Anda di halaman 1dari 40

Presentasi Case Epilepsi

Alfrida Ade Bunapa


102017126

Dr. Pembimbing: dr Hadi S , M.Kes. SpS


Identitas Pasien
I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. Suprianto
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 48 tahun
 Tanggal lahir : 4 September 1970
 Alamat : Siombar Waringin
 Status Perkawinan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Supir
 Pendidikan : SLTP
 Suku Bangsa : WNI
 No RM : 262458
 Tanggal Kunjungan RS : 7 Juni 2018
 Poliklinik : Saraf
Anamnesa
Pasien datang ke Poli Penyakit saraf datang di antar Istri
Autoanamnesis
Tanggal : 7 Juni 2018
Pukul : 12.10 WIB
Keluhan Utama
Tidak ada keluhan. Kontrol. Obat habis
Riwayat Penyakit Sekarang
 Seorang pasien laki-laki berusia 48 tahun  Pasien juga mengaku sebelum kejang dirinya terasa
seperti akan pingsang.
diantar oleh istrinya datang ke poliklinik
Menurut istri pasien kejang berlangsung kurang lebih 30
Saraf RS Mardi Waluyo datang untuk menit.
kontrol,dan pasien mengatankan datang Keluhan kejang dirasakan sejak tahun 2013
karena obat habis, pasien memiliki riwayat Pasien mengaku sering kejang berulang setiap tiga bulan
kejang . sekali.
 Kejang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang Kejang yang terjadi tidak berhubungan dengan demam.
Biasanya setelah kejang pasien tersadar dan merasa
dalam keadaan beristirahat.
pusing lalu tertidur karena lemas.
 Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku, Pasien menyangkal ada mual muntah.
pasien dalam keadaan tidak sadar. Demam disangkal.
 Saat kejang, mata memandang keatas, lidah BAK dan BAB normal.
tidak tergigit tapi keluar lendir berbusa dari  Pasien sudah berobat ke poliklinik Saraf sejak tahun
mulut pasien. 2013, dan sudah tidak mengalami kejang 8 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-)
Hipertensi (-)
Stroke (-)
Penyakit ginjal (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-)
DM (-)
Stroke (-)
Alergi (-)
Asma (-)
Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi
Baik
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran : E4M6V5
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36 C
Kepala : normosefali, tidak ada kelainan
Mata : OS : pupil bulat, diameter + 3 mm, ikterik (-), anemis (-)
: OD : pupil bulat, diameter + 3 mm, ikterik (-), anemis (-)
Mulut : simetris, tidak ada kelainan
Leher : pembesaran KGB(-), tiroid (-)
Paru : SN vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Batas Jantung normal. BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Perut : supel, bising usus (+), datar
Ekstremitas : edema (-), akral hangat +/+
Postur Tubuh : tegak, pasien terlihat seimbang pada saat berdiri dan
berjalan
Wajah : tidak terlihat kaku
Status Psikikus
Cara berpikir : realistik
Perasaan hati : eutim
Tingkah laku : aktif
Ingatan : baik
Kecerdasan : cukup
Status Neurologi
Kepala
Bentuk : normosefali
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Leher
Sikap : simetris
Pergerakan : normal
Tanda-tanda Perangsang Meningen
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-)
Kernig : (-)
Brudzinski I : (-)
Pemeriksaan Nervus Cranialis
KANAN KIRI

N.I Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.II Tajam penglihatan: Dbn Tajam penglihatan: Dbn


Lapangan penglihatan: Lapangan penglihatan:
Dbn Dbn
Melihat warna: Dbn Melihat warna: Dbn
Fundus Okuli: tidak Fundus Okuli: tidak
dilakukan dilakukan
N.III KANAN KIRI
Pergerakan mata Normal Normal
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Exopthalmus (-) (-)
Endofthalmus (-) (-)
Diameter pupil 3 mm 3 mm
Posisi pupil Tengah Tengah
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung (+) (+)

Refleks cahaya tdk (+) (+)


langsung
KANAN KIRI

N. IV Gerak mata lat. bawah: Gerak mata lat. bawah:


Dbn Dbn
N. V Membuka mulut: Dbn Membuka mulut: Dbn

Mengunyah: Dbn Mengunyah: Dbn

Refleks kornea: tdk Refleks kornea: tdk


dilakukan dilakukan

Sensibilitas:Dbn Sensibilitas: Dbn

N. VI Pergerakan mata lateral: + Pergerakan mata lateral: +


KANAN KIRI
N. VII Mengerutkan dahi: (+) Mengerutkan dahi: (+)
Menutup mata: (+) Menutup mata: (+)
Sudut mulut: simetris Sudut mulut: simetris
Meringis: baik Meringis: baik
Bersiul: tdk dilakukan Bersiul: tdk dilakukan
Perasaan lidah 2/3 anterior: tdk Perasaan lidah 2/3 anterior: tdk
dilakukan dilakukan
N. VIII Weber: tidak dilakukan Weber: tidak dilakukan
Rinne : tidak dilakukan Rinne : tidak dilakukan

N. IX Perasaan lidah 1/3 posterior: tdk Perasaan lidah 1/3 posterior: tdk
dilakukan dilakukan
Sensibilitas : normal Sensibilitas : normal

Refleks muntah: tdk dilakukan Refleks muntah: tdk dilakukan


KANAN KIRI
N.X Palatum molle : Dbn

Arcus pharynx : Dbn


Bicara, Menelan : Dbn
N. XI Mengangkat bahu: (+) Mengangkat bahu: (+)
Memalingkan kepala: (+) Memalingkan kepala: (+)
N. XII Pergerakan lidah: baik Pergerakan lidah: baik
Tremor lidah: (-) Tremor lidah: (-)
Julur lidah: tdk ada kelainan Julur lidah: tdk ada kelainan

Artikulasi: baik Artikulasi: baik


Sistim Motorik
  Kanan Kiri Keterangan

Ekstremitas atas    
Kekuatan 5555 5555
Tonus N N
Trofi Eu Eu
Ger.involunter (-) (-)

Dalam Batas Normal


Ekstremitas bawah    
Kekuatan 5555 5555
Tonus N N
Trofi Eu Eu
Ger.involunter (-) (-)
Sensorik
Sensasi Kanan Kiri Keterangan

Raba baik baik Dalam batas normal


Nyeri baik baik
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Propioseptif Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks
Refleks Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis    
Biseps (+) (+)
 
Triseps (+) (+)
 
Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Patologis      
Hoffman Tromer (-) (-)  
Babinski (-) (-) Dalam batas normal
Chaddock (-) (-)  
Openheim (-) (-)  
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
 
Fungsi koordinasi dan keseimbangan
Pemeriksaan
Kanan Kiri Keterangan

Jari tangan – jari tangan Baik Baik  


Jari tangan – hidung Baik Baik  
Tumit – lutut Baik Baik
Pronasi – supinasi Baik Baik
Romberg test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sistim otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Keringat : Baik
Fungsi luhur : Tidak ada gangguan fungsi
Vertebra : tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan
Ringkasan
Subjektif :
 Seorang pasien laki-laki berusia 48 tahun diantar oleh istrinya datang ke poliklinik Saraf RS
Mardi Waluyo datang untuk kontrol,dan pasien mengatankan datang karena obat habis, pasien
memiliki riwayat kejang . Kejang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang dalam keadaan
beristirahat. Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku, pasien dalam keadaan tidak sadar.
Saat kejang, mata memandang keatas, lidah tidak tergigit tapi keluar lendir berbusa dari mulut
pasien. Pasien juga mengaku sebelum kejang dirinya terasa seperti akan pingsang. Menurut
istri pasien kejang berlangsung kurang lebih 30 menit. Setelah kejang pasien mengaku tersadar.
Keluhan kejang dirasakan sejak tahun 2013. Pasien mengaku sering kejang berulang setiap tiga
bulan sekali. Kejang yang terjadi tidak berhubungan dengan demam. Kejang biasanya terjadi
lebih dari 1 kali dalam seminggu. Biasanya setelah kejang pasien tersadar dan merasa pusing
lalu tertidur karena lemas. Pasien menyangkal ada mual muntah. Demam disangkal. BAK dan
BAB normal. Pasien sudah berobat ke poliklinik Saraf sejak tahun 2013, dan sudah tidak
mengalami kejang 8 bulan terakhir.
Ringkasan
Objektif :
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran compos mentis, dengan
tanda-tanda vital tekanan darah 90/70 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit,
frekuensi napas 18 x/menit suhu 360 C. Pada pemeriksaan fisik pasien
dalam batas normal. Tidak terdapat gangguan pada pemeriksaan status
neurologis, GCS 15, pemeriksaan motorik di beri nilai 5, Refleksi fisiologis
(+) pada keempat ekstremitas. Refleks patologis (-) pada ekstremitas.
Diagnosis
Diagnosis klinis : Kejang disertai gangguan kesadaran awal kejang
 Diagnosis Topis : Korteks serebri
 Diagnosis Etiologi : Epilepsi serangan umum bangkitan umum tonik
klonik.
Rencana Awal
Masalah
Subjective
 Tidak ada keluhan. Kontrol dan obat habis
Objective
PF : tidak ada kelaina ( dalam batas Normal )
Penatalaksanaan
Terapi
Diazepham 2x1
Fenobarbital 3Mg

Prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Pembahasan
Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda
klinis yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara
intermiten, yang terjadi akibat lepas muatan listrik abnormal atau
berlebihan dari neuron-neuron secara paroksismal dengan
berbagai macam etiologi.
Sedangkan serangan atau bangkitan epilepsi yang dikenal dengan nama
epileptic seizure adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang
secara paroksismal, yang disebabkan oleh hiperaktivitas listrik
sekelompok sel saraf di otak yang spontan dan bukan disebabkan oleh
suatu penyakit otak akut (“unprovoked”).
Manifestasi serangan atau bangkitan epilepsi secara klinis dapat dicirikan
sebagai berikut yaitu :
gejala yang timbulnya mendadak, hilang spontan dan cenderung untuk
berulang. Sedangkan gejala dan tanda-tanda klinis tersebut sangat bervariasi
dapat berupa gangguan tingkat penurunan kesadaran, gangguan sensorik
(subyektif), gangguan motorik atau kejang (obyektif), gangguan otonom
(vegetatif) dan perubahan tingkah laku (psikologis).
Semuanya itu tergantung dari letak fokus epileptogenesis atau sarang
epileptogen dan penjalarannya sehingga dikenalkan bermacam jenis epilepsi.
Klasifikasi
Ada dua klasifikasi epilepsi yang direkomendasikan oleh ILAE yaitu pada tahun 1981 dan tahun 1989.
International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun 1981 menetapkan klasifikasi epilepsi berdasarkan
jenis bangkitan (tipe serangan epilepsi):
Serangan Fokal/ parsial
Serangan parsial sederhana ( kesadaran baik )
Serangan parsial komplek ( kesadaran terganggu)
Serangan umum sederhana
Serangan umum
Absans ( lena )
Mioklonik
Tonik
Atonik ( astaktik )
Tonik – klonik
Epilepsi yang tak dapat ditentukan fokal atau umum
Etiologi
Etiologi epilepsi dibagi kedalam 3 kategori yaitu:
Idiopatik : tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologik.
Diperkirakan memunyai predisposisi genetik dan umumnya berhubungan
dengan usia.
Kriptogenik : dianggap simptomatik tapi penyebabnya belum diketahui.
Termasuk disini adalah sindrom west,sindromlenox-gastaut dan epilepsi
mioklonik. Gambaran klinis sesuai dengan ensephalopati difus.
Simptomatik: bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan atau lesi
struktural pada otak, misalnya : cedera kepala, infeksi SSP, kelianan
kogenital, lesi desak ruang, toksik ( alkohol, obat ) metabolik dan kelainan
neurodegeneratif
Patofisiologi
OTAK  terdiri dari sel neuron saling berhubungan terjadi melalui
impuls listrik neurotransmiter ( glutamat dan GABA )
Mengapa terjadi epilepsi ??
Transmisi impuls tidak mengikuti pola normal sinkronisasi impuls
mengenai kelompok kecil neuron / atau kelompok besar neuron bahkan
mengikuti seluruh otak secara serentak lokasi berbeda yang terkena
sinkronisasi secara klinik memberi manifestasi yang berbeda dari jenis-
jenis serangan epilepsi
Secara teoritis faktor yang menyebabkan hal ini yaitu:
Keadaan dimana fungsi neuron penghambat (inhibitorik) kerjanya kurang
optimal sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik secara berlebihan,
disebabkan konsentrasi GABA yang kurang. Pada penderita epilepsi ternyata
memang mengandung konsentrasi GABA yang rendah di otaknya (lobus
oksipitalis)
Keadaan dimana fungsi neuron eksitatorik berlebihan sehingga terjadi pelepasan
impuls epileptik yang berlebihan. Disini fungsi neuron penghambat normal tapi
sistem pencetus impuls (eksitatorik) yang terlalu kuat. Keadaan ini ditimbulkan
oleh meningkatnya konsentrasi glutamat di otak. Pada penderita epilepsi
didapatkan peningkatan kadar glutamat pada berbagai tempat di otak.
Manifestasi klinis
Gejala kejang yang spesifik, tergantung pada jenis kejang. Jenis
kejang pada setiap pasien dapat bervariasi, namun cenderung sama.
Somatosensori atau motor fokal terjadi pada kejang kompleks parsial.
Kejang kompleks parsial terjadi gangguan kesadaran.
Kejang absens mempunyai efek yang ringan dengan gangguan
kesadaran yang singkat.
Kejang tonik-klonik umum mempunyai episode kejang yang lama
dan terjadi kehilangan kesadaran.
Diagnosis
Melakukan anamnesis guna memastikan adanya kebenaran adanya
bangkitan/kejang epileptik
Memastikan bangkitan kejang tersebut unprovoked
Memastikan kejang tersebut berulang dengan jarak waktu 24 jam
Menentukan jenis bangkitan
Merujuk untuk pemeriksaan EEG
Merujuk untuk melakukan pemeriksaan pencitraan otak ( CT- Scan/ MRI
Pengobatan
Medikamentosa
Fenitoin: Dosis : untuk dewasa dimulai dengan 100-200 mg/hari, dan untuk
anak dimulai dengan 5 mg/kg. Dosis pemeliharaan untuk dewasa adalah 100-300
mg-hari dan untuk anak-anak adalah 4-8 mg/kg.
Fenobarbital : Dosis : Untuk dewasa diawali dengan 30 mg/hari, dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan 30-180 mg/hari. Untuk anak, dosis pemeliharaan
adalah 3-8 mg/hari dan untuk neonatus berkisar antara 3-4 mg/hari. Obat
diberikan 1-2 kali/hari. Kadar efektif dalam serum berkisar antara 40-170 umol/L
Karbamazepin :Dosis awal adalah 100 mg, diberikan pada malam hari.
Dosis pemeliharaan adalah antara 400-1600 mg/hari, dengan dosis maksimum
2400 mg/hari. Dosis pemeliharaan untuk anak adalah umur < 1 tahun 100-2000
mg; 1-5 tahun 200-400 mg; 5-10 tahun 400-600 mg; dan 10-15 tahun 600-1000 mg.
Untuk anak-anak dapat dipakai dosis sebagai berikut, 10-40 mg/kg/hari
Kesimpulan
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf yang sering dijumpai,
disebabkan oleh transmisi impuls di area otak yang tidak mengikuti pola
yang normal, sehingga terjadilah apa yang disebut sinkronisasi dari
impuls yang menyebabkan manifestasi kejang,
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai