BANYUMAS
OLEH :
VENA NATHANIELA
1811040062
A. PENGERTIAN
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan
dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas (Kusharyadi, 2010).
Reumatik atau Artritis adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Rhemathoid
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya.
Pada umumnya selain gejala artikular, Artritis Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala
konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular
lainnya (Nugroho, 2012).
Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan, kekakuan dan
kemerahan pada sendi. Akibat Artritis, timbul inflamasi 15 umum yang dikenal sebagai
Artritis Rhemathoid yang merupakan penyakit autoimun (Nugroho, 2012).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
E. PATOFISIOLOGI
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi
yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai
sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun
(Nugroho, 2012).
Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder.
Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif. Sinovitis
dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago
artikuler yang 21 mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat
(Nugroho, 2012). Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem imun
terhadap antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik (Nugroho,
2012).
Suatu antigen penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada membran sinovial
akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentuknya makrofag.
Makrofag akan meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang
proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan
antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi
secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun ini akan mengaktivasi
sistem komplemen C5a (Nugroho, 2012).
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan
permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan
monosit kearah lokasi tersebut (Nugroho, 2012). Fagositosi komplek imun oleh sel radang
akan disertai pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin,
prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen
bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan viskositas cairan 22 sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga
merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2012).
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell
yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta
aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho, 2012). Masuknya
sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan komplek imun menyebabkan
terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis
Artritis Rhemathoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblast
yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis
pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya
banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012).
F. PATHWAYS
G. KOMPLIKASI
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
H. PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan pertama yang
harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antar pasien
dengan keluargannya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik ini agaknya 26 akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien
untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama (Nugroho, 2012).
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS
diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi.
c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi
akibat Artritis Rhemathoid.
d. Riwayat penyakit alamiah
Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat
monosiklik (hanya mengalami satu episode dan selanjutnya akan mengalami remisi
sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini
sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat
(jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita Artritis Rhemathoid yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada
setiap eksaserbasi.
DAFTAR PUSTAKA