Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

Secara global PTM (Penyakit Tidak Menular) merupakan penyebab


kematian nomor satu setiap tahunnya yaitu penyakit kardiovaskuler.
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah, seperti, Penyakit Jantung Koroner, Penyakit
Gagal jantung, Hipertensi dan Stroke. Pada tahun 2008 diperkirakan
sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan
seharusnya dapat dicegah. Salah satu penyakit kardiovaskular tersering
yaitu stroke. Menurut World Health Organization, di seluruh dunia stroke
menjadi penyebab utama kematian nomor dua dan penyebab utama ketiga
untuk kecacatan. Secara global, 70% kematian disebabkan oleh stroke dan
87% kematian disebabkan oleh stroke dan kecacatan yang terjadi pada
beberapa tahun terakhir di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Selama empat dekade terakhir, insiden stroke di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah terjadi lebih dari dua kali lipat.
Selama dekade ini insiden stroke telah menurun sebesar 42% di negara-
negara berpenghasilan tinggi

World Helath Organization mengestimasi peningkatan jumlah pasien


stroke di beberapa negara Eropa sebesar 1,1 juta pertahun pada tahun 2000
menjadi 1,5 juta pertahun pada tahun 2025. Menurut laporan Riskesdas
2007 stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia dibanding
penyakit yang lain yaitu sebesar 15,4%. Jumlah penderita penyakit stroke di
Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes)
diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0‰), sedangkan berdasarkan
diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1‰).
Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/ gejala, Provinsi Jawa
Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001
orang (7,4‰) dan 533.895 orang (16,6‰), sedangkan Provinsi Papua Barat
memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang
(3,6‰) dan 2.955 orang (5,3‰)
Stroke berdampak terhadap sosioekonomi akibat disabilitas yang
diakibatkannya. Oleh karena prevalensi stroke semakin meningkat di
Indonesia dan merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu, maka
pencegahannya sangat penting dilakukan melalui deteksi dini faktor risiko
dan upaya pengendalian.7,8 Identifikasi faktor risiko stroke sangat
bermanfaat untuk perencanaan intervensi pencegahan. Berbagai penelitian
telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor risiko stroke antara lain
herediter, usia, jenis kelamin, sosioekonomi, letak geografi, makanan tinggi
lemak dan kalori, kurang makan sayur buah, merokok, alkohol, aktifitas
fisik kurang, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, aterosklerosis, penyakit
arteri perifer, penyakit jantung (heart failure), dan dislipidemia.

Berdasarkan penyebabnya stroke terbagi menjadi 2, stroke iskemik


dan stroke hemoragik. Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling
sering terjadi yaitu sebanyak 87% terjadi karena adanya pembentukan
trombus lokal atau embolus oklusi arteri serebral. Stroke hemoragik atau
dapat disebut stroke pendarahan merupakan jenis stroke yang paling sedikit
terjadi yaitu 13% namun lebih berbahaya daripada stroke iskemik. Menurut
National Stroke Association stroke hemoragik terjadi karena pecahnya
pembuluh darah di otak dan tumpahan darahnya masuk ke dalam atau ke
area sekitar otak. Hal ini dapat menyebabkan hematoma yang dapat
mengubah dan melukai jaringan otak. Adanya tekanan dapat menyebabkan
hilangnya suplai darah akan berdampak ke jaringan otak sehingga
menghasilkan infark. Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan aneurisma (daerah yang lemah atau tipis pada pembuluh
darah) yang dapat membuat pembuluh darah cukup lemah sehingga lebih
mudah robek.
Intracerebral hemorrhage (ICH) terjadi bila pembuluh darah pecah di
dalam otak dan menyebabkan hematoma. Hal ini biasanya akibat dari
kerusakan pembuluh darah oleh hipertensi kronis atau kelainan pembuluh
darah. Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan
penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu
menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan
imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit
pembuluh darah otak (Cerebro Vaskular Disease / CVD), yaitu Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tomography (CT Scan). CT Scan
merupakan golden standard untuk membedakan stroke hemoragik dan
iskemik. Alat ini memiliki sensitivitas tinggi untuk membedakan stroke
perdarahan intraserebral (hemoragik) dan stroke infark (iskhemik)
II. STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Kusyati
Usia : 55 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No. CM : 02031608

B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Nyeri kepala
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSMS pada hari minggu (28/07/2019) rujukan dari
Puskesmas Purwojati datang dengan keluhan utama nyeri kepala sejak 1
hari SMRS. Keluhan nyeri dirasakan terus menerus seperti ditusuk. Nyeri
kepala dirasa sedikit membaik setelah pasien beristirahat dan memberat
ketika beraktifitas. Pasien juga mengeluhkan lemah anggota gerak kiri,
mulut merot ke sebelah kiri. Pasien memiliki riwayat stroke sejak 2 tahun
yang lalu dan rutin kontrol di poli saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat Trauma : (-)
b. Riwayat Hipertensi : (+)
c. Riwayat DM : (-)
d. Riwayat Stroke : (+)
e. Riwayat Penyakit Ginjal : (-)
f. Riwayat Penyakit Jantung : (-)
g. Riwayat Asma : (-)
h. Riwayat Operasi : (-)
i. Riwayat Alergi Obat : (-)
4. Riwayat sosial ekonomi & diet
Pasien seorang ibu rumah tanggal tinggal bersama suami dan anak,
pasien tinggal dilingkungan padat penduduk. pasien beraktifitas sehari-
hari di rumah, namun setelah terdiagnosis stroke aktifitas terbatasi. Pasien
suka mengkonsumsi makan makanan berlemak

C. Pemeriksaan Fisik
1. KU/Kesadaran : Sakit sedang / Composmentis E4M6V5
2. Tanda-Tanda Vital:
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
RR : 22x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37°C

3. Status Generalis
a. Kepala : Mesocephal
b. Mata : CA -/- SI -/- pupil isokor 3mm/3mm RC +/+
c. Hidung : NCH -/-
d. Mulut : Sianosis (-)
e. Telinga : Discharge (-) otorhea (-)
f. Leher : Pembesaran KGB -/-
g. Thoraks : Simetris, retraksi (-)
h. Pulmo : SD Ves +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
i. Cor : S1>S2 ireguler, murmur -, gallop –
j. Abdomen : Datar, NT (-), bising usus (+) N, defense
muskular (-)
k. Ekstremitas atas : Edema -/-, akral hangat +/+, CRT +/+ <2
detik
l. Ekstremitas bawah : Edema -/-, akral hangat +/+, CRT +/+ <2
detik
4. Status Neurologis
a. Nervus cranialis
a. N. II : RC +/+, pupil isokor 3mm/3mm
b. N. III, IV,VI : dbn
c. N. VII : dbn
d. N. XII : dbn

b. Motorik
1) Superior :
a) Gerak dan KM kesan lateralisasi sinistra
b) Tonus n/menurun
c) RF +2/+2
d) Trofi eu/eu
e) RP -/-
2) Inferior :
a) Gerak dan KM kesan lateralisasi sinistra
b) Tonus n/menurun
c) RF +2/+2
d) Trofi eu/eu
e) RP -/-
c. Meningeal Sign
Kaku kuduk (-)
Brudzinski (-)
d. Status Vegetatif
BAB (+), BAK (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap RSMS (//2019)
Hemoglobin : 12,7
Leukosit : 10710
Hematokrit : 41
Eritrosit : 4,7
MCH : 26.8
MCHC : 30.8 L
MCV : 86.9
MPV : 9.1 L
RDW : 13.0
Basofil : 0.4
Batang : 0.4 L
Eosinophil : 0.3 L
Limfosit : 16.5 L
Neutrophil : 76.9 H
Segmen : 76.5 H
Monosit : 5.9
Trombosit : 321.000 H
Ureum : 23.18
Kreatinin : 0.61
GDS : 101
Natrium : 140
Kalium : 3.8
Klorida : 105

2. Pemeriksaan MCT-Scan kepala tanpa kontras RSMS (02/08/2019)


Deskripsi :
a. Tampak lesi hiperdens (CT Number +/- 55 - 64 HU, volume 16,49mL)
disertai perifocal edema disekitarnya pada corona radiate kanan,
nucleus lentiformis kanan, capsula interna kanan, kapsula eksterna
kanan dan thalamus kanan
b. Sulcus kortikalis dan fissure sylvii kanan tampak menyempit
c. Ventrikel lateralis kanan menyempit
d. Ventrikel kiri, III, IV baik
e. Sisterna perimesensefali baik
f. Tak tampak midline shifting
g. Pons dan cerebellum baik.
h. Pada bone window
i. Tak tampak kesuraman pada sinus paranasal maupun mastoid air cell
Kesan :
a. ICH (vol +/- 16,49 mL) pada corona radiate kanan, nucleus
lentiformis kanan, capsula interna kanan dan thalamus kanan
b. Tampak tanda peningkatan tekanan intrakranial
3. Foto Thoraks AP RSMS (02/08/2019)

Deskripsi Foto thoraks AP RSMS1:


a. Trakea di tengah
b. Cor : CTR > 55 %
c. Pulmo : Corakan vaskular normal
Tak tampak bercak pada kedua lapang paru
d. diafragma kanan kiri intak
e. sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
f. sisterna tulang yang tervisualisasi intak
Kesan:
a. Cardiomegaly
b. Pulmo dalam batas normal

E. Diagnosis Kerja
Diagnosis klinis : Hemiparese sinistra, Hipestesia Extremitas Sinistra
Diagnosis topis : Capsula Interna Dextra
Diagnosis etiologis : ICH (OH 7)
Diagnosis sekunder : Hipertensi, Konstipas, Susp ISK
F. Tatalaksana
O2 3 LPM NK
IVFD Asering 20 TPM
Inf Manitol 4X75 cc
Inj Mecobalamin 2X500 mcg
PO Amlodipin 10 mg 1X1
PO Kandesartan 10 mg 1x1
PO Betahistin 3X16 mg
PO Parasetamol 3X500 mg

Anda mungkin juga menyukai