PENDIDIKAN PANCASILA
”PERAN PENDIAIKAN PANCASILA DALAM MEMBANGUN JATI DIRI
BANGSA”
DISUSUN OLEH:
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa
reformasi, bangsa Indonesia harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat
agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional. Dengan
kata lain, bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta rasa kebangsaan
yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan atau hegemoni
ideologi melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada
sejarah bangsa. Secara historis, nilai-nilai Pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar negara Indonesia sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri.
III. Tujuan
1. Menyelesaikan tugas Rekaya Ide dari matakulih Pancasila
BAB II
KERANGKA PIKIR
PERMBAHASAN
1. Karakter Karakter sering diberi padanan kata watak, tabiat, perangai atau akhlak. Dalam
bahasa Inggris character diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda yang
membedakan secara khusus. Karakter adalah keakuan rohaniah, het geestelijk ik, yang
nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh bakat, atau potensi
dalam diri dan lingkungan. Karakter juga diberi makna the stable and distinctive qualities
built into an individual s life which determines his response regardless of circumstances.
Dengan demikian karakter adalah suatu kualitas yang mantap dan khusus, sebagai
pembeda, yang terbentuk dalam kehidupan individu yang menentukan sikap dalam
mengadakan reaksi terhadap rangsangan dengan tanpa terpengaruh oleh situasi
lingkungan sewaktu. Karakter terbentuk oleh faktor endogeen atau dalam diri dan faktor
exogeen atau luar diri. Sebagai contoh rakyat Indonesia semula dikenal bersikap ramah,
memiliki hospitalitas yang tinggi, suka membantu dan peduli terhadap lingkungan, dan
sikap baik yang lain; dewasa ini telah luntur tergerus arus global, berubah menjadi sikap
yang kurang terpuji, seperti egois, mementingkan diri sendiri, mencaci maki pihak lain,
mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat dan sebagainya. Hal ini mungkin saja
didorong oleh keinginan untuk bersaing sebagai salah satu kompetensi yang harus
dikembangkan dalam era globalisasi.
Karakter dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha
membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang
menyesatkan dan menjerumuskan. Ada ahli yang berpendapat bahwa manusia bersifat
unik, tercipta dalam perbedaan individual, nampak dalam tingkat kecerdasan, dalam
kemampuan ungkapan emosional dan manifestasi kemauan. Manusia juga dibekali oleh
Tuhan dengan kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan
yang buruk, meski ukuran benarsalah dan baik-buruk mengalami perkembangan sesuai
dengan pertumbuhan yang dialami oleh manusia dan tantangan zamannya. Dengan
demikian moral dan karakter pada manusia melekat secara kodrati, namun selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan tantangan yang dihadapi.
Karakter membentuk ciri khas individu atau entitas, suatu kualitas yang menentukan
suatu individu atau entitas, sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang
membedakan dengan individu atau entitas lain. Kualitas yang menggambarkan suatu
karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud,
yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas
dalam menghadapi setiap permasalahan.
2. Jatidiri Bangsa Jatidiri yang dalam bahasa Inggris disebut identity adalah suatu kualitas
yang menentukan suatu individu atau entitas sedemikian rupa sehingga diakui sebagai
suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas yang lain. Kualitas yang
meng-gambarkan suatu jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu
atau entitas dimaksud. Jatidiri merupakan pencerminan individu atau suatu entitas yang
mempribadi dalam diri individu atau entitas yang selalu nampak dengan konsisten dalam
sikap dan perilaku individu atau entitas yang bersangkutan dalam menghadapi setiap
permasalahan.
Ada sementara pihak yang membedakan antara pengertian identitas diri dan
jatidiri. Identitas diri lebih menggambarkan pe-nampilan lahiriah dalam bentuk sikap dan
perilaku yang membaku dan mempribadi seperti ramah, pemarah, introvert, extravert,
optimistik, pesimistik, dan sebagainya. Sedang jatidiri adalah kualitas yang
menggambarkan integritas individu atau suatu entitas, sebagai karunia Tuhan, yang
mencerminkan harkat dan martabat individu atau entitas dimaksud secara utuh. Jatidiri
mengandung nilai-nilai dasar yang akan memberikan corak terhadap jatidiri bagi
pendukungnya. Jatidiri suatu bangsa yang menganut faham individualistik liberalistik
akan berbeda dengan jatidiri suatu bangsa yang menganut faham kolektivistik, sosialistik
atau kegotong royongan.
Demikian pendapat mereka. Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa
yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-
nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara Negara Kesatuan Republik Indonesia
yakni Pancasila, yang merupakan pengejawantahan dari konsep religiositas, humanitas,
nasionalitas, sove-reinitas dan sosialitas. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti
membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun
Manusia Pancasila. Jatidiri bangsa merupakan hal ihwal atau perkara yang sangat esensial
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehilangan jatidiri bangsa sama saja dengan
kehilangan segalanya, bahkan akan berakibat tereliminasinya negara-bangsa. Oleh karena
itu bila kita tetap menghendaki berdaulat dan dihargai sebagai negara-bangsa dalam
percaturan internasional, perlu menjaga eksistensi dan kokohnya jatidiri bangsa.
Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa hanya bangsa yang memiliki karakter yang
kokoh dan tangguh mampu mengatasi krisis yang dihadapi oleh negara-bangsa dengan
berhasil baik. Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan
perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa.
Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun
jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.
Dalam rangka membangun jatidiri Manusia Pancasila, setiap manusia Indonesia wajib
memahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila, untuk difahami,
didalami, serta diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata, baik dalam kehidupan
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Membangun karakter bangsa yang
merupakan pencerminan jatidiri bangsa
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sila
Persatuan Indonesia merupakan pedoman dan kunci keberlangsungan bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras serta
kebudayaan ini, terutama dalam mendongkrak semangat generasi pemuda
Indonesia untuk mempertahankan keutuhan Bangsanya. Dimana masyarakat
makhluk sosial yang ada dalam kehidupan kampus dimana dalam kehidupan
kampus yang juga merupakan lingkungan sosial, mahasiswa akan dibentuk
sistem pergaulannya untuk membentuk kepribadiannya. Untuk memajukan
pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika,
masyarakat dapat menerapakan sila persatuan Indonesia dalam kehidupan
kampus, misalnya dengan berorganisai. Karena dalam beorganisasi
mahasiswa dapat bekerja sama sehingga timbul kebersamaan. Apabila semua
masyarakat memiliki jiwa kebersamaan yang kuat, tanpa memandang adanya
perbedaan, tentunya hal ini akan membawa kepada sebuah kemajuan dan
dobrakan baru baik dalam lingkungan kampus maupun secara global.
B. Saran
Melalui makalah ini, penulis sangat mengharapkan kesadaran mahasiswa
akan pentingnya penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan kampus,
seperti sila “Persatuan Indonesia”. Kiranya mahasiswa tidak membatasi diri
hanya karena perbedaan. Perbedaan tidak mungkin dihilangkan tapi jangan
biarkan itu menghalangi dan membatasi diri untuk mengembangkan pergaulan
dan relasi yang lebih luas lagi.