Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

“Erisipelas”

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

Disusun Oleh :
Nada Shauti Sadida
G1A014112

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :

“Erisipelas”

Pada tanggal, Juni 2018

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik


di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD. Prof. Dr. Margono Soekardjo

Disusun oleh :
Nada Shauti Sadida G1A014112

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK


NIP. 19790622 201012 2 001

2
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME., karena atas
keberkahannya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini.
Terimakasih penulis sampaikan kepada para pengajar, fasilitator, dan
narasumber SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, terutama dr. Ismiralda Oke
Putranti, Sp.KK, selaku pembimbing penulis. Penulis menyadari presentasi kasus
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga presentasi kasus ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat
dijadikan pelajaran bagi yang membacanya.

Purwokerto, Juni 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…...............................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang…....................................................................................5
II. LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien…...................................................................................6
B. Anamnesis ..............................................................................................6
C. Pemeriksaan Fisik..................................................................................7
D. Resume…...............................................................................................8
E. Diagnosis banding ..................................................................................9
F. Diagnosis kerja…...................................................................................9
G. Pemeriksaan penunjang..........................................................................9
H. Penatalaksanaan….................................................................................9
I. Prognosis…..........................................................................................10
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.................................................................................................11
B. Epidemiologi........................................................................................11
C. Etiologi….............................................................................................11
D. Patogenesis….......................................................................................12
E. Gambaran klinis…...............................................................................12
F. Penegakan Diagnosis….......................................................................13
G. Diagnosis Banding...............................................................................14
H. Tatalaksana...........................................................................................15
I. Prognosis..............................................................................................15
IV. PEMBAHASAN KASUS...................................................................17
V. KESIMPULAN...................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

4
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut akibat bakteri (biasanya
Streptococcus sp.) pada kulit superfisial (dermis dan epidermis) dan melebar
hingga limfe kutan superfisial. Gejala utamanya yaitu eritema berwarna merah
cerah dan berbatas tegas dengan disertai gejala konstitusi (misal demam,
malaise, dll). Predileksi biasanya pada tungkai bawah, namun dapat pula terjadi
pada wajah (Djuanda, 2007).
Erisipelas dapat terjadi pada semua kelompok umur namun lebih sering
pada bayi, anak, dan lansia. Puncaknya pada usia 60-80 tahun dengan
predisposisi. Faktor predisposisi erisipelas dan selulitis yaitu onstruksi dan
edema limfatik, trauma (luka operasi), radioterapi, faringitis, insufisiensi vena
dan arteri (dermatitis statis, ulkus kruris), immunocompromise (diabetes,
alkoholisme, obesitas, HIV), sindrom nefrotik, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, dan ibu hamil (Jorup-Ronstrom, 1986; Pereira de Godoy,
2010).
Pada laporan ini penulis akan membahas mengenai definisi hingga
prognosis erisipelas sehingga mampu menegakkan diagnosis dan memberi
penatalaksanaan yang sesuai dalam kasus erisipelas.

5
II. LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bumiayu
Bangsal : Dahlia, Kamar 9
Tanggal Periksa : 28 Juni 2018
Nomor RM : 02-05-66-87

B. Anamnesis
Keluhan Utama : Luka pada payudara kanan
Keluhan Tambahan : Nyeri dan perih pada luka payudara kanan. demam
saat luka pertama kali muncul.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan terdapat luka pada payudara kanan yang muncul tiba-
tiba sejak 6 hari yang lalu. Luka berwarna merah kehitaman semakin membesar
sejak pertama muncul. Pasien merasa kurang nyaman karena luka terasa perih
dan nyeri terus menerus, gatal disangkal. Pasien juga mengeluhkan demam saat
luka pertama kali muncul.
Pasien saat ini sedang menjalani pengobatan rawat inap hari ke-10 di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RS Margono Soekarjo dengan diagnosis trombositosis
esensial, DIC dan DM. Sebelumnya pasien sudah pernah di rawat di RSUD
Banyumas selama 5 hari kemudian dirujuk ke RSMS.
Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Riwayat penyakit serupa disangkal
b. Riwayat alergi makanan, obat atau udara disangkal
c. Riwayat penyakit sistemik : trombositosis esensial, DIC dan DM
d. Riwayat konsumsi imunosupresan disangkal

6
Riwayat Penyakit dalam Keluarga :
a. Riwayat penyakit serupa disangkal
b. Riwayat alergi makanan, obat atau udara, rhinitis alergi disangkal
c. Riwayat penyakit DM, hipertensi disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama anak
dan cucunya. Pasien mengaku tidak pernah mandi selama dirawat di rumah
sakit karena kesulitan dan keterbatasan gerak. Pembiayaan pasien di rumah
sakit menggunakan BPJS non PBI.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : BB: 63 kg, TB: 150 cm, IMT 28 m2/kg
Vital Sign :
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36⁰C
Kepala : Mesochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret darah (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 normal, tidak hiperemis
KGB : Tidak teraba pembesaran.
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema ( ), sianosis ( )

7
Status Lokalis (Dermatologis)
Lokasi : Regio mammae dextra
Efloresensi : Plak hiperpigmentasi dengan tepi eritem edematosa
berbatas tegas berukuran diameter 10 cm di regio mammae
dextra. Terdapat nyeri tekan dan teraba hangat dibanding
jaringan sekitarnya.

Gambar 2.1. Status dermatologis pasien

D. Resume
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Luka pada payudara kanan
Onset : Sejak 6 hari yang lalu
Kualitas : Mengurangi kenyamanan
Kuantitas : Nyeri dan perih terasa terus menerus, luka semakin melebar
Memperberat : -
Memperingan : -
Kronologi : Luka berwarna merah kehitaman tiba-tiba muncul 6 hari
yang lalu. Terasa nyeri dan perih terus menerus. Semakin
lama luka semakin melebar. Pasien mengeluhkan demam
saat luka pertama muncul.

8
Gejala penyerta : Nyeri, perih, demam saat luka pertama muncul
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan serupa disangkal. Pasien mempunyai riwayat
trombositosis esensial, DIC dan DM. Riwayat alergi disangkal.
3. Riwayat penyakit keluarga
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, tinggal bersama anak dan
cucunya.
4. Riwayat sosial ekonomi
Hygiene buruk.
5. Pemeriksaan fisik dan status dermatologis
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Hipertensi, Obesitas I.
Pemeriksaan fisik generalis dalam batas normal. Pemeriksaan status
dermatologis, terdapat plak hiperpigmentasi dengan tepi eritem edematosa
berbatas tegas berukuran diameter 10cm di regio mammae dextra.

E. Diagnosis Banding
1. Selulitis
2. Erisipeloid
3. Dermatitis statis

F. Diagnosis Kerja
Erisipelas

G. Usulan Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Kultur
3. Pemeriksaan histopatologi

H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a. Azitromisin 500mg 1x1 selama 3 hari
b. Paracetamol 500mg 3x1 jika nyeri

9
c. Salep racik : Acdat 3%, Asam Salisilat 3%, LCD 5%, Soft u derm 1,
diolesi 2x/hari
2. Non medikamentosa
Kompres dingin 3-4x/hari
3. Edukasi
a. Menjaga kebersihan dengan mandi 2x/hari menggunakan sabun cair
bayi
b. Kurangi aktifitas dan cukup istirahat
c. Tingkatkan sistem imun dengan mengonsumsi makanan bergizi
d. Tidur minimal 8 jam sehari
e. Tidak putus obat selama pengobatan

I. Prognosis
1. Ad vitam : Ad bonam
2. Ad fungsionam : Ad bonam
3. Ad sanationam : Ad bonam
4. Ad kosmeticum : Dubia ad bonam

10
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut akibat bakteri (biasanya
Streptococcus sp.) pada kulit superfisial (dermis dan epidermis) dan
melebar hingga limfe kutan superfisial. Gejala utamanya yaitu eritema
berwarna merah cerah dan berbatas tegas dengan disertai gejala konstitusi
(misal demam, malaise, dll). Predileksi biasanya pada tungkai bawah,
namun dapat pula terjadi pada wajah (Djuanda, 2007).

B. EPIDEMIOLOGI
Sebanyak 80% kasus erisipelas terjadi di regio ekstremitas bawah
dibanding pada regio fasialis. Erisepelas dapat menginfeksi semua ras,
namun lebih umum pada ras Eropa. Erisipelas lebih umum terjadi pada
wanita namun pada pria terjadi di usia yang lebih muda (Pereire de Godoy,
2010). Erisipelas dapat terjadi pada semua kelompok umur namun lebih
sering pada bayi, anak, dan lansia. Puncaknya pada usia 60-80 tahun dengan
predisposisi (immunocompromise dan gangguan limfatik).

C. ETIOLOGI
Etiologi erisipelas yaitu Streptococcus β-hemolyticus terutama
Streptococcus pyogenes (Djuanda, 2007). Pada infeksi di wajah, penyebab
yang paling sering yaitu Streptokokus grup A, sedangkan pada ekstremitas
bawah yaitu Streptokokus grup non-A. Pada neonatus dan wanita
postpartum, penyebab tersering erisipelas perineal dan ekstremitas bawah
adalah Sterptokokus grup B (Bernard, 2008). Pada kultur lesi kulit
erisipelas, dapat ditemukan pula Staphylococcus aureus namun belum ada
bukti jelas keterlibatan bakteri tersebut sebagai agen etiologi erisipelas
(Krasagakis, 2006).
Faktor predisposisi erisipelas dan selulitis yaitu onstruksi dan edema
limfatik, trauma (luka operasi), radioterapi, faringitis, insufisiensi vena dan
arteri (dermatitis statis, ulkus kruris), immunocompromise (diabetes,

11
alkoholisme, obesitas, HIV), malutrisi, anemia, sindrom nefrotik,
hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan ibu hamil (Jorup-Ronstrom, 1986;
Pereira de Godoy, 2010).

D. PATOGENESIS
Port d’entry pada erisipelas yaitu kerusakan kulit yang ebih
superfisial dibadingkan dengan selulitis. Faktor-faktor predisposisi seperti
DM, malnutrisi (anemia), dan kondisi sistemik lain menurunkan daya tahan
tubuh disertai hygiene yang kurang akan meningkatkan kemungkinan
infeksi Streptococcus sp dan menyebabkan terjadinya erisipelas. Reaksi
sistem imun tubuh terhadap organisme dan toksin Streptococcus memicu
respon inflamasi sehingga timbul gejala peradangan nyeri, gatal, bengkak,
terasa hangat pada lesi kulit dan timbul gejala prodormal demam, malaise,
nyeri sendi dan nyeri otot. Pada erisipelas, infeksi menginvasi dan menyebar
dengan cepat melalui pembuluh limfe, menyebabkan terjadinya
pembengkakan pada lesi kulit yang semakin lama semakin melebar
(Sawitri, 2016).

E. GAMBARAN KLINIS
Pada erisipelas, terdapat gejala konstitusi (prodormal) berupa
demam, malaise, mual, nyeri kepala, atralgia, dan mialgia sebelum atau
bersamaan dengan munculnya lesi kulit. Lapisan kulit yang terkena infeksi
adalah epidermis dan dermis serta menyebar ke limfe kutan superfisial.
Keterlibatan limfatik dapat berupa limfangitis dan limfadenopati. Gambaran
klinis yaitu eritema berwarna merah cerah, berbatas tegas, dengan pinggiran
meninggi dan tanda-tanda radang akut (terasa nyeri, sensasi seperti terbakar,
gatal, bengkak, lebih hangat daripada jaringan sekitarnya). Kelainan kulit
yang lebih parah dapat disertai edema, vesikel, bula, ptekie, dan nekrosis.
Predileksi di ekstremitas bawah (80%) dan wajah.

12
Gambar 3.1 Erisipelas.

Pada pemeriksaan darah, terdapat leukositosis. Jika tidak diobati,


erisipelas dapat menjalar ke daerah sekitarnya terutama ke proksimal. Jika
berulang dan residif ditempat yang sama dapat terjadi striktur limfatik
berbentuk elefantiasis verukosa (Djuanda, 2007).

Gambar 3.2 Elefantiasis nostras verukosa.

F. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis erisipelas meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Saat anamnesis, umumnya pasien
mengeluhkan lesi kulit muncul tiba-tiba namun dapat pula didahului trauma
atau faringitis. Penggalian informasi mengenai faktor predisposisi perlu
dilakukan secara menyeluruh. Umumnya dapat ditemukan kondisi
immunocompromise, gangguan pembuluh darah dan limfatik pada pasien

13
erisipelas. Gejala prodormal yang timbul biasanya berupa demam dan
malaise terjadi sebelum atau bersamaan dengan munculnya lesi kulit.
Pada pemeriksaan fisik, lesi kulit awalnya berupa bercak kemerahan
kecil yang terus melebar menjadi plak merah terang, meninggi, bengkak dan
nyeri. Lesi kulit berbatas tegas, berbeda dengan selulitis yang terjadi pada
jaringan subkutan. Selain itu, pada selulitis tidak terdapat keterlibatan
limfatik. Tanda peradangan yang dapat ditemukan yaitu teraba hangat pada
lesi dibanding jaringan sekitar, bengkak dan nyeri tekan. Keterlibatan
limfatik erisipelas dapat berupa limfangitis maupun limfadenopati regional
(Bonnetblanc, 2003).
Pemeriksaan penunjang pada erisipelas tidak perlu dilakukan karena
kurang signifikan dan efektif secara biaya. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan diantaranya yaitu pemeriksaan darah lengkap (ditemukan
leukositosis, peningkatan LED, peningkatan CRP) kultur (ditemukan
Streptococcus β-haemolyticus), dan pemeriksaan histopatologi (ditemukan
edema dermis, dilatasi vaskular, invasi steptokokus pada jaringan dan limfe)
(Bonnetblanc, 2003).

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Selulitis
Merupakan kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di subkutan
dengan tanda-tanda radang akut (4 cardinal sign : eritema, nyeri,
bengkak, hangat) (Djuanda, 2007). Tempat predileksi lebih banyak
pada kaki. Pada selulitis terdapat limfadenopati regional, dan gejala
prodormal berupa demam, malaise dan menggigil. Tanda yang paling
membedakan selulitis dengan erisipelas adalah pada selulitis kelainan
kulit terdapat di jaringan subkutan sehingga gambaran lesi tidak
berbatas jelas (Bonnetblanc, 2003).
2. Erisipeloid
Erisipeloid merupakan infeksi akut bakteri pada kulit yang akibat
trauma okupasional. Umumnya terjadi pada petani, peternak, koki atau
pekerja lain yang sering kontak dengan hewan. Etiologi erisipeloid

14
yaitu Erysipelothrix rhusiopathiae. Gambaran klinis erisipeloid berupa
plakat berwarna merah keunguan berbatas tegas di area punggung dan
jari tangan. Lesi terasa gatal, nyeri seperti terbakar, bengkak dan teraba
hangat. Gejala prodormal yang timbul biasanya yaitu demam,
menggigil, penurunan berat badan, atralgia, batuk dan nyeri kepala
(Veraldi, 2009).
3. Dermatitis statis
Dermatitis statis merupakan penyakit inflamasi kulit yang umum
terjadi pada ektremitas bawah dan merupakan sekuel awal dari
gangguan insufisiensi vena sebelum menjadi ulkus atau
lipodermatosklerosis. Gambaran klinis dermatitis statis yaitu berupa
makula atau plak eksim eritem dengan skuama halus disertai edema dan
terasa gatal (Sundaresan, 2017).

H. TATALAKSANA
Tatalaksana non medikamentosa dapat dilakukan dengan
mengistirahatkan bagian yang terkena, jika terdapat pada kaki maka
dielevasikan lebih tinggi dari jantung. Hal ini dapat membantu mengurangi
edema lokal, inflamasi dan nyeri. Selain itu, kelainan kulit dikompres dingin
4 kali sehari dan perawatan luka menggunakan cairan antiseptik yang
diganti setiap 2-12 jam jika terdapat ulkus atau jaringan nektotik (Djuanda,
2007).
Tatalaksana medikamentosa kausatif dapat diberikan antibiotik
sistemik dan atau topikal. First-line antibiotik untuk erisipelas adalah
golongan penisilin. Sefalosporin atau makrolid (misal eritromisin,
azitromisin) dapat diberikan jika pasien alergi penisilin. Sedangkan terapi
simptomatik dapat diberikan diuretik jika edem, dan antipiretik jika demam
dan analgesik jika nyeri (Djuanda, 2007).

I. PROGNOSIS
Prognosis erisipelas umumnya baik. Beberapa kasus erisipelas dapat
membaik secara spontan tanpa terapi apapun. Komplikasi dapat berupa

15
infeksi sekunder, namun tidak mengancam jiwa dan dapat disembuhkan
dengan terapi antibiotik (Bonnetblanc, 2003). Beberapa komplikasi
erisipelas yang paling sering terjadi yaitu abses, gangren, dan
thrombophlebitis. Pada pasien dengan predisposisi, dapat terjadi elefantiasis
nostra verukosa akibat infeksi berulang.

16
IV. PEMBAHASAN KASUS

Pasien Ny. S usia 61 tahun masuk ke RS Margono Soekarjo Purwokerto


pada hari Jum’at, 22 Juni 2018 dengan trombosis esensial, DIC dan DM dan
dirawat inap bangsal Dahlia di Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Pasien
mengeluhkan timbul luka berwarna merah kehitaman pada payudara kanan
sejak 6 hari yang lalu. Luka terasa nyeri dan perih setiap saat secara terus
menerus dan dirasa semakin membesar sejak pertama muncul. Pasien
mempunyai riwayat penyakit trombositosis esensial, DIC dan DM. Riwayat
alergi dan penyakit dengan keluhan serupa sebelumnya disangkal oleh pasien
dan keluarganya. Pasien mengaku tidak pernah mandi selama dirawat di rumah
sakit karena kesulitan dan keterbatasan gerak. Pemriksaan tanda vital
didapatkan hipertensi. Pemeriksaan antropometri didapatkan obesitas I.
Pemeriksaan fisik generalis dalam batas normal. Pemeriksaan status
dermatologis, terdapat plak hiperpigmentasi dengan tepi eritem edematosa
berbatas tegas berukuran diameter 10cm di regio mammae dextra. Terdapat
nyeri tekan dan teraba hangat dibanding jaringan sekitarnya. Lansia, hygiene
yang buruk dan diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi erisipelas.
Berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan pemeriksaan yang dilakukan,
maka dapat ditegakkan diagnosis erisipelas.
Tatalaksana non medikamentosa dapat dilakukan dengan mengistirahatkan
bagian yang terkena, kompres dingin 4 kali sehari dan perawatan luka
menggunakan cairan antiseptik yang diganti setiap 2-12 jam jika terdapat ulkus
atau jaringan nektotik (Djuanda, 2007). Tatalaksana medikamentosa kausatif
dapat diberikan antibiotik sistemik dan atau topikal. Sedangkan terapi
simptomatik dapat diberikan antipiretik jika demam dan analgesik jika nyeri
(Djuanda, 2007).

17
V. KESIMPULAN

1. Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut akibat bakteri (biasanya


Streptococcus sp.) pada kulit superfisial (dermis dan epidermis) dan
melebar hingga limfe kutan superfisial. Gejala utamanya yaitu eritema
berwarna merah cerah dan berbatas tegas dengan disertai gejala konstitusi
(misal demam, malaise, dll). Predileksi biasanya pada tungkai bawah,
namun dapat pula terjadi pada wajah.
2. Diagnosis Nn. S yaitu erisipelas, sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan dermatologis.
3. Antibiotik azitromisin oral dapat diberikan sebagai terapi kausatif
erisipelas. Selain dapat ditambahkan pula antipiretik, analgesik dapat
dberikan sebagai terapi simptomatik bila diperlukan.
4. Prognosis erisipelas baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bernard, P. 2008. Management of Common Bacterial Infections of The Skin. Curr


Opin Infect Dis, 21(2): 122-128.

Bonnetblanc, J.M., Bedane, C. 2003. Erysipelas: Recognition and Management. Am


J Clin Dermatol, 4(3): 157-163.

Djuanda, A. Pioderma. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu


penyakit kulit dan kelamin.Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.

Jorup-Ronstrom, C. 1986. Epidemiological, Bacteriological and Complicating


Features od Erysipelas. Scand J Infect Dis, 18(6): 519-524.

Krasagakis, K., Samonis, G., Maniatakis, P., Georgala, S., Tosca, A. 2006. Bullous
Erysipelas: Clinical Presentation, Staphylococca;l Involvement and
Methicillin Resistance. Dermatology, 212(1): 31-35.

Pereira de Godoy, J.M., Galacini, M.P., Yoshino, R.M., Marinelli, B.R., Foroni,
C.A.L. 2010. Epidemiological Data and Comorbidities of 428 patients
Hospitalized with Erysipelas. Angiology, 61(5): 492-494.

Sawitri, A.R. 2016. Studi Restrospektif: Profil Pasien Erisipelas dan Selulitis.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 28(2): 59-67.

Sundaresan, S., Migden, M.R., Silapunt, S. 2017. Dermatitis: Pathophysiology,


Evaluation, and Management. Am J Clin Dermatol, 18(3):383-390.

Veraldi, S., Girgenti, V., Dassoni, F., Gianotti, R. 2009. Erysipeloid: a Review. Clin
Exp Dermatol, 34(8): 859-862.

19

Anda mungkin juga menyukai