Anda di halaman 1dari 45

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK NEFROURINARY AND DIGESTIVE

Penyusun :

1. Dr. dr. Wahyu Siswandari, Sp.PK., MSi.Med


2. dr. Vitasari Indriani, Sp. PK, MSi.Med, MM
3. dr. Tri Lestari

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan


2. Mahasiswa wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Mahasiswa wajib memakai jas praktikum.
4. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum setiap kali mengikuti kegiatan
praktikum
5. Sebelum praktikum dimulai dilakukan pretest, nilai pretest masuk dalam komponen
penilaian praktikum.
6. Praktikum dilaksanakan dengan tertib dan sungguh-sungguh.
7. Mahasiwa wajib mengikuti praktikum dengan tertib, dilarang merokok bersendau gurau,
tidak berbicara diluar konteks mata acara praktikum yang sedang berlangsung dan atau
melakukan kegiatan/perilaku yang dapat mengganggu kegiatan praktikum
8. Di dalam ruang praktikum, mahasiswa wajib bekerja dengan hati-hati untuk menghindari
kecelakaan di dalam ruang praktikum (laboratorium)
9. Mahasiswa wajib mengganti alat-alat praktikum. apabila merusakkan.
10. Tiap kelompok wajib membuat laporan sementara hasil praktikum dan disahkan oleh
asisten/dosen pembimbing praktikum.
11. Sebelum meninggalkan ruangan, pastikan alat-alat dan reagen praktikum dalam keadaan
bersih dan rapi.
12. Laporan kelompok dikumpulkan 3 hari setelah praktikum.
13. Mahasiswa yang berhalangan hadir dalam praktikum wajib memberitahukan secara
tertulis kepada seksi akademik atau ketua blok.
14. Ketidakhadiran dalam praktikum harus disertai dengan alasan yang dapat diterima.
Alasan yang dapat diterima untuk tidak hadir dalam praktikum adalah:
i) Ada anggota keluarga (Bapak, Ibu dan Adik/Kakak) yang meninggal
ii) Sakit, yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Ketua dan seksi
akademik blok nefrourinary and digestive berwenang memutuskan apakah surat
keterangan sakit tersebut valid atau tidak
iii) Melaksanakan tugas dari Fakultas Kedokteran Unsoed, yang dibuktikan dengan surat
tugas dari Dekan
PEMERIKSAAN URIN RUTIN

PENDAHULUAN
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran
urin, tapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti : hati, saluran empedu,
pancreas, kortek adrenal. Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan
sepanjang 24 jam pada klien, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24
jam berikutnya. Akan tetapi kalau kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin dari
klien itu pada saat-saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam, akan kita lihat bahwa
susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Oleh karena itu sangat penting untuk
memilih sampel urin yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

SAMPLING

CARA PENGAMBILAN SAMPEL

1. Urin Spontan : ditampung saat dikemihkan.


2. Urin Kateter : diambil langsung dari kandung kemih/keluar dari kateter.
3. Urin Supra Pubik :diambil dengan pungsi lewat supra pubik kedalam kandung kemih

MACAM SAMPEL URIN


- Urin Sewaktu
untuk screening, terlalu encer sehingga kurang memberikan informasi.
- Urin Pagi
Pemeriksaan rutin, sedimen, berat jenis, protein, test kehamilan ( HCG
- Urin postprandial
Untuk pemeriksaan terhadap glukosuria, merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1
½ - 3 jam sehabis makan. Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap
adanya glukosuria.
- Urin 24 jam
Untuk pemeriksaan kuantitatif.
- Urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada orang lelaki
- Untuk pemeriksaan urologik serta untuk mendapatkan gambaran letaknya radang atau
lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin seorang lelaki.

PENGAWET
Urin harus diperiksa selagi masih segar !
Jika urin terpaksa harus disimpan beberapa lama sebelum melakukan pemeriksaan, maka
digunakan bahan pengawet untuk menghambat perubahan susunannya.
Ex : - Toluen untuk pemeriksaan rutin.
- Thymol.
- Chloroform untuk menghambat pertumbuhan bakteri tetapi mempengaruhi bentuk -
bentuk sel dalam urin.
- Formaldehida : untuk mengawetkan sedimen.
- Asam sulfat pekat : untuk penetapan kuantitatif calcium, nitrogen, dan kebanyakan
zat inorganik lain.
- Natriumkarbonat : untuk mengawetkan urobilinogen.

Selain dengan pengawet dapat disimpan dalam lemari es dengan suhu 40C.

PENAMPUNG

Penampung harus bersih dan kering, mulut lebar dan dapat ditutup rapat. Bila perlu pemeriksaan
bakteriologi perlu penampung steril.

JENIS PEMERIKSAAN URIN RUTIN

Pemeriksaan urin rutin dibagi dalam :


I. Pemeriksaan makroskopis.
II. Pemeriksaan mikroskopis.
III. Pemeriksaan kimiawi.
I. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

Pemeriksaan makroskopis terdiri dari pemeriksaan :


A. Warna.
B. Kekeruhan.
C. Bau.
D. Buih.
E. Berat jenis.

A. WARNA.

Normal : kuning muda sampai tua tergantung besarnya diuresis dan beberapa zat pelarut
dalam urin terutama urobilin dan urochrom
Kelainan warna :
Tak patologis : berasal dari makanan atau obat ( pewarna )
Patologis : Seperti teh : bilirubin.
Hijau : biliverdin, Ps. aeruginosa.
Merah : darah, B. prodigiosus.
Putih keruh : pus.
Putih susu : chylus.
Coklat : hematin, billirubin.

B. KEKERUHAN.

Kekeruhan urin dinyatakan dengan : jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh
Kekeruhan dapat timbul:
1. Sejak dikemihkan :
a. Urin mengandung kristal dalam jumlah besar.
Kekeruhaan ini dapat dihilangkan dengan menambah asam encer.
b. Urin mengandung bakteri dalam jumlah banyak biasanya disertai unsur- unsur
lain dalam sedimen. Kekeruhan ini akan menetap.
c. Unsur dalam sedimen bertambah :
* Eritrosit : urin keruh seperti cucian daging.
* Leukosit : warna putih keruh dengan percobaan
Donne akan membentuk massa yang sangat kental.
* Sel – sel epitel : ditemukan berbagai macam sel.
d. Chylus dan lemak : keruh menyerupai susu encer.
Adanya chylus dibuktikan dengan menambahkan
ether pada sampel sampai menjadi jernih. Lemak
yang ada dapat juga dilihat dengan cara
meneteskan campuran urin – ether pada kertas
saring maka akan tampak bercak berminyak pada
kertas saring tersebut.
e. Benda – benda koloid : sukar diketahui jenis koloid dan sebabnya ada
didalam urin. Tak tampak pada pemeriksaan
mikroskopik dan tidak dapat larut dalam ether.

2. Kekeruhan yang timbul sesudah dibiarkan :


a. Nabecula.
b. Kristal urat : terbentuk pada urin asam / dingin, kekeruhan / endapan berwarna
putih atau merah jambu.
Ciri : kekeruhan hilang bila dipanaskan.
c. Amorf fosfat dan karbonat pada urin basa.
Ciri : kedua zat larut bila diasamkan sedangkan karbonat akan
melarut dengan pembentukan gas karbon dioksida.
d.Bakteri-bakteri mungkin bukan dari dalam tubuh tetapi
merupakanperkembangan bakteri dari penampungan yang kotor.
Ciri : bakteri tampak banyak disertai penambahan unsur sedimen.
C. BAU.
Bau perlu diperhatikan kemungkinan bau abnormal.
Bau urin normal oleh asam – asam organik yang mudah menguap.
Bau abnormal :
1. Oleh makanan yang mengandung zat – zat atsiri, seperti jengkol, petai, durian,
asperse. Mudah dapat dikenal dan bau itu ada dari semula.
2. Oleh obat – obatan seperti terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin segar.
3. Bau Amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum. Biasanya terjadi pada urin
yang dibiarkan tanpa bahan pengawet.
4. Bau Ketonuria menyerupai bau buah – buahan atau bunga setengah layu.
5. Bau busuk bila sejak dikemihkan mungkin berasal dari perombakan zat- zat
protein misal pada keganasan saluran kemih, bisa juga terjadi akibat pembusukan
urin yang mengandung banyak protein diluar tubuh.
D. BUIH.
Pemeriksaan buih dapat membantu kecurigaan adanya abnormalitas urin.
Cara kerja :
Masukan 5 cc urin dalam tabung reaksi kemudian kocok beberapa saat sampai ke luar
buih.Amati warna dan waktu hilangnya buih tersebut.
Penilaian :
Normal : putih jernih dan cepat hilang.
Abnormal : putih, jernih lama baru hilang/tak mau hilang kemungkinan urin
mengandung protein, dibuktikan dengan pemeriksaan protein urin.
Warna kekuningan kemungkinan urin mengandung bilirubin

II. PEMERIKSAAN KIMIAWI

Terdiri dari pemeriksaan :


A. Derajat keasaman ( pH ) urin.
B. Reduksi ( gula dalam urin )
C. Protein.
A. Derajat keasaman ( pH )
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengetahui apakah urin dalam suasana asam atau basa hingga dapatmembantu
memberi petunjuk kearah etiologi infeksi saluran kemih.
Metode pemeriksaan :
1. Kertas lakmus
Urin asam : kertas lakmus biru menjadi warna merah.
Urin basa : kertas lakmus merah menjadi warna biru.
2. Indikator Universal :
Berupa kertas hisap yang mengandung macam indikator.Biasanya Methyl Red
dan Bromthymol Blue.
Cara kerja : Letakkan sepotong kertas indikator pada kaca obyek kemudian
tetesi urin, bandingkan dengan standar warna yang tersedia.
Penilaian : - Normal pH urin 4,6 – 8,5.
- Urin 24 jam pH rata – rata 6,2.
3. Carik Celup :
Pemeriksaan sangat mudah, cepat, sensitif dan spesifik, cara memakainya harus
mengikuti petunjuk yang ada supaya hasilnya tidak menyimpang.

B. Pemeriksaan Reduksi.

Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam urin dan
sifatnya semi kuantitatif.Pada keadaan normal karbohidrat diekskresi lewat urin dalam
jumlah yang kecil ( kurang dari 50 mg/ml )
Metode Benedict.
Prinsip dengan pemanasan urin dalam suasana alkalis, glukosa akan mereduksi cupri
sulfat dan terbentuk endapan cupri hidroksida yang berwarna merah.
Alat : - tabung reaksi.
- lampu spiritus.
- penjepit tabung.
- pipet tetes.
Reagen : Benedict berisi : Cupri Sulfat, Trisodium Sitrat, Sodium
Karbonat.
Cara kerja : 1. Masukanlah 5 ml reagen Benedict kedalam tabung reaksi
2. Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes ( jangan lebih ) urinkedalam
tabung itu.
3. Panaskan diatas api selama 5 menit.
4. Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.
Penilaian :
Negatif (-) : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh.
Positif 1 (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh.( Sesuai dengan 0,5-1 %
glukosa )
Positif 2 (++) : Kuning keruh ( 1-1,5 % glukosa )
Positif 3 (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh ( 2- 3,5 % glukosa )
Positif 4 ++++): Merah keruh ( lebih dari 3,5 % glukosa )

Positif palsu : - Obat misalnya vitamin C.


- Polisakarida lain yang dapat mereduksi reagen Benedict
seperti : Fruktose, galaktase, pentose.
- Pemanasan terlalu lama.
Negatif palsu: - Urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin.
- Pemanasan inadekuat.
Keuntungan metode Benedict: - Macam reagen.
- Lebih sensitif dibanding Fehling.
- Semi kuantitatif.
- Bahan pemeriksaan sedikit.
C. Pemeriksaan Protein
Pemeriksaan protein dilakukan untuk mengetahui adanya protein dalam urin.
Syarat pemeriksaan :
Urin jernih dan sedikit asam.
Apabila urin keruh, saringlah atau tambahkanlah zat lain ( lihat test kekeruhan )
hingga urin menjadi jernih.
Metode : 1. Metode Rebus.
2. Metode Sulfosalisilat.
1. Metode Rebus.
Prinsip dengan pemanasan akan menyebabkan denaturasi protein dan terjadi
Presipitasi.
Bahan : Urin jernih.
Alat : Tabung reaksi dan lampu spiritus.
Reagen : Asam Asetat 6 %.
Cara kerja :
a. Masukan urin kedalam tabung reaksi 2/3 penuh.
b. Miringkan dan panaskan bagian permukaan urin di atasapi spirtus sampai
mendidih selama 30 detik.
c. Amati hasilnya dan bandingkan dengan bagian bawah yang tidak dipanasi
sebagai kontrol negatif.
d. Apabila terjadi kekeruhan teteskan 3 – 5 tetes asam asetat 6 %. Jika
kekeruhan hilang urin menghandung protein, bila kekeruhan menetap
kemungkinan protein positif.
e. Panasi lagi sampai mendidih, berilah penilaian padakekeruhan yang menetap
tadi.
Penilaian :
Negatif ( - ) : Jernih.
Positif 1 ( + ) : Kekeruhan minimal, protein 10–50 mg %.
Positif 2 ( ++ ) : Kekeruhan nyata, butiran halus protein 50–200
mg%.
Positif 3 ( +++ ) : Gumpalan nyata protein >200 – 500 mg %.
Positif 4 ( ++++ ) : Gumpalan besar, mengendap,Protein > 500 mg%.
Positif palsu : Kekeruhan yang timbul oleh obat yang dikeluarkan
lewat urin.
Negatif palsu : Urin terlalu encer.

2. Metode Sulfosalisilat.
Prinsip dengan penambahan sulfoalisilat pada urin ( tanpa pemanasan ) akan
menimbulkan kekeruhan yang sifatnya menetap.
Bahan : Urin jernih.
Alat : Tabung reaksi.
Reagen : Sulfosalisilat 20 %.
Cara kerja :
a. Sediakan 2 tabung reaksi masing-masing diisidengan 2ml urin jernih
b. Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes larutan asam Sulfosalisilat 20 %
kocok
c. Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yangkedua; kalau tetap sama
jernihnya hasil test berarti negatif.
d. Jika tabung pertama lebih keruh daripada tabung kedua, panasilah tabung
pertama diatas apisampai mendidih dan kemudian dinginkan.
- Jika kekeruhan tetap ada pada waktu proses pemanasan dan tetap ada
setelahdidinginkan kembali, berarti test positif.
- Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan, tetapi muncul setalah
dingin,mungkin sebabnya protein Bence Jones.
Penilaian sama seperti metode rebus.
Positf palsu : Bila kekeruhan yang timbul hilang dengan
pemanasan,urin
mungkin mengandung urat atau karbonat.
Negatif palsu : Urin terlalu encer.
Protein Bence Jones.

III. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS.


Terdiri dari :
1. Metode Natif.
2. Metode pengecatan dengan Sternheimer – Malbin.
Bahan : Urin pagi dan segar diperiksa dalam waktu3-6 jam.
BJ minimal 1,015.
1. Metode Natif.
Cara kerja :
a. Pusingkan 10 – 15 ml urin yang dicampur dengan baik dengan kecepatan
1500 – 2000 rpmselama 5 – 10 menit
b. Buang filtratnya, sisakan 0,5 ml selanjutnya kocok dengan hati – hati supaya
sedimen larut dan tercampur rata.
c. .Teteskan pada kaca obyek lalu tutup dengan kaca penutup secara hati – hati
dan jangan ada gelembung udaranya
d. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 x untuk melihat unsur
sedimen dan pembesaran 400 x untuk identifikasi unsur-unsuryang ada.

Unsur – unsur dalam sedimen :


A. Unsur organis ( asal jaringan ):
- Epitel.
- Leukosit.
- Eritrosit.
- Torax ( silinder )
B. Unsur Anorganik ( macam – macam kristal )Kurang mempunyai arti
klinis : kristal urat, fosfat, karbonat.
A. Unsur organis :
1. Epitel :
a. Squamus : bentuk polymorf, sitoplasma lebar, inti satu.
Asal : kandung kemih, urethra,kontaminasi vagina.
b. Polygonal / bulat : inti besar bulat, sitoplasma bergranula.
Asal : Ren ( tubulus )
c. Epitel berekor : inti besar bulat, sitoplasma seperti berekor.
Asal : Ureter, pelvis renis, prostat, dan vesikaurinaria.
d. Kontaminasi : Vagina, sel – sel tumor.
2. Eritrosit :
Dalam urin hipotonik : Eritrosit membengkak, bila Hbkeluar
tampak bayangan sel dan disebut “ Ghost
Cell “
Hipertonik / Alkalis : bentuk krenasi.
Normal : 1 – 3 sel / LPB atau sampai 2500eritrosit/mlurin.
Sumber kesalahan :
- Yeast / jamur : ukuran tak sama kadang bentuk spora.
- Tetes lemak : butiran tak sama larut dalam ether.
- Tak tampak karena sel hemolisis.
- Tertutup unsur lain yang lebih banyak.
3. Leukosit:
Bentuk bulat dan berinti satu atau lebih, sitoplasma bergranula/tanpa
granula.
Normal : Wanita :<15 sel / LPB.
Laki – laki :<5 sel / LPB.( sampai 3000 / ml )
4. Torak / silinder :
Dibentuk dalam lumen tubulus ginjal, ada tiga bentuk : kecil, sedang,
besar.
Macam – macam silinder :
a. Silinder Hialintransparan bentuk bulat tepi tegas.
Normal : 0 – 1 / LPK.

b. Silinder Granula
- granula kasargranula besar-besar irreguler.
- granula halusgranula kasar yangmengalamidegenerasi, pendek
lebar, oval.
c. Silinder Epitel  bahan dasar silinder hialin, didalamnyaberisi sel
epitel yang terperangkap padasaat pembentukan silinder.
d. Silinder Leukosithialin berisi leukosit.
e. Silinder Eritrosit dengan pembesaran lemah tampak padat
kekuningan tegas, bila eritrosit penuh matriks silinder tidak
kelihatan.
f. Silinder sel dan campuran silinder silinder dengan isibermacam-
macam sel darah atau sel lain.
g. Silinder lilin ( waxy cast )sangat refraktil kekuningan,
berasaldari silinder yang mengalamidegenerasi, bentuk besar.
h. Silinder lemak (oval fat bodies) asal dari sel tubulus, yang
mengalami degenerasi lemak.Dapat dibuktikan dengan SUDAN III.
i.
Kesalahan penilaian :
1. Benang mucus : bentuk panjang seperti pita ujung mengecil.
2. Silinder : benang mucus yang ekornya berkelok – kelok.
3. Rambut.
4. Hife / jamur : bercabang – cabang, saling berhubungan dan
berspora.
B. Unsur Anorganik:
a. Tak patologis :
Kristal dalam urin asam seperti : - Kristal urat.
- Kristal oksalat.
- Kristal sulfat.
Kristal dalam urin basa seperti : - Fosfat amorf.
- Triple fosfat.
- Ca.Carbonat.

b. Patologis :
Cystine : bentuk heksagonal refraktil tidak berwarna.
Tyrosine : seperti jarum warna kuning.
Leucine : kecoklatan seperti berminyak bentuk radial
dan konsentris.
Sulfa : kecoklatan asimetris seperti kipas atau
bulat bergaris radial.
C. Unsur lain :
- Spermatozoa.
- Bakteri : bila berasal dari kontaminasi dan berkembang biak maka
tampak bakteri banyak, leukosit sedikit / normal.
- Kapang : karena kontaminasi luar : bentuk kecil, ovoid ukuran tak
sama, warna hijau kekuningan dan berinti.
- Parasit : Trichomonas, larva cacing.
KESIMPULAN :
Dengan sampel yang benar serta pemeriksaan yang teliti serta pengetahuan yangbaik
hasil pemeriksaan urin rutin dapat mengarahkan diagnosa atau menegakandiagnosa
penyakit.

Unsur-Unsur Anorganik Dalam Sedimen Urin

Ca Oxalat

Uric Acid

Amorphous urates

Cystine
Leucine / Tyrosine

Bilirubin

Kolesterol

Amonium biurates

Hemosiderin
Calcium Carbonates

Calcium phosphates

Calcium Sulfates

Squamous Cells
Unsur-Unsur Organik Dalam Sedimen Urin
Eritrosit

Leukosit

Granular cast

Hyalin cast

Waxy cast
Fatty cast

Oval fat bodies

Erythrocytic cast

Bacteria

Epitel transisional
Trichomonas vaginalis

Ragi

PEMERIKSAAN URIN KHUSUS

Pada keadaan penyakit tertentu kadar suatu zat yang semula ada didalam urin dalam jumlah kecil
atau semula tidak ada, dapat ditemukan dalam jumlah besar.
Zat-zat yang sering diperiksa antara lain :
- Bilirubin, urobilinogen dan urobilin
- Hemoglobin / darah samar.
- Benda-benda keton.
- Kalsium.
- Natrium dan Khlorida.
PEMERIKSAAN BILIRUBIN
Pada keadaan patologik bilirubin dapat dijumpai dalam urin. Bila urin tidak segera diperiksa
sebagian bilirubin akan teroksider dan berubah menjadi biliverdin. Perubahan akan dipercepat
oleh sinar matahari.
Metode pemeriksaan :
1. Tes Busa.
2. Tes Fouchet / Horison.
3. Tes Rosin.
4. Tes carik celup
Catatan :
Urin yang mengandung bilirubin dalam jumlah banyak berwarna kuning sampai coklat seperti
teh tergantung tingginya kadar bilirubin dalam urin.
1. TES BUSA
A. Alat dan reagen :
Alat : tabung.
Reagen: -
B. Cara pemeriksaan :
1. Kocoklah kuat-kuat kira-kira 5 ml urin segar dalam tabung reaksi.
2. Amati busa yang timbul.
Penilaian hasil :
(+) : bila timbul buih warna kuning.
(-) : buih tak berwarna / putih.
Catatan :
(+) palsu : - bila konsentrasi urobilin tinggi.
- Obat-obatan misalnya : acriflavin, pyridium.
Percobaan ini perlu diikuti pemeriksaan bilirubin dalam serum untuk memperkuat dugaan
adanya bilirubin uria.
2. TES FOUCHET / HORISON
Prinsip pemeriksaan :
Bilirubin dalam urin dipekatkan / diendapkan di atas kertas saring dengan bariumchlorida.
Dengan reagen Fouchet bilirubin akan teroksidasi dan berubah menjadi biliverdin yang
berwarna hijau.
A. Alat dan reagen :
Alat : - tabung reaksi.
- kertas saring.
- corong.
Reagen: Fouchet, yang terdiri dari :
Larutan 25 gr trichloracetat dalam 100 ml aquadest dicampur dengan 10 ml
larutan ferrichlorida 10%.
B. Cara pemeriksaan :
1. Campurkan 5 ml urin segar dengan 5 ml larutan bariumchlorida 10% kemudian
disaring.
2. Angkat kertas saring dari corong dan biarkan agak kering.
3. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat pada kertas saring dan amati
hasilnya.
Penilaian hasil :
* negatif (-) : bila tak terjadi perubahan warna.
* positif (+): bila timbul warna hijau yang makin lama makin jelas dan menjadi biru hijau
Sensitifitas : hasil (+) pada kadar 0,15 – 0,20 mg% bilirubin dalam urin.

PEMERIKSAAN UROBILINOGEN
Pada keadaan normal urobilinogen mencapai puncaknya pada awal tengah hari. Sampling
sebaiknya dilakukan antara jam 14.00 – 16.00 WIB untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
seperti yang diharapkan.
Metode pemeriksaan :
1. Tes Ehrlich ( Wallace – Diamond )
2. Tes carik celup.
1. TES EHRLICH ( WALLACE – DIAMOND )
A. Alat dan reagen :
Alat :Tabung reaksi.
Reagen : Ehrlich, yang terdiri dari :
* Paradimethylamino-benzaldehida 2 gr
* Asam hidrochlorida pekat 20 ml
* Aquades 80 ml
Catatan : larutan disimpan dalam botol warna coklat.
Syarat pemeriksaan :
- Urin segar ( yang baru dikemihkan ) sebab bila urin dibiarkan urobilinogen akan
teroksidasi menjadi urobilin.
- Bila urin mengandung bilirubin, endapkan dengan BaCl2 10%
B. Cara pemeriksaan :
1. Campurkan 10 – 20 tetes reagen Ehrlich dengan 5 ml urin.
2. Biarkan tegak pada rak tabung 3 – 5 menit, amati hasilnya.
Perhatikan :
- Bila timbul warna merah samara-samar, tes dianggap selesai.
- Bila warna merah tampak jelas, lakukan pengenceran urin dan kerjakan pemeriksaan
seperti semula.
Penilaian hasil :
- Negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna.
- Negatif palsu : pada kadar protein tinggi, sulfonamide.
- Positif (+) : timbul warna merah.
- Positif palsu : adanya indol, skatol, makanan berkhlorofil.
Arti klinis :
Normal : urin memberi reaksi positif sampai pengenceran 20x dengan cara 0,5 cc
urin +air sampai volume 10 ml.
Ekskresi normal : 4 mg / 24 jam.
Patologis : Bila pengenceran lebih dari 40 x.
Catatan :
- Sulfonamid, nitrit, prokain menimbulkan warna hijau.
- Formalin menghambat reaksi.

Tes Ehrlich dapat mendeteksi adanya urobilinogen, sterkobilinogen dan porfobilinogen.


Urobilinogen uria : gangguan parenkim hati.
Sterkobilinogen uria : anemia hemolitik, colitis dan konstipasi.
Urobilinogen dan Sterkobilinogen (-) pada obstruksi total saluran empedu.
PEMERIKSAAN CARIK CELUP
Pemeriksaan urin bertujuan menunjang diagnosis kelainan ginjal dan saluran kemih
seperti infeksi traktus urinarius juga kelainan di luar ginjal seperti kelainan metabolisme
karbohidrat, fungsi hati, gangguan keseimbangan asam basa. Urinalisis carik celup dipakai
sebagai analisis kimia untuk alat diagnostik cepat. Strik carik celup berupa plastik strip yang
terdiri dari area reagen untuk parameter pemeriksaan tertentu dan bantalan kalibrasi. Tes
multistik ini dapat juga digunakan untuk mendeteksi zat seperti glukosa, protein, bilirubin,
urobilinogen, pH, berat jenis, darah samar, keton, nitrit dan leukosit di urin.
Syarat pemeriksaan stik carik celup :
- Gunakan kontainer bersih dan kering untuk menampung urin
- Urin yang dipakai adalah urin segar
- Periksa dalam batas waktu 1 jam setelah sampling, karena mempengaruhi hasil
terutama dalam darah, nitrit dan eukosit. Simpan dalam lemari es dan diamkan dalam
suhu kamar sebelum diperiksa
- Hindarkan dari cahaya matahari langsung
- Jangan menggunakan antiseptik pada kontainer urin
- Sampling yang digunakan adalah spesimen urin pagi pertama
- Sampling sebaiknya urin pagi
- Suhu penyimpanan stik 1-30⁰C
Hasil palsu stik carik celup pada umumnya:
1. Stik carik celup diulang-ulang dalam urin sampel
2. Pencelupan terlalu cepat, perubahan warna tidak terjadi (negatif palsu)
3. Pencelupan terlalu lama, reagen larut (negatif palasu)
4. Suhu pengukuran 20-25⁰C
5. Pembacaan dibawah pencahayaan yang kurang
Prinsip pemeriksaan carik celup
1) Glukosa
Stik carik celup spesifik terhadap gula reduksi : sukrosa, laktosa dan fruktosa
Komposisi bahan kimia:
- Glukosa oksidase (GOD) 700 IU
- Peroksidase (POD) 175 pu
- 4-aminoantipirin (4-AAP) 14,0mg
- 1-Naphtol-3,6-disulfonik acid, disodium salt 14,0 mg
Prinsip kerja :reaksi glukosa oksidasi

Harga normal :
- Sejumlah kecil glukosa dapat ditemukan pada urin normal
- 2-30 mg/dl (0,12-1,8 mmol/l)
Positif palsu :
- Substansi oksidan seperti hidroklorit, klorin
- Urin basa dengan pH <4
Negatif palsu :
- Asam askorbat
Interpretasi dibaca dalam 60 detik
2) Protein
Stik carik celup spesifik untuk albumin, kurang sensitif terhadap globulin, protein
Bence-Jones dan mukoprotein
Komposisi bahan kimia
- Tetrabromophenol blue (TBTP) 0,35 mg
Prinsip kerja : protein-error reaction
Pemeriksaan protein dalam urin berdasarkan prinsip kesalahan penetapan pH oleh
adanya protein

Harga normal
- Sejumlah protein dapat ditemukan pada individu normal pada perubahan
fisiologis : latihan berat, stres, keseimbangan diit protein hewani,
premenstruasi
- Perlu diperiksa parameter lain bila protein lebih dari (+)
Positif palsu
- Hemoglobin kadar tinggi
- Medium kontras
- Substansi molekul besar
- Desinfektan dengan kandungan ammonium
- Urin pH >8
Negatif palsu
- Urin asam pH < 2
Interpretasi protein : dibaca dalam 60 detik
3) pH
Stik carik celup spesifik dengan perubahan ,0 dengan kemampuan pH 5-9
Komposisi bahan kimia
- bromokresol green 0,07 mg
- bromokresol blue 0,72 mg
prinsip kerja : pH indicator
Harga normal :
- normal urin adalah acidulous, sekitar pH 6
- bervariasi antara 5-8 dipengaruhi makanan/diit
Positif/negatif palsu : urin yang tidak segar dapat meningkatkan tingkat kebasaan
Interpretasi : dibaca pada deik ke 60
Nilai tersedia : 5;6;7;8;9
4) Bilirubin
Stik carik celup spesifik untuk bilirubin direk
Komposisi bahan kimia
- 2-methyl-5-nitroaniline ,9 mg
- Sodium nitrit 1,0 mg
Prinsip kerja : Azo-coupling reaction

5) Urobilinogen
Stik carik celup sensitif untuk urobilinogen urin
Komposisi bahan kimia
- 3,3-dimethoxy-4,4-biphenylbis (diazonium tetrafluoroborate) 0,16 mg
Prinsip kerja : Azo-coupling reaction

6) Berat Jenis
Stik carik celup spesifik untuk berat jenis urin antara 1.000 sampai 1.030 dengan
tahan 0,005. Non elektrolit seperti glukosa tidak mempengaruhi berat jenis
Komposisi bahan kimia :
- di(2-ethylhexyl)phosphpric acid (D-2-EHPA) 8,0 mg
- bromthymol blue 0,7 mg
Prinsip kerja : cation extraction

7) Darah samar
Stik carik celup lebih sensitif untuk pigmen darah (hemoglobin) dan miogloin dari
pada eritrosit. Tidak adanya hemolisis mengindikasikan hasil yang negatif meskipun
positif pada sedimen

Komposisi bahan kimia:


- Cumene hydroperoxide (CHP) 30,0 mg
- 3,3’,5,5’-tetramethylbenzidin (TMBZ) 5,0 mg
Prinsip kerja : aktivitas pengukuran dari pseudoperoksidase pada hemoglobin

8) Keton
Stik carik celup lebih sensitif untuk asam asetoasetat daripada aseton, tetapi
seharusnya tidak bereaksi dengan asam β-hidroxibutirat. Reaksi untuk aseton adalah
1/10 dibandingkan dengan asam asetoasetat
Komposisi bahan kimia :
- Sodium nitroprusside 12,0 mg
Prinsip kerja : legal reaction (tes legal)

9) Nitrit
Stik carik celuphanya bereaksi dengan nitrit. Pemeriksaan nitrit dalam urin adalah tes
yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuria. Tes ini
berdasarkan bahwa sebagian besar bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit, akan tetapi densitas reaksi warna tidak berkorelasi
dengan jumlah bakteri
Komposisi bahan kimia :
- Sulfanilamide 3,9 mg
- N-1-Napthylenthylenediamine dihydrochloride (NEDA-2HCL) 0,3 mg
Prinsip kerja : Griess reaction (tes Griess)

10) Leukosit
Stik carik celup bereaksi dengan esterase dari leukosit urin yang merupakan enzim
pada granulaazurofilik atau granula primer dari granulosit dan monosist
Komposisi bahan kimia :
- 3-(N-Toluenesulfonyl-Lalanyloxy)indole(TAI) 0,49 mg
- 2-Methoxy-4-(N-morpholino) benzenediazonium (MMB) 0,7 mg
Prinsip kerja : pengukuran esterase pada leukosit

CARA KERJA STIK CARIK CELUP


1) Keluarkan dari tabung stik carik celup secukupnya dan tutup kembali dengan rapat
2) Celupkanlah carik celup kedalam urin segar dan tercampur rata, selama 2 detik
3) Tiriskan kelebihan urin pada bibir kontainer urin atau keringkan pada secarik kertas tisu
4) Pegang posisi horizontal, untuk mencegah tercampurnya reagen atau kontaminasi urin
terhadap pemeriksa
5) Sesuaikan dengan waktu reaksi yang tercantum pada tabung carik celup
6) Lihat interpretasi hasil dibandingkan pada color chart pada tabung carik celup
7) Bisa memakai urin analiser, bila jumlah pemeriksaan yang besar.
INTERPRETASIHASIL

JENIS WAKTU INTERPRETASI


Glukosa 60 detik Semikuantitatif = -1 -2 -3 -4
konst (mg/dL) Normal 50 100 200 500 1000
(SI Unit) konst 3 6 12 30 60
(mmol/L)
Protein 60 detik Semikuantitatif = -1 -2 -3 -4
konst (mg/dL) Negatif 15 30 100 300 1000
(SI Unit) konst 0,15 0,3 1,0 3,0 10,0
(g/L)
Bilirubin 60 detik Semikuantitatif -1 -2 -3 -4
konst (mg/dL) Negatif 0,5 2 6 Over
(SI Unit) konst 8,5 35 100 Over
(µmol/L)
Urobilinoge 60 detik Semikuantitatif -1 -2 -3 -4
n konst (mg/dL) Normal 2 4 8 Over
(SI Unit) konst 35 68 150 Over
(mmol/L)
ph 60 detik Nilai 5 6 7 8 9
Berat Jenis 60 detik Nilai 1,000 1,005 1,010 1,015 1,020 1,025 1,030
Darah 60 detik Semikuantitatif Hemo Non
Negatif lisis -H
-1 -2 -3 -1 -2 -3
konst (mg/dL) 0,06 0,2 1,0
(SI Unit) konst 0,6 2 10
(mg/L)
Keton 60 detik Semikuantitatif = -1 -2 -3 -4
konst (mg/dL) Negatif 15 40 80 150
(SI Unit) konst 1,5 4 8 15
(mmol/L)
Nitrit 60 Detik Semikumulatif Negatif -1 -2
Leukosit 90 Detik Konst (Leu/µL) Negatif 25 75 250 500
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERIKSAAN

Jenis Negatif Palsu Positif Palsu Lainnya


Glukosa Asam askorbat - Substansi oksidator
seperti hipoklorit/klorin
- Urin asam dengan
pH<4
Protein Urin asam dengan pH<3 - Hemoglobin
- Media kontras
- Substansi dengan
molekul tinggi
- Disinfektan termasuk
campran amoniak
- Urin alkali dengan
pH>8
Bilirubin Asam askrobat, asam urat, - Urobilinogen Cahaya/sinar sebabkan
nitrit - Etadolac tidak stabil
Urobilinogen Carbapenem Urin dengan bilirubin
tinggi sebabkan warna
hijau
pH Urin lama semakin
alkali
Berat jenis Urin pH tinggi/alkali - Urin dengan ph rendah
- Protein>500mg/Dl
Darah - Urin dengan berat jenis Substansi oksidator Sisa urin mungkin
tinggi seperti hipoklorit atau mempengaruhi hasil
- Urin dengan protein klorin
tinggi
- Asam akrobat
Keton - L-DOPA, BSP, PSP,
Phenylketon,
Sefalosforin
- Antienzim reduksi
aldosa
Nitrit - Asam akrobat Sisa urin mungkin
- Urin dengan Bj tinggi mempengaruhi hasil
Leukosit - Glukosa>500mg/dL Formaldehid Sisa urin mungkin
- Protein>300mg/dL mempengaruhi hasil
- Urin dengan pH rendah
- Urin dengan Bj tinggi
PEMERIKSAAN FAECES RUTIN
SAMPLING
1. Cara mendapatkan sampel :
Sampel sebaiknya dari defikasi spontan. Pada pemeriksaan yang sangat diperlukan, faeces
boleh diambil dengan rectal toucher.Pilih bagian faeces ysng memberi kemungkinan adanya
kelainan, misalnya bagian yang bercampur lendir atau darah, dsb.
2. Macam sampel :
- Sampel sewaktu.
- Sampel 24 jam, digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif zat tertentu dalam
faeces.Penggumpulan sampel 24 jam dilakukan dengan cara penderita diberi makanan
yang dicampur dengan 2 gr charcoal sampai bersih / bebas dari charcoal baik secara
makroskopis maupun mikroskopis.
Normal waktu penampungan sampel kira – kira 24 jam sampai 48 jam.
3. Kuantitas faeces
Normal : 300 sampai 400 gram faeces dapat meningkat sampai 800 gram pada diet
tertentu.
Volume faeces meningkat pada keadaan sebagai berikut:
- Diet karbonat.
- Insufisiensi pancreas.
- “ Coeliac disease “.
- Enteritis.
- Sprue.
4. Pengiriman sampel :
Untuk pengiriman sampel digunakan penampung yang terbuat dari kaca atau plastik yang
tidak dapat ditembus. Bila faeces keras, dapa dikirim dengan karton yang dilapisi paraffin.
Penampung bermulut lebar.
Pemeriksaan faeces terdiri atas :
1. Pemeriksaan Makroskopis.
1.1. Bentuk dan konsistensi.
1.2. Warna dan bau.
1.3. Darah dan lendir.
2. Pemeriksaan mikroskopis.
2.1. Sel – sel darah dan epitel.
2.2. Sisa – sisa makanan terdiri dari :
a. Pati / amylum.
b. Protein.
c. Lemak.
2.3. Parasit dan kista.
3. Pemeriksaan kimiawi.
3.1. Darah samar.
3.2. Bilirubin.
3.3. Urobillin ( Sterkobilin )

1. Pemeriksaan Makroskopis
Cara kerja :
Amati sampel yang akan diperiksa dan laporkan yang tampak. Bila kurang jelas, faeces
dapat diratakan pada kaca obyek dan amati dengan teliti komponen apa yang tampak
misalnya : sisa makanan, parasit, benda asing.
1.1. Bentuk dan konsistensi.
Normal : silinder, padat / lembek sampai keras.
Abnormal :
Bentuk dan konsistensi Klinis
- Cair - Enteritis.
- Pensil - Stenosis rectum.
- Kecil – kecil dan keras - Spasme colon.
- Viscous hitam - Perdarahan saluran cerna.
- Viscous merah segar - Perdarahan saluran cerna bawah.
1.2. Warna dan bau.
Bau normal : khas
Warna normal : Coklat muda sampai coklat tua oleh karena oksidasi urobilin.
Warna abnormal :
Warna Klinis
- Purulen, darah +, lendir + - Colitis ulcerosa.
- Putih - Steatorrhea.
- Hijau - Klorofil.
- Merah segar, jumlah >> - Keganasan / hemorrhoid.
- Keabuan - Lema k tak tercerna.
- Seperti dempul / acholik - Obstruksi empedu.
- Hitam - Melena.
1.3. Darah dan lendir.
a. Darah :
Bila faeces terdapat darah, ini selalu abnormal.
Normal : darah (-)
Darah (+) : menunjukan adanya rangsangan atau iritasi pada usus.
Darah segar : berasal dari bagian distal.
Darah hitam/coklat : asal dari usus bagian proksimal.
b. Lendir :
Adanya lendir dalam faeces berarti adanya rangsangan atau radang pada dinding usus.

Lokasi Klinis
- Pada bagian luar faeces - Iritasi colon.
- Tercampur faeces - Usus proksimal.
- Lendir saja - Intususepsi.
- Lendir dan nanah - Disentri, Ileocolitis.

2. Pemeriksaan Mikroskopis.
Hal – hal yang harus dilakukan sebelum mengerjakan pemeriksaan :
1. Pilih sampel yang dicurigai adanya kelainan dan dikerjakan dari beberapa bagian daerah
seluruh faeces.
2. Bila sampel kering , ambil bagian tengah atau lunakkan dulu dengan garam fisiologis.
3. Bila sampel lunak atau tidak berbentuk langsung dibuat preparat.
4. Bila sampel cair, pusingkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 – 10 menit dan buat
preparat dari sediaan yang terbentuk.
Tujuan pemeriksaan :
1. Mencari protozoa dan telur cacing.
2. Mencari adanya sel – sel darah, sel ragi dan epitel.
3. Mengetahui sisa makanan yang tidak tercerna.

Alat : - Kaca obyek dengan kaca penutup.


- Mikroskop.
- Penganduk.
Reagen : Digunakan bermacam reagen seperti :
1. Eosin 1 – 2 %
2. Lugol 1 – 2 %
3. Asam Asetat 10 dan 30 %
4. Sudan III
5. Garam Fisiologis rutin
Cara kerja :
1. Letakan sedikit sampel yang dicurigai adanya kelainan pada kaca obyek, campur dengan
reagen.
2. Tutup kaca penutup dan baca dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 X dan 400 X.

Sel – sel epitel


Digunakan reagen Eosin 1 – 2 % 1 tetes.
Hasil pemeriksaan :
a. Sel Epitel
Bila sel berasal dari saluran cerna bagian proksimal dinding sel sebagian atau seluruhnya
sudah rusak. Sel asal bagian distal saluran cerna dinding masih utuh.
Arti klinis :
Normal : ditemukan 1 – 2 epitel / LPK.
Abnormal : ditemukan dalam jumlah banyak / bergerombol kemungkinan ada radang
saluran cerna atau rangsangan yang bertambah
b. Makrofag
Sel besar dengan sitoplasma yang luas dinding sel tidak teratur dan mengandung vakuola
yang berisi sisa – sisa benda asing yang difagositosis misal bakteri. Sel ini mirip amuba
hanya tidak bergerak.
c. Leukosit
Ada yang berinti tunggal dan ada yang bersegmen. Selain diperiksa dengan eosin 1 % .
Leukosit akan lebih jelas terlihat bila menggunakan reagen asam acetat 10 %.
Arti klinis :
Normal : 1 – 2 sel leukosit / LPB.
Abnormal : bila ditemukan dalam jumlah banyak kemungkinan adaperadangan
saluran cerna misal : colitis ulcerosa, disentri basiler.
d. Eritrosit
Sel mempunyai ukuran kira – kira 7 µ dan tidak berinti. Bila sel ini ditemukan di dalam faeces
selalu menunjukan keadaan yang patologis, dan berasal dari colon sampai anus misal adanya
fisura ani.
e. Sisa – sisa makanan
Dapat ditemukan sisa – sisa makanan yang tak tercerna dengan sempurna misalnya :
- Sisa sayuran : bentuk seperti sarang lebah, spiral atau serabut panjang yang berinti.
- Serabut otot : bentuk seperti pita dengan garis melintang.
- Karbohidrat : bentuk heksagonal seperti kaca, dapat bergerombol atau satu – satu.
a. Pati / amylum
Cara pemeriksaan :
- Faeces dicampur dengan setetes lugol 1 – 2 %, tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan diatas api.
- Amati dibawah mikroskop akan tampak butiran – butiran berwarna biru.
b. Protein
Cara pemeriksaan :
- Faeces dicampur dengan 1 tetes Asam acetat 30 %, tutup dengan kaca penutup.
- Amati dibawah mikroskop akan tampak serabut bengkak homogen, warna kuning
muda.
c. Lemak
Bentuk lemak antaralain :
- Lemak netral & asam lemak bebas : droplet atau plaque.
- Asam lemak : tipis tak berwarna atau kristal bentuk jarum tak
berwarna.
- Sabun : kristal cluster, kristal pendek dan tebal.

Metode pemeriksaan :
- Pemanasan
Cara pemeriksaan : - Faeces dibuat preparat tipis, lalu tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan atau bakar diatas pemanas spiritus.
- Amati dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : Tetesan lemak (+): feses mengandung asam lemak dan lemak
netral.
- Asam asetat 30 %
Untuk mendeteksi persabunan lemak.
Cara pemeriksaan : - Faeces dicampur dengan 1 – 2 tetes Asam asetat 30 %,tutup dengan
kaca penutup.
- Panaskan diatas api busen / pemanas spirtus yang kecil.
- Amati dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : - Lemak akan mengeluarkan sabun lemak dan membentukbutiran-
butiran saat dipanaskan.
- Tetesan / butiran lemak (+) : feces mengandung sabun.
2.3. Parasit dan kristal
a. Parasit : kemungkinan ditemukan bermacam – macam.
- telur cacing atau larva cacing.
- Amuba diperiksa dengan eosin 2 % dan bentuk kistanya diperiksa dengan lugol.
b. Kristal : berbagai kristal dapat ditemukan dalam faeces.
- Normal : tripel fosfat, kalsium oksalat.
- Abnormal : Charcot – Leyden, hematoidin.
3. Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan Bilirubin
Alat dan reagen :- Kertas saring.
- Reagen Fouchet (Barium Chlorida 10 %, Aquadest)
Prinsip pemeriksaan :
Bilirubin dalam faeces akan dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau.
Cara kerja :
1. Buat suspensi faeces dengan Barium Chlorida 10 %, biarkan beberapa menit, kemudian
saring.
2. Biarkan endapan pada kertas saring agak kering, kemudian tetesi reagenFouchet
3. Amati perubahan warna yang terjadi.
Penilaian hasil :
Negatif ( Normal ) : tak ada perubahan warna.
Positif : timbul warna hijau sampai biru.
LIVER FUNCTION TEST

Hati merupakan organ terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram. Terletak di
abdomen kuadran kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung empedu. Hati
menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan menampung aliran
darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang diabsorbsi usus. Secara
mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus dengan struktur serupa yang terdiri dari hepatosit,
saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian
dari sistem retikuloendotelial. Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa
dan lipid, membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik.
Interpretasi hasil pemeriksaan fungsi hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter
tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan sel hati dipengaruhi
juga faktor ekstrahepatik. Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi
adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis, memperkirakan beratnya
penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit, menilai hasil pengobatan, membantu
mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati.

1. PEMERIKSAAN SGPT/ALT

Learning objectives:
1. Mahasiswa dapat mengukur kadar SGPT/ALT dengan metode IFCC.
2. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pemeriksaan SGPT/ALT
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pemeriksaan SGPT/ALT dan menghubungkan
dengan kelainan yang mungkin terjadi
Prinsip Pemeriksaan:
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah UV test sesuai standar IFCC.
Prinsip pemeriksaan SGPT/ALT adalahpengukuran D-laktate dan NAD+ yang terbentuk pada
panjang gelombang 340nm berdasarkan reaksi berikut ini:
ALAT
L-alanine + 2-oxoglutarate L-glutamate + pyruvate

LDH
Pyruvate + NADH + H+ D-laktate + NAD+

Alat dan bahan:

- Spektrofotometer
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Blue tip
- Reagen ALT R1 dan R2
- Serum/ plasma darah

Cara pemeriksaan:

1. Dibuat working reagen: Reagen 1 sebanyak 4 mL dicampurdenganreagen 2 sebanyak 1


mL (perbandinganreagen 1 dan 2 = 4 : 1)
2. Diinkubasi selama 5 menit di suhu ruang
3. Diambil 100 L serum dicampur dengan working reagen sebanyak 1 mL
4. Diinkubasi selama 1 menit, campuran dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 340 nm
5. Kalikan absorbansi yang terbaca dengan nilai faktor 1745
RumusPerhitungan
Kadar SGPT (U/L) = ΔA x 1745

NilaiRujukan:
Perempuan = < 31 U/L
Laki-laki = < 41 U/L
2. PEMERIKSAAN SGOT/AST
Learning objectives:
1. Mahasiswa dapat mengukur kadar SGOT/AST dengan metode IFCC.
2. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pemeriksaan SGOT/AST
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pemeriksaan SGOT/AST dan menghubungkan
dengan kelainan yang mungkin terjadi
Prinsip Pemeriksaan:
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah UV test sesuai standar IFCC.
Prinsip pemeriksaan SGOT/AST adalah pengukuran D-malate dan NAD+ yang terbentuk pada
panjang gelombang 340nm berdasarkan reaksi berikut ini:

ASAT
L-aspartate + 2-oxoglutarate L-glutamate + oxaloacetate

MDH
Oxaloacetate + NADH + H+ D-malate + NAD+

Alat dan bahan:


- Spektrofotometer
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Blue tip
- Reagen AST R1 dan R2
- Serum/ plasma darah

Cara pemeriksaan:
1. Dibuat working reagen: Reagen 1 sebanyak 4 mLdicampurdenganreagen 2 sebanyak 1
mL (perbandinganreagen 1 dan 2 = 4 : 1)
2. Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang
3. Diambil 100 L serum dicampur dengan working reagen sebanyak 1 mL
4. Diinkubasi selama 1 menit, campuran dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 340 nm
5. Kalikan absorbansi yang terbaca dengan nilai faktor 1745
RumusPerhitungan
Kadar SGOT (U/L) = ΔA x 1745

NilaiRujukan:
Perempuan = < 31 U/L
Laki-laki = <35 U/L

3. PEMERIKSAAN BILIRUBIN TOTAL

Learning objectives:

1 Mahasiswa dapat mengukur kadar bilirubin total


2 Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pemeriksaan bilirubin total
3 Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pemeriksaan bilirubin totaldan
menghubungkan dengan kelainan yang mungkin terjadi
Prinsip Pemeriksaan:
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah fotometrik 2,4-dichloroaniline (DCA) test sesuai
standar IFCC.
Prinsip pemeriksaan bilirubin totaladalah pengukuran bilirubin direk yang tampak sebagai warna
merah akibat penambahan diatozided 2,4-dichloroaniline pada cairan yang asam.
Alat dan bahan:
- Spektrofotometer
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Blue tip
- Reagen bilirubin total R1 dan R2
- Serum/ plasma darah
Cara pemeriksaan:
1. Dibuat working reagen: Reagen 1 sebanyak 4 mLdicampurdenganreagen 2 sebanyak 1
mL (perbandinganreagen 1 dan 2 = 4 : 1)
2. Diambil 25 L serum dicampur dengan working reagen sebanyak 1 mL
3. Diinkubasi selama 5 menit, campuran dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 546 nm
RumusPerhitungan
A = (A2 –A1) sampel / kalibrator)
Kadar bilirubin total (mg/dL) = (A sampel/ A kalibrator) x konsentrasi kalibrator
NilaiRujukan:
Neonatus : < 8.8 mg/dL
Anak (>1 bln) : 0.2 – 1.0 mg/dL
Dewasa : 0.1 – 1.2 mg/dL

4. PEMERIKSAAN BILIRUBIN DIREK

Learning objectives:
1 Mahasiswa dapat mengukur kadar bilirubin direk
2 Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pemeriksaan bilirubin direk
3 Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pemeriksaan bilirubin direk dan
menghubungkan dengan kelainan yang mungkin terjadi
Prinsip Pemeriksaan:
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah fotometrik 2,4-dichloroaniline (DCA) test sesuai
standar IFCC.
Prinsip pemeriksaan bilirubin direk adalah pengukuran bilirubin direk yang tampak sebagai
warna merah akibat penambahan diatozided 2,4-dichloroaniline pada cairan yang asam.
Alat dan bahan:
- Spektrofotometer
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Blue tip
- Reagen bilirubin direk R1 dan R2
- Serum/ plasma darah
Cara pemeriksaan:
1. Dibuat working reagen: Reagen 1 sebanyak 4 mLdicampurdenganreagen 2 sebanyak 1
mL (perbandinganreagen 1 dan 2 = 4 : 1)
2. Diambil 50 L serum dicampur dengan working reagen sebanyak 1 mL
3. Diinkubasi selama 5 menit, campuran dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 546 nm

Rumus Perhitungan
A = (A2 –A1) sampel / kalibrator)
Kadar bilirubin direk (mg/dL) = (A sampel/ A kalibrator) x konsentrasi kalibrator
NilaiRujukan:
Anak dan dewasa : ≤ 0.2 mg/dL
DAFTAR PUSTAKA

Combur 10 test M, Manufactured by Roche Diagnostics GmbH, Mannheim. 2012

Dufour DR. Liver disease. In:Carl AB, Edward RA, David EB editors. Clinical chemistry and
molecular diagnostics. Fourth ed. Missouri: Elsevier saunders; 2006. p. 1777-1827.

Hall P, Johnny C. What is the real fungtion of the liver ‘function” test. Ulster Med J. 2012;81:30-
36.

Sherlock S, Dooley J. Diseases of the liver and biliary system.United State of America:
Blackwell publishing; 2002.

Anda mungkin juga menyukai