Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai perawat yang professional, kita harus selalu berfikir kritis dari setiaptahap
karena hal tersebut untuk keberhasilan perawatan terutama dalam tahapevaluasi. Evaluasi
adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secaraobyektif pencapaian hasil-
hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi merupakan suatu proses untuk
menjelaskan secara sistematis untukmencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk
mengetahui dampak dari suatukegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan untuk
perbaikan satu atau beberapa aspek program perencanaan yang akan datang. Evaluasi
merupakan pengawasan manajerial untuk mendapat hasil yang sesungguhnya
dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.oleh karena itu evaluasi sangat di butuhkan
setelah kita melakukan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pegertian dari evaluasi?


2. Apa saja fungsi dari evaluasi?
3. Apa saja kriteria dari evaluasi evaluasi?
4. Bagaimana tahap evaluasi?
5. Bagaimana teknik evaluasi?
6. Apa saja komponen dari evaluasi?
7. Apa saja jenis-jenis dari evaluasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi


2. Untuk mengetahui fungsi evaluas
3. Untuk mengetahui tahap evaluasi
4. Untuk mengetahui kriteria evaluasi
5. Untuk mengetahui teknik evaluasi
6. Untuk mengetahui komponen evaluasi
7. Untuk mengetahui jenis evaluas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang
disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau kelayakan
dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau standar
sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan,terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat
sertatenaga kesehatan professional lainnya menentukan Wilkinson (2007) :

1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai

2. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan

Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiapkontak


perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensikontak yang ditentukan
oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi. Contohnya adalah pada saat pasien baru
datang dari ruang bedah maka perawat akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya
mungkin evaluasi akan dilakukansetiap 4 jam dan seterusnya.Menurut Wilkinson (2007)
juga, evaluasi yang efektif tergantung padalangkah yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan
evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data
adalah sama tetapi yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana
dilakukan.

Pada tahap pengkajian


perawat menggunakan data untuk membuat diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap
evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan keperawatan terhadap diagnosa
keperawatan. Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan,
evaluasi bukan berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus
yang baru. Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat membandingkan
respon pasien terhadap outcome yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini
untuk mereview asuhan keperawatan.

.
B. Fungsi Evaluasi

1. Menentukan perkembangan kesehatan klien.


2. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.

C. Kriteria Evaluasi

1. Efektifitas : yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang diinginkan telah


optimal.
2. Efisiensi : menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar bergunaatau
bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat memadaisecara efektif.
3. Responsivitas : yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakanmemuaskan
kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentuterhadap pemanfaatan
suatu sumber daya.

D. Tahap Evaluasi

1. Tahap Mengukur Pencapaian Tujuan

a. tujuan dari aspek kognitif . pengukuran perubahan kognitif dapat dilakukan


dengandua cara :

1) Interview/ tanya jawab


Menanyakan kembali segala sesuatu yang telah dijelaskan
oleh perawat untuk mengklarifikasi pemahaman klien/keluarga terhad
apa pengetahuan yang telah diberikan pengukuran pengetahuan
ini penting untuk menjamin bahwa apa yang telah disampaikan
benar-benar telah dipahami dengan baik dan benar. Perawat sering
menganggap bahwa ketika klien atau keluarga sudah
menganggukkan kepala, menandakan ia sudah paham padahal
belum tentu bisa jadi karena klien takut untuk bertanya kembali atau
karena alasan yang lain lien seolah-olah memahami penjelasan
perawat. Oleh karena itu, perawat harus selalu menanyakan kembali
segala sesuatu yang telah dijelaskan sebagai
pemahaman dan kesalah
pahaman bisa diidentifikasi secara langsung. Pertanyaan yang
diajukan pada klien atau keluarga berpedoman pada tujuan dan
kriteria evaluasi yang telah ditetapkan
2) Komprehensif
Pertanyan komprehensif adalah pertanyaan yang diajukan
berdasarkan pemahaman klien terhadap perubahaperbahan yang terj
adi pada tubuhnya .
Contoh : ciri apa yang anda rasakan?

Aplikasi faktaPertanyaan berdasarkan aplikasi fakta adalah pertanyaan yangditujukan untuk


mengidentifikasi pemahaman klien pada tingkataplikasi. Perawat mengajukan beberapa
situasi atau kondsi yangmungkin terjadi pada klien an klien dimana unutk
menentukanalternatif pemecahan masalahnya. Contoh: apa yang anda lakukan bila ketika
anda berjalan, kemudian ada perasaan sesak?

TulisTeknik yang kedua ini digunakan untuk mengukur encapaian tujuan kognitifadalah
dengan mengajukan pertanyaan tertulis. Pertanyaan-pertanyaan inisudah disiapkan
sebelumnya dan berdasarkan tujuan dan criteria evaluasi yangtelah ditetapkan. Teknik
evaluasi tertulis ini jarang digunakan
untuk pendidikan kesehatan individual, umumnya digunakan untuk mengevaluasitindakan
pendidikan kesehatan yang diberikan secara berkelompok dengantopik yang sama sehingga
dapat menghemat
waktu. b.Tujuan aspek afektif.Untuk mengukur pencapaian tujuan aspek afektif, dapatdilaku
kan dengan dua cara:

ObservasiObservasi adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap


perubahanemosional klien:apakah klien telah kooperatif, apakah mekanisme kopingtelah
efektif
Feed back dari staf kesehatan lainUmpan balik,masukan, dan pengamatan dari staf yang
lain dapat juga dipakaisebagai salah satu informasi tentang aspek afektif klien.

c. Psikomotor

Pengukuran perubahan aspek psikomotor dapat dilakukan melalui observasisecara


langsung terhadap perubahan prilaku kliend. Perubahan fungsi tubuhmerupakan komponen
yang paling sering menjadi criteria evaluasi. Dari pengamatan
di rumah sakit, pada umumnya dari daftar diagnosis keperawatanyang ada kebanyakan
bersifat fisik sehingga kriteria hasil yang ingin dicapaimengacu pada aspek perubahan
fungsi tubuh. Mengingat begitu banyaknyaaspek perubahan fungsi tubuh, untuk mengukur
perubahanya dapat dilakukandengan tiga cara, antara lain :

Observasi

Interview

Pemeriksaan fisik2. penentuan keputusan

Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan. Kondisi inidicapai apabila
semua data yang telah ditentukan dalam kriteria hasilsudah terpenuhi.
Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Kondisi inidicapai apabila
sebagian saja dari kriteria hasil yang ditentukan terpenuhi.

Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Kondisi iniditentukan apabila hanya
sebagian kecil atau tidak ada sama sekali darikriteria hasil yang dapat dipenuhi. Dapat juga
terjadi kondisi kliensemakin buruk sehingga timbul masalah yang baru.

2.5

Teknik Evaluasi

1.

Wawancara

Wawancara adalah proses tanya-jawab yang berkaitan dengan masalahyang dihadapi oleh
klien, biasa juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan
dengan masalah yangdihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang
masalahkesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan
antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu
klienmemperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan
tujuankeperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih
lanjutselama tahap pengajian.Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan
komunikasi.Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukankemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan
biasanyadigunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi
terapeutikadalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secaraverbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.Teknik verbal meliputi
pertanyaan terbuka atau tertutup,
menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi :mendengarkan
secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secaraaktif merupakan suatu
hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi jugamerupakan sesuatu hal yang sulit
dipelajari. Tahapan wawancara / komunikasi :a. Persiapan.Sebelum melakukan komunikasi
dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai
prasangka buruk kepada klien, karena akan mengganggu dalam membinahubungan saling
percaya dengan klien.Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh
memaksaatau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan
posisiduduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusunsedemikian
rupa guna memperlancar wawancara. b. Pembukaan atau perkenalan

Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah denganmemperkenalkan


diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukandan faktor-faktor yang menjadi
pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikaninformasi kepada klien mengenai data yang
terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang
boleh mengetahuinya.c. Isi / tahap kerjaSelama tahap kerja dalam wawancara, perawat
memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang
perlu diperhatikan :1)

Fokus wawancara adalah klien2)

Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.3)

Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien4)

Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien5)

Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya6)


Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untukmengungkapkan
perasaannya7)

Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.d. TerminasiPerawat mempersiapkan


untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harusmengetahui kapan wawancara dan tujuan
dari wawancara pada awal perkenalan,sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat
dan klien mampu menilaikeberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika
diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Hal-
hal yang perludiperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :1)

Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya2)

Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-keluhannya /


pendapatnya secara bebas3)

Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dannyaman bagi klien4)

Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian5)

Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti6)

Tidak bersifat menggurui7)

Memperhatikan pesan yang disampaikan

8)

Mengurangi hambatan-hambatan9)
Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)10)

Menghindari adanya interupsi11)

Mendengarkan penuh dengan perasaan12)

Memberikan kesempatan istirahat kepada klien2.

Pengamatan/observasiPengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien


untukmemperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasidilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya,
melaluirabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah
mengumpulkandata tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca
indra.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :a.

Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terincikepada klien
(meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karenaterkadang hal ini dapat
meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data

(data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akanmenghitung nafas
bapak dalam satu menit”. Kemungkinan besar

data yangdiperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha
untukmengatur nafasnya. b.

Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klienc.

Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dandimengerti oleh
perawat yang lain.3.
Studi Dokumentasi : mempelajari tentang catatan keperawatan dankesehatan pasien

2.6

Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell danMeneses, 1986, hlm.
229-230) :1.

Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.

a.

KriteriaKriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk pengumpuln data dansebagai


penentuan kebenaran data yang terkumpul. Semua kriteria yangdigunakan pada tahap
evaluasi ditulis sebagai kriteria hasil. Kriteria hasilmenandakan hasil akhir asuhan
keperawatan. Sedangkan standar keperawatandigunakan sebagai dasar untuk evaluasi
praktik keperawatan secara luas. Kriteriahasil didefinisikan sebagai standar untuk
menjelaskan respons atau hasil darirencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut akan
menjelaskan bagaimana keadaanklien setelah dilakukan observasi.Kriteria hasil dinyatakan
dalam istilah prilaku (

behaviour

), supaya dapatdiobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang
mudahdipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang
terlibatdalam evaluasi. b.

Standar PraktikStandar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi


praktikkeperawatan secara luas. Standar tersebut menyatakan hal yang harusdilaksanakan
dan dapat digunakan sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan.Standar harus
berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat diterima oleh praktik klinik
keperawatan saat ini. Standar harus secara cermat disusun dan diujiuntuk menentukan
kesesuaian dalam penggunaannya. Contoh pemakaian standardapat dilihat pada Standar
praktik Keperawatan yang disusun oleh ANA.c.

Pertanyaan EvaluatifUntuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan


pertanyaanevaluative (

evaluative questions

) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhankeperawatan dan respons klien terhadap


intervensi. Pertanyaan-pertanyaan yangdapat digunakan untuk mengevaluasi :1)

Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?2)

Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?3)

Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan?4)

Implementas : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang akandiberikan?5)

Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?

2.

Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.Pada tahap ini kita
perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Siapayang bertanggung jawab dalam
pengumpulan data? Kapan data tersebutdiperoleh? Dan sarana apa yang akan digunakan
untuk memperoleh data?Perawat professional yang pertama kali mengkaji data klien dan
menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengevaluasi respon
klien terhadap intervensi yang diberikan. Perawat lain yang membantumemberikan
intervensi kepada klien harus berpartisipasi dalam proses evaluasi.Validitas informasi
meningkat jika lebih dari satu orang yang ikut melakukanevaluasi.3.

Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.Perawat memerlukan


keterampilan dalam berfikir kritis, kemampuanmenyelesaikan masalah, dan kemampuan
mengambil keputusan klinik.Kemampuan ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan
pentingnya suatudata dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteria serta
standar danmenyesuaikan asuhan keperawatan yang diberikan dengan kriteria dan
standaryang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasifaktor-
faktor yang mungkin dapat memengaruhi efektifitas asuhan keperawatan.4.

Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh
perawat pada tahap ini adalahmenyimpulkan efektivitas semua intervensi yang telah
dilaksanakan. Kemudianmenentukan kesimpulan pada setiap diagnosis yang telah
dilakukan intervensi.Yang perlu diingat disini adalah tidak mungkin membuat suatu
perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan perubahan-
perubahan,sebaliknya tidak mungkin perencanaan yang telah disusun 100% gagal. Untuk
itudiperlukan kejelian dalam menyusun perencanaan, intervensi yang tepat, danmenilai
respon klien setelah diintervensi seobjektif mungkin.5.

Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

Pada tahap ini perawat melakukan intervensi berdasarkan hasil kesimpulanyang sudah
diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil, dan rencanaasuhan keperawatan.
Meskipun pengkajian dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, aspek-
aspek khusus perlu dikaji ulang dan penambahan datauntuk akurasi suatu asuhan
keperawatan.

2.7

Jenis Evaluasi
1.

Evaluasi formatif (proses)Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas


dari proseskeperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi
prosesharus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikanuntuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harusterus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan
tercapai.
Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhankeper
awatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, danmenggunakan form evaluasi.
Ditulis pada catatan perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat
duduk selama 30 menit tanpa pusing.2.

Evaluasi Sumatif (hasil)Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatansesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Fokus
evaluasihasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhirasuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhankeperawatan
secara paripurna.

BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Dari makalah ini, kami dapat menarik kesimpulan bahwasanya pada proseskeperawatan
terdapat proses akhir yang disebut proses evaluasi, dimana proses inisangat penting dan
berpengaruh pada hasil dari proses keperawatan, sehingga kitasebagai mahasiswa
keperawatan menyadari akan urutan-urutan dari tahapanevaluasi.Tahapan evaluasi dititik
beratkan pada tujuan dari evaluasi itu sendiri yaitumenjamin asuhan keperawatan secara
optimal dan meningkatkan asuhankeperawatan sehingga para mahasiswa setelah membaca
makalah ini diharapkandapat meningkatkan dan mengetahui dari tahapan evalusi itu sendiri.
Evalusiadalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencanakeperawatan. Evaluasi adalah kegiatan intelektual untuk melengkapi
proseskeperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencanatindakan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.Evaluasi merupakan tahap terakhir
dari proses keperawatan, namun
tidak berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukan masalah mana yang telahdapat
dipecahkan dan mana yang perlu dikaji ulang, direncanakan kembali,dilaksanakan dan
dievalusi kembali,jadi proses keperawatan merupakan siklusyang dinamis bekelanjutan.

B.

Saran

Setelah membaca makalah ini, kami berharap semua perawat


dapatmenerapkan konsep evaluasi keperawatan dengan sebaik-
baiknya dalammelakukan proses keperawatan,sehingga proses keperawatan yang
dilakukan oleh perawat tersebut memperoleh keberhasilan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurjanah, Intansari.2010.

Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC.

Jogjakarta:MocoMedia Nursalam.2008.

Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik

.Jakarta: Salemba MedikaRohmah, Nimmatur dan Saiful Walid.2012.

Proses Keperawatan

.jogjakarta:Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai