Penyusun :
PENDAHULUAN
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran
urin, tapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti : hati, saluran empedu,
pancreas, kortek adrenal. Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan
sepanjang 24 jam pada klien, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24
jam berikutnya. Akan tetapi kalau kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin dari
klien itu pada saat-saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam, akan kita lihat bahwa
susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Oleh karena itu sangat penting untuk
memilih sampel urin yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
SAMPLING
PENGAWET
Urin harus diperiksa selagi masih segar !
Jika urin terpaksa harus disimpan beberapa lama sebelum melakukan pemeriksaan, maka
digunakan bahan pengawet untuk menghambat perubahan susunannya.
Ex : - Toluen untuk pemeriksaan rutin.
- Thymol.
- Chloroform untuk menghambat pertumbuhan bakteri tetapi mempengaruhi bentuk -
bentuk sel dalam urin.
- Formaldehida : untuk mengawetkan sedimen.
- Asam sulfat pekat : untuk penetapan kuantitatif calcium, nitrogen, dan kebanyakan
zat inorganik lain.
- Natriumkarbonat : untuk mengawetkan urobilinogen.
Selain dengan pengawet dapat disimpan dalam lemari es dengan suhu 40C.
PENAMPUNG
Penampung harus bersih dan kering, mulut lebar dan dapat ditutup rapat. Bila perlu pemeriksaan
bakteriologi perlu penampung steril.
A. WARNA.
Normal : kuning muda sampai tua tergantung besarnya diuresis dan beberapa zat pelarut
dalam urin terutama urobilin dan urochrom
Kelainan warna :
Tak patologis : berasal dari makanan atau obat ( pewarna )
Patologis : Seperti teh : bilirubin.
Hijau : biliverdin, Ps. aeruginosa.
Merah : darah, B. prodigiosus.
Putih keruh : pus.
Putih susu : chylus.
Coklat : hematin, billirubin.
B. KEKERUHAN.
Kekeruhan urin dinyatakan dengan : jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh
Kekeruhan dapat timbul:
1. Sejak dikemihkan :
a. Urin mengandung kristal dalam jumlah besar.
Kekeruhaan ini dapat dihilangkan dengan menambah asam encer.
b. Urin mengandung bakteri dalam jumlah banyak biasanya disertai unsur- unsur
lain dalam sedimen. Kekeruhan ini akan menetap.
c. Unsur dalam sedimen bertambah :
* Eritrosit : urin keruh seperti cucian daging.
* Leukosit : warna putih keruh dengan percobaan
Donne akan membentuk massa yang sangat kental.
* Sel – sel epitel : ditemukan berbagai macam sel.
d. Chylus dan lemak : keruh menyerupai susu encer.
Adanya chylus dibuktikan dengan menambahkan
ether pada sampel sampai menjadi jernih. Lemak
yang ada dapat juga dilihat dengan cara
meneteskan campuran urin – ether pada kertas
saring maka akan tampak bercak berminyak pada
kertas saring tersebut.
e. Benda – benda koloid : sukar diketahui jenis koloid dan sebabnya ada
didalam urin. Tak tampak pada pemeriksaan
mikroskopik dan tidak dapat larut dalam ether.
B. Pemeriksaan Reduksi.
Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam urin dan
sifatnya semi kuantitatif.Pada keadaan normal karbohidrat diekskresi lewat urin dalam
jumlah yang kecil ( kurang dari 50 mg/ml )
Metode Benedict.
Prinsip dengan pemanasan urin dalam suasana alkalis, glukosa akan mereduksi cupri
sulfat dan terbentuk endapan cupri hidroksida yang berwarna merah.
Alat : - tabung reaksi.
- lampu spiritus.
- penjepit tabung.
- pipet tetes.
Reagen : Benedict berisi : Cupri Sulfat, Trisodium Sitrat, Sodium
Karbonat.
Cara kerja : 1. Masukanlah 5 ml reagen Benedict kedalam tabung reaksi
2. Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes ( jangan lebih ) urinkedalam
tabung itu.
3. Panaskan diatas api selama 5 menit.
4. Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.
Penilaian :
Negatif (-) : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh.
Positif 1 (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh.( Sesuai dengan 0,5-1 %
glukosa )
Positif 2 (++) : Kuning keruh ( 1-1,5 % glukosa )
Positif 3 (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh ( 2- 3,5 % glukosa )
Positif 4 ++++): Merah keruh ( lebih dari 3,5 % glukosa )
2. Metode Sulfosalisilat.
Prinsip dengan penambahan sulfoalisilat pada urin ( tanpa pemanasan ) akan
menimbulkan kekeruhan yang sifatnya menetap.
Bahan : Urin jernih.
Alat : Tabung reaksi.
Reagen : Sulfosalisilat 20 %.
Cara kerja :
a. Sediakan 2 tabung reaksi masing-masing diisidengan 2ml urin jernih
b. Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes larutan asam Sulfosalisilat 20 %
kocok
c. Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yangkedua; kalau tetap sama
jernihnya hasil test berarti negatif.
d. Jika tabung pertama lebih keruh daripada tabung kedua, panasilah tabung
pertama diatas apisampai mendidih dan kemudian dinginkan.
- Jika kekeruhan tetap ada pada waktu proses pemanasan dan tetap ada
setelahdidinginkan kembali, berarti test positif.
- Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan, tetapi muncul setalah
dingin,mungkin sebabnya protein Bence Jones.
Penilaian sama seperti metode rebus.
Positf palsu : Bila kekeruhan yang timbul hilang dengan
pemanasan,urin
mungkin mengandung urat atau karbonat.
Negatif palsu : Urin terlalu encer.
Protein Bence Jones.
b. Silinder Granula
- granula kasargranula besar-besar irreguler.
- granula halusgranula kasar yangmengalamidegenerasi, pendek
lebar, oval.
c. Silinder Epitel bahan dasar silinder hialin, didalamnyaberisi sel
epitel yang terperangkap padasaat pembentukan silinder.
d. Silinder Leukosithialin berisi leukosit.
e. Silinder Eritrosit dengan pembesaran lemah tampak padat
kekuningan tegas, bila eritrosit penuh matriks silinder tidak
kelihatan.
f. Silinder sel dan campuran silinder silinder dengan isibermacam-
macam sel darah atau sel lain.
g. Silinder lilin ( waxy cast )sangat refraktil kekuningan,
berasaldari silinder yang mengalamidegenerasi, bentuk besar.
h. Silinder lemak (oval fat bodies) asal dari sel tubulus, yang
mengalami degenerasi lemak.Dapat dibuktikan dengan SUDAN III.
i.
Kesalahan penilaian :
1. Benang mucus : bentuk panjang seperti pita ujung mengecil.
2. Silinder : benang mucus yang ekornya berkelok – kelok.
3. Rambut.
4. Hife / jamur : bercabang – cabang, saling berhubungan dan
berspora.
B. Unsur Anorganik:
a. Tak patologis :
Kristal dalam urin asam seperti : - Kristal urat.
- Kristal oksalat.
- Kristal sulfat.
Kristal dalam urin basa seperti : - Fosfat amorf.
- Triple fosfat.
- Ca.Carbonat.
b. Patologis :
Cystine : bentuk heksagonal refraktil tidak berwarna.
Tyrosine : seperti jarum warna kuning.
Leucine : kecoklatan seperti berminyak bentuk radial
dan konsentris.
Sulfa : kecoklatan asimetris seperti kipas atau
bulat bergaris radial.
C. Unsur lain :
- Spermatozoa.
- Bakteri : bila berasal dari kontaminasi dan berkembang biak maka
tampak bakteri banyak, leukosit sedikit / normal.
- Kapang : karena kontaminasi luar : bentuk kecil, ovoid ukuran tak
sama, warna hijau kekuningan dan berinti.
- Parasit : Trichomonas, larva cacing.
KESIMPULAN :
Dengan sampel yang benar serta pemeriksaan yang teliti serta pengetahuan yangbaik
hasil pemeriksaan urin rutin dapat mengarahkan diagnosa atau menegakandiagnosa
penyakit.
Ca Oxalat
Uric Acid
Amorphous urates
Cystine
Leucine / Tyrosine
Bilirubin
Kolesterol
Amonium biurates
Hemosiderin
Calcium Carbonates
Calcium phosphates
Calcium Sulfates
Squamous Cells
Unsur-Unsur Organik Dalam Sedimen Urin
Eritrosit
Leukosit
Granular cast
Hyalin cast
Waxy cast
Fatty cast
Erythrocytic cast
Bacteria
Epitel transisional
Trichomonas vaginalis
Ragi
Pada keadaan penyakit tertentu kadar suatu zat yang semula ada didalam urin dalam jumlah kecil
atau semula tidak ada, dapat ditemukan dalam jumlah besar.
Zat-zat yang sering diperiksa antara lain :
- Bilirubin, urobilinogen dan urobilin
- Hemoglobin / darah samar.
- Benda-benda keton.
- Kalsium.
- Natrium dan Khlorida.
PEMERIKSAAN BILIRUBIN
Pada keadaan patologik bilirubin dapat dijumpai dalam urin. Bila urin tidak segera diperiksa
sebagian bilirubin akan teroksider dan berubah menjadi biliverdin. Perubahan akan dipercepat
oleh sinar matahari.
Metode pemeriksaan :
1. Tes Busa.
2. Tes Fouchet / Horison.
3. Tes Rosin.
4. Tes carik celup
Catatan :
Urin yang mengandung bilirubin dalam jumlah banyak berwarna kuning sampai coklat seperti
teh tergantung tingginya kadar bilirubin dalam urin.
1. TES BUSA
A. Alat dan reagen :
Alat : tabung.
Reagen: -
B. Cara pemeriksaan :
1. Kocoklah kuat-kuat kira-kira 5 ml urin segar dalam tabung reaksi.
2. Amati busa yang timbul.
Penilaian hasil :
(+) : bila timbul buih warna kuning.
(-) : buih tak berwarna / putih.
Catatan :
(+) palsu : - bila konsentrasi urobilin tinggi.
- Obat-obatan misalnya : acriflavin, pyridium.
Percobaan ini perlu diikuti pemeriksaan bilirubin dalam serum untuk memperkuat dugaan
adanya bilirubin uria.
2. TES FOUCHET / HORISON
Prinsip pemeriksaan :
Bilirubin dalam urin dipekatkan / diendapkan di atas kertas saring dengan bariumchlorida.
Dengan reagen Fouchet bilirubin akan teroksidasi dan berubah menjadi biliverdin yang
berwarna hijau.
A. Alat dan reagen :
Alat : - tabung reaksi.
- kertas saring.
- corong.
Reagen: Fouchet, yang terdiri dari :
Larutan 25 gr trichloracetat dalam 100 ml aquadest dicampur dengan 10 ml
larutan ferrichlorida 10%.
B. Cara pemeriksaan :
1. Campurkan 5 ml urin segar dengan 5 ml larutan bariumchlorida 10% kemudian
disaring.
2. Angkat kertas saring dari corong dan biarkan agak kering.
3. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat pada kertas saring dan amati
hasilnya.
Penilaian hasil :
* negatif (-) : bila tak terjadi perubahan warna.
* positif (+): bila timbul warna hijau yang makin lama makin jelas dan menjadi biru hijau
Sensitifitas : hasil (+) pada kadar 0,15 – 0,20 mg% bilirubin dalam urin.
PEMERIKSAAN UROBILINOGEN
Pada keadaan normal urobilinogen mencapai puncaknya pada awal tengah hari. Sampling
sebaiknya dilakukan antara jam 14.00 – 16.00 WIB untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
seperti yang diharapkan.
Metode pemeriksaan :
1. Tes Ehrlich ( Wallace – Diamond )
2. Tes carik celup.
1. TES EHRLICH ( WALLACE – DIAMOND )
A. Alat dan reagen :
Alat :Tabung reaksi.
Reagen : Ehrlich, yang terdiri dari :
* Paradimethylamino-benzaldehida 2 gr
* Asam hidrochlorida pekat 20 ml
* Aquades 80 ml
Catatan : larutan disimpan dalam botol warna coklat.
Syarat pemeriksaan :
- Urin segar ( yang baru dikemihkan ) sebab bila urin dibiarkan urobilinogen akan
teroksidasi menjadi urobilin.
- Bila urin mengandung bilirubin, endapkan dengan BaCl2 10%
B. Cara pemeriksaan :
1. Campurkan 10 – 20 tetes reagen Ehrlich dengan 5 ml urin.
2. Biarkan tegak pada rak tabung 3 – 5 menit, amati hasilnya.
Perhatikan :
- Bila timbul warna merah samara-samar, tes dianggap selesai.
- Bila warna merah tampak jelas, lakukan pengenceran urin dan kerjakan pemeriksaan
seperti semula.
Penilaian hasil :
- Negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna.
- Negatif palsu : pada kadar protein tinggi, sulfonamide.
- Positif (+) : timbul warna merah.
- Positif palsu : adanya indol, skatol, makanan berkhlorofil.
Arti klinis :
Normal : urin memberi reaksi positif sampai pengenceran 20x dengan cara 0,5 cc
urin +air sampai volume 10 ml.
Ekskresi normal : 4 mg / 24 jam.
Patologis : Bila pengenceran lebih dari 40 x.
Catatan :
- Sulfonamid, nitrit, prokain menimbulkan warna hijau.
- Formalin menghambat reaksi.
Harga normal :
- Sejumlah kecil glukosa dapat ditemukan pada urin normal
- 2-30 mg/dl (0,12-1,8 mmol/l)
Positif palsu :
- Substansi oksidan seperti hidroklorit, klorin
- Urin basa dengan pH <4
Negatif palsu :
- Asam askorbat
Interpretasi dibaca dalam 60 detik
2) Protein
Stik carik celup spesifik untuk albumin, kurang sensitif terhadap globulin, protein
Bence-Jones dan mukoprotein
Komposisi bahan kimia
- Tetrabromophenol blue (TBTP) 0,35 mg
Prinsip kerja : protein-error reaction
Pemeriksaan protein dalam urin berdasarkan prinsip kesalahan penetapan pH oleh
adanya protein
Harga normal
- Sejumlah protein dapat ditemukan pada individu normal pada perubahan
fisiologis : latihan berat, stres, keseimbangan diit protein hewani,
premenstruasi
- Perlu diperiksa parameter lain bila protein lebih dari (+)
Positif palsu
- Hemoglobin kadar tinggi
- Medium kontras
- Substansi molekul besar
- Desinfektan dengan kandungan ammonium
- Urin pH >8
Negatif palsu
- Urin asam pH < 2
Interpretasi protein : dibaca dalam 60 detik
3) pH
Stik carik celup spesifik dengan perubahan ,0 dengan kemampuan pH 5-9
Komposisi bahan kimia
- bromokresol green 0,07 mg
- bromokresol blue 0,72 mg
prinsip kerja : pH indicator
Harga normal :
- normal urin adalah acidulous, sekitar pH 6
- bervariasi antara 5-8 dipengaruhi makanan/diit
Positif/negatif palsu : urin yang tidak segar dapat meningkatkan tingkat kebasaan
Interpretasi : dibaca pada deik ke 60
Nilai tersedia : 5;6;7;8;9
4) Bilirubin
Stik carik celup spesifik untuk bilirubin direk
Komposisi bahan kimia
- 2-methyl-5-nitroaniline ,9 mg
- Sodium nitrit 1,0 mg
Prinsip kerja : Azo-coupling reaction
5) Urobilinogen
Stik carik celup sensitif untuk urobilinogen urin
Komposisi bahan kimia
- 3,3-dimethoxy-4,4-biphenylbis (diazonium tetrafluoroborate) 0,16 mg
Prinsip kerja : Azo-coupling reaction
6) Berat Jenis
Stik carik celup spesifik untuk berat jenis urin antara 1.000 sampai 1.030 dengan
tahan 0,005. Non elektrolit seperti glukosa tidak mempengaruhi berat jenis
Komposisi bahan kimia :
- di(2-ethylhexyl)phosphpric acid (D-2-EHPA) 8,0 mg
- bromthymol blue 0,7 mg
Prinsip kerja : cation extraction
7) Darah samar
Stik carik celup lebih sensitif untuk pigmen darah (hemoglobin) dan miogloin dari
pada eritrosit. Tidak adanya hemolisis mengindikasikan hasil yang negatif meskipun
positif pada sedimen
8) Keton
Stik carik celup lebih sensitif untuk asam asetoasetat daripada aseton, tetapi
seharusnya tidak bereaksi dengan asam β-hidroxibutirat. Reaksi untuk aseton adalah
1/10 dibandingkan dengan asam asetoasetat
Komposisi bahan kimia :
- Sodium nitroprusside 12,0 mg
Prinsip kerja : legal reaction (tes legal)
9) Nitrit
Stik carik celuphanya bereaksi dengan nitrit. Pemeriksaan nitrit dalam urin adalah tes
yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuria. Tes ini
berdasarkan bahwa sebagian besar bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit, akan tetapi densitas reaksi warna tidak berkorelasi
dengan jumlah bakteri
Komposisi bahan kimia :
- Sulfanilamide 3,9 mg
- N-1-Napthylenthylenediamine dihydrochloride (NEDA-2HCL) 0,3 mg
Prinsip kerja : Griess reaction (tes Griess)
10) Leukosit
Stik carik celup bereaksi dengan esterase dari leukosit urin yang merupakan enzim
pada granulaazurofilik atau granula primer dari granulosit dan monosist
Komposisi bahan kimia :
- 3-(N-Toluenesulfonyl-Lalanyloxy)indole(TAI) 0,49 mg
- 2-Methoxy-4-(N-morpholino) benzenediazonium (MMB) 0,7 mg
Prinsip kerja : pengukuran esterase pada leukosit
1. Pemeriksaan Makroskopis
Cara kerja :
Amati sampel yang akan diperiksa dan laporkan yang tampak. Bila kurang jelas, faeces
dapat diratakan pada kaca obyek dan amati dengan teliti komponen apa yang tampak
misalnya : sisa makanan, parasit, benda asing.
1.1. Bentuk dan konsistensi.
Normal : silinder, padat / lembek sampai keras.
Abnormal :
Bentuk dan konsistensi Klinis
- Cair - Enteritis.
- Pensil - Stenosis rectum.
- Kecil – kecil dan keras - Spasme colon.
- Viscous hitam - Perdarahan saluran cerna.
- Viscous merah segar - Perdarahan saluran cerna bawah.
1.2. Warna dan bau.
Bau normal : khas
Warna normal : Coklat muda sampai coklat tua oleh karena oksidasi urobilin.
Warna abnormal :
Warna Klinis
- Purulen, darah +, lendir + - Colitis ulcerosa.
- Putih - Steatorrhea.
- Hijau - Klorofil.
- Merah segar, jumlah >> - Keganasan / hemorrhoid.
- Keabuan - Lema k tak tercerna.
- Seperti dempul / acholik - Obstruksi empedu.
- Hitam - Melena.
1.3. Darah dan lendir.
a. Darah :
Bila faeces terdapat darah, ini selalu abnormal.
Normal : darah (-)
Darah (+) : menunjukan adanya rangsangan atau iritasi pada usus.
Darah segar : berasal dari bagian distal.
Darah hitam/coklat : asal dari usus bagian proksimal.
b. Lendir :
Adanya lendir dalam faeces berarti adanya rangsangan atau radang pada dinding usus.
Lokasi Klinis
- Pada bagian luar faeces - Iritasi colon.
- Tercampur faeces - Usus proksimal.
- Lendir saja - Intususepsi.
- Lendir dan nanah - Disentri, Ileocolitis.
2. Pemeriksaan Mikroskopis.
Hal – hal yang harus dilakukan sebelum mengerjakan pemeriksaan :
1. Pilih sampel yang dicurigai adanya kelainan dan dikerjakan dari beberapa bagian daerah
seluruh faeces.
2. Bila sampel kering , ambil bagian tengah atau lunakkan dulu dengan garam fisiologis.
3. Bila sampel lunak atau tidak berbentuk langsung dibuat preparat.
4. Bila sampel cair, pusingkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 – 10 menit dan buat
preparat dari sediaan yang terbentuk.
Tujuan pemeriksaan :
1. Mencari protozoa dan telur cacing.
2. Mencari adanya sel – sel darah, sel ragi dan epitel.
3. Mengetahui sisa makanan yang tidak tercerna.
Metode pemeriksaan :
- Pemanasan
Cara pemeriksaan : - Faeces dibuat preparat tipis, lalu tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan atau bakar diatas pemanas spiritus.
- Amati dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : Tetesan lemak (+): feses mengandung asam lemak dan lemak
netral.
- Asam asetat 30 %
Untuk mendeteksi persabunan lemak.
Cara pemeriksaan : - Faeces dicampur dengan 1 – 2 tetes Asam asetat 30 %,tutup dengan
kaca penutup.
- Panaskan diatas api busen / pemanas spirtus yang kecil.
- Amati dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : - Lemak akan mengeluarkan sabun lemak dan membentukbutiran-
butiran saat dipanaskan.
- Tetesan / butiran lemak (+) : feces mengandung sabun.
2.3. Parasit dan kristal
a. Parasit : kemungkinan ditemukan bermacam – macam.
- telur cacing atau larva cacing.
- Amuba diperiksa dengan eosin 2 % dan bentuk kistanya diperiksa dengan lugol.
b. Kristal : berbagai kristal dapat ditemukan dalam faeces.
- Normal : tripel fosfat, kalsium oksalat.
- Abnormal : Charcot – Leyden, hematoidin.
3. Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan Bilirubin
Alat dan reagen :- Kertas saring.
- Reagen Fouchet (Barium Chlorida 10 %, Aquadest)
Prinsip pemeriksaan :
Bilirubin dalam faeces akan dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau.
Cara kerja :
1. Buat suspensi faeces dengan Barium Chlorida 10 %, biarkan beberapa menit, kemudian
saring.
2. Biarkan endapan pada kertas saring agak kering, kemudian tetesi reagenFouchet
3. Amati perubahan warna yang terjadi.
Penilaian hasil :
Negatif ( Normal ) : tak ada perubahan warna.
Positif : timbul warna hijau sampai biru.
LIVER FUNCTION TEST
Hati merupakan organ terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram. Terletak di
abdomen kuadran kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung empedu. Hati
menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan menampung aliran
darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang diabsorbsi usus. Secara
mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus dengan struktur serupa yang terdiri dari hepatosit,
saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian
dari sistem retikuloendotelial. Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa
dan lipid, membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik.
Interpretasi hasil pemeriksaan fungsi hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter
tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan sel hati dipengaruhi
juga faktor ekstrahepatik. Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi
adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis, memperkirakan beratnya
penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit, menilai hasil pengobatan, membantu
mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati.
1. PEMERIKSAAN SGPT/ALT
Learning objectives:
1. Mahasiswa dapat mengukur kadar SGPT/ALT dengan metode IFCC.
2. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pemeriksaan SGPT/ALT
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pemeriksaan SGPT/ALT dan menghubungkan
dengan kelainan yang mungkin terjadi
Prinsip Pemeriksaan:
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah UV test sesuai standar IFCC.
Prinsip pemeriksaan SGPT/ALT adalahpengukuran D-laktate dan NAD+ yang terbentuk pada
panjang gelombang 340nm berdasarkan reaksi berikut ini:
ALAT
L-alanine + 2-oxoglutarate L-glutamate + pyruvate
LDH
Pyruvate + NADH + H+ D-laktate + NAD+
- Spektrofotometer
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Blue tip
- Reagen ALT R1 dan R2
- Serum/ plasma darah
Cara pemeriksaan:
NilaiRujukan:
Perempuan = < 31 U/L
Laki-laki = < 41 U/L
2. PEMERIKSAAN SGOT/AST
Learning objectives:
1. Mahasiswa dapat mengukur kadar SGOT/AST dengan metode IFCC.
2. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pemeriksaan SGOT/AST
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pemeriksaan SGOT/AST dan menghubungkan
dengan kelainan yang mungkin terjadi
Prinsip Pemeriksaan:
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah UV test sesuai standar IFCC.
Prinsip pemeriksaan SGOT/AST adalah pengukuran D-malate dan NAD+ yang terbentuk pada
panjang gelombang 340nm berdasarkan reaksi berikut ini:
ASAT
L-aspartate + 2-oxoglutarate L-glutamate + oxaloacetate
MDH
Oxaloacetate + NADH + H+ D-malate + NAD+
Cara pemeriksaan:
1. Dibuat working reagen: Reagen 1 sebanyak 4 mLdicampurdenganreagen 2 sebanyak 1
mL (perbandinganreagen 1 dan 2 = 4 : 1)
2. Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang
3. Diambil 100 L serum dicampur dengan working reagen sebanyak 1 mL
4. Diinkubasi selama 1 menit, campuran dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 340 nm
5. Kalikan absorbansi yang terbaca dengan nilai faktor 1745
RumusPerhitungan
Kadar SGOT (U/L) = ΔA x 1745
NilaiRujukan:
Perempuan = < 31 U/L
Laki-laki = <35 U/L
Learning objectives:
Learning objectives:
1 Mahasiswa dapat mengukur kadar bilirubin direk
2 Mahasiswa dapat melakukan interpretasi hasil pemeriksaan bilirubin direk
3 Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pemeriksaan bilirubin direk dan
menghubungkan dengan kelainan yang mungkin terjadi
Prinsip Pemeriksaan:
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah fotometrik 2,4-dichloroaniline (DCA) test sesuai
standar IFCC.
Prinsip pemeriksaan bilirubin direk adalah pengukuran bilirubin direk yang tampak sebagai
warna merah akibat penambahan diatozided 2,4-dichloroaniline pada cairan yang asam.
Alat dan bahan:
- Spektrofotometer
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Blue tip
- Reagen bilirubin direk R1 dan R2
- Serum/ plasma darah
Cara pemeriksaan:
1. Dibuat working reagen: Reagen 1 sebanyak 4 mLdicampurdenganreagen 2 sebanyak 1
mL (perbandinganreagen 1 dan 2 = 4 : 1)
2. Diambil 50 L serum dicampur dengan working reagen sebanyak 1 mL
3. Diinkubasi selama 5 menit, campuran dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 546 nm
Rumus Perhitungan
A = (A2 –A1) sampel / kalibrator)
Kadar bilirubin direk (mg/dL) = (A sampel/ A kalibrator) x konsentrasi kalibrator
NilaiRujukan:
Anak dan dewasa : ≤ 0.2 mg/dL
DAFTAR PUSTAKA
Dufour DR. Liver disease. In:Carl AB, Edward RA, David EB editors. Clinical chemistry and
molecular diagnostics. Fourth ed. Missouri: Elsevier saunders; 2006. p. 1777-1827.
Hall P, Johnny C. What is the real fungtion of the liver ‘function” test. Ulster Med J. 2012;81:30-
36.
Sherlock S, Dooley J. Diseases of the liver and biliary system.United State of America:
Blackwell publishing; 2002.