Nama :
NIM :
Dr. Pembimbing/Penguji :
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. G
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jakarta
No RM : 6692xx
II. Subjektif
Auto dan alloanamnesis pada tanggal 02 Agustus 2019, pukul 11.05 WIB
1. Keluhan Utama
Tangan kiri pasien merasa bergetar sejak 2 tahun SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1
Pasien datang ke poli Klinik saraf RSUD Cengkareng pada tanggal 02 Agustus
2019, pasien datang untuk kontrol, pasien datang dengan tangan bergetar selama 2 tahun
SMRS. Pasien mengatakan tangan yang bergetar hanya sebelah kiri saja, sedangakan
tangan kanan tidak. Getaran dirasakan pada pergelangan tangan saja, siku dan bahu pasien
tidak ikut bergetar. Keluhan bergetar dirasakan sepanjang hari dan malah semakin
meningkat saat tangan pasien istirahat dan tidak melakukan / memegang apa – apa seperti
benda. Aktivitas sehari – hari yang memerlukan gerakan besar seperti makan, minum,
mandi ,dan menulis masih bisa pasien lakukan. Pasien masih dapat berjalan sendiri, tetapi
pasien hanya saja berjalan dengan melangkah pendek. Pasien masih dapat melakukan
berdiri sendiri saat memulai bergerak seperti bangun dari duduk atau memulai berjalan
tanpa bantuan orang. Pasien menagatakan masih bisa seperti menulis dan bertanda tangan
sendiri. Pasien saat dilakukan pemeriksaan fleksi dan ekstensi pada lengan terasa kaku.
Pasien tidak ada keluhan tersedak saat makan maupun minum. BAK pasien tidak
ada keluhan, hanya saja pasien merasa sudah 2 hari ini tidak ada BAB. Keluhan tidur
seperti kurang tidur tidak ada, pasien tidurnya cukup. Keluarga pasien juga mengatakan
tidak ada keluhan tangan bergetar saat tidur namun tangan pasien sering bergerak dan
tangan seperti mengepal. Keluhan ini sudah dialami sejak 2 tahun yang lalu. Saat itu, pasien
didiagnosa dengan parkinson kemudian menjalani pengobatan rutin di RSUD Cengkareng.
Pasien mengatakan keluhan tangan bergetar lebih hebat dari pada saat ini. Pasien mengaku
tidak ingat bagaimana mulainya getaran tangan tersebut, pasien hanya mengatakan dia di
kasih tau keluarganya kalau tangannya terlihat suka gemetar seperti tremor. Pasien
sekarang sedang menjalani pengobatan parkinson, selama minum obat keluhan dirasakan
berkurang.
2
Sakit jantung : Disangkal
Asam urat : Disangkal
Trauma : Disangkal
Sakit kepala sebelumnya : Disangkal
Kegemukan : Disangkal
Di dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat parkinson, hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, stroke, riwayat vertigo dan tumor.
Pasien lahir normal cukup bulan, riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak
terhambat.
Kesan : obesitas 1
Tanda Vital
Tekanan darah : 162/76 mmHg
3
Nadi : 71x/menit
Suhu : 36,5°c
Respirasi : 20x/menit
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-,
Leher : Tidak didapatkan pembesaran KGB
Jantung : BJ I-II, regular, Gallop (-), Murmur(-)
Paru : SN vesikuler kedua lapang paru, Rhonki (-)/(-),
Wheezing(-)/(-)
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstemitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT <2’
STATUS PSIKIATRI
Tingkah Laku : Wajar
Perasaan Hati : Biasa
Orientasi : Baik
Jalan Pikiran : wajar
Daya Ingat : baik
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5, GCS 15
Sikap Tubuh : baik
Cara Berjalan : baik, dengan berjalan dengan langkah pendek
Gerakan Abnormal :Tremor pada tangan kiri, rigiditas
KEPALA
Bentuk : Normosefalik
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba pulsasi a. Temporalis dextra dan sinistra
Nyeri tekan : Tidak ada
4
Ekspresi : Tampak datar
LEHER
Sikap : Lurus, simetris
Gerakan : kanan, kiri baik
Vertebra : Normal
Nyeri tekan : Tidak ada
NERVUS CRANIALIS
N III, IV dan VI
Celah mata Ptosis - Ptosis -
Strabismus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
5
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan Bola mata
Lateral Baik Baik
Pupil
Ukuran +3 +3
Bentuk Bulat Bulat
Iso / anisokor Isokor Isokor
Posis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek Cahaya langsung + +
Reflek Cahaya Tidak + +
langsung
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Sensibilitas
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek Masseter + +
Reflek Zigomatikus + +
Reflek Bersin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N VII. (Facialis)
Mengerutkan dahi + +
6
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + +
Bersiul Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan
depan
N VIII. (Vestibulokoklear)
Mendengar suara gesekan Baik Baik
jari tangan
Suara detik jam Kurang Kurang
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX. (Glossofaringeus)
Arcus pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Posis uvula Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 1/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N X. (Vagus)
Denyut nadi Di teraba
Bicara Baik, disphoni (-), pelo (-)
Menelan Baik
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu Baik Baik
Memalingkan kepala Baik Baik
Sikap Bahu Simetris Simetris
N XII. (Hypoglossus)
Menjulurkan lidah Simetris
Kekuatan lidah Baik
Atrofi lidah Tidak ada
Artikulasi Jelas
Tremor lidah Tidak ada
7
SISTEM MOTORIK
Trofi : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofii
Gerakan : Terbatas Terbatas
Terbatas Terbatas
Kekuatan : 5555 5555
5555 5555
Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
SISTEM REFLEKS
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
Refleks Biseps : (+) (+)
Refleks Triseps : (+) (+)
Refleks Patella : (+) (+)
Refleks Archilles : (+) (+)
Refleks Periosteum : Tidak dilakukan
Refleks Permukaan :
Dinding perut : Simetris
Cremaster : Tidak dilakukan
Spinchter Anii : Tidak dilakukan
8
Schaefer : (-) (-)
Rosolimo : (-) (-)
Mendel Bechterew : (-) (-)
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
SISTEM SENSIBILITAS
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Defekasi
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)
9
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : Baik
Fungsi emosi : Baik
Fungsi orientasi : Baik
Fungsi memori : Baik
Fungsi kognisi : Baik
Gerakan-gerakan abnormal
o Tremor : Ada pada tangan kiri, gerakan seperti pronasi dan supinasi
berulang
o Miokloni : tidak ada
o Khorea : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan
RESUME
Perempuan 64 tahun datang ke poli klinik RSUD Cengkareng dengan keluhan tangan
sebelah kiri bergetar selama 2 bulan SMRS. Getaran dirasakan pada pergelangan tangan, dirasakan
sepanjang hari dan semakin meningkat saat tangan pasien istirahat. Aktivitas sehari – hari yang
memerlukan gerakan besar masih bisa pasien lakukan walaupun lambat. BAB pasien sudah 2 hari
tidak BAB, BAK normal. Keluarga pasien juga mengatakan tangan pasien sering bergerak seperti
diluruskan mendadak dan seperti ingin menggapai sesuatu.
Pasien sedang mengalami pengobatan parkinson 2 tahun yang lalu. Awalnya, keluhan
pasien mengatakan tangan bergetar lebih hebat dari pada saat ini. Pasien mengaku tidak ingat
bagaimana mulainya getaran tangan tersebut, pasien hanya mengatakan dia di kasih tau
keluarganya kalau tangannya terlihat suka gemetar seperti tremor. Pasien juga rutin mengonsumsi
obat darah tinggi.
10
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran CM, GCS 15, E4M6V5. Tekanan darah
162/76 mmHg, nadi 71x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,5°c. Pada wajah/ kepala ditemukan
ekspresi wajah tampak datar, Pada pemeriksaan saraf kranial tidak didapatkan kelainan. Pada
pemeriksaan motorik, didapatkan gait/ cara berjalan tidak membungkuk dengan langkah pendek
dan gerakan tangan minimal. Motorik maupun sensorik ekstremitas atas dan bawah dalam batas
normal. Refleks fisiologis normal, tidak didapatkan refleks patologis. Didapatkan tremor pada
tangan kiri dengan gerakan seperti supinasi dan pronasi. Pemeriksaan penunjang belum dilakukan.
DIAGNOSIS
2) Terapi Non-Medikamentosa
Kontrol rutin dokter spesialis saraf
Edukasi pasien mengenai pengobatan penyakit dan prognosisnya
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia
Ad sanationam : ad malam
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks
postural akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai macam sebab1,2
Etiologi
Sejauh ini etiologi PD tidak diketahui (idiopatik), akan tetapi ada beberapa faktor risiko
(multifaktorial) yang telah diidentifikasi yaitu:
Usia : meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun
Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika
Genetic: diduga ada peranan faktor genetic
Lingkungan:
o Toksin : MPTP, dll
o Penggunaan herbisida dan pestisida
o Infeksi
Cedera kranio serebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas
Stress emosional: diduga juga merupakan faktor risiko
Melanoma : prevalensi melanoma meningkat pada pasien dengan PD dibandingkan dengan
populasi umum.4
Klasifikasi
Umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, namun harus diusahakan
menentukan jenis agar didapat gambaran mengenai etiologi, prognosis serta penatalaksanaanya.
Parkinson dapat di bagi atas 3 bagian besar, yaitu :
1. Primer atau idiopatis
2. Sekunder atau simtomatik
3. Parkinson plus (paraparkinson)
Parkinon primer adalah bentuk sindrom parkinson yang kronis yang paling sering di jumpai ialah
jenis primer atau idiopatis, yang disebut juga sebagai paralisis agitans.
13
Pada parkinson yang sekunder atau simtomatik, penyebabnya diketahui, beragam kelainan
atau penyakit dapat menyebabkan sindrom parkinson, di antaranya dapat disebut : arteriosklerosis,
anoksia atau iskemia otak, obat- obatan, zat toksik, penyakit infeksi di otak.
Pada kelompok parkinson plus, gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari gambar
penyakit keseluruhan. Dari segi terapi dan prognosis perlu dideteksi jenis ini, yang misalnya
didapat pada penyakit wilson, huntington, hidrosefalus normotensif.
DISKUSI KASUS
Pasien datang ke poli Klinik RSUD Cengkareng pada tanggal 02 Agustus 2019, pasien
datang untuk kontrol, pasien datang dengan tangan bergetar selama 2 tahun SMRS. Pasien
mengatakan tangan yang bergetar hanya sebelah kiri saja, sedangakan tangan kanan tidak. Getaran
dirasakan pada pergelangan tangan saja, siku dan bahu pasien tidak ikut bergetar. Keluhan bergetar
dirasakan sepanjang hari dan malah semakin meningkat saat tangan pasien istirahat dan tidak
melakukan / memegang apa – apa seperti benda. Aktivitas sehari – hari yang memerlukan gerakan
besar seperti makan, minum, mandi ,dan menulis masih bisa pasien lakukan. Gejala ini sesuai
dengan teori bahwa tremor biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit Parkinson
dan bermula pada satu tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Tremor mula-
mula terlihat pada jari-jari dan ibu jari dengan gerakan seperti membuat pil, frekuensi
tremor berkisar antara 4-7 gerakan per menit dan terutama timbul pada keadaan istirahat
dan berkurang bila ekstremitas digerakkan1
Pasien masih dapat berjalan sendiri, tetapi pasien hanya saja berjalan dengan langkah
pendek. Pasien masih dapat melakukan berdiri sendiri saat memulai bergerak seperti bangun dari
duduk atau memulai berjalan tanpa bantuan orang. Pasien mengatakan masih dapat menulis dan
bertanda tangan sendiri. Selain tremor pasien juga mengalami beberapa gejala klinis seperti
berjalan dengan lambat (bradikinesia), keluhan ini sesuai dengan teori yaitu gerakan
volunter menjadi lambat, dan memulai sesuatu gerakan menjadi sulit selain itu didapatkan
berkurangnya gerakan asosiatif bila berjalan sulit bangun dari kursi, sulit memulai
berjalan, lambat mengenakan pakian, lambat mengambil objek. Eksperi muka atau mimik
14
muka berkurang( seolah muka topeng). Bila berbicara gerakan lidah dan bibir menjadi
lamban. Gerakan halus sewaktu menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil
menjadi sulit dan menghilang.1
Saat dilakukan pemeriksaan fleksi dan ekstensi, tangan pasien terasa kaku. Rigiditas pada
stadium dini, otot terbatas pada satu ekstremitas dan hanya terdeteksi pada gerakan pasif,
lebih jelas bila pergelangan di fleksi dan ekstensi secara pasif dan pronasi serta supinasi
lengan bawah secara pasif. Rigiditas merupakan peningkatan terhadap regangan otot pada
otot antagonis dan agonis. Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi
lengan bila berjalan. Peningkatan tonus otot pada sindrom prakinson disebabkan oleh
meningkatnya aktifitas neuron motorik alfa.1
15
Tanda penyakit tahap lanjut, hilangnya refleks postural dibuktikan dengan
ketidakmampuan pasien untuk menjaga keseimbangan ketika ditarik dari belakang.
Refleks postural masih ada pada tahap-tahap awal perjalanan penyakit.2
1. Gangguan autonom
a. Saliva menetes
b. Disafgia
c. Mual
d. Konstipasi
e. Urinary frequency and urgency
f. Nokturia
g. Urinary voiding
h. Disfungsi seksual
i. Hipotensi ortostatik
j. Supine hypertension
k. Keringat berlebihan
2. Gangguan tidur
a. Excessive daytime sleepiness
b. Vivid dreams/ REM behavioral disorder
c. Insomnia
d. Sindrom restless legs
3. Neuropsikiatrik
a. Gangguan kognitif
b. Gangguan mood
c. Apatis
d. Anhendonia
16
e. Psikosis
f. Halusinasi
g. Gangguan kompulsif-impulsif
4. Gangguan sensorik
a. Gangguan olfaktori
b. Visual
c. Auditorik
d. Nyeri
e. Fatigue
Gejala yang dialami pasien sesuai dengan kriteria secara klinis yaitu 2 dari 4 tanda motorik:
tremor, rigiditas, bradikinesia dan ketidak stabilan postural. Kriteria diagnosis yang dipakai di
Indonesia adalah kriteria Hughes (1992). Pada kasus ini, termasuk dalam diagnosis “possible”
yaitu terdapat paling sedikit 2 dari 4 gejala kelompok A, dan tidak terdapat gejala dari kelompok
B, lama penyakit paling sedikit 3 tahun dan respon jelas terhadap levodopa atau dopamine agonis.
4
17
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam hal
ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu :
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang
mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota
gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan terganggu
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri,
disfungsi umum sedang
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas
dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium
sebelumnya
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan berjalan
walaupun dibantu.
Pada pasien ini termasuk dalam stadium 1 dimana terdapat gejala seperti tremor dan
rigiditas.
Berdasarkan anamnesis, pasien dalam kasus ini mempunyai faktor predisposisi mengalami
Parkinson yaitu usia 64 tahun. Sesuai dengan teori bahwa parkinson banyak ditemukan pada usia
lebih dari 60 tahun, dan angka kejadian parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan
kulit hitam.5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membedakan dengan kelainan degenerative lain,
terutama parkinsonisme sekunder atau atipikal:3
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk menyingkirkan diagnosis banding lain, seperti parkinsonisme vascular,
penyakit Wilson dan sindrom parkinsonisme atipikal.3
2. Positron Emission Tomography (PET) dan Single-Photon Emission Computed
Tomography (SPECT)
18
PET dan SPECT dapat membantu proses visualisasi bagian pre dan pascasinaps
dari proyeksi nigrostriatal serta mendapatkan gambaran semikuantitatif jaras-jaras
tersebut. Hal ini digunakan untuk membedakan penyakit Parkinson dengan sindrom
parkinsonisme atipikal lain atau tremor esensial. Defisit dopaminergic dapat diidentifikasi
melalui dopamine transporter single-photon emission computed tomography / DaT-SPECT
menggunakan [1231]-FP-CIT yang mengukur penghantar dopamine presinaps di sinaps
dopaminergic striatum.3
3. Ultrasonografi Transkranial
Untuk mengkonfirmasi gambaran hiperekoik di substansia nigra pada hamper dua
per tiga pasien. Penyakit Parkinson dan dapat terdeteksi pada tahap awal penyakit. Namun
hasil tersebut juga dapat ditemukan pada 10% dari orang normal, sehingga pemeriksaan ini
hanya bersifat suportif dalam penegakan diagnosis.
Pada pasien tersebut saat datang kontrol di poli klinik RSPAD tidak melakukan
pemeriksaan penunjang.
Tatalaksana
Diketahui bahwa penyakit Parkinson merupakan penyakit yang idiopatik sehingga harus
dicari penyebabnya apakah simptomatik, progresif sehingga dipikirkan pemberian neuroproteksi,
dan bersifat degeneratif sehingga dipikirkan neurorestorisasi. Terapi farmakologis diberikan bila
terdapat gangguan fungsional, pemberian obat seperti antioksidan dapat dipertimbangkan. Untuk
pemilihan obat yang sesuai, antara lain benserazide, L-dopa, DA agonist, MAOB-I, COMT-I, atau
antikolinergik disesuaikan dengan:4
Usia pasien > 60 tahun
Stadium perjalanan penyakit: awal atau lanjut
Efek samping hebat
Biaya
Terapi simptomatik yang digunakan dalam tatalaksana penyakit Parkinson terbagi menjadi
terapi medikal dan terapi operatif. Terapi medikal yang digunakan dapat berupa terapi farmakologi
(obat dopaminergik dan agonis dopamin, obat kolinergik, dan terapi untuk gejala non motorik) dan
terapi non farmakologis (edukasi, self help group, latihan, terapi bicara). Sedangkan untuk terapi
19
operatif dapat dilakukan ablative/lesioning dan deep brain stimulation.4 Obat – obatan yang saat
ini digunakan sebagai terapi medikal antara lain : 4
Dopaminergik
o L-dopa/ benserazide
o DA agonist; bromokriptin, pramipexole, ropinirole
o MAO-B inhibitor : selegilline
o COMT inhibitor : entacapone, tokapone
o NMDA receptor antagonist, amantadine
Antikolinergik : triheksiphenidil
Pada pasien usia muda (< 60 tahun), obat yang dapat digunakan antara lain antikolinergik,
agonis dopamin, amantadine, atau MAOB-I. Keuntungan yang dapat diperoleh yaitu pengendalian
simptomatik ringan selama 6-8 bulan, dan kurang dari L-dopa. Komplikasi motorik kurang dari L-
dopa sedangkan komplikasi non motorik lebih dari L-dopa (halusinasi, somnolen , hipotensi
ortostatik). Sedangkan pada pasien usia lanjut, obat yang dipakai yaitu L-dopa dan dopamine
agonis/dopaminergik. Untuk pemilihan obat, keduanya dapat diberikan. Pemberian L-dopa
dikatakan paling efektif, dengan komplikasi motorik dan non motorik selama beberapa
tahun(setelah ditambahkan DA agonist). Pada pemberian DA adonist atau dopaminergik lainnya
dikatakan kurang efektif, selanjutnya membutuhkan L-dopa, dengan efek samping halusinasi,
somnolen, dan hipotensi ortostatik.4
Rekomendasi terapi yang digunakan pada penyakit Parkinson stadium awal berdasarkan
usia yaitu4
1. <40 tahun : DA agonist/dopaminergik lainnya
2. 40-60 tahun :
a. Gray zone, L-dopa atau DA agonist
b. Kelebihan L-dopa: lebih efektif, lebih murah, pengaturan dosis lebih mudah, repson
lebih cepat pada saat titrasi
3. >60 tahun :
a. L-dopa, kemudian ditambahkan DA agonist/dopaminergik lainnya
b. Agonis dopamin/ dopaminergik lainnya, kemudian ditambah L-dopa
20
Pada kasus ini, pasien mendapatkan pengobatan berupa Sifrol / Pramipexole merupakan
suatu agonis dopamin, Leparson yang berisi Levodopa 100 mg dan Benserazide HCL 28,5 mg,
dan THP/Hexymer yang merupakan obat golongan antikolinergik. Hal ini sesuai dengan algoritme
tatalaksana terapi parkinson dimana pasien yang mempunyai ganguan fungsional dengan tremor
sebagai gejala utama dan usia diatas 60 tahun dapat diberikan terapi dengan Levodopa. Akan
tetapi, setelah menjalani terapi selama 8 bulan, gejala tremor pasien masih ada, maka pasien dapat
diberikan pilihan terapi berupa agonis dopamin (dalam kasus ini adalah Levodopa (Leparson).
Dalam algoritma tatalaksana juga disebutkan, pasien juga dapat diberikan tambahan
antikolinergik, yang diberikan juga dalam kasus ini berupa THP/Hexymer. Jika gejala diskinesia
masih dominan, pembedahan mungkin menjadi pertimbangan.
Daftar Pustaka
21