Anda di halaman 1dari 33

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan
dan metode utama dalam mengimplementasikan proses asuhan. Dari
sekian banyak komunikasi, komunikasi antara pribadi (interpersonal)
yang dianggap paling efektif untuk menunjang kesehatan pasien.1
Komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication) adalah
komunikasi antar individu-individu adalah interaksi tatap muka antara
dua atau beberapa orang dimana pengirim dapat menyampaikan pesan
secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi
secara langsung pula.2 Kebanyakan penyakit yang diderita individu
maupun penyakit yang ada di komunitas masyarakat pada umumnya
bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman atas berbagai
informasi kesehatan yang diterima.1
Puskesmas sebagai penanggung jawab dalam upaya kesehatan
masyarakat yang menyelenggarakan program promosi kesehatan
merupakan salah satu program wajib yang berperan menyebarluaskan
informasi tentang kesehatan kepada masyarakat agar tercapai perilaku
hidup sehat dan menciptakan kesehatan masyarakat. Menurut keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah
upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budata setempat dan didukung
kebijakan public yang berwawasan kesehatan.3
Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi
Kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan
(politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan
dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu,

1
kelompok dan komunitas. WHO (World Health Organization)
merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu
mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya.4
Kegiatan promosi kesehatan dapat dibagi menjadi kegiatan
promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas dan di luar gedung
Puskesmas. Upaya promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas,
khususnya untuk pelayanan-pelayanan yang perlu mendapat tambahan
dalam hal promosi kesehatannya. Biasanya karena pasien terlalu banyak
sedangkan petugas kesehatan yang melayani terbatas (misalnya di BP),
atau karena pasien dan keluarganya memang memerlukan informasi atau
konsultasi khusus (misalnya tentang masalah kepatuhan minum obat TB,
masalah sanitasi, masalah gizi, dsb).3
Berdasarkan penelitian dari Jurnal Mutiara Medika, didapatkan
37% pasien di Puskesmas Yogyakarta merasa kurang puas terhadap
komunikasi petugas kesehatan karena merasa kurang diperhatikan dan
tidak mendapatkan kesempatan dalam mengungkapkan perasaannya.5

Berdasarkan hasil Konsil Kedokteran Indonesia, komunikasi


antara dokter/petugas kesehatan dan pasien dalam satu kesempatan tidak
selalu dapat menyelesaikan semua upaya dalam pemberian informasi,
nasehat, motivasi pasien, atau bahkan kepatuhan pasien dalam rangka
6
menyelesaikan masalah kesehatannya.

Menurut Depkes RI (2002) pasien yang datang ke tempat


pelayanan kesehatan pada umumnya tidak hanya membutuhkan
pelayanan medis saja, melainkan sangat membutuhkan perhatian serta
berbagai informasi kesehatan sesuai dengan masalah yang sedang
dihadapinyan.7

2
UPTD Puskesmas Kecamatan Rengasdenklok mengadakan
program komunikasi interpersonal dan konseling sebagai sebagian dari
upaya promosi kesehatan dalam gedung puskesmas. Oleh karena itu,
diperlukan evaluasi program komunikasi interpersonal dan konseling di
UPTD Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok periode Januari sampai
September 2018 untuk mengetahui tingkat keberhasilan, masalah, dan
penyelesaian masalah dalam program ini dan melihat perubahan
percapaian program dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah
yang didapat berupa:
1. Menurut Depkes RI (2002) pasien yang datang ke tempat pelayanan
kesehatan pada umumnya tidak hanya membutuhkan pelayanan
medis saja, melainkan sangat membutuhkan perhatian serta berbagai
informasi kesehatan sesuai dengan masalah yang sedang
dihadapinya.
2. Berdasarkan Konsil Kedokteran Indonesia, komunikasi antara dokter
atau petugas kesehatan dan pasien dalam satu kesempatan tidak
selalu dapat menyelesaikan semua upaya dalam pemberian informasi,
nasehat, motivasi, atau bahkan kepatuhan pasien dalam rangka
menyelesaikan masalah kesehatannya.
3. Berdasarkan penelitian dari Jurnal Mutiara Medika, didapatkan 37%
pasien di Puskesmas Yogyakarta merasa kurang puas terhadap
komunikasi petugas kesehatan karena merasa kurang diperhatikan
dan tidak mendapatkan kesempatan dalam mengungkapkan
perasaannya.
4. Belum diketahui tingkat keberhasilan program komunikasi
interpersonal dan konseling di UPTD Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok periode Januari sampai September 2018.

3
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program cakupan


komunikasi interpersonal dan konseling sehingga komunikasi antar
petugas kesehatan dan pasien/klien dapat berjalan dengan efektif atau
menghindari terjadinya kegagalan komunikasi di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok periode Januari sampai
September 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus :

 Diketahuinya sistem pencatatan dan pelaporan program


komunikasi interpersonal dan konseling di UPTD Puskesmas
Kecamatan Rengasdengklok periode Januari sampai September
2018.
 Diketahuinya jumlah pengunjung yang mendapat layanan
komunikasi interpersonal dan konseling di klinik khusus atau
klinik terpadu komunikasi interpersonal dan konseling mengenai
gizi, P2M, sanitasi, PHBS dan lain-lain sesuai kondisi atau
masalah pengunjung di UPTD Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok periode Januari sampai September 2018.
 Diketahuinya cakupan komunikasi interpersonal dan konseling di
UPTD Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok periode Januari
sampai September 2018.
 Diketahuinya besar masalah mengenai program komunikasi
interpersonal dan konseling di UPTD Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok periode Januari sampai September 2018.
1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi evaluator :

 Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai


evaluasi program dengan pendekatan sistem.

4
 Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi
program Komunikasi Interpersonal dan Konseling di
Puskesmas dalam lingkup wilayah kerjanya.
 Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menjalankan
program Puskesmas khususnya pada Komunikasi Interpersonal
dan Konseling dan merangsang cara berpikir kritis dan ilmiah.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi :

 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran


sertanya di bidang kesehatan.
 Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang Dievaluasi :

 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan


program promosi kesehatan khususnya Komunikasi Interpersonal
dan Konseling disertai dengan solusi pemecahan masalahnya.
 Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih
mengaktifkan program Komunikasi Interpersonal dan Konseling
sehingga memenuhi target cakupan program.
 Memberikan masukan dalam meningkatkan kerjasama dan
membina peran serta masyarakat dalam melaksanakan program
Komunikasi Interpersonal dan Konseling secara optimal.

1.4.4 Bagi Masyarakat :

 Memperbaiki program sehingga dapat menciptakan bina suasana


yang baik dengan masyarakat.

5
 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok periode Januari
sampai September 2018
 Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan komunikasi
antar petugas kesehatan dan penderita di setiap tempat pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan efektif & efisien.
 Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat
memberikan rasa nyaman bagi penderita sehingga mau bertanya
tentang apa yang belum paham tentang penyakit yang dideritanya
dan lebih terbuka tentang masalah yang dihadapinya.

1.5 Sasaran

Seluruh pengunjung di wilayah kerja UPTD Puskesmas


Kecamatan Rengasdengklok periode Januari sampai September 2018.

6
BAB II
Materi dan Metode

2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan
kegiatan bulanan Puskesmas program Promosi Kesehatan mengenai
Komunikasi Interpersonal dan Konseling di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok periode Januari sampai
September 2018, yang terdiri dari:

1. Pendataan jumlah total kunjungan pasien yang mendapatkan


komunikasi interpersonal dan konseling rawat jalan maupun rawat
inap
2. Layanan konseling bagi pasien yang memerlukan
informasi/konsultasi
3. Pencatatan dan pelaporan kegiatan Komunikasi Interpersonal dan
Konseling

2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan, analisis
dan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga
dapat dicari masalah yang ada pada program Komunikasi Interpersonal
dan Konseling dengan cara membandingkan cakupan program
komunikasi interpersonal dan konseling di UPTD Puskesmas
Kecamatan Rengasdengklok periode Januari sampai September 2018
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab
masalah kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah
tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan.

7
BAB III
Kerangka Teoritis
3.1 Kerangka Teoritis

Lingkungan
(4)

Masukan Proses Keluaran Dampak


(1) (2) (3) (6)

Umpan Balik
(5)

Bagan 3.1. Teori Sistem

Bagan di atas menerangkan gabungan dari elemen-elemen yang


saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai
salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang
telah ditetapkan. Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja
yang diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi.
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan. Sistem terbentuk dari elemen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem
tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material),
metode (method).
a.) Tenaga (Man)
Ketersediaan sumber daya manusia paling sedikit satu orang
tenaga khusus promosi kesehatan (pejabat fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat atau PKM), jika tidak tersedia tenaga

8
khusus promosi kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua
tenaga kesehatan Puskesmas yang melayani pasien/klien.
b.) Dana (Money)
Pendanaan yang dibebankan pada anggaran pemerintah,
pemerintah daerah dan atau sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c.) Sarana (Material)
Sarana dan prasarana paling sedikit meliputi standar peralatan
yang dibutuhkan untuk promosi kesehatan
d.) Metode (method)
Metode yang digunakan adalah metode komunikasi, dimana
metode promosi kesehatan individual dapat berupa bimbingan,
konseling, penyuluhan, maupun wawancara
2. Proses (process) adalah elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
a.) Perencanaan (Planning)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi sampai kepada penetapan alternative kegiatan untuk
mencapainya.
b.) Pengorganisasian (Organizing)
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
c.) Pelaksanaan (Actuating)
Proses bimbingan kepada para staf agar mereka mampu bekerja
secara optimal dalam menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki dan dukungan sumber daya
yang tersedia.

9
d.) Pengawasan (Controlling)
Merupakan suatu proses untuk mengamati secara terus-menerus
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah
ditetapkan dan melakukan koreksi jika terdapat penyimpangan.
3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem. Keluaran yang dipantau adalah
keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara
umum maupun secara khusus.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap
sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (feedback) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap,
monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem. Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya
program komunikasi interpersonal dan konseling Puskesmas, yaitu
terciptanya komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan
dengan pasien.

3.2. Tolok Ukur


Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran. Tolok ukur
digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
promosi kesehatan khususnya cakupan komunikasi interpersonal dan konseling.
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas dikatakan
bahwa dengan komunikasi interpersonal dan konseling diharapkan komunikasi
antara petugas kesehatan dan pasien/klien dapat berjalan dengan efektif, serta
membantu upaya pemecahan masalah pasien/klien.

10
Definisi operasional cakupan komunikasi interpersonal dan konseling
adalah jumlah pengunjung yang mendapat layanan komunikasi interpersonal dan
konseling di klinik khusus atau klinik terpadu komunikasi interpersonal dan
konseling mengenai gizi, P2M, sanitasi, PHBS dan lain-lain sesuai kondisi atau
masalah pengunjung sebanyak 5% dari seluruh pengunjung puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun.

11
BAB IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal
dari :

 Data geografis dari Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten


Karawang tahun 2017.
 Data demografis dari Puskesmas Rengasdengklok Kabupaten
Karawang tahun 2017.
 Data laporan bulanan Promosi Kesehatan UPTD Puskesmas
Kecamatan Rengasdengklok Tahun 2018
 SOP Komunikasi Interpersonal dan Konseling

a. Data Umum

4.2.1. Data Geografis

A. Luas Wilayah dan Batas-Batas


1. Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok terletak di wilayah
Kecamatan Rengasdengklok, tepatnya di Desa Rengasdengklok
Selatan yaitu di Jalan Tugu Proklamasi RT 002/RW012,
Rengasdengklok, Karawang. Sejak Januari tahun 2009 di pecah
menjadi dua Puskesmas yaitu Puskesmas Rengasdengklok dengan
enam desa wilayah kerja dan Puskesmas Kalangsari dengan tiga
desa wilayah kerja. Luas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok adalah 1.575 Ha.

2. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan:

a. Sebelah utara : Wilayah Puskesmas Jayakerta dan Medangasem


b. Sebelah selatan : Wilayah Puskesmas Kalangsari

12
c. Sebelah barat : Dibatasi Sungai Citarum Kabupaten Bekasi
d. Sebelah timur : Wilayah Puskesmas Kutamukti dan Kutawaluya

B. Wilayah Administrasi

Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok terdiri dari


enam desa, 32 dusun dan 168 RT. Enam desa tersebut adalah:

 Desa Dewisari
 Desa Rengasdengklok Selatan
 Desa Rengasdengklok Utara
 Desa Kertasari
 Desa Amansari
 Desa Dukuhkarya

Seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan


Rengasdengklok relatif dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor.

4.2.2. Data Demografis


Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok menurut proyeksi tahun 2017 memiliki penduduk
sejumlah 81.525 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 41.779 jiwa
dan perempuan 39.746 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
40.763. Perbandingan tingkat sosial ekonomi penduduk Puskesmas
Rengasdengklok Kecamatan Rengasdengklok sebagian besar bermata
pencaharian sebagai perdagangan (72,43 %) selebihnya bergerak dibidang
pertanian 13,27 %, pegawai negri 5,09 %, TNI / Polisi 0,04 %, lain-lain 9,17
%. Data persentase tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan
SMP 46,79 % merupakan pendidikan dengan persentase tertinggi
dibandingkan dengan tamatan pendidikan lainnya, sedangkan pendidikan
dengan persentase terkecil adalah penduduk dengna tamatan Akademi /
Perguruan Tinggi 0,85 %. Agama yang dianut sebagaian besar penduduk
Kecamatan Rengasdengklok adalah Islam 96,30 % dan sebagian kecil
lainnya adalah agama Hindu 0,01 %.

13
4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja
Puskesmas Rengasdengklok, antara lain:

Puskesmas :1
Rumah Sakit :1
Rumah Bersalin :1
Klinik 24 Jam :1
Praktek Bidan : 26
Dokter Umum :4
Praktek dokter gigi : 1

4.3 Data Khusus


4.3.1. Masukan
a. Tenaga

 Kepala Puskesmas : tidak ada


 Koordinator dan Pelaksana Program : 1 orang (sebagai koordinator
dan pelaksana program promosi kesehatan)
 Dokter umum : 4 orang
 Dokter gigi : 1 orang
 Bidan : 28 orang
 Perawat : 11 orang
b. Dana
 Biaya Operasional Kesehatan (BOK) : Ada
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : Ada
c. Sarana
- Ruangan Graha Semesta : 1 ruang
- Kursi : 3 buah
- Lemari arsip : 3 buah
- Meja tulis : 1 buah
- Komputer dan perangkatnya : 2 buah
- Pendingin ruangan : 1 buah

14
- Pencatatan dan Pelaporan
- Buku register pelayanan KIP/K : 1 buah
- Arsip laporan bulanan : 1 buah
 Kendaraan Promosi Kesehatan
- Kendaraan roda 2 : 0 unit
- Kendaraan roda 4 : 1 unit

 Set promosi kesehatan

- Flipchart & stand : 5 buah


- Proyektor/LCD proyektor : 1 buah
- Amplifier & wireless microphone : 0 set
- Kamera : 0 buah
- Megaphone : 0 buah
- Radio kaset : 0 buah
- Papan informasi : 1 buah
- Poster : 5 buah
- Layar ukuran 1x1,5m : 1 buah
- Leaflet : 150 lembar

d. Metode
Metode pendukung dalam pelaksanaan promosi kesehatan,
khususnya komunikasi interpersonal dan konseling adalah metode
komunikasi. Yaitu proses mengemas informasi, menyampaikan
informasi, dan menerima informasi. Berdasarkan sasarannya, metode dan
teknik promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu metode promosi
kesehatan individual, metode promosi dan kesehatan kelompok. Dimana
metode promosi kesehatan individual dapat berupa bimbingan,
konseling, penyuluhan, maupun wawancara.
1. Prosedur dari pelaksanaan komunikasi interpersonal dan konseling:
 Pembukaan
- Mengucapkan salam
- Membina HAM dengan sasaran penyuluhan

15
 Inti kegiatan KIP/K
- Menanyakan kondisi dan masalah sasaran
- Menanyakan penyebab masalah
- Menanyakan penyebab masalah tersebut kenapa bisa muncul ?
- Memberikan penjelasan tentang masalah yang dihadapi (penyebab,
munculnya penyebab, pencegahan, peningkatan pengobatan /
rehabilitasi.)
- Menggunakan media/alat bantu dalam penyampaian pesan
- Memberikan kesempatan bertanya kepada sasaran
 Penutup
- Menyimpulkan materi yang telah dibahas
- Merumuskan perilaku yang harus dilakukan sasaran untuk melakukan
demontrasi sesuai materi yg telah ditetapkan
 Mengucapkan salam penutup.
2. Prinsip pemberian informasi melalui konseling kepada pasien/individu
yang perlu diperhatikan dan dipraktikkan oleh petugas kesehatan
Puskesmas adalah:2
1. Memberikan suasana gembira dan semangat hidup
Pada saat memulai pemberian informasi, sebaiknya petugas kesehatan
Puskesmas tidak langsung mengungkap masalah, kelemahan, atau
kekeliruan pasien. Perbincangan harus diawali dengan situasi yang
menggembirakan, karena situasi yang demikian membuat pasien
menjadi tertarik untuk terlibat dalam perbincangan, selanjutnya pasien
diajak untuk mengungkapkan sendiri masalah, kelemahan atau
kekeliruannya.
2. Menghargai pasien sepenuh hati
Menghargai pasien/individu adalah syarat utama untuk terjadinya
hubungan yang baik dan terbuka. Cara menghargai ini dilakukan
dengan memberikan ucapan-ucapan dan bahasa tubuh yang
menghargai.

16
3. Melihat pasien sebagai subjek
Petugas kesehatan Puskesmas harus mengendalikan kecenderungan
keinginannya untuk menasihati. Upayakan agar pasien/individu
berbicara sebanyak-banyaknya tentang dirinya. Sementara itu,
pembicaraan diarahkan kepada pemecahan masalah yang dihadapi.
Dengan demikian, pemecahan masalah itu datang dari diri pasien itu
sendiri.
4. Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan pasien
Dalam hubungan yang baik, petugas kesehatan Puskesmas selalu
berusaha untuk mengemukakan kata-kata dan butir-butir dialog yang
menyentuh perasaan pasien/individu.
5. Memberikan keteladanan
Keteladanan sikap dan perilaku petugas kesehatan Puskesmas dapat
menyentuh perasaan pasien. Keteladanan memang merupakan sugesti
yang cukup kuat bagi pasien/individu untuk berubah ke arah positif.
4.3.2. Proses
4.3.2.1. Perencanaan
 Kegiatan dilakukan sesuai dengan alur pelayanan Puskesmas.
- Pasien mendaftarkan diri untuk mendapatkan nomor urut
- Pasien menunggu giliran panggilan di ruang tunggu
- Setelah mendapatkan giliran dipanggil oleh petugas, pasien
diarahkan langsung menuju tempat pemeriksaan dokter.

 Pasien yang telah mendapatkan pelayanan pengobatan, namun:


- memiliki permasalah khusus yang berhubungan dengan
kesehatannya,
- memiliki pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab di
poliklinik/KIA,
- atau pasien yang memerlukan informasi khusus / konsultasi
khusus dapat diarahkan ke klinik khusus (ruang Graha Semesta)

 Petugas kesehatan melakukan prosedur dari pelaksanaan KIP/K:

17
- Pasien dengan permasalahan khusus dirujuk ke klinik khusus
(KIP/K)
- Pasien didaftarkan
- Catat dalam buku register sesuai urutan pendaftaran:
a. Nama
b. Umur
c. Alamat
d. Diagnose Medis
e. Masalah yang muncul
f. Konseling/ Pesan yang disampaikan
g. Rencana Tindak Lanjut
h. Paraf / Tanda tangan
- Pasien dipanggil sesuai urutan panggilan
- Sambut kedatangan pasien dengan mengucapkan salam dengan
hangat dan bersahabat penuh perhatian dan dipersilahkan duduk
- Tanyakan, untuk menjajagi pengetahuan, perasaan, kebutuhan
pasien terkait dengan masalah kesehatan yang dihadapi
- Uraikan, informasi yang sesuai dengan masalah klien dengan
memberikan informasi-informasi yang jelas dengan bahasa yang
mudah dipahami, hindari istilah-istilah yang membingungkan
pasien
- Dengarkan dengan seksama tanpa memotong pembicaraan, biaran
pasien menyelesaikan pembicaraannya
- Jangan menggurui, Jangan menghakimi
- Fokus pada pembicaraan
- Gunakan media alat bantu bila diperlukan
- Bantulah pasien memahami keadaan dirinya serta permasalahan
yang dihadapi dan menetapkan alternative pemecahan masalah
- Berikan kesempatan klien untuk bertanya atau meminta
penjelasan
- Jelaskan dengan lebih rinci konsekwensi dan keuntungan setiap
alternative pemecahan masalah

18
- Ulangi beberapa informasi penting
- Ingatkan bila klien harus melakukan kunjungan ulang atau perlu
dirujuk
- Buatlah janji apabila akan ditindaklanjuti dengan kunjungan
rumah
- Bila sudah selesai ucapkan terimakasih ucapkan salam
- Pasien dipersilahkan untuk pulang
 Saat kegiatan konseling sedang berjalan, petugas kesehatan
mempraktikkan prinsip pemberian konseling:
 Memberikan suasana gembira dan semangat hidup
Pada saat memulai pemberian informasi, sebaiknya petugas
kesehatan Puskesmas tidak langsung mengungkap masalah,
kelemahan, atau kekeliruan pasien. Perbincangan harus diawali
dengan situasi yang menggembiraka, karena situasi yang demikian
membuat pasien menjadi tertarik untuk terlibat dalam perbincangan,
selanjutnya pasien diajak untuk mengungkapkan sendiri masalah,
kelemahan atau kekeliruannya.
 Menghargai pasien sepenuh hati
Menghargai pasien/individu adalah syarat utama untuk
terjadinya hubungan yang baik dan terbuka. Cara menghargai ini
dilakukan dengan memberikan ucapan-ucapan dan bahasa tubuh yang
menghargai.
 Melihat pasien sebagai subjek
Petugas kesehatan Puskesmas harus mengendalikan
kecenderungan keinginannya untuk menasihati. Upayakan agar
pasien/individu berbicara sebanyak-banyaknya tentang dirinya.
Sementara itu, pembicaraan diarahkan kepada pemecahan masalah
yang dihadapi. Dengan demikian, pemecahan masalah itu datang dari
diri pasien itu sendiri.

19
 Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan pasien
Dalam hubungan yang baik, petugas kesehatan Puskesmas
selalu berusaha untuk mengemukakan kata-kata dan butir-butir dialog
yang menyentuh perasaan pasien/individu.
 Memberikan keteladanan
Keteladanan sikap dan perilaku petugas kesehatan Puskesmas
dapat menyentuh perasaan pasien. Keteladanan memang merupakan
sugesti yang cukup kuat bagi pasien/individu untuk berubah ke arah
positif.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan setiap bulannya
4.3.2.2. Pengorganisasian

Struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung


jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada koordinator
program (programmer), kemudian programmer melakukan
koordinasi dengan pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan
pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya.
Pengorganisasian dalam program Promosi Kesehatan dibagi
berdasarkan jabatan:

a. Kepala Puskesmas
 Sebagai penanggung jawab program.
 Monitoring pelaksanaan Promosi Kesehatan tingkat
kecamatan.
 Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Promosi
Kesehatan di wilayah kerja.
b. Koordinator Promosi Kesehatan
 Koordinator program
 Pelaksana program

20
 Melakukan pengolahan dan analisis hasil keberhasilan
program dan melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala
Puskesmas tiap bulan.

Bagan 2. Struktur Organisasi Bagian Promosi Kesehatan Puskesmas Kecamatan


Rengasdengklok
4.3.2.3.Pelaksanaan
- Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun,
terutama yang menyangkut prosedur pelaksanaan, metode, dan
prinsip kegiatan KIP/K, target pencapaian.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan
4.3.2.4 Pengawasan
- Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan dan tahunan secara
berkala tentang kegiatan program komunikasi interpersonal dan
konseling ke tingkat kabupaten minimal 1 kali
- Adanya rapat bulanan dengan kepala puskesmas beserta
koordinator program di Puskesmas tentang hasil pencapaian
program komunikasi interpersonal dan konseling

21
4.3.3. Keluaran
Jumlah
Jumlah Seluruh
Kunjungan
Pengunjung
Periode Bulan pasien yang
Puskesmas per
dilakukan
bulan
KIP/K
Januari 228 4879
Febuari 237 4788
Maret 210 5023
April 225 4913
Mei 230 4938
Juni 210 4924
Tahun 2018 Juli 219 4852
Agustus 212 4910
September 210 4989
Total 1.981 44.216

Tabel 4. Data Cakupan Program Komunikasi Interpersonal dan


Konseling

Jumlah pengunjung puskesmas yang


Cakupan
mendapat KIP/K dalam kurun waktu satu
Komunikasi
= tahun x 100%
Interpersonal dan
Jumlah seluruh pengunjung puskesmas dalam
Konseling (KIP/K)
kurun waktu satu tahun

Cakupan Komunikasi

Interpersonal dan = %  4.48%


Konseling (KIP/K)

Target dari bulan Januari sampai dengan September 2018 = 5%

Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 5%, jadi besar masalah
adalah

Besar masalah = 5 – 4,48 x 100%

22
Besar masalah = 10,4%
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 5%, jadi besar
masalah adalah 10,4%

4.3.4. Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
 Lokasi : tidak terdapat lokasi yang sulit dicapai
 Transportasi : tersedia sarana transportasi
b. Lingkungan Non Fisik
 Keadaan sosial ekonomi masih rendah yaitu dengan jumlah
keluarga miskin 22.588 orang, dengan mayoritas mata
pencaharian sebagai pengrajin industri kecil 34,11 %
 Tingkat pendidikan masyarakat yaitu mayoritas penduduk
dengan pendidikan SMA 58,83%
 Agama mayoritas yaitu Islam sebesar 96%
4.3.5. Umpan Balik
 Adanya rapat kerja lintas program bersama Kepala Puskesmas tiga
bulan sekali untuk membahas hasil laporan kegiatan dan
mengevaluasi program yang telah dilaksanakan
 Adanya pencatatan dan pelaporan semua kegiatan sesuai dengan
kurun waktu yang ditentukan dapat digunakan sebagai masukan
dalam perencanaan program komunikasi interpersonal dan konseling.
4.3.6. Dampak
 Dampak langsung berupa terjalinnya komunikasi yang efektif antara
petugas kesehatan dan pasien; pasien mendapatkan solusi dari masalah
yang dialaminya
 Dampak tidak langsung yaitu perubahan perilaku individu ke arah
yang positif terhadap kesehatan

23
Bab V
Pembahasan

Tabel 5.1 Masalah dari Variabel Keluaran


No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah
1 Cakupan Komunikasi 5% 4,48% 10,4%
Interpersonal dan
Konseling

Tabel 5.2. Masalah dari Variabel Masukan


No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah

1 Tenaga Minimal 1 orang - Tersedianya 1 (+)


tenaga khusus promosi orang tenaga
kesehatan, jika tidak sebagai
tersedia tenaga khusus koordinator dan
promosi kesehatan pelaksana
dapat dipilih dari program
semua tenaga - Belum semua
kesehatan Puskesmas petugas
yang melayani puskesmas
pasien/klien memahami
tentang kegiatan
program KIP/K
2 Dana BOK - Dana tersedia dan (-)
mencukupi
jalannya program
3 Sarana Ruang Graha Semesta, - Ada, namun (+)
sarana dan prasarana kurangnya
lainnya paling sedikit pemanfaatan
meliputi standar sarana ruangan
peralatan yang yang nyaman

24
dibutuhkan untuk untuk melakukan
promosi kesehatan konseling
terhadap pasien
- Sosialisasi
Program KIP/K
belum optimal
- Perabotan/
peralatan tidak
tertata rapi
4 Metode Metode komunikasi, - Kurang (+)
prinsip, prosedur, serta diperhatikannya
teknik penyelenggaraan teknik konseling
komunikasi dan komunikasi
interpersonal dan yang ideal antara
konseling petugas
kesehatan dan
pasien
- Form tindakan
KIP/K seperti
form tilik
perilaku belum
tersedia di setiap
ruangan
pelayanan
kesehatan
- Kurang dilakukan
pencatatan di
buku register
pasien yang telah
mendapatkan
KIP/K

25
Tabel 5.3. Masalah dari Variabel Proses
No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1 Perencanaan - Pendaftaran dan -Tersedianya (+)
(Planning) alur
pengobatan pasien
pelayanan
di Balai Pengobatan sesuai
puskesmas,
Umum sebelum
namun tidak
diarahkan untuk optimal
- Pengisian
dilakukan KIP/K
buku
- Ketersediaan dan register
KIP/K
Pengisian buku
belum
register KIP/K sepenuhmya
diterapkan
2 Pengorganisasian - Terdapat pengaturan, - Struktur (+)
(Organizing) organisasi
pembagian tugas
sudah jelas
yang teratur namun,
tidak
terdapat
pembagian
tugas secara
tertulis pada
struktur
dalam
melaksanak
an tugasnya

3 Pelaksanaan - Mengkaji ulang - Kurangnya (+)


(Actuating)
rencana waktu untuk
pelaksanaan yang pasien/klien
telah disusun melakukan
prosedur, metode, konsultasi
dan prinsip kegiatan - Kurangnya
KIP/K, target pencatatan
pencapaian. dibuku
- Menyediakan waktu register dan
untuk pasien/klien dokumenstas
meluapkan keluhan i kegiatan

26
berdasarkan KIP/K yang
masalah sudah
kesehatannaya dilakukan
- Melakukan - Pengawasan
pencatatan dibuku program
register dan KIP/K
pelaporan belum
optimal
dilakukan

4 Pengawasan - Pencatatan dan - Dilakukan


(Controling) pelaporan setiap pencatatan (-)
bulan dan tahun dan
secara berkala pelaporan
tentang kegiatan tiap bulan
program KIP/K ke dan tahun
tingkat kabupaten secara
minimal 1 kali berkala
- Rapat bulanan tentang
dengan kepala kegiatan
Puskesmas di program
Puskesmas tentang KIP/K ke
hasil pencapaian tingkat
program KIP/K kabupaten
- Dilakukan
rapat
bulanan
dengan
kepala
Puskesmas
tentang
hasil
pencapaian
program
KIP/K

27
Bab VI
Perumusan Masalah

6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran)


Cakupan komunikasi interpersonal dan konseling adalah sebesar 4,48 %
dari target 5% dan besar masalah 10,4 %.

6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab)


 Masukan
- Tidak dilakukannya teknik konseling dan komunikasi yang ideal
(sesuai standar) antara petugas kesehatan dan pasien karena terburu
waktu dan banyaknya pasien yang ada
- Kenyamanan ruangan masih belum optimal
 Proses
- Struktur organisasi sudah jelas, namun belum optimal karena tidak
terdapat pembagian tugas secara tertulis pada struktur dalam
melaksanakan tugasnya. Pembebanan kerja yang berlebih dan kurang
SDM untuk kegiatan KIP/K.
- Kurangnya pencatatan buku register serta dokumentasi kegiatan
KIP/K yang telah dilakukan
- Kurang diperhatikannya teknik komunikasi dan konseling yang ideal
antara petugas kesehatan dan pasien.
- Pengawasan belum optimal, dimana tidak ada target pemeriksaan
yang tepat.

28
Bab VII
Prioritas Masalah
Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti kemampuan masukan (tenaga, dana, sarana dan metode)
serta proses (pengorganisasian dan pelaksanaan). Untuk itu dilakukan penilaian
prioritas masalah dari yang paling mendesak hingga yang tidak terlalu
mendesak. Dalam menentukan prioritas masalah dilakukan dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG ini
merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan teknik
skoring 1-5 dan dengan mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.

1. Urgency (U): Seberapa mendesak masalah tersebut harus dibahas dikaitkan


dengan waktu yang tersedia serta beberapa keras tekanan waktu untuk
memecahkan masalah tersebut.

2. Seriousness (S) : Seberapa serius masalah tersebut perlu dibahas dikatkan


dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah

3. Growth (G) : Seberapa kemungkinan masalah tersebut menjadi berkembang


kalau dibiarkan.
Tabel 7.1 Prioritas Masalah

No Masalah U S G Total Ranking


Skor
1 Belum semua petugas puskesmas 2 2 3 7 IV
memahami tentang kegiatan
program KIP/K
2 Tidak terdapat pembagian tugas 2 2 2 6 V
secara tertulis pada struktur dalam
melaksanakan tugas KIP/K
3 Form tindakan KIP/K seperti form 2 1 2 5 VI
tilik perilaku provider dan tilik
perilaku pasien belum tersedia
disetiap ruang pelayanan kesehatan
4 Pasien belum sepenuhnya 4 4 4 12 I
mengetahui tujuan dan manfaat
KIP/K

29
5 Kurang diperhatikannya teknik 3 3 2 8 III
komunikasi dan konseling yang ideal
anata petugas kesehatan dan pasien
6 Kurangnya pencatatan buku register 4 3 4 11 II
dan dokumentasi kegiatan KIP/K
yang sudah diberikan

Keterangan: Berdasarkan skala Likert 1-5 (5: sangat besar, 4: besar, 3: sedang, 2:
kecil, 1: sangat kecil). Dari identifikasi prioritas masalah dengan metode USG
tersebut maka didapatkan dua permasalahan yang membutuhkan penanganan
paling utama yaitu:

1. Pasien belum sepenuhnya mengetahui tujuan dan manfaaat konsultasi


KIP/K.

2. Kurangnya pencatatan buku register dan dokumenstasi kegiatan KIP/K


yang sudah dilakukan

30
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1 Masalah

Cakupan program Komunikasi Interpersonal dan Konseling


adalah sebesar 4,48% dari target 5% dengan besar masalah 10,4%.

8.2 Prioritas Masalah


1.1 Pasien belum sepenuhnya mengetahui tujuan dan manfaaat
konsultasi KIP/K.

2.1 Kurangnya pencatatan buku register dan dokumenstasi kegiatan


KIP/K yang sudah dilakukan.
8.3 Penyelesaian Masalah
1. Melakukan sosialisasi program KIP/K ke pengunjung puskesmas
melalui penyuluhan dalam gedung Puskesmas, pemasangan poster
di dalam gedung Puskesmas, pemberian leaflet tentang info
program KIP/K dan pemakaian pin KIP/K pada petugas kesehatan
yang menjalankan peran KIP/K sehingga pasien mengetahui
adanya layanan KIP/K dan dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan
pasien
2. Mengadakan pelatihan pada tenaga kesehatan yang memiliki
‘minat’ di bidang KIP/K setiap 1 minggu sekali sehingga program
KIP/K dapat berjalan dengan optimal
3. Meningkatkan motivasi setiap petugas kesehatan untuk melakukan
komunikasi interpersonal dan konseling masalah pasien
4. SOP pelaksanaan KIP/K (teknik dan metode konseling) dapat
ditempelkan di dinding atau meja, sehingga petugas kesehatan
dapat melakukan komunikasi interpersonal dan konseling dengan
teknik yang sesuai standar
5. Meningkatkan koordinasi antara petugas Promkes dan petugas
lainnya dalam pencatatan dan pelaporan
6. Melakukan pendataan (register) pasien setelah dilakukan KIP/K

31
Bab IX
Penutup

9.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program Komunikasi Interpersonal dan
Konseling di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok periode Januari sampai dengan September 2018
dengan cara pendekatan sistem, dapat diambil kesimpulan bahwa
metode komunikasi belum berjalan efektif, serta pencatatan dan
pelaporan hasil kegiatan belum berjalan dengan baik, sehingga cakupan
program Komunikasi Interpersonal dan Konseling ini belum mencapai
hasil sesuai dengan target yang diharapkan, dilihat dari angka cakupan
program.

9.2. Saran
 Saran untuk Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok :
 Meningkatkan sosialisasi program KIP/K pada masyarakat
(pengunjung puskesmas).
 Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan
tertulis mengenai pelaksanaan kegiatan komunikasi
interpersonal dan konseling
 Meningkatkan koordinasi antara petugas promkes dan petugas
lainnya dalam hal pencatatan dan pelaporan
 Rutin dilakukannya pemantauan program KIP/K setiap minggu
dan evaluasi setiap bulan

32
Daftar Pustaka

1. Rahmadiana M. Komunikasi kesehatan. Jakarta: Jurnal Psikogenesis.


Vol. 1 (1). 2012. p.88-90.
2. Ronganda D, Salman, Nurcandrani PS. Pola komunikasi interpersonal
terapeutik dokter terhadap pasien anak. Kalbisicio.Vol 2 (2) Agustus
2015.h.184
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelaksanaan
promosi kesehatan di puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2013.
4. Susilowati D. Konsep dasar promosi keshatan. Buku Ajar Promosi
Keshatan 2016.h.2-5
5. Dewi A. Kepuasan pasien terhadap komunikasi dokter di puskesmas.
Yogyakarta: Mutiara Medika. 2012. Vol. 9 (2): 37-42.
6. Syafitri A. Komunikasi antar pribadi pasien dan dokter. Medan: 2015.
7. Dewi A. Kepuasan pasien terhadap komunikasi dokter di puskesmas.
Yogyakarta: Mutiara Medika. Vol. 9 (2). 2012.p.37-42.

33

Anda mungkin juga menyukai