Anda di halaman 1dari 20

SALINAN

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 125 TAHUN 2019

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 212 TAHUN 2016


TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENYEDIA JASA LAINNYA ORANG
PERORANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan,


Peraturan Gubernur Nomor 212 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 249 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 212 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Penyedia Jasa Lainnya Orang
Perorangan perlu diubah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Gubernur Nomor 212 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan


Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 93);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58);

3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 33);
2

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS


PERATURAN GUBERNUR NOMOR 212 TAHUN 2016 TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN PENYEDIA JASA LAINNYA ORANG
PERORANGAN.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 212 Tahun


2016 tentang Pedoman Pengelolaan Penyedia Jasa Lainnya Orang
Perorangan (Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Tahun 2016 Nomor 72134) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Gubernur Nomor 249 Tahun 2016 (Berita Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2016 Nomor 72146) diubah
sebagai berikut :

1. Ketentuan angka 1, angka 5, angka 7, angka 14, angka 15 dan angka 20


Pasal 1 diubah, di antara angka 15b dan angka 16 Pasal 1 disisipkan
2 (dua) angka yakni angka 15c dan angka 15d, serta ditambah 2
(dua) angka yakni angka 24 dan angka 25, sehingga berbunyi
sebagai berikut :

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah


sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta.

3a. Inspektorat adalah Inspektorat Provinsi Daerah Khusus Ibukota


Jakarta.

3b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya


disebut Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

4. Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disingkat BKD


adalah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

5. Badan Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat


BPKD adalah Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.

6. Badan Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya


disingkat BPPBJ adalah Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan
Jasa Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik yang selanjutnya


disebut Diskominfotik adalah Dinas Komunikasi, Informatika dan
Statistik Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
8. Biro Organisasi dan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disebut
Biro ORB adalah Biro Organisasi dan Reformasi Birokrasi Sekretariat
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

8a. Biro Hukum adalah Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.

9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD


adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

10.Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat UKPD


adalah Unit Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

11.Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu


yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem
tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau
penyediaan jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan pengadaan barang.

12.Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan yang selanjutnya


disebut Penyedia Jasa Lainnya adalah orang perseorangan yang
diperoleh melalui proses pemilihan pengadaan penyedia jasa dan
mengikatkan dini melalui perikatan untuk jangka waktu tertentu
guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD/UKPD.

13.Pengadaan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan yang


selanjutnya disebut Pengadaan Penyedia Jasa Lainnya adalah
kegiatan untuk memperoleh penyedia jasa lainnya orang
perorangan oleh SKPD/UKPD yang prosesnya dimulai dani
perencanaan kebutuhan, pengumuman, verifikasi data dan
dokumen serta seleksi guna memperoleh penyedia jasa lainnya
yang berkompeten sesuai dengan hasil penghitungan analisis
beban kerja SKPD/UKPD.

14.Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga


negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

15.Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya


disingkat PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil
Negara berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

15a. Pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan


dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidikan
pada perguruan tinggi.

15b.Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan


dini dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

15c. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat


pemegang kewenangan penggunaan anggaran SKPD/UKPD.
15d. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan
PA dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD/UKPD.

16.Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK


adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/ KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran
belanja daerah.

17.Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk


melaksanakan pengadaan langsung.

18.Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat


PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan
satu atau beberapa kegiatan dani suatu program sesuai dengan
bidang tugasnya.

19.Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat


PjPHP adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel
yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa.

20. Analisis Beban Kerja adalah suatu teknis untuk menentukan


jumlah dan jenis pekerjaan suatu unit organisasi/pemegang
jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
metode tertentu (BKN).

21. Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan terhadap


calon tenaga kerja yang akan diterima atau ditolak untuk menjadi
Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan oleh SKPD/UKPD.

22. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Pejabat Pembina


Kepegawaian yang selanjutnya disebut SPTJM PPK adalah surat
pernyataan Gubernur yang menjamin kebenaran data tenaga
honorer kategori II yang tidak lulus seleksi.

23. Bank adalah PT Bank DKI.

24. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami


keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/ atau sensorik. dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak.

25. Electronic Budgeting yang selanjutnya disebut e-Budgeting adalah


proses penyusunan perencanaan dan penganggaran APBD melalui
sistem informasi elektronik.

2. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 5

(1) Pengadaan penyedia Jasa Lainnya diselenggarakan dengan


prin sip :

a. terikat jangka waktu tertentu;

b. kejelasan dan/atau kepastian kedudukan; dan


c. non diskriminatif.

(2) Jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a adalah masa pelaksanaan pekerjaan bagi Penyedia Jasa
Lainnya paling lama 1 (satu) tahun anggaran berjalan.

(3) Kejelasan dan/atau kepastian kedudukan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah pengadaan Penyedia Jasa
Lainnya tidak untuk mengisi formasi Calon PNS dan/ atau PPPK
dan tidak untuk diangkat menjadi Calon PNS dan/ atau PPPK.

(4) Non diskriminatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


adalah setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
bekerja sebagai Penyedia Jasa Lainnya.

3. Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 5A


sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 5A

(1) Prinsip Non diskriminatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


ayat (1) huruf c diimplementasikan dalam bentuk penyediaan
formasi untuk Penyandang Disabilitas sebanyak 2% (dua persen)
dani jumlah kebutuhan Penyedia Jasa Lainnya pada SKPD/
UKPD.

(2) Apabila formasi yang tersedia bagi Penyandang Disabilitas


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, maka
dapat diisi oleh Penyedia Jasa Lainnya sesuai kebutuhan.

4. Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 7A


sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 7A

Jenis dan kualifikasi pekerjaan yang dapat diisi oleh Penyandang


Disabilitas ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

5. Ketentuan ayat (1) Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 9

(1) Besaran upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)


huruf a merupakan hasil negosiasi dengan berpedoman paling
sedikit pada upah minimum provinsi tahun berjalan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Besaran upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan


dengan Keputusan Gubernur.

(3) Cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b


diberikan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

a. lamanya cuti dalam masa perikatan adalah 12 (dua belas) hari


kerj a;

b. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dikecualikan


bagi Penyedia Jasa Lainnya yang membutuhkan cuti karena
persalinan dan kecelakaan kerja; dan
c. cuti karena persalinan dan kecelakaan kerja sebagaimana
dimaksud pada huruf b diberikan untuk paling lama 3 (tiga)
bulan.

(4) Jaminan kesehatan dan jaminan sosial ketenagakerjaan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c dan huruf d diberikan
melalui keikutsertaan dalam kepesertaan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. terhadap kepesertaan jaminan kesehatan:

1.Penyedia Jasa Lainnya yang memperoleh upah 1 x UMP


maka iuran kepesertaan jaminan kesehatan akan dibayarkan
sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah; atau

2. Penyedia Jasa Lainnya yang memperoleh upah lebih dani 1


x UMP maka iuran kepesertaan jaminan kesehatan akan
dibayarkan oleh Pemerintah Daerah sebesar 3% (tiga persen)
sedangkan sisanya sebesar 2% (dua persen) dibayarkan oleh
Penyedia Jasa Lainnya.

b. terhadap kepesertaan jaminan sosial ketenagakerjaan, iuran


kepesertaan jaminan sosial ketenagakerjaan akan dibayarkan
sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah.

(5) Dalam rangka memberikan apresiasi kepada Penyedia Jasa


Lainnya dapat diberikan upah ke-13 sesuai dengan kemampuan
keuangan Daerah.

6. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 10

(1) Dalam pelaksanaan proses pembayaran upah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 9 ayat (1) Kepala SKPD/UKPD mengajukan
pembayaran upah Penyedia Jasa Lainnya kepada Kepala BPKD
paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulan melalui sistem
informasi Penyedia Jasa Lainnya.

(2) BPKD memverifikasi kesesuaian kode rekening dan anggaran


terhadap daftar gaji yang diajukan oleh SKPD/UKPD.

(3) Pembayaran upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


dilaksanakan oleh SKPD/UKPD kepada Penyedia Jasa Lainnya
secara non tunai melalui transfer Bank paling lambat tanggal
5 (lima) setiap bulan.

(4) Pembayaran upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


pada bulan berikutnya terhitung mulai tanggal Penyedia Jasa
Lainnya bekerja.

(5) Untuk menjamin kelancaran dan tertib administrasi pembayaran


upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Penyedia Jasa
Lainnya harus membuka dan memiliki rekening Bank.

(6) Pembayaran upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


sesuai dengan data dan informasi Penyedia Jasa Lainnya dalam
sistem informasi Penyedia Jasa Lainnya.
7

7. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12

(1) Pengadaan Penyedia Jasa Lainnya diselenggarakan sesuai dengan


proses pengadaan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(2) Pengadaan Penyedia Jasa Lainnya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan berdasarkan perhitungan analisa beban
kerja dan rumpun pekerjaan yang dikoordinasikan oleh Biro ORB.

(3) Dalam hal SKPD/UKPD menyelenggarakan pengadaan Penyedia


Jasa Lainnya, maka SKPD/UKPD wajib memasukkan data kebutuhan
anggaran dalam sistem e-Budgeting yang dikoordinasikan oleh
BPKD.

(4) SKPD/UKPD dapat mendistribusikan Penyedia Jasa Lainnya


berdasarkan analisa beban kerja dan rumpun pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 15

(1) Dalam rangka tertib administrasi pelaksanaan pengadaan Penyedia


Jasa Lainnya, PA/KPA menetapkan PjPHP.

(2) PjPHP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas :

a. melakukan pemeriksaan administratif hasil pekerjaan;

b. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima


hasil pekerjaan; dan

c. melaporkan hasil penilaian pekerjaan Penyedia Jasa Lainnya


setiap bulan kepada PA/KPA.

9. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 17

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya setiap Penyedia Jasa


Lainnya diberikan penilaian prestasi kerja secara obyektif, adil
dan transparan.

(2) PPK memberikan kewenangan kepada PPTK untuk melakukan


penilaian prestasi kerja kepada Penyedia Jasa Lainnya.

(3) Penilaian prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh PPTK dan disampaikan kepada PPK paling lambat
tanggal 2 (dua) setiap bulan mengacu pada format sebagaimana
yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dani Peraturan Gubernur mi.

(4) Penyampaian penilaian prestasi kerja sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dilakukan melalui sistem informasi penyedia jasa
lainya.

(5) PPTK yang diberikan kewenangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) wajib melaksanakan penilaian prestasi kerja.
(6) Terhadap PPTK yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(7) Unsur penilaian prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) sebagai berikut :

a. disiplin kehadiran;
b. tanggung jawab penyelesaian pekerjaan; dan
c. kepatuhan terhadap kewajiban dan larangan
(8) Hasil penilaian prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terbagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu :

a. kategori baik dengan nilai sebesar 75 (tujuh puluh lima)


sampai dengan 100 (seratus); dan
b. kategori buruk dengan nilai sebesar kurang dani 75 (tujuh
puluh lima).

10.Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 19

Dalam hal Penyedia Jasa Lainnya cuti karena persalinan dan/atau


kecelakaan kerja, maka tidak dikenakan pemotongan atas upah
bulanan.

11.Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 20

(1) Dalam hal SKPD/UKPD menyelenggarakan Penyediaan Jasa


Lainnya, maka SKPD/UKPD wajib memasukkan data dan informasi
Penyedia Jasa Lainnya ke dalam sistem informasi Penyedia Jasa
Lainnya yang terintegrasi dengan sistem e-Budgeting dan data
kependudukan dan catatan sipil nasional.

(2) Sistem informasi Penyedia Jasa Lainnya sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dikelola BKD dan Diskominfotik.

(3) Dalam pengelolaan sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


BKD memiliki kewajiban operasional untuk :
a. mengaktifkan user SKPD/UKPD pada Sistem informasi Penyedia
Jasa Lainnya;
b. melakukan pembaharuan data referensi rumpun jenis pekerjaan;
c. melakukan pembaharuan referensi upah; dan
d. menyediakan data Penyedia Jasa Lainnya untuk kebutuhan
informasi pimpinan.
(4) Diskominfotik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki
kewajiban teknis untuk :

a. pengembangan sistem informasi;


b. fasilitasi infrastruktur sistem informasi;
c. menindaklanjuti laporan gangguan sistem dan jaringan; dan
d. pendampingan implementasi sistem.
(5) Untuk melaksanakan operasional dalam pengelolaan sistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) BKD dapat melakukan
koordinasi dengan:

a. BPKD terkait standar upah Penyedia Jasa Lainnya dan integrasi


sistem e-Budgeting;

b. Biro ORB terkait jenis rumpun pekerjaan dan beban kerja Penyedia
Jasa Lainnya;

c. BPPBJ terkait mekanisme pengadaan barang/jasa; dan

d. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Daerah Khusus


Ibukota Jakarta terkait integrasi data dengan data kependudukan
dan catatan sipil nasional.

12. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 23

Penyedia Jasa Lainnya dapat diputus perikatannya oleh PPK sebelum


masa perikatan selesai apabila Penyedia Jasa Lainnya :

a. tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;

b. penilaian prestasi kerja selama 1 (satu) bulan masuk dalam


kategori buruk;

c. tidak masuk kerja lebih dani 5 (lima) hari kerja tanpa keterangan
yang jelas selama masa perikatan;

d. cuti lebih dani 12 (dua belas) hari kerja selama masa perikatan;

e. tidak masuk kerja melebihi batas waktu cuti bersalin selama 3


(tiga) bulan;

f. terlambat masuk kerja, pulang cepat dan/atau meninggalkan


tugas/kantor pada jam kerja yang perhitungannya sama dengan
tidak masuk kerja 5 (lima) hari tanpa alasan;

g. melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang


dan/atau barang milik Daerah;

h. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga


merugikan Daerah;

i. mabuk karena minuman beralkohol, memakai dan/atau


mengedarkan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya,
selama di dalam ataupun di luar lingkungan kerja;

j. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di dalam maupun di


luar lingkungan kerja;

k. menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman


sekerja atau atasan di dalam maupun di luar lingkungan kerja;

1. membujuk teman sekerja atau atasan untuk melakukan


perbuatan yang bertentangan dengan peraturan;
10

m. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam


keadaan bahaya barang milik Daerah yang menimbulkan kerugian
bagi Daerah;

n. membongkar atau membocorkan rahasia Daerah yang seharusnya


dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Daerah;

o. melakukan tindak pidana dan berstatus sebagai tersangka;

p. menerima gratifikasi; dan/atau

q. melakukan praktik kolusi, korupsi dan nepotisme.

13. Ketentuan ayat (2) Pasal 29 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut :

Pasal 29

(1) Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan


kebijakan Penyedia Jasa Lainnya, dibentuk Tim Monitoring dan
Evaluasi dengan Keputusan Gubernur.

(2) Keanggotaan Tim Monitoring dan Evaluasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri dan:

a. Unsur BKD;

b. Unsur Inspektorat;

c. Unsur Bappeda;

d. Unsur BPKD;

e. Unsur BPPBJ;

f. Unsur Diskominfotik;

g. Unsur Biro ORB;

h. Unsur Biro Hukum; dan

i. Unsur SKPD/UKPD lain yang ditunjuk.

14. Mengubah Lampiran II dan Lampiran III Peraturan Gubernur Nomor


212 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Penyedia Jasa
Lainnya Orang Perorangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Gubernur Nomor 249 Tahun 2016 sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dani Peraturan Gubernur mi.

15. Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Lampiran


Peraturan Gubernur Nomor 249 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Gubernur Nomor 212 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelola Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan dihapus.
11

Pasal II

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 November 2019

GUBERNUR DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA,

ttd

ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2019

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

ttd

SAEFULLAH

BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


TAHUN 2019 NOMOR 72037

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

YAW y,Q_HANAH
NIP 19650824 1 994032003
Lampiran I : Peraturan Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor 125 TAHUN 2019


Tanggal 19 November 2019

(KOP SURAT SKPD/UKPD)

SURAT PERINTAH KERJA SATUAN KERJA :


(SPK) Nomor dan Tanggal SPK: tanggal

Halaman 1 dani
Nomor dan Tanggal Surat Undangan Pengadaan
PAKET PEKERJAAN : PENYEDIA Langsung * :
JASA LAINNYA PERORANGAN ,
Nomor dan Tanggal Berita Acara Hashl Pengadaan
*(tulis jenis pekerjaan) Langsung :
,
SUMBER DANA: DPA *(tulis nama SKPD/UKPD) Tahun Anggaran
Kode Rekening Anggaran :
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN : s.d.

NILAI PEKERJAAN

HARGA
NO Uraian Pekerjaan VOLUME SATUAN TOTAL (Rp)
SATUAN (Rp)
1 Pengadaan Jasa Lainnya Bulan
Perorangan:

*(tulis jenis pekerjaan)


Jumlah ,-

Nilai
,-

INSTRUKSI KEPADA PENYEDIA JASA LAINNYA PERORANGAN:


Penagihan hanya dapat dilakukan setelah penyelesaian pekerjaan yang diperintahkan
dalam SPK mi. Selain tunduk kepada ketentuan dalam SPK ini, Penyedia Jasa Lainnya
Perorangan berkewajiban untuk mematuhi Syarat Umum SPK terlampir.

Pejabat Pembuat Komitmen Untuk dan atas nama


, Penyedia Jasa Lainnya Perorangan
Pekerja
*(tulis jenis pekerjaan)

NIP. NIK. **)

*) Nomor pengumuman pengadaan


**) NIK : Nomor Induk Kependudukan
2

SYARAT UMUM
SURAT PERINTAH KERJA (SPK)

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Penyedia Jasa wajib melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sebagai


berikut :

a.
b.
c. dst

2. HUKUM YANG BERLAKU

Keabsahan, interprestasi dan pelaksanaan SPK ini didasarkan kepada


peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
6. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
8. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
9. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
10.Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2013 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Gubernur Nomor 161 Tahun 2014; dan
11.Peraturan Gubernur Nomor 107 Tahun 2014 tentang Kesamaan
Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Disabilitas.

3. KEDUDUKAN

Penyedia Jasa dimaksudkan tidak untuk mengisi formasi Calon PNS dan/atau
PPPK dan tidak untuk diangkat menjadi Calon PNS dan/atau PPPK.
3

4. HARGA SPK/UPAH

1. PPK membayar kepada Penyedia jasa atas pelaksanaan pekerjaan dalam


SPK sebesar Rp. setiap bulan.

2. Pembayaran upah dilakukan secara non tunai melalui transfer paling


lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada:
a. Nama
b. NIK
c. No. Rekening
d. BANK DKI : Cabang

5. JADWAL

a. SPK ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan oleh para pihak atau
pada tanggal yang ditetapkan dalam SPMK.
b. Waktu pelaksanaan SPK adalah sejak tanggal mulai kerja yang tercantum
dalam SPMK.
c. Penyedia jasa harus menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang
ditentukan.
d. Apabila penyedia jasa berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
sesuai jadwal karena keadaan di luar pengendaliannya dan penyedia jasa
telah melaporkan kejadian tersebut kepada PPK, maka PPK dapat
melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas penyedia jasa dengan
addendum SPK.

6. URAIAN TUGAS

(Tuliskan uraian tugas yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa)

7. HAK DAN KEWAJIBAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


a. Hak
1) Mendapatkan laporan hasil pelaksanaan dan penilaian prestasi kerja.
2) Memotong pembayaran upah bagi Penyedia jasa yang berhalangan kerja
sesuai dengan ketentuan pemotongan upah.
3) Memutus Perikatan sebelum masa perikatan selesai sesuai dengan
ketentuan pemutusan perikatan.

b. Kewaj iban
1) Membayarkan upah kepada Penyedia Jasa;
2) Memverifikasi dan memvalidasi data Penyedia Jasa; dan
3) Menyimpan seluruh laporan hasil penilaian prestasi kerja.

8. HAK, KEWAJIBAN, LARANGAN PENYEDIA JASA

a. Hak
1. upah;
2. cuti;
3. jaminan kesehatan; dan
4. jaminan sosial ketenagakerjaan.
4

b. Kewajiban
1) setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
Negara dan Pemerintah;
2) mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau
dini sendiri;
3) menjunjung tinggi kehormatan atau martabat Negara dan Pemerintah;
4) menyimpan rahasia Negara dan rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;
5) memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan baik langsung yang
menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;
6) melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dengan penuh
pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab;
7) bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan semangat untuk kepentingan
Negara;
8) menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
9) menaati ketentuan jam kerja yang berlaku di lingkungan SKPD / UKPD;
10)menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
11)menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya; dan
12) memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

c. Larangan
1) menyalahgunakan wewenang;
2) menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/ atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3) memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewa atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat
berharga milik negara secara tidak sah;
4) menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dani siapapun juga
yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
5) melakukan suatu tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme; dan
6) Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani.

9. CUTI

Penyedia Jasa Lainnya Perorangan diberikan cuti dengan ketentuan sebagai


berikut :
a. lamanya cuti dalam masa perikatan adalah 12 (dua belas) hari kerja;
b. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dikecualikan bagi Penyedia
Jasa Lainnya Perorangan yang membutuhkan cuti karena persalinan dan
kecelakaan kerja; dan
c. cuti karena persalinan dan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud pada
huruf b diberikan untuk paling lama 3 (tiga) bulan.
5

10. JAMINAN KESEHATAN DAN KETENAGAKERJAAN

a. Jaminan Kesehatan
• Penyedia Jasa yang memperoleh upah sebesar 1 x UMP maka iuran
kepesertaan BPJS kesehatan sebesar 5% akan dibayarkan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta *)
• Penyedia Jasa yang memperoleh upah sebesar lebih dani 1 x UMP maka
iuran kepesertaan BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan sebesar 3% akan
dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sementara sisanya
sebesar 2% dibayarkan oleh penyedia jasa lainnya perorangan *)
*) pilih salah satu

b. Jaminan Sosial Ketenagakerjaan


Iuran kepesertaan jaminan sosial ketenagakerjaan akan dibayarkan
sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah

11. APRESIASI KEPADA PENYEDIA JASA LAINNYA PERORANGAN

Dalam rangka memberikan apresiasi kepada Penyedia Jasa Lainnya Perorangan


dapat diberikan upah ke-13 sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah.

12. JAM KERJA


a. (Disesuaikan dengan jam kerja pada SKPD/UKPD masing-masing).
b. Penyedia Jasa bekerja lebih dani jam kerja yang telah ditetapkan maka
kelebihan jam kerja dimaksud tidak diperhitungkan sebagai kelebihan jam
kerja dan/atau lembur.

13. PAKAIAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN KERJA

a. Penyedia Jasa menggunakan pakaian kerja dengan ketentuan sebagai


berikut :
- ....(diisi sesuai dengan ketentuan pakaian kerja Penyedia Jasa pada
masing-masing SKPD)

- Dst

b. Peralatan dan Perlengkapan Kerja Penyedia Jasa (diisi apabila SKPD/UKPD


memberikan peralatan dan perlengkapan kerja kepada Penyedia Jasa)

- Dst
6

14. PEMOTONGAN UPAH

a. Dalam hal Penyedia Jasa Lainnya Perorangan yang tidak masuk kerja
tanpa keterangan, maka dikenakan potongan upah sebesar :

jurniah had tidalcmasuk)


x besarari upah bulanan
Jurniah hari kerja

b. Dalam hal Penyedia Jasa Lainnya cuti karena persalinan dan/atau


kecelakaan kerja, maka tidak dikenakan pemotongan atas upah bulanan.

15. PEMUTUSAN SPK

Pemutusan SPK dapat dilakukan apabila penyedia jasa terbukti :


a. tidak menaati kewajiban dan larangan bagi Penyedia Jasa Lainnya
Perorangan;
b. penilaian prestasi kerja selama 1 (satu) bulan masuk dalam kategori
buruk;
c. tidak masuk kerja lebih dani 5 (lima) hari kerja tanpa keterangan yang
jelas selama masa perikatan;
d. cuti lebih dani 12 (dua belas) hari kerja selama masa perikatan;
e. tidak masuk kerja melebihi batas waktu cuti selama 3 (tiga) bulan bagi
Penyedia Jasa Lainnya Perorangan yang mengalami kecelakaan kerja
dan/atau persalinan;
f. terlambat masuk kerja, pulang cepat dan/atau meninggalkan
tugas/kantor pada jam kerja yang perhitungannya sama dengan tidak
masuk kerja 5 (lima) hari tanpa alasan;
g. melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang dan/atau
barang milik Daerah;
h. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
Daerah;
i. mabuk karena minuman beralkohol, memakai dan/atau mengedarkan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, selama di dalam ataupun
di luar lingkungan kerja;
melakukan perbuatan asusila atau perjudian di dalam maupun di luar
lingkungan kerja;
k. menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman sekerja
atau atasan di dalam maupun di luar lingkungan kerja;
1. membujuk teman sekerja atau atasan untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan;
m. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik Daerah yang menimbulkan kerugian bagi Daerah;
n. membongkar atau membocorkan rahasia Daerah yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Daerah;
o. melakukan tindak pidana dan berstatus sebagai tersangka;
p. menerima gratifikasi; dan/atau
q. melakukan praktik kolusi, korupsi dan nepotisme.
7

16. TATA CARA PEMUTUSAN PERIKATAN

a. Penyedia jasa yang diduga melakukan pelanggaran dipanggil secara


tertulis untuk dilakukan pemeriksaan oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK) yang bersangkutan.
b. Pemanggilan terhadap Penyedia jasa yang diduga melakukan pelanggaran
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah laporan/ aduan pelanggaran
dilakukan.
c. Apabila pada tanggal pemeriksaan Penyedia jasa tidak hadir maka
dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah
pemanggilan pertama.
d. Apabila pada pemanggilan kedua yang bersangkutan tidak hadir maka
Penyedia jasa tersebut dapat diputus kontraknya oleh PPK walaupun
masa kontraknya belum selesai berdasarkan bukti-bukti yang ada tanpa
dilakukan pemeriksaan.
e. Hasil pemeriksaan wajib dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan
dan dilaporkan secara berjenjang kepada Kepala SKPD / UKPD melalui
PPK.
f. PPK dapat menetapkan pemutusan kontrak Penyedia Jasa yang
melakukan pelanggaran berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dan
Rekomendasi dani Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Penyedia
Jasa Lainnya tersebut.

g. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) memverifikasi dan memeriksa


kebenaran bukti dan/atau laporan pelanggaran yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa sesuai dengan tata cara yang diatur di dalam peraturan
Gubernur yang mengatur mengenai Penyedia Jasa Lainnya Perorangan.

17. KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)

a. Yang dimaksud dengan keadaan kahar (force majeure) adalah suatu


kejadian yang terjadi di luar kehendak para pihak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam
surat perjanjian ini menjadi tidak dapat dipenuhi.
b. Yang termasuk keadaan kahar (force majeure) meliputi bencana alam,
keadaan perang, huru hara, kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
keuangan dan ekonomi yang secara langsung mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan.
c. Apabila terjadi keadaan kahar (force majeure) yang mengakibatkan
Penyedia Jasa Lainnya Perorangan tidal( dapat melaksanakan tugasnya
maka dibebaskan dani tugas dan kewajibannya serta tidak dikenakan
sanksi.
d. Penyedia Jasa Lainnya Perorangan wajib memberitahukan keadaan kahar
(force majeure) kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)/ atasan
langsungnya.
8

18. PENYELESAIAN SENGKETA

a. PPK dan Penyedia berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh


menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dani atau
berhubungan dengan SPK ini atau interpretasinya selama atau setelah
pelaksanaan pekerjaan.
b. Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka
perselisihan akan diselesaikan melalui Pengadilan dan PPK dan Penyedia
sepakat memilih kedudukan hukum/domisili tetap di Pengadilan Negeri
Jakarta.

Pejabat Pembuat Komitmen Untuk dan atas nama


, Penyedia Jasa Lainnya Perorangan
Pekerja
(tulis jenis pekerjaan)

NIP. NIK.

GUBERNUR DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA,

ttd

ANIES BASWEDAN
Lampiran II : Peraturan Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor 125 TAHUN 2019


Tanggal 19 November 2019

FORMAT PENILAIAN PRESTASI KERJA

Nomor

Nama
NIK
Jenis Pekerjaan
Tempat Tugas

No. Unsur Penilaian Nilai Kategori Penilaian


0 - 100 Baik Buruk
1 Disiplin Apabila kehadiran Apabila kehadiran
Kehadiran Penyedia Jasa Lainnya
Penyedia Jasa Lainnya
Perorangan di atas 75%
Perorangan di bawah
75%
2 Tanggung Apabila Penyedia Jasa Apabila Penyedia Jasa
Jawab Lainnya Perorangan Lainnya Perorangan
Penyelesaian dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan
Pekerjaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan sesuai
tugas dan tanggung dengan tugas dan
jawabnya di atas 75% tanggung jawabnya di
bawah 75%
3 Kepatuhan Apabila Penyedia Jasa Apabila Penyedia Jasa
Terhadap Lainnya tidak Lainnya melanggar
Kewajiban dan melakukan pelanggaran salah satu kewajiban
Larangan terhadap kewajiban dan larangan
dan larangan

Jakarta,

Pejabat/Panitia Penerima Hasil


Pekerjaan,

GUBERNUR DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA,

ttd

ANIES BASWEDAN

Anda mungkin juga menyukai