiko (< 20 tahun atau > 35

tahun) yang memiliki LILA kurang yaitu sebesar 25 orang (56,9%), dan pada kategori

umur tidak berisiko (20 tahun – 35 tahun) diperoleh hasil yaitu yang memiliki LILA

Kurang sebanyak 13 orang (29,5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori (Atika dan Siti, 2009), bahwa ibu yang

berusia < 20 tahun perlu tambahan gizi yang banyak untuk pertumbuhan dan

perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janinnya. Sedangkan ibu yang

berusia > 35 tahun perlu energi yang besar karna fungsi organ yang semakin melemah

sehingga dapat membantu saat proses persalinan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Juntar

Utama, (2015) dengan judul Analisis Situasi Masalah Kurang Energi Kronik Pada Ibu

Hamil Di Indonesia, menyatakan bahwa usia ibu hamil berhubungan dengan status

kurang energi kronik pada ibu ( p < 0,05) dengan nilai odds ratio 1,031. Hal ini berarti

ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau usia lebih dari 35 tahun menjadi faktor

resiko 1,03 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai usia

dengan rentang 20-35 tahun. Ibu hamil usia muda remaja lebih beresiko untuk

kekurangan gizi, dikarenakan ibu hamil yang masih remaja tersebut masih membutuhkan

gizi untuk pertumbuhannya sendiri, sedangkan wanita yang berusia lebih dari 35 tahun
akan mengalami retardasi pertumbuhan kandungan, kematian janin sehingga mempunyai

resiko yang meningkat pada kebutuhan zat gizi.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan

berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain

menunjukan cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mmencapai keselamatan dan kebahagiaan (Nursalam, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat bahwa dari 44 ibu hamil yang

diteliti diperoleh hasil yaitu ibu hamil dengan kategori pendidikan dasar yang memiliki

LILA kurang berjumlah 26 orang (59,1%), sedangkan pada kategori pendidikan lanjut

berjumlah 12 (27,3%) yang memiliki LILA kurang.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa adapun faktor

faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang yaitu antara lain umur,

sikap, keterjangkauan fasilitas, status pekerjaan, status sosial ekonomi, dan sosial

budaya. Pendidikan secara langsung ataupun tidak langsung, secara implisit maupun

eksplisit memainkan peran yang besar dalam masyarakat (Nursalam dan Effendi,

2008).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapni

(2011), mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin

baik pula tingkat pengetahuan tentang gizi, hal ini terjadi karena ibu yang memiliki

pendidikan tinggi sering terpapar dengan informasi dan memiliki status sosial ekonomi

yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan rendah.
3. Pekerjaan

Yang dimaksud ibu bekerja adalah wanita yang sudah bersuami dalam kehidupan

atau kegiatan sehari-harinya bekerja di luar rumah mencari nafkah baik sebagai pegawai

negeri ataupun swasta, sedangkan ibu yang tidak bekerja adalah wanita yang sudah

bersuami dalam kehidupan atau kegiatan sehari-hari hanya melakukan tugas-tugas rumah

tangga saja (Saimin, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat bahwa dari 44 ibu hamil yang

diteliti diperoleh hasil yaitu ibu hamil dengan kategori pekerjaan bekerja yang memiliki

LILA kurang berjumlah 5 orang (9,1%), sedangkan pada kategori pekerjaan tidak bekerja

berjumlah 34 (77,3%) yang memiliki LILA kurang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa ibu yang

tidak bekerja adalah IRT (Ibu rumah tangga) justru banyak yang mengalami

kejadian KEK, karena ibu yang tidak bekerja justru tidak memiliki waktu untuk

memenuhi energi yang diperlukan, disamping itu ibu yang tidak bekerja tidak

memiliki akses info yang banyak karena sedikitnya waktu dan beban kerja yang

dikerjakan sehari-hari sangat banyak seperti harus mengerjakan pekerjaan rumah sendiri,

seperti mengurus rumah, mengurus anak dan suami, sehingga beban kerja yang

dilakukan oleh ibu hamil sangat mempengaruhi kebutuhan gizi yang dikonsumsi

(Arisman, 2010).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mahirawati (2014), menunjukkan

bahawa risiko kejadian KEK lebih banyak dijumpai pada ibu hamil yang tidak bekerja,

sehingga ada hubungan ibu hamil yang tidak bekerja dengan kejadian KEK. Dan

didukung penelitian Surasih (2005), dengan judul faktor-faktor yang berhubungan


dengan keadaan kekurangan energi kronis pada ibu hamil di Kabupaten Banjarnegara

tahun 2005, menunjukkan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan kejadian KEK

pada ibu hamil di Kabupaten Banjar negara tahun 2005.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari 44 ibu hamil mengenai Karakteristik Kekurangan

Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna Tahun 2017,

dapat disimpulkan bahwa :


1. Karakteristik Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Tongauna Tahun 2017 dengan hasil dari 44 ibu hamil, yang memiliki LILA

baik yaitu 6 (13,6%) orang sedangkan yang memiliki LILA Kurang Sebanyak 38 (86,4%)

orang.

2. Karakteristik umur ibu hamil terhadap Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil

di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2017 dengan hasil dari 44 ibu hamil, yang memiliki

LILA kurang dengan kategori umur berisiko yaitu 25 orang (56,9%) dan yang memiliki

LILA baik yaitu 1 orang (2,2%). Sedangkan ibu hamil yang memiliki LILA baik pada

kategori umur ibu hamil yang tidak berisiko sebanyak 5 orang (11,4%) dan yang

memiliki LILA kurang yaitu 13 orang (29,5%).

3. Karakteristik pendidikan ibu hamil terhadap Kekurangan Energi Kronik (KEK) di

Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna Tahun 2017 diperoleh hasil dari 44 ibu hamil

dengan kategori pendidikan dasar yang memiliki LILA kurang yaitu 26 orang (59,1%)

dan yang memiliki LILA baik yaitu 2 orang (4,5%). Sedangkan pada tingkat pendidikan

lanjut ibu hamil yang memiliki LILA kurang yaitu 12 orang (27,3%). Dan yang memiliki

LILA baik sebanyak 4 orang (9,1%).

4. Karakteristik pekerjaan ibu hamil


41 terhadap Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tongauna tahun 2017 dengan hasil dari 44 ibu hamil

yang memiliki kategori pekerjaan yang bekerja yang memiliki LILA kurang yaitu 4 orang

(9,1%), dan yang memiliki LILA baik yaitu sebesar 5 orang (11,4%), sedangkan untuk

kategori pekerjaan yang bekerja yang memiliki LILA kurang yaitu 34 orang (77,3%) dan

yang memiliki LILA baik sebanyak 1 orang (2,2%).

B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian ini

adalah :

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan agar dapat selalu mempertimbangkan

latar belakan Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan ibu hamil dalam memberikan penyuluhan

tentang masalah gizi khususnya masalah tentang Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada

ibu hamil, serta memberikan bimbingan dan saran pada ibu hamil tentang Gizi seimbang.

2. Bagi Institusi

Bagi institusi pendidikan kebidanan agar dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa

tentang Kekurangan Energi Kronik (KEK) melalui proses belajar mengajar dengan

menyediakan fasilitas dan bahan bacaan yang memadai mengenai gizi penting bagi ibu

hamil dan perkembangan janin.

3. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan bagi ibu hamil agar dapat meningkatkan pengetahuan lebih mendalam

tentang Kekurangan Energi Kronik (KEK) dengan cara bertanya kepada bidan maupun

tenaga kesehatan lainnya atau mencari informasi baik dari media elektronik, dan media

cetak, maupun dari penyuluhan tenaga kesehatan.

4. Kepada Instansi Terkait , Yakni UPTD Puskesmas Tongauna

Diharapkan bagi instansi terkait, yakni UPTD Puskesmas Tongauna agar tambah aktif

dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang Kekurangan Energi Kronik

(KEK), dan sebaiknya pula di puskesmas disediakan poster-poster tentang ibu hamil yang

KEK dan apa dampaknya bagi ibu dan janin, yang disertai gambar dan keterangan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya


Selain faktor umur, pendidikan dan pekerjaan masih ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil maka

disarankan untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan beberapa variabel yang dapat

mempengaruhi kejadian KEK.

Anda mungkin juga menyukai