Anda di halaman 1dari 2

Sifat Shalat Nabi (37): Posisi Kaki Saat Sujud,

Dirapatkan atau Direnggangkan?


rumaysho.com/16967-sifat-shalat-nabi-37-posisi-kaki-saat-sujud-dirapatkan-atau-direnggangkan.html

December 21, 2017

Apakah kedua kaki dirapatkan atau direnggangkan saat sujud?

Ada hadits dari Abu Humaid radhiyallahu ‘anhu, ia berkata mengenai sifat shalat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫َوإَِذا َﺳَﺠَﺪ ﻓَﱠﺮَج َﺑْﯿَﻦ ﻓَِﺨَﺬْﯾِﻪ َﻏْﯿَﺮ َﺣﺎِﻣٍﻞ َﺑْﻄﻨَُﻪ َﻋﻠَﻰ َﺷْﻰٍء ِﻣْﻦ ﻓَِﺨَﺬْﯾِﻪ‬

“Ketika sujud, ia merenggangkan kedua pahanya dan menjauhkan perut dari pahanya.”
(HR. Abu Daud, no. 735. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil, no. 358, 2:80, menyatakan
bahwa hadits ini dha’if. Sedangkan Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini
shahih.)

Yang dimaksud membuka pahanya adalah merenggangkan (membuka) pula lutut dan
kakinya. Kata Imam Asy-Syaukani rahimahullah, dalil di atas menunjukkan dianjurkannya
membuka paha ketika sujud dan tidak mendekatkan perut dan paha. Seperti ini tidak ada
beda pendapat. Demikian kata beliau dalam Nail Al-Authar, 3:204.

Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa disunnahkan merenggangkan dua
lutut dan kakinya saat sujud. Membuka yang dimaksud menurut ulama Syafi’iyah adalah
sejarak satu jengkal. Lihat bahasan Imam Nawawi dalam Al-Majmu’, 3:282.

Sedangkan ulama lainnya menyatakan bahwa yang disunnahkan adalah merapatkan


kedua kaki saat sujud. Yang berpendapat seperti ini adalah Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin dan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahumallah. Mereka yang
berpendapat seperti ini berdalil dengan apa yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin
Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

، ‫ﺻﺎِﺑِﻌِﻪ اﻟﻘِْﺒﻠَِﺔ‬ َ َ َ ‫ﱠ‬ َ ‫َﻓَﻘْﺪُت َرُﺳﻮَل اِﷲ ﱠ ُﱠ‬


َ ‫ ُﻣْﺴﺘَْﻘِﺒًﻼ ِﺑﺄْﻃَﺮاِف أ‬، ‫ﺻﺎ َﻋﻘَِﺒْﯿِﻪ‬‫ َرا‬، ً‫ َﻓَﻮَﺟْﺪُﺗُﻪ َﺳﺎِﺟﺪا‬، ‫ﺻﻠﻰ اﷲ َﻋﻠْﯿِﻪ َوَﺳﻠَﻢ َوَﻛﺎَن َﻣِﻌﻲ َﻋﻠﻰ ﻓَِﺮاِﺷﻲ‬
َ
ُ
: ‫َﻓَﺴِﻤْﻌُﺘُﻪ َﯾُﻘﻮل‬

“Aku mencari-cari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebelumnya beliau bersamaku di


ranjangku, ternyata aku dapati beliau dalam keadaan bersujud dengan menempelkan
kedua tumitnya sementara ujung jari jemari kakinya dihadapkan ke arah kiblat. Aku
mendengar beliau membaca,

َ ِْ َ ‫َ ُ َﱢ ُ ُ ﱠ‬ َ َْ َ ِ ُْ َ ِْ َ ِ َ َِ ُ ُ
َ

“Aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dengan maaf-Mu dari siksa-Mu, dengan-
Mu (aku berlindung) dari (azab)-Mu, aku memujimu dan aku tidak dapat meraih semua apa
yang ada pada-Mu.” (HR. Thahawi dalam kitab Bayan Musykil Al-Atsar, 1:104 dan Ibnu

1/2
Munzir dalam kitab Al-Ausath, no. 1401, Ibnu Khuzaimah dalam kitab ShahihNya, 1:328,
Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya, 5:260, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1:352, Al-
Baihaqi juga meriwayatkan darinya dalam kitab As-Sunan Al-Kubra, 2:167.)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menyatakan bahwa disunnahkan merapatkan


kedua kaki yaitu menempel, berbeda dengan kedua lutut dan kedua tangan. (Syarh Al-
Mumthi’, 3;122)

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath-Tharifi menyatakan bahwa tidak ada dalil tegas atau shahih dalam
hal ini. Sedangkan hadits ‘Aisyah tentang menempelkan tumit hanyalah pemahaman
sebagian perawi. Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa ‘Aisyah itu menyentuh kedua
telapak kaki Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini bukan berarti kedua telapak kaki beliau
menempel. Namun karena menyentuh yang satu, lalu yang kedua berdekatan, maka
disebut menyentuh kedua kaki. Bisa juga maknanya tangan satu menyentuh telapak kaki
yang kanan, sedangkan lengan tangan menyentuh telapak kaki yang kiri.

Kesimpulan dari Syaikh Ath-Tharifi hafizahullah, biarkan kedua telapak kaki sesuai
kebiasaannya tanpa bermaksud sengaja untuk merenggangkan atau merapatkannya.
(Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. 132-133)

Semoga bermanfaat.

Disusun di Perpus Rumaysho, 3 Rabi’uts Tsani 1439 H, Kamis pagi

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

2/2

Anda mungkin juga menyukai