Anda di halaman 1dari 3

Sifat Shalat Nabi (7): Bangkit dari Ruku

rumaysho.com/7078-sifat-shalat-nabi-7.html

March 30, 2014

Saat ini yang dibahas oleh Rumaysho.Com adalah bacaan yang ada saat bangkit dari ruku’
(i’tidal).

20- Kemudian mengangkat kepala, bangkit dari ruku’ sembari mengangkat kedua tangan.

21- Ketika bangkit sambil mengucapkan “sami’allahu liman hamidah”. Ini berlaku bagi imam
dan orang yang shalat sendirian.

Sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik disebutkan,


ُ
‫ َﻓُﻘﻮُﻟﻮا َرﱠﺑَﻨﺎ َوﻟََﻚ اْﻟَﺤْﻤُﺪ‬. ‫ َوإَِذا َﻗﺎَل َﺳِﻤَﻊ اﱠﷲ ﻟَِﻤْﻦ َﺣِﻤَﺪُه‬، ‫َوإَِذا َرَﻓَﻊ َﻓﺎْرَﻓُﻌﻮا‬

“Jika imam bangkit dari ruku’, maka bangkitlah. Jika ia mengucapkan ‘sami’allahu liman
hamidah (artinya: Allah mendengar pujian dari orang yang memuji-Nya) ‘, ucapkanlah
‘robbana wa lakal hamdu (artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji)’.” (HR. Bukhari
no. 689 dan Muslim no. 411)

22- Setiap orang mengucapkan “robbana wa lakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban
mubarokan fiih, mil-assamaa-i, wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du”.

Ucapan robbana wa lakal hamdu, bisa dipilih dari empat bacaan:

a- Allahumma robbanaa lakal hamdu. (HR. Muslim no. 404)

b- Allahumma robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 795)

c- Robbanaa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 722 dan Muslim no. 477)

d- Robbanaa wa lakal hamdu. (HR. Bukhari no. 689 dan Muslim no. 411).

Bacaan yang lebih lengkap ketika i’tidal (bangkit dari ruku’),

‫ض َوِﻣْﻞَء َﻣﺎ ِﺷْﺌَﺖ ِﻣْﻦ َﺷْﻰٍء َﺑْﻌُﺪ أَْﻫَﻞ اﻟﱠﺜَﻨﺎِء َواْﻟَﻤْﺠِﺪ َﻻ َﻣﺎِﻧَﻊ ﻟَِﻤﺎ أَْﻋَﻄْﯿَﺖ َوَﻻ ُﻣْﻌِﻄَﻰ ﻟَِﻤﺎ‬
ِ ‫اﻟﱠﻠُﻬﱠﻢ َرﱠﺑَﻨﺎ ﻟََﻚ اْﻟَﺤْﻤُﺪ ِﻣْﻞَء اﻟﱠﺴَﻤَﻮاِت َوِﻣْﻞَء اَﻷْر‬
‫َﻣﻨَْﻌَﺖ َوَﻻ َﯾْﻨﻔَُﻊ َذا اْﻟَﺠﱢﺪ ِﻣْﻨَﻚ اْﻟَﺠﱡﺪ‬

“Allahumma robbanaa lakal hamdu mil-assamawaati wa mil-al ardhi, wa mil-a maa syi’ta
min syai-in ba’du, ahlats tsanaa-i wal majdi, laa maani’a limaa a’thoita, wa laa mu’thiya lima
mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu (artinya: Ya Allah, Rabb kami, bagi-Mu
segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang Engkau kehendaki
setelah itu. Wahai Tuhan yang layak dipuji dan diagungkan. Tidak ada yang dapat
menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada pula yang dapat memberi apa yang
Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan bagi orang yang memiliinya, hanyalah dari-Mu
kekayaan itu)” (HR. Muslim no. 471).

Keutamaan membaca robbana wa lakal hamdu disebutkan dalam hadits Abu Hurairah,

1/3
ُ
‫ ﻓَﺈِﱠﻧُﻪ َﻣْﻦ َواﻓََﻖ ﻗَْﻮُﻟُﻪ ﻗَْﻮَل اْﻟَﻤَﻼﺋَِﻜِﺔ ُﻏﻔَِﺮ ﻟَُﻪ َﻣﺎ ﺗََﻘﱠﺪَم ِﻣْﻦ َذْﻧِﺒِﻪ‬. ‫ ﻓَُﻘﻮُﻟﻮا اﻟﱠﻠُﻬﱠﻢ َرﱠﺑﻨَﺎ ﻟََﻚ اْﻟَﺤْﻤُﺪ‬. ‫إَِذا ﻗَﺎَل اِﻹَﻣﺎُم َﺳِﻤَﻊ اﱠﷲ ﻟَِﻤْﻦ َﺣِﻤَﺪُه‬

“Jika imam mengucapkan sami’allahu liman hamidah, maka hendaklah kalian


mengucapkan ‘robbana wa lakal hamdu’. Karena siapa saja yang ucapannya tadi
berbarengan dengan ucapan malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan dihapus.” (HR.
Bukhari no. 796 dan Muslim no. 409).

Begitu pula bagi yang mengucapkan,

‫ َﺣْﻤًﺪا َﻛِﺜﯿًﺮا َﻃﱢﯿًﺒﺎ ُﻣَﺒﺎَرًﻛﺎ ِﻓﯿِﻪ‬، ‫َرﱠﺑَﻨﺎ َوﻟََﻚ اْﻟَﺤْﻤُﺪ‬

“Robbana walakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih (artinya: wahai
Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik
dan penuh dengan berkah).” Disebutkan dalam hadits Rifa’ah bin Rofi’, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan bagi orang yang mengucapkan semacam itu,

‫ أَﱡﯾُﻬْﻢ َﯾْﻜُﺘُﺒَﻬﺎ أَﱠوُل‬، ‫َرأَْﯾُﺖ ِﺑْﻀَﻌًﺔ َوﺛََﻼﺛِﯿَﻦ َﻣﻠًَﻜﺎ َﯾْﺒﺘَِﺪُروﻧََﻬﺎ‬

“Aku melihat ada 30-an malaikat, berlomba-lomba siapakah di antara mereka yang lebih
duluan mencatat amalannya.” (HR. Bukhari no. 799)

Masih ada bahasan yang berkaitan dengan postingan kali ini yang mesti diangkat yaitu di
manakah posisi tangan saat i’tidal, apakah sedekap ataukah tangan diluruskan. Lalu juga
akan dibahas posisi turun sujud, apakah tangan duluan atau lutut. Semoga Allah
mudahkan.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Referensi:
Manhajus Salikin wa Tawdhihil Fiqhi fid Diin, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di,
terbitan Madarul Wathon, cetakan keempat, tahun 1431 H.

Shifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Marzuq Ath Thorifi,
terbitan Maktabah Darul Minhaj, cetakan ketiga, tahun 1433 H.

Disusun di pagi hari di Hotel Sentosa Bekasi Timur, Jl. Cut Meutia 30, 29 Jumadal Ula
1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal
Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom

2/3
Alhamdulillah, sudah hadir di tengah-tengah Anda buku Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal
terbaru: “Kenapa Masih Enggan Shalat?” seharga Rp.16.000,-. Silakan lakukan order dengan
format: Buku enggan shalat# nama pemesan# alamat# no HP# jumlah buku, lalu kirim sms ke
0852 00 171 222.

3/3

Anda mungkin juga menyukai