Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

Terapi Latihan Mobilitas Fisik Level Of Function (LOF) : Pasien

Stroke Hemorrhagic

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Pengempu

Mata Kuliah: Ns. Indri Wahyuningsih, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Aprillyanti Izzah

201610420311009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

1
Effect of an Evidence-Based Mobility Intervention on the Level
of Function in Acute Intracerebral and Subarachnoid Hemorrhagic Stroke
Patients on a Neurointensive Care Unit

A. Latar Belakang
Cerebro Vaskuler Accident (CVA) atau yang biasanya di kenal dengan
stroke adalah pecahnya pembuluh darah otak otak secara mendadak dengan akibat
penurunan fungsi neurologis, stroke adalah disfungsi neurologi akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda
dan gejala sesuai daerah fokal pada otak yan terganggu (Hariyanto, 2015). Stroke
bisa mengakibatkan kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh hentinya suplai darah
kebagian otak, biasanya merupakan akumulasi penyakit serebrovaskular selama
beberapa tahun (Ariani,2014).
Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang sering ditemukan di negara
maju, saat ini juga banyak terdapat di negara berkembang salah satunya di negara
Indonesia. Satu diantara enam orang di dunia akan terkena stroke. Terdapat dua
tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat berkurangnya aliran darah
sehubungan dengan penyumbatan (trombosis, emboli), dan hemoragik akibat
perdarahan Darah yang keluar dan menyebar menuju jaringanparenkim otak, ruang
serebrospinal, atau kombinasi keduanya adalah akibat dari pecahnya pembuluh
darah otak yang dikenal dengan stroke hemoragik (Ariani, 2014)

Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat
berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis, emboli),
dan hemoragik akibat perdarahan. Darah yang keluar dan menyebar menuju
jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal, atau kombinasi keduanya adalah
akibat dari pecahnya pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke
hemoragik(Darotin, Nurdiana, & Nasution, 2017)

Stroke merupakan penyebab utama kematian di Asia termasuk indonesia


dengan angka kejadia 300 per 100.000 mengalami kematian dan laki-laki lebih
besar daripada perempuan (Hoy, Rao, Hoa, Suhardi, & Lwin, 2013). Angka
kejadian stroke dari 10.000 penderita 47 diantaranya mengalami kecacatan. Pada
pasien stroke mengalami beberapa gangguan, diantaranya 33% mengalami
gangguan kognitif, 30% mengalami gangguan ekstremitas, dan 27% mengalami
gangguan bicara (Ariani, 2014).

2
Stroke dapat menimbulkan dampak yaitu gangguan suplai darah keotak
yang menyebabkan hilangnya pergerakan, daya pikir, memori, kemampuan bicara,
atau sensasi untuk sementara waktu atau permanen ( Brunner, 2013). Faktor yang
dapat menimbulkan stroke dibedakan menjadi faktor resiko yang tidak dapat
diubah atau tidak dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat diubah atau dapat
dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu hipertensi, DM dan
displidemia, dan faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu usia dan jenis kelamin
(Dinata, 2014)
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab medis
misalnya, peningkatan tekanan darah dan faktor penyebab perilaku misalnya
merokok.Penyebab- penyebab ini disebut. Sebagian faktor risiko dapat
dikendalikan atau dihilangkan sama sekali dengan cara medis, misalnya minum
obat tertentu, atau dengan cara nonmedis, misalnya perubahan gaya hidup. Ini
disebut faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Diperkirakan bahwa hampir 85%
dari semua stroke dapat dicegah dengan mengendalikan faktor-faktor risiko yang
dapat dimodifikasi tersebut (Udani, 2013).
Latihan mobilisasi atau rehabilitasi pada pasien stroke bertujuan untuk
memperbaiki fungsi neurologis melalui terapi fisik dan tehnik-tehnik lain.
Mobilisasi dan rehabilitasi dini di tempat tidur merupakan suatu program
rehabilitasi stroke, khususnya selama beberapa hari sampai minggu setelah stroke.
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kekakuan (kontraktur) dan
kemunduran pemecahan kekakuan (Marlina, 2011)

B. Manfaat Terapi
Manfaat dari terapi latihan mobilisasi yaitu :
- mencegah kekakuan (kontraktur) dan kemunduran akibat kekakuan.
- Meningkatkan Activity Daily Living (ADL)
- Mengurangi ketergantungan terhadap perawat maupun keluarga
- Mencegah terjadinya stroke berulang.

C. Tinjauan Literatur
Cerebro Vaskuler Accident (CVA) atau yang biasanya di kenal dengan stroke
adalah pecahnya pembuluh darah otak otak secara mendadak dengan akibat
penurunan fungsi neurologis, stroke adalah disfungsi neurologi akut yang

3
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda
dan gejala sesuai daerah fokal pada otak yan terganggu (Hariyanto, 2015).
Stroke bisa mengakibatkan kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh hentinya
suplai darah kebagian otak, biasanya merupakan akumulasi penyakit
serebrovaskular selama beberapa tahun (Ariani,2014).
Dalam Intervensi ini menjelaskan tentang seberapa efektivitas intervensi
mobilasasi dengan gerakan sehari-hari dan berjakan kaki pada pasien yang
mengalami stroke perdarahan intra serebral (ICH) dan stroke perdarahan
subaraknoid (SAH) pada tahap rehabilitasi,yang bertujuan untuk membantu dan
memahami keefektifan mobilisasi pada pasien stroke intra serebral (ICH) dan
stroke perdarahan subaraknoid (SAH) pada tahap rehabilitasi diruangan neuro
intensive care unit (Rand & Darbinian, 2015)

a. Terapi Latihan Mobilisasi LOF


Terapi ini dilakukan terdiri dari 8 minggu yaitu dengan terapi
olahraga yang sudah diawasi oleh pelatih/terapis. Latihan ini memiliki 37
latihan standar yang bertujuan untuk meningkatkan mobilitas dan untuk
menunjang pelatihan ini didapatkan aplikasi kesetahan yaitu “e –health”
(Id et al., 2019)
Untuk setiap latihan pasien melakukan pelatihan progresif yang
telah disesuaikan. Pasien diinstruksikan untuk melakukan ini setidaknya
selama lima kali seminggu dalam 30 menit. Yang berarti setiap pasien
menerima 20 jam setiap latihan yang diawasi oleh pelatih selama 8 minggu
(Yelnik et al., 2016)
Tindakan Level Of Function (LOF) yaitu :
- Pasien melakukan berjalan kaki selama > 15.25.
- Pasien disuruh untuk menggerakkan aktivitas sehari-hari mereka
- Pasien melakukan mobilisasi tungkai pasif pada saat posisi duduk.
- Pasien melakukan mobilisasi dari duduk ditempat tidur atau kursi dan
melakukan ambulasi
- Pasien melakukan fleksi dan ekstensi siku, duduk dan berdiri, berjalan
yang dilatih secara sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang.
- Intervensi ini juga mengajarkan kepada pasien bagaimana mengurangi
tingkat ketergantungan pasien terhadap perawatan.

4
D. Pembahasan
Stroke menyebabkan gangguan fisik seperti kelemahan ektremitas,
kelelahan, dan ketidakstabilan postural yang menyebabkan kesulitan berjalan dan
fisik tidak aktif. Selain itu, stroke dapat menyebabkan kehilangan memori, defiit
bicara atau bahasa dan afasia (Darotin et al., 2017)
Stroke adalah penyebab utama kecacatan orang dewasa di Amerika
Serikat,
mengakibatkan defisit neurologis kronis dan penurunan fungsional,termasuk
kehilangan mobilitas, defisit sensorik dan visual, dan kinerja aktivitas
kehidupan sehari-hari,1-5 Individu pasca stroke dapat menjadi tergantung
pada pengasuh, membutuhkan alat bantu, dan menghadapi kemunduran
pendidikan dan pekerjaan yang signifikan di Amerika Serikat, Untuk pasien
pasca stroke, ada interaksi fisik yang kompleks dan kerugian kognitif, yang
mengarah pada berkurangnya kepercayaan diri, ketidakpastian pemulihan, dan
memburuknya status fungsional dan kualitas hidup (Ilunga, Bennett, & Franklin,
2017)

Banyak kasus stroke hemoragik membutuhkan perawatan jangka panjang,


hanya 20% penderita yang dapat hidup secara independen, sedangkan 40% kasus
meninggal dalam 30 hari dan sekitar separuhnya akan meninggal dalam 48 jam.
Sebanyak 80% kasus stroke hemoragik spontan dimana kerusakan diakibatkan
pecahnya pembuluh darah arteri akibat hipertensi kronis atau angiopati amiloid
(didapatkan hasil bahwa umur dan jenis kelamin sebagai faktor dominan mortalitas
akibat stroke di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko antara lain
obesitas, kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat, merokok, tekanan darah tinggi,
peningkatan gula darah, dan peningkatan lipid darah (Darotin et al., 2017).

E. Kesimpulan
Intervensi mobilitas dan gerakan aktivitas sehari-hari efektif dan hasilnya
signifikan dalam peningkatan kemampuan Activity Daily Living (ADL) untuk
rehabilitasi pasien dengan stroke perdarahan intra serebral (ICH) dan stroke
perdarahan subaraknoid (SAH), disebutkan bahwa apabila pasien semakin lama
tinggal dan rutin melakukan gerakan-gerakan yang dianjurkan oleh peneliti maka
mobilitas pasien akan semakin meningkat ,dan peluang pasien untuk keluar dari
rumah sakit akan semakin cepat ,dan juga dapat mengurangi ketergantungan pasien
terhadap bantuan perawat atau orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

5
Daftar Pustaka

Ariani., Tutu April. 2014. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika.


Brunner., Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah Ed.12. Jakarta : EGC

Hariyanto., Awan, Sulistyowati., Rini. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1:
Dengan Diagnosis Nanda Internasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Darotin, R., Nurdiana, & Nasution, H. tina. (2017). ANALISIS FAKTOR


PREDIKTOR MORTALITAS STROKE HEMORAGIK DI RUMAH SAKIT
DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER. 2(2).

Hoy, D. G., Rao, C., Hoa, N. P., Suhardi, S., & Lwin, A. M. M. (2013). Stroke
mortality variations in South-East Asia: Empirical evidence from the field.
International Journal of Stroke, 8(100 A), 21–27.
https://doi.org/10.1111/j.1747-4949.2012.00903.x

Id, J. D. M. V., Id, M. M., Nijland, R. H. M., Goedhart, Q. S., Konijnenbelt, M.,
Mulder, H., … Kwakkel, G. (2019). Caregiver-mediated exercises with e-
health support for early supported discharge after stroke ( CARE4STROKE ):
A randomized controlled trial. 8, 1–14.

Ilunga, D., Bennett, C., & Franklin, C. (2017). Effects of walking trainings on
walking function among stroke survivors : a systematic review. (October
2016). https://doi.org/10.1097/MRR.0000000000000250

Marlina. (2011). PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUDZA BANDA ACEH


Effect of Exercise ROM on Muscle Strength Improvement of Ischemic Stroke
Patients in RSUDZA Banda Aceh Marlina Stroke adalah kerusakan fungsi
saraf akibat kelainan vascular yang berlangsung lebih dari 24 jam. III(1), 11–
20.

Rand, M. L., & Darbinian, J. A. (2015). Effect of an Evidence-Based Mobility


Intervention on the Level of Function in Acute Intracerebral and Subarachnoid
Hemorrhagic Stroke Patients on a Neurointensive Care Unit. Archives of
Physical Medicine and Rehabilitation, 96(7), 1191–1199.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2015.02.008

6
Udani, G. (2013). Faktor resiko kejadian stroke. VI(1), 49–57.

Yelnik, A. P., Quintaine, V., Andriantsifanetra, C., Wannepain, M., Reiner, P.,
Marnef, H., … Group, A. (2016). AMOBES (Active Mobility Very Early After
Stroke). 400–405. https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.116.014803

Darotin, R., Nurdiana, & Nasution, H. tina. (2017). ANALISIS FAKTOR PREDIKTOR
MORTALITAS STROKE HEMORAGIK DI RUMAH SAKIT DAERAH dr.
SOEBANDI JEMBER. 2(2).

Hoy, D. G., Rao, C., Hoa, N. P., Suhardi, S., & Lwin, A. M. M. (2013). Stroke mortality
variations in South-East Asia: Empirical evidence from the field. International
Journal of Stroke, 8(100 A), 21–27. https://doi.org/10.1111/j.1747-
4949.2012.00903.x

Id, J. D. M. V., Id, M. M., Nijland, R. H. M., Goedhart, Q. S., Konijnenbelt, M., Mulder,
H., … Kwakkel, G. (2019). Caregiver-mediated exercises with e-health support for
early supported discharge after stroke ( CARE4STROKE ): A randomized controlled
trial. 8, 1–14.

Ilunga, D., Bennett, C., & Franklin, C. (2017). Effects of walking trainings on walking
function among stroke survivors : a systematic review. (October 2016).
https://doi.org/10.1097/MRR.0000000000000250

Marlina. (2011). PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUDZA BANDA ACEH Effect of
Exercise ROM on Muscle Strength Improvement of Ischemic Stroke Patients in
RSUDZA Banda Aceh Marlina Stroke adalah kerusakan fungsi saraf akibat kelainan
vascular yang berlangsung lebih dari 24 jam. III(1), 11–20.

Rand, M. L., & Darbinian, J. A. (2015). Effect of an Evidence-Based Mobility Intervention


on the Level of Function in Acute Intracerebral and Subarachnoid Hemorrhagic
Stroke Patients on a Neurointensive Care Unit. Archives of Physical Medicine and
Rehabilitation, 96(7), 1191–1199. https://doi.org/10.1016/j.apmr.2015.02.008

Udani, G. (2013). Faktor resiko kejadian stroke. VI(1), 49–57.

Yelnik, A. P., Quintaine, V., Andriantsifanetra, C., Wannepain, M., Reiner, P., Marnef, H.,
… Group, A. (2016). AMOBES (Active Mobility Very Early After Stroke). 400–405.
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.116.014803

7
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

EFFECT OF AN EVIDENCE-BASED MOBILITY INTERVENTION ON THE


LEVEL OF FUNCTION IN ACUTE INTRACEREBRAL AND SUBARACHNOID
HEMORRHAGIC STROKE PATIENTS ON A NEUROINTENSIVE CARE UNIT

IDENTITAS PENULIS

Nama : APRILLYANTI IZZAH

Email : APRILLYANTIIZZAH599@GMAIL.COM

NIM : 201610420311009

No. HP : 08125871466

Dengan ini saya menyatakan bahwa essay dengan judul tersebut di atas merupakan karya
original, dan tidak mengandung unsur plagiarisme di dalamnya. Jika terbukti terdapat
pelanggaran di dalam tulisan tersebut, maka saya siap bertanggung jawab.

Malang, 18 November 2019


Penulis

Aprillyanti Izzah

Anda mungkin juga menyukai