BAB I
PENDAHULUAN
dengan memakai lafadz inkah atau tazwij. Akan tetapi menurut penulis definisi
tersebut sangat kaku dan sempit, sebab nikah hanya sebagai perjanjian
legalisasi hubungan seksual antara pria dan wanita saja. Seolah-olah hakikat
kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dan perempuan dan saling tolong-
diantara keduanya.”
Menurut Rahmat Hakim (2000:13) Mengemukakan bahwa para ulama’
diinginkan menurut UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 yang termuat pada pasal
1
2
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
مكفههروين
Artinya ; ‘Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri)
dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Diaciptakan bagi
kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-
saja memberikan dampak positi yang lebih besar. Dengan menikah berarti
disalurkannya nafsu syahwat manusai pada jalan yang di ridhai Allah yaitu
norma agama, serta kurangnya penjagaan diri, tidak sedikit manusia yang
Perkawinan No.1 tahun 1974 telah menetapkan dasar dan syarat yang harus
pasal 7 ayat (1) yang berbunyi: ”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
3
sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah
UU Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 6 ayat (2) telah mengaturnya dengan
umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua”.
Jadi bagi pria atau wanita yang telah mencapai umur 21 tahun tidak perlu
ada izin orang tua untuk melangsungkan perkawinan. Yang perlu memakai izin
orang tua untuk melakukan perkawinan ialah pria yang telah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan bagi wanita yang telah mencapai umur 16 (enam
pemudi yang akan menjadi suami-istri benar-benar telah masak jiwa raganya
dalam membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal. Begitu pula
dimaksudkan untuk dapat mencegah terjadinya perceraian muda dan agar dapat
membenihkan keturunan yang baik dan sehat, serta tidak berakibat laju
manusia. Tugas hakim sebagai pihak penegak hukum, setiap penerapan hukum
atau keputusan hukum yang dibuatoleh hakim hendaklah sejalan dengan tujuan
hokum yang hendak dicapai oleh syari’at. Apabila penerapan suatu rumusan
pria dan wanita yang ingin melangsungkan pernikahan. Pada kenyataan nya
berbagai alasan
Jumlah permintaan dispensasi kawin semakin meningkat dari tahun
para orang tua. Seharusnya untuk memutuskan sebuah perkawinan, ada dua
diabaikan karena orang tua malu dengan kondisi anaknya yang sudah
DILUAR NIKAH”
B. Rumusan Masalah
5
pemohon?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dasar hakim dalam menetapkan dispensasi nikah karena
D. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Dispensasi
Menurut Sudarsono (1992: 102) Dispensasi adalah penyimpangan atau
pengecualian dari suatu peraturan secara umum untuk suatu keadaan yang
jika laki-laki maupun perempuan yang belum mencapai usia kawin namun
yang telah ditentukan dan telah melalui beberapa tahap dalam pemeriksaan.
Menurut kamus hukum terbitan Citra Umbara (2008:95), dispensasi
2. Pengertian Perkawinan
Menurut Kaelany HD mengungkapkan pengertian perkawinan, yaitu
akad antara calon suami dan calon istri untuk memenuhi hajat jenisnya
menurut ketentuan yang diatur oleh syariah. Dengan akad ini, kedua calon
yang bahagia”.
Pengertian perkawinan dalam Undang-Undang Pekawinan No.1 Tahun
yang Maha Esa.” Jadi menurut perundangan perkawinan itu ialah ikatan
antara seorang pria dengan seorang wanita, berarti perkawinan sama dengan
perikatan.
7
seperti hak dan kewajiban suami-istri, harta bersama, kedudukan anak, hak
manusia (mu’amalah)
Menurut hukum agama, perkawinan adalah perbuatan yang suci
perintah dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan berkeluarga dan
”perkawinan adalah akad (perikatan) antara wali wanita calon istri dengan
8
pria calon suaminya. Akad nikah itu harus diucapkan oleh wali si wanita
dengan jelas berupa ijab (serah) dan diterima (kabul) oleh si calon suami
nikah. Yang dimaksud hubungan adalah pertalian, ada ikatan. Luar adalah
kedudukan atau tempat yang bukan bagian dari sesuatu itu sendiri, bukan
bagian yang tidak dari dalam. Sedangkan nikah adalah perkawinan yang
yang disaksikan oleh beberapa orang dan dibimbing oleh wali (dari pihak
perempuan).
Faktor lingkungan keluarga maupun lingkungan bertetangga atau
mendapat perhatian serta kurangnya kasih sayang dari orang tua atau
keluarga dan juga didalam lingkungan sosial tidak ada pengajian agamanya
E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang dihubungkan dengan tinjauan
masalah yang telah dikemukakan yang sebenarnya masih perlu diuji dalam
perkawinan di luarnika
b. Apabila surat permohonan pengajuan dispensasi perkawinan dibawah
F. Metode Penelitian
1. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Pengertian populasi itu sendiri dapat ditinjau dari beberapa ahli
“Populasi atau Universe adalah seluruh objek atau seluruh individu atau
definisi tersebut, yang menjadi populasi adalah semua pihak yang terkait
penelitian.”
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan
purpose sampling yaitu: sampel yang sengaja dipilih karena ada maksud
10
a. Coding data
b. Editing Data
Editing data adalah memeriksa data dari hasil penelitian yang bertujuan
dihasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden
secara tertulis serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai suatu
yang utuh. Analisis data kualitatif sebagai cara penjabaran data berdasarkan
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah Apakah dasar hakim
jadwal kegiatan.
Perkawinan.
A. Hasil Penelitian
pemohon
B. Pembahasan
1. Dasar hakim dalam menetapkan dispensasi nikah karena hubungan
pemohon
14
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN