Anda di halaman 1dari 10

Journal Reading

Pedophilia and Brain Function

OLEH :
STELA MONIKA, S.KED
PENDAHULUAN
Pedofilia dianggap sebagai gangguan kejiwaan, yang ditandai dengan
dorongan seksual dan perilaku seksual yang abnormal secara statistik pada
orang dewasa yang diarahkan pada anak-anak pra-puber (American
Psychiatric Association, 1994)
Eksploitasi seksual terhadap anak-anak telah didokumentasikan dalam
berbagai budaya di seluruh dunia yang telah memotivasi pembentukan
undang-undang pelaku seks internasional.
Di Amerika Serikat, prevalensi pelecehan anak diperkirakan 100.000 sampai
200.000 kasus setiap tahun
TUJUAN
Kajian ini akan meneliti bukti ilmiah yang mendukung hipotesis
dalam literatur bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara
pedofil dan non-pedofil.
LITERATUR REVIEW
Early work IQ
Disfungsi otak berkontribusi terhadap kejadian kriminologi seksual sejak abag ke 19
Studi awal terhadap fungsi kognitif untuk menilai kecerdasan umum atau intelejensi
(IQ) pelanggar seksual (Frank, 1931).
1. Langevin et al., 1985
2. Hambridge, 1994
3. Blanchard et al., 1999
4. Cantor et al., 2005 terdapat hubungan yang spesifik antara IQ dan usia korban anak
yang ditargetkan oleh pelaku seks
5. Schiffer dan Volaufen, 2011
LITERATUR REVIEW
4. Cantor et al., 2005 terdapat hubungan yang spesifik antara IQ dan usia korban anak
yang ditargetkan oleh pelaku seks.
5. Schiffer dan Volaufen, 2011 penganiaya anak memiliki disfungsi eksekutif mengenai
penghambatan respon.
Kesimpulan less intelligent pedophiles may be more likely to be apprehended, and
low socioeconomic status due to relatively low intelligence may render these
offenders unable to afford the most effective legal representation
Kekurangan :
1. Hanya pada pelaku yg diketahui
2. Implikasi hukum
3. Pelaku laki-laki
LITERATUR REVIEW
Hypothesis on the Development of Pedophilia
Hipotesis frontal
Hipotesis limbik
LITERATUR REVIEW
Head Preference and Head Injuries
Gangguan perkembangan perinatal otak meungkin terkait dnegan diagnosis
pedofilia.
Luka di kepala pada masa kanak-kanak memiliki kaitan dengan kecendrungan
pedofilik :
1. Blanchard dkk, 2002
2. Blanchard dkk, 2003
Salah satu dari interpretasi dari hasil ini adalah bahwa kerusakan otak
setelah kelahiran meningkatkan probabilitas bahwa seorang laki-laki akan
mengembangkan kejadian pedofilia
LITERATUR REVIEW
Brain Imaging Studies
Mengidentifikasi area spesifik otak dan respon diferensial mereka terhadap rangsangan
yang identik
1. Walter et al., 2007 terdapat aktivitas abnormal otak di hipotalamus, periaqueductal
grey, dan korteks prefrontal dorsolateral
2. Mendez et al., 2000 studi kasus dan anatomi otak hipotesis temporal/limbik.
3. Schiffer et al., 2008
Meskipun hanya beberapa penelitian yang dirangkum, perbedaan pola aktivasi otak
yang telah dijelaskan memberi dukungan kuat yg menunjukkan perbedaan fungsi otak
sebagai respon terhadap rangsangan erotis dan seksual di bandingkan dengan kelompok
kontrol.
KESIMPULAN
Prevalensi pedofilia lintas budaya dan meluas telah mengharuskan usaha
akademis untuk memahami dasar-dasar neurobiologis struktur otak, fungsi,
dan perkembangan dalam kaitannya dengan kecenderungan seksual yang
berubah. Sementara metode tradisional dalam bentuk tes IQ, studi cedera
kepala retrospektif, dan statistik preferensi tangan menunjukkan adanya
perbedaan neurologis pada individu pedofilia, penelitian modern dengan
menggunakan teknologi pencitraan canggih telah memberikan gambaran
sekilas kompleksitas gangguan kejiwaan ini, yang mungkin dipengaruhi oleh
Interaksi beberapa struktur saraf. Studi yang dibahas dalam makalah ini telah
menunjukkan kemampuan neurokognitif dan kelainan fungsi otak di kalangan
pedofil; Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan
pemahaman lengkap tentang mekanisme yang mendasari pedofilia.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai