Modul Konsultasi Teknis Penyusunan Peta Daerah Irigasi dengan ArcGIS 10.3 2018
Kata Pengantar
Modul Konsultasi Teknis Penyusunan Peta Irigasi ini didesain untuk memberikan
pengenalan pengetahuan tentang pemanfaatan aplikasi GIS dalam penyusunan peta
daerah irigasi pada daerah kerja masing-masing.
Modul ini masih sangat jauh dari sempurrna, sehingga perbaikan dan koreksi dari
berbagai pihak sangat dinantikan untuk penyempurnaan penulisan maupun muatan
materi di dalamnya.
Daftar Isi
I. PENGENALAN Aplikasi ArcGIS......................................................................... 1
1.1. ArcCatalog............................................................................................... 1
1.3.2. ArcMap ............................................................................................. 4
1.3. Sinkronisasi Daerah Irigasi dan Sawah Beririgasi ................................................. 6
1.3.1. Definisi ............................................................................................. 6
1.3.2. Alur Penyusunan Peta Daerah irigasi ......................................................... 7
II. KONVERSI DATA SPASIAL .............................................................................. 9
2.1. Konversi Data ke Shapefile (shp) .................................................................... 9
2.1.1. Konversi Data CAD (dwg) ....................................................................... 9
2.1.2. Konversi Data GPS ............................................................................. 14
2.1.3. Konversi Data Google Earth .................................................................. 15
2.1.4. Konversi Data Spreadsheet (Excel) ......................................................... 17
2.2. Display Data ........................................................................................... 19
III. TRANSFORMASI KOORDINAT ........................................................................ 23
3.1. Identifikasi Data ...................................................................................... 23
3.1.1. Sistem Koordinat ............................................................................... 23
3.1.2. Akurasi Geometri terhadap Citra Satelit ................................................... 27
3.2. Georeferencing ....................................................................................... 28
3.3. Spatial Adjustment .................................................................................. 32
IV. DELINEASI DAERAH IRIGASI .......................................................................... 35
4.1. Membuat Shapefile (shp) ....................................................................... 35
4.2. Add Data shp dan Citra Satelit ................................................................ 37
4.3. Membuat (Create) Feature ..................................................................... 39
4.3.1. Digitasi Bangunan Irigasi (Point) ............................................................. 39
4.3.2. Digitasi Saluran Irigasi (Polyline) ............................................................ 40
4.3.3. Digitasi Daerah Irigasi (Polygon) ............................................................. 42
4.4. Selection .......................................................................................... 43
4.4.1. Select Feature .................................................................................. 43
5.1.1. Select By Location ............................................................................. 45
V. EDITING DATA SPASIAL ............................................................................... 48
5.1. Clip Features ..................................................................................... 48
5.2. Editing Data ...................................................................................... 49
5.2.1. Menggeser Feature ............................................................................. 49
5.2.2. Edit Vertices .................................................................................... 50
5.2.3. Reshape Feature ............................................................................... 51
1.1. ArcCatalog
ArcCatalog adalah salah satu program dari ArcGIS yang bisa digunakan antara
lain untuk menelusuri atau mencari data (browsing), mengorganisir (organizing),
mendistribusikan (distributing) dan mendokumentasikan (documenting) suatu
struktur data dalam ArcGIS. ArcCatalog menyediakan beberapa fungsi antara lain
untuk menampilkan (preview), membuat dokumen dan mengatur data geografis serta
membuat geodatabase untuk menyimpan data spasial dan tabular.
ArcCatalog dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola folder dan file-file
data ketika membuat project database di dalam computer dengan geodatabase serta
mengimpor feature class dan tabel. Dengan ArcCatalog Anda juga bisa membuat,
menampilkan dan merevisi metadata, mendokumentasikan dataset dan juga project
yang Anda buat.
1. Klik Start Program ArcGIS ArcCatalog, setelah terbuka maka akan
muncul antar muka sebagai berikut:
3. Menggunakan ArcCatalog
Pilihlah folder data yang ingin diakses. Contoh D:\Latihan\Data. Perhatikan beberapa
perbedaan simbol yang terdapat di dalam ArcCatalog seperti yang ditunjukkan
Tentukan nama shapefile, feature type (polygon, polyline, atau point) dan
sistem koordinat. Sistem koordinat untuk kegiatan pelatihan ini ialah Geographic
WGS 1984. Sistem koordinat ini dapat ditemui dengan klik Edit, Pilih Geographic
Coordinate Systems World WGS 1984.
1.3.2. ArcMap
ArcMap adalah aplikasi utama dalam dalam ArcGIS yang dapat menampilkan,
membuat, mengolah, editing data-data geospasial. ArcMap juga mampu membangun
database spasial yang baru, memilih (query, menciptakan desain-desain peta, analisis
dan pembuatan tampilan akhir dalam laporan-laporan kegiatan. Beberapa hal yang
dapat dilakukan oleh ArcMap diantaranya yaitu penjelajahan data (exploring), analisa
SIG (analyzing), presenting result, customizing data dan programming.
a. Menu bar menampilkan berbagai macam fungsi menu dan tool untuk
melakukan input, manajemen, pemrosesan dan analisa data, serta
pembuatan output peta.
b. Table of Content (TOC) menampilkan setiap layer peta yang dibuka di
ArcMap. TOC dapat digunakan untuk melakukan manipulasi data seperti
pengaturan symbol, label, skala, transparansi, dan lain-lain.
c. Layar Tampilan atau Display untuk menampilkan, menganalisis, input dan
editing data.
d. Toolbar adalah beberapa alat yang digunakan dalam ArcMap untuk mengatur
visualisasi, mengolah dan menganalisis data geospasial yang ditampilkan di
dalam display.
1.3.1. Definisi
Beberapa definisi penting yang dijadikan dasar dalam penyusunan peta daerah
irigasi adalah sebagai berikut :
1. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi
2. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, dan penggunaan dan pembuangan air irigasi
3. Luas baku/rencana adalah luas bersih lahan berdasarkan luas bersih lahan yang
berdasarkan perencanaan teknis dapat dijadikan areal persawahan, termasuk di
dalamnya luas lahan yang pada saat ini belum menjadi sawah, namun nantinya
dapat dijadikan sawah (tidak termasuk luas lahan yang dijadikan jalan,
permukiman atau daerah tinggi yang tidak akan terjangkau air irigasi)
4. Luas Potensial/Terbangun adalah bagian dari luas baku (termasuk luas lahan
yang sudah sawah ataupun bukan sawah yang belum terairi) yang masuk wilayah
pelayanan jaringan irigasi yang sudah terbangun jaringan utamanya (primer dan
sekunder).
5. Luas Fungsional adalah bagian dari luas potensial yang telah dilayani dengan
jaringan tersier.
6. Luas Sawah adalah luas lahan yang bisa ditanami, baik memanfaatkan air irigasi
maupun tadah hujan.
Penyusunan peta daerah irigasi dalam rangka mendukung kebijakan satu peta
dan sinkronisasi daerah irigasi dan sawah beririgasi terdiri dari 3 (tiga) klasifikasi yaitu
daerah irigasi baku, daerah irigasi potensial, dan daerah irigasi fungsional. Klasifikasi
daerah irigasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Bab ini dimaksudkan untuk melakukan editing dari peta yang sudah ada sebelumnya.
Peta dapat berupa shp maupun data non shp seperti CAD, GPS atau kml. Jika data
yang dimiliki bukan shp, maka terlebih dahulu harus dilakukan konversi data. Dalam
bab ini akan dijelaskan beberapa fitur di aplikasi ArcMap yang dapat digunakan untuk
editing data shp.
1. Buka aplikasi AutoCad, aktifkan toolbar Standard dan toolbar Layers dari menu
View Toolbars. Buka data data format dwg menggunakan Open pilih tab
Model
3. Klik pada Layer Properties Manager, klik kanan Select All, klik pada tanda
untuk mematikan semua layer.
6. Blok seluruh vektor dari layer aktif yang sudah dipilih sebelumnya Klik Menubar
Insert Write Block Tentukan nama file, units dalam Meter dan lokasi
penyimpanan OK.
7. Cek hasil dengan klik Open buka block file yang sudah dibuat. Cek apakah
koordinat yang dihasilkan sama dengan koordinat pada file dwg sebelumnya. Jika
sama maka file sudah dapat dibuka dan dikonversi menjadi shp di dalam software
ArcGIS.
8. Klik Add Data kemudian browse file yang sudah dihasilkan dalam proses
cleansing klik 2 kali file tersebut Pilih Point (untuk bangunan irigasi),
Polyline (untuk saluran irigasi) dan Polygon (untuk daerah irigasi baku, potensial
dan fungsional) Add
9. Klik kanan layer yang muncul Data Export Data browse lokasi
penyimpanan file tentukan nama dan jenis output file ke Shapefile Save
klik Yes untuk menampilkan output shp yang dihasilkan.
1. Buka aplikasi ArcMap dalam Start Menu Windows. Start ArcGIS ArcMap .
2. Jika muncul dialog (ArcMap - Getting Started) dapat diabaikan dengan klik
Cancel.
Add Data dapat dilakukan pula dengan klik kanan Layers pada Table of Contents
Add Data
4. Browse data berformat dwg klik 2 kali file dwg tersebut untuk memunculkan
daerah irigasi pilih polygon, untuk saluran pilih polyline dan point untuk bangunan
klik Add.
6. Pilih field “Layer” dengan klik 2 kali nama field sampai namanya muncul dalam
box di bawah klik = pilih nama layer yang menggambarkan daerah irigasi
(dalam contoh bernama “Nol 3”) klik Apply. Layer dengan nama terpilih akan
tersorot.
7. Klik kanan layer Data Export Data Pastikan Export terpilih ialah Selected
features browse lokasi penyimpanan tentukan nama dan Save as type
sebagai Shapefile klik Save klik OK file akan otomatis ditambahkan
dalam layer
Catatan:
Harus di perhatikan bahwa metode ini dapat digunakan apabila layer-layer dalam
data CAD tersusun rapi, dimana tidak terdapat layer sejenis yang terpisah ke
layer lain atau sebaliknya terdapat layer yang jenisnya berbeda tergabung dalam
layer yang sama atau bahkan style tertentu dari AutoCAD yang masih masuk di
dalam layer.
2. Klik thumbnail Search pada Menu Bar kanan, ketik GPX. Pilih GPX To Features
(Conversion). GPX to Features dapat juga dipilih dari ArcToolBox pada Menu Bar
Kanan Conversion Tools From GPS
3. Browse untuk mengganti input File ke GPX File dan browse untuk menyimpan
Output file dalam bentuk shapefile (.shp) Kik OK
4. Masukan file file berformat kml atau kmz sebagai input, tentukan lokasi folder
penyimpanan hasil output dan terakhir isikan nama layer di kolom Output Data
Klik OK
5. Hasil akan ditampilkan di ArcMap sebagai Layer.
1. Buka file spreadsheet (excel) berformat xls atau xlsx menggunakan aplikasi Ms.
Excel atau aplikasi lain yang relevan dengan file format tersebut.
2. Berikan nama kolom yang jelas, seperti X, Y, nama, dan keterangan tambahan
penting lain, misalnya untuk memebrikan penjelasan keterangan posisi Bangunan
Irigasi (saluran primer atau sekunder tertentu)
3. Kemudian Klik Kanan simbol Layer, maka akan tampil beberapa menu pilihan
lalu klik Add Data. Pilih file Excel Klik Add. Pilih worksheet yang
diinginkan Klik Add
4. Klik Kanan pada data Open, akan muncul data tabularnya. Pastikan data–
datanya telah sesuai sebelum dikonversi
5. Tutup jendela tabel data tabular. Klik Kanan pada layer data di Table of Content
Catatan:
Harus di perhatikan ini hanya tampilan, belum menjadi shapefile (*.shp) dan
masih berupa Events sehingga masih membutuhkan proses konversi.
7. Konversi Data X,Y tersebut, Klik Kanan Data Export Data, simpan dalam
folder yang diinginkan Tentukan nama file Pilih Save as type: Shapefile
klik Save.
Catatan:
Sebelum melakukan konversi data pastikan format koordinat sesuai dengan
sistem koordinat yang digunakan dalam keseluruhan peta
Jika koordinat masih berbentuk Derajat-Menit-Detik (DMS) maka data
koordinat menit dan detik dirubah menjadi derajat, dengan besaran nilai
konversi 1 derajat = 60 menit = 3600 detik. X adalah Bujur (0°-360°) dan Y
adalah Lintang (0°-90°), apabila Y berada di lintang selatan maka nilai Y
menjadi minus (-). Sebaiknya nilai koordinat diatur dengan 5 (lima) digit
dibelakang koma.
Jika pengambilan koordinat dengan format UTM maka dalam tahap Display XY
Data pilih system koordinat UTM sesuai dengan zona, lalu lakukan konversi
sitem koordinat menggunakan fitur Projection yang akan dijelaskan dalam
Sub-sub Bab 3.3.1. Identifikasi Data: Sistem Koordinat.
Add Data dapat dilakukan pula dengan klik kanan Layers pada Table of Contents
Add Data
4. Browse shp daerah irigasi dan saluran irigasi dalam geodatabase yang sudah
dibuat dalam bab sebelumnya. Jika dibutuhkan, tambahkan pula feature class
peta dasar seperti batas administrasi, sungai ataupun waduk. Klik Add untuk
menambahkannya ke dalam layers.
5. Feature akan muncul dalam display. Manajemen tampilan dalam display dapat
diatur dalam layer Table of Contents. Perintah umum yang biasa digunakan
untuk extent shp terpilih ialah dengan menggunakan fitur Zoom to Layer dengan
cara klik kanan layer (shp) yang ingin di-extent klik Zoom To Layer
letakkan di urutan paling atas. Sedangkan data raster (citra satelit) diletakkan di
urutan terakhir.
9. Untuk memunculkan label (misal: nama daerah administrasi) klik kanan pada
layer batas administrasi tersebut Properties klik tanda Check pada
Label features in this layer pilih Label Field yang akan dimunculkan Atur
pewarnaan dan font klik OK.
a. Sistem Koordinat;
b. Akurasi Geometri Vektor terhadap Citra Satelit;
3. Menentukan layer dan sistem koordinat yang dipilih, sistem koordinat masih
berupa “unknown” sehingga harus didefinisikan sesuai kebutuhan.Input
Dataset : layer yang akan didefinisikan sistem koordinatnya klik pada ikon
sebelah kanan pada kotak Coordinate System untuk menampilkan Spatial
References Properties
3. Lakukan setting konfigurasi Input Dataset or Feature Class untuk data yang akan
dikonversi, Output Dataset or Feature Class untuk lokasi dan nama shp output
yang akah dihasilkan, dan Output Coordinat System untuk koordinat yang akan
dihasilkan (Geographic Coordinate System – World - WGS 1984) klik OK. Shp
yang berhasil dikonversi akan otomatis ditambahkan ke dalam layer di Table of
Contents.
3.2. Georeferencing
Georeferencing merupakan proses pemberian sistem koordinat pada suatu objek
gambar dengan cara menempatkan suatu titik ikat pada lokasi yang sudah diketahui
koordinatnya.
CAD drawings yang telah memiliki sistem koordinat yang benar/sesuai (bereferensi
kebumian/geografis) dapat diberi atau dipilih sistem koordinatnya, dalam geografis
atau projected sedangkan data CAD yang masih berkoodinat lokal/layar/kertas, harus
ditransformasikan ke sistem koordinat yang benar agar data CAD yang dikonversi
memiliki posisi sesuai dengan posisi sebenarnya di dunia nyata.
Langkah - langkah :
1. Buka Peta Dasar berbentuk Image pada ArcMap Add Data
01.PetaDasar.jpg
2. Menyiapkan dada titik koordinat sebagai titik acuan dengan cara memasukkan
koodinat X dan Y dari peta yang akan kita Georeferencing ke dalam Microsoft
Excel. Simpan masukan koordinat dalam bentuk CSV.
3. Mengaktifkan ekstensi Spatial Analyst dengan cara memilih “customize” pada
Menu Bar Extensions check pada pilihan Spatial Analyst
5. Membuat titik ikat (control point) yang sesuai dengan posisi koordinat tujuan
yang benar dengan cara mengklik “add control point”. Titik ikat
direpresentasikan sebagai tanda panah menunjuk ke arah titik lokasi tujuan.
Links yang telah dibuat dapat diedit dan dilihat pada “view links table”.
7. Masukkan 4 buah titik control point dengan cara yang sama lalu lakukan
“Update Georeferencing”
8. Dan cara yang kedua adalah dengan menempatkan titik ikat pada peta
kemudian memasukan nilai koordinat titik control tersebut dengan
menggunakan titik acuan yang sebelumnya telah dibuat. Langkahnya adalah
sebagai berikut :
a. Add data koordinat yang benar dengan format csv pada tampilan ArcMap
dengan cara Add Data buka acuansebubus.csv
b. Klik Kanan pada layer format CSV Display XY Data pilih filed yang
merepresentasikan titik koordinat X dan titik koordinat Y pada tabel.
Tentukan proyeksi system koordinat
h. Masukkan 4 buah titik control point dengan cara yang sama lalu lakukan
“Update Georeferencing”
9. Hasil Georeferencing
Semula Menjadi
Langkah-langkah :
1. Menyiapkan data (data peta yang kan dikoreksi posisi spasialnya dalam format
vector) dan data referensi posisi yang benar baik dalam format vektor maupun
raster. Misalkan data yang tersedia adalah peta dengan format CAD (*.dwg),
data harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam format shp.
2. Membuka file dengan format dwg buka file PetaDasar.dwg double Klik
pada file akan muncul beberapa pilihan Pilih Grid dan Poligon Add
3. Klik Kanan pada layer Grid Data Export Data simpan menjadi
grid_sebubus.shp (point)
4. Klik Kanan pada layer poligon Data Export Data simpan menjadi
sebubus_poligon.shp
5. Buka acuan_sebubus.csv Klik Kanan pada layer format CSV Display XY
Data pilih filed yang merepresentasikan titik koordinat X dan titik koordinat
Y pada table. Tentukan proyeksi system koordinat OK
6. Klik Kanan pada layer acuan sebubus Data Export Data simpan menjadi
acuan_sebubus.shp (point)
7. Memilih layer yang akan ditransformasi layer, untuk contoh pilih
sebubus_poligon.shp
8. Mengaktifkan toolbar Spatial Adjustment. Klik Menu pada Customize
Toolbar Spatial Adjustment
9. Mengaktifkan sesi editing dengan cara mengklik kanan pada layer Edit
Features Start Editing
11. Membuat Displacement Links yang sesuai dengan posisi koordinat tujuan yang
benar. Displacement links mendefinisikan koordinat titik asal dan tujuan. Links
direpresentasikan sebagai tanda panah menunjuk ke arah titik lokasi tujuan.
Links yang telah dibuat dapat diedit dan dilihat pada displacement links table.
Tahapan membuat Displacement Links :
a. Klik pada New Displacement Link Tool pada Toolbar Spatial Adjusment
b. Klik pada salah satu titik/lokasi data yang akan dikoreksi. Pada grid
sebubus.shp, pilih 4 titik terluar. Arahkan tanda panah pada titik tujuan
1 2
3
4
c. Klik pada titik koordinat tujuan yang benar. Klik Kanan pada layer
acuan_sebubus.shp ZoomTo Layer untuk mengarahkan titik acuan.
d. Membuat 4 buah displacement links cek links yang telah dibuat pada
Displacement Links Table
12. Menjalankan Spatial Adjusment Adjust. Editor Save Edits Stop Editing
1. Buka aplikasi ArcMap dalam Start Menu Windows. Start ArcGIS ArcMap .
2. Jika muncul dialog (ArcMap - Getting Started) dapat diabaikan dengan klik
Cancel.
3. Klik Catalog dalam toolbar Standard muncul Side Menu yang menampilkan
fitur-fitur yang serupa dengan ArcCatalog.
4. Sebelum melakukan browse folder yang akan dijadikan tempat penyimpanan shp,
terlebih dahulu koneksikan folder tujuan. Caranya klik Connect to Folder
kemudian browse Folder ataupun Drive yang diinginkan (Contoh dalam gambar:
H:/Latihan) klik OK.
5. Browse folder tujuan dalam dalam Folder Connection klik kanan folder
tersebut pilih New Shapefile Atur konfigurasi dari shp mulai dari
penamaan, tipe data dan sistem koordinat. Lakukan pembuatan shapefile sampai
tercipta 3 shapefile (daerah irigasi, saluran irigasi dan bangunan irigasi).
a. Penamaan file ditentukan sebagai berikut:
a. Daerah Irigasi Fungsional dinamai dengan DIBaku_Prov/Kab/Kot_[nama
daerah]. Contoh: DI_Prov_Kalbar.
b. Daerah Irigasi Potensial dinamai dengan DIPotensi_Prov/Kab/Kot_[nama
daerah]. Contoh: DIPotensi_Prov_Kalbar.
c. Daerah Irigasi Fungsional dinamai dengan DIFungsi_Prov/Kab/Kot_[nama
daerah]. Contoh: DIFungsi_Prov_Kalbar.
d. Saluran Irigasi dinamai dengan Sal_Prov_ Prov/Kab/Kot_[nama daerah].
Contoh: Sal_Prov_Kalbar.
e. Bangunan Irigasi dinamai dengan Bang_Prov_ Prov/Kab/Kot_[nama
daerah]. Contoh: Bang_Prov_Kalbar.
b. Tipe file: Daerah Irigasi (polygon), Saluran Irigasi (polyline) dan Bangunan
Irigasi (point).
Jika pengaturan konfigurasi sudah dilakukakan klik OK. Shp akan otomatis
ditambahkan ke dalam Table of Contents menjadi layer.
6. Shp yang telah terbentuk dapat dihapus ataupun dinamai ulang sesuai kebutuhan
menggunakan ArcCatalog. Klik kanan pada shp yang akan dimodifikasi lalu pilih
fitur sesuai kebutuhan.
1. Buka aplikasi ArcMap dalam Start Menu Windows. Start ArcGIS ArcMap .
2. Masukkan data dengan klik Add Data dalam toolbar Standard.
Add Data dapat dilakukan pula dengan klik kanan Layers pada Table of Contents
Add Data
3. Browse data raster berupa citra satelit SPOT 6 dan 7 yang sudah dimasukkan
dalam paket data latihan. Citra satelit disediakan dalam beberapa versi
bergantung pada ketersediaan data, ada yang berbentuk potongan-potongan
dalam satu provinsi, ada pula yang sudah dibentuk dalam 1 mozaik. Select semua
potongan/ 1 mozaik citra satelit tersebut klik Add.
4. Add pula shp Daerah Irigasi, Saluran Irigasi dan Bangunan Irigasi pada Table of
Contents.
5. Untuk memudahkan dalam orientasi lokasi, maka telah disediakan data berupa
feature class peta dasar batas kecamatan/ kabupaten/ kota/ provinsi, sungai dan
waduk. Masukkan data-data tersebut ke dalam Table of Contents dengan cara
Add Data.
6. Berikutnya ialah mengatur symbology dari masing-masing layer yang telah di-Add
tadi. Tahapan ini dilakukan untuk memberikan konfigurasi display (ketebalan
garis, pewarnaan dan lain-lain) dari layer sesuai kebutuhan. Untuk tahapan ini,
symbology yang digunakan cukup dengan pewarnaan tunggal tanpa kategori. Klik
symbol di bawah nama layer atur konfigurasi warna dan garis dalam Symbol
Selector. Ubah warna dan ketebalan sesuai kebutuhan pada tiap-tiap layer klik
OK.
3. Mulai lakukan digitasi lokasi bangunan irigasi, dengan langsung meletakkan point
sesuai dengan kedudukannya di citra satelit.
4. Apabila sebelumnya memiliki koordinatnya, maka input lokasi bangunan ini dapat
dilakukan dengan memasukkan nilai X dan Y dari koordinat tersebut. Caranya
adalah dengan klik kanan di area manapun di display (masih dalam mode editing)
klik Absolute X, Y masukkan nilai X dan Y tekan tombol Enter.
2. Klik Logo Create Feature dalam toolbar Editor pada bagian side menu Create
Feature pilih shp saluran irigasi dalam Contruction Tools pilih Line pointer
akan berubah menjadi tanda
4. Jika terdapat kesalahan vertex dalam digitasi, maka dapat dilakukan undo dengan
cara menekan kombinasi Ctrl+Z pada keyboard. Undo dapat dilakukan dengan
catatan digitasi belum diakhiri di ujung saluran. Jika digitasi sudah diakhiri maka
perbaikan dilakukan dengan tool editing. Caranya akan dijelaskan di bab
berikutnya pada bagian Editing Data.
2. Mulai lakukan digitasi on screen seperti halnya digitasi vektor line dengan
menyusuri daerah irigasi berdasarkan pengamatan melalui citra satelit pada
tingkat kedetailan skala 1:5.000. Jika dibutuhkan zoom ke skala yang lebih besar,
karena resolusi citra satelit mampu mengakomodir hingga 1:2.000. Sama dengan
digitasi line, jika selesai klik 2 kali hingga terbentuk sebuah delineasi daerah
irigasi.
3. Apabila diperlukan, terdapat fitur yang umumnya sering dipakai dalam digitasi on
screen yaitu Cut Polygon. Fungsinya yaitu memotong sebuah polygon menjadi 2
bagian dengan ukuran sesuai kebutuhan. Pemotongan dapat dilakukan dari outer
line menuju outer line dalam sebuah polygon atau dapat pula dilakukan dengan
memotong di polygon di dalam polygon yang akan dipotong tersebut. Untuk dapat
menggunakan fitur ini terlebih dahulu lakukan pemilihan polygon yang akan
dipotong menggunakan Edit Tool pada toolbar Editor. Klik Edit Tool pilih
polygon klik Cut Polygon lakukan digitasi mulai dari outer line menuju
ke outer line yang lain klik 2 kali jika sudah selesai melakukan digitasi.
4. Apabila terdapat kesalahan dalam digitasi, maka seperti halnya vektor line,
polygon dapat diperbaiki deliniasinya menggunakan fitur undo selama belum
diakhiri proses digitasinya. Jika sudah diakhiri, maka harus dilakukan editing data
(dijelaskan dalam bab berikutnya).
5. Jika proses digitasi selesai dilakukan, maka proses editing harus disimpan dan
diberhentikan terlebih dahulu agar data yang sudah dibuat terekam dan dapat
digunakan di tahap berikutnya. Caranya: klik Editor dalam toolbar Editor Save
Editing Stop Edits.
4.4. Selection
Delineasi peta daerah irigasi fungsional dilakukan berdasarkan pada Citra Satelit
Resolusi Tinggi (CSRT) dan peta lahan sawah yang diperoleh dari Badan Informasi
Geospasial (BIG). Delineasi peta daerah irigasi fungsional dilakukan dengan memilih
objek/features pada peta lahan sawah disesuaikan dengan data teknis irigasi yang
dimiliki misalnya peta daerah irigasi baku, saluran irigasi, jaringan irigasi, dll.
pilihan dalam untuk memilih features yaitu Select by Rectangle, Select by Polygon,
Select by Lasso, Select by Circle, Select by Line.
Add Data dapat dilakukan pula dengan klik kanan Layers pada Table of Contents
Add Data
2. Browse data raster berupa citra satelit yang sudah dimasukkan dalam paket data
latihan. Misalkan membuka citra satelit pada folder IGT Sawah Kalimantan
CSRT Kalimantan, Citra satelit disediakan dalam beberapa versi bergantung pada
ketersediaan data, ada yang berbentuk potongan-potongan dalam satu provinsi,
ada pula yang sudah dibentuk dalam 1 mozaik. Select semua potongan/ 1 mozaik
citra satelit tersebut klik Add. Add pula shp Lahan Sawah Kalimantan pada
Table of Contents
4. Eksport data untuk membuat data baru dari sumber data yang sama sesuai
dengan data yang telah dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
KliK kanan pada layer sawah_kalimantan_barat.shp yang telah terpilih objeknya
Data Export Data
5. Beri nama file DI fungsional sebubus Pilih lokasi penyimpanan file shp baru
Save As Type : Shapefile Save
Add Data dapat dilakukan pula dengan klik kanan Layers pada Table of Contents
Add Data
2. Browse data raster berupa citra satelit yang sudah dimasukkan dalam paket data
latihan. Misalkan membuka citra satelit pada folder IGT Sawah Kalimantan
CSRT Kalimantan, Citra satelit disediakan dalam beberapa versi bergantung pada
ketersediaan data, ada yang berbentuk potongan-potongan dalam satu provinsi,
ada pula yang sudah dibentuk dalam 1 mozaik. Select semua potongan/ 1 mozaik
citra satelit tersebut klik Add. Add pula shp Lahan Sawah Kalimantan pada
Table of Contents
7. pada bagian Spatial selection method pilih intersect the source layer feature
OK, akan terlihat pada tampilan bahwa lahan sawah yang terpilih adalah
hanya lahan sawah yang terdapat pada sebubus_polygon.shp.
8. Eksport data untuk membuat data baru dari sumber data yang sama sesuai
dengan data yang telah dipilih berdasarkan kriteria tertentu. KliK kanan pada
layer sawah_kalimantan_barat.shp yang telah terpilih objeknya Data
Export Data
9. Beri nama file DI fungsional sebubus Pilih lokasi penyimpanan file shp baru
Save As Type : Shapefile Save
Bab ini dimaksudkan untuk melakukan editing dari data shapefile yang telah disusun
pada bab sebelumnya. Apabila terdapat kesalahan geometris, maka dalam bab ini
sudah dijelaskan beberapa fitur di aplikasi ArcMap yang dapat digunakan untuk
editing data shp.
Pada kasus penyusunan peta daerah irigasi, clip features dapat digunakan untuk
memotong peta lahan sawah berdasarkan batas administrasi prov/kab/kab untuk
menghindari kemungkinan terjadinya tumpang tindih kewenangan daerah irigasi.
Semula Menjadi
1. Masuk ke dalam mode editing dengan klik kanan pada layer (Daerah Irigasi atau
Saluran Irigasi) Edit Features Start Editing.
2. Dalam toolbar Editor klik Edit Tool klik feature lalu geser menuju lokasi
sesungguhnya dalam citra satelit.
3. Jika proses editing selesai dalam toolbar Editor klik Editor Save Edits Stop
Editing
1. Masuk ke dalam mode editing dengan klik kanan pada layer (Daerah Irigasi atau
Saluran Irigasi) Edit Features Start Editing.
2. Klik saluran ataupun daerah irigasi fungsional yang akan diperbaiki dalam
toolbar Editor klik Edit Vertices tarik vertice menuju jalur yang sesuai
dengan citra satelit. Untuk menambahkan titik simpul klik kanan pada garis yang
akan ditambah simpulnya pilih Insert Vertex.
3. Jika sudah selesai melakukan edit vertices klik disembarang tempat di luar garis
ruas yang sedang diedit, maka vektor akan berubah sesuai dengan perubahan
yang sudah dilakukan.
4. Jika proses pengisian selesai dalam toolbar Editor klik Editor Save Edits
Stop Editing
1. Masuk ke dalam mode editing dengan klik kanan pada layer (Daerah Irigasi atau
Saluran Irigasi) Edit Features Start Editing.
2. Klik ruas yang akan diperbaiki vektornya saluran ataupun daerah irigasi fungsional
yang akan diperbaiki dalam toolbar Editor klik Reshape Feature Tool
mulai lakukan perbaikan vektor dengan melakukan klik di lokasi awal outer line
atau line yang akan diperbaiki kemudian lakukan digitasi mengikuti kenampakan
di citra satelit untuk menyelesaikan digitasi maka sambungkan digitasi menuju
outer line atau line di shp yang sudah sesuai dengan citra satelit untuk
mengakhiri reshape feature tool.
4. Jika proses pengisian selesai dalam toolbar Editor klik Editor Save Edits
Stop Editing
5.2.4. Split
Split digunakan khusus untuk memotong vektor line, dalam hal ini saluran irigasi.
Pemotongan dimaksudkan untuk membagi satu line menjadi 2 line dengan lokasi
pemotongan sesuai keperluan.
1. Masuk ke dalam mode editing dengan klik kanan pada layer (Daerah Irigasi atau
Saluran Irigasi) Edit Features Start Editing.
2. Klik ruas yang akan dipotong vektornya (saluran irigasi) dalam toolbar Editor
klik Split
3. Akan muncul pointer berbentuk point untuk memotong line tentukan lokasi
pemotongan dengan klik pada line tersebut.
1. Masuk ke dalam mode editing dengan klik kanan pada layer (Daerah Irigasi atau
Saluran Irigasi) Edit Features Start Editing.
2. Klik Edit Tool dalam toolbar Editor.
3. Tahan tombol Shift pada keyboard sambil memilih feature-feature yang akan
digabungkan
4. Setelah feature-feature terplih kemudian Klik Editor pada toolbar Editor klik
Merge Pilih salah satu feature utama, dimana fitur yang lain akan gabung ke
dalam feature utama tersebut Klik OK.
1. Masukkan feature class atau shp dengan klik Add Data dalam toolbar Standard.
Add Data dapat dilakukan pula dengan klik kanan Layers pada Table of Contents
Add Data
2. Browse feature class ataupun shp saluran irigasi atau daerah irigasi yang masih
terpisah.
3. Klik ArcToolbox yang dapat ditemukan dalam toolbar Standard drop down data
toolbox group Data Management Tools General klik dua kali Merge.
4. Muncul dialog box seperti di bawah ini. Atur input datasets sebagai data shp yang
berjumlah 2 atau lebih setting Output Datasets menuju folder tujuan dan
berikan nama sesuai ketentuan yang sudah disebutkan sebelumnya Aturlah
urutan field jika diperlukan klik OK.
1. Klik kanan layer daerah irigasi Open Attribute Table Lakukan identifikasi
apakah nama field sudah sesuai dengan kamus data atau belum.
2. Identifikasi pula property dari masing-masing field apakah sudah sesuai dengan
ketentuan. Untuk melihatnya klik kanan pada salah satu field klik Properties
Lakukan pengecekan pada nama field, tipe field dan panjang field. Jika tidak
sesuai maka field harus dihapus dan dibuat ulang. Caranya penambahan field dan
pengahpusan field dijelaskan dalam Bab V. Penyusunan Data Atribut.
3. Cek juga pengisian fieldnya apakah sudah lengkap sesuai dengan ketentuan atau
belum.
Penambahan field sesuai dengan kamus data dilakukan dalam ArcMap, caranya
sebagai berikut:
1. Buka aplikasi ArcMap dalam Start Menu Windows. Start ArcGIS ArcMap .
2. Masukkan shp dengan klik Add Data dalam toolbar Standard.
Add Data dapat dilakukan pula dengan klik kanan Layers pada Table of Contents
Add Data
3. Browse shp daerah irigasi dalam folder yang sudah dibuat dalam bab sebelumnya.
Jika dibutuhkan, tambahkan pula peta dasar seperti batas administrasi, sungai
ataupun waduk. Klik Add untuk menambahkannya ke dalam layers. Tambahkan
pula citra satelit.
4. Dalam Table of Contents klik kanan layer daerah irigasi Open Attribut Table
Table Option Add Field.
5. Lakukan pengaturan field yang akan dibuat sesuai dengan petunjuk Kamus Data
(Nama Field, Tipe Field, dan Field Properties) OK.
6. Lakukan penambahan field seperti di atas sampai seluruh kolom di Kamus Data
terakomodir di dalam data atribut. Jika terdapat kesalahan dalam pembuatan
field, maka dapat dilakukan penghapusan field dengan cara klik kanan nama field
yang akan dihapus kemudian klik Delete Field.
Catatan:
Delete Field tidak dapat dilakukan pada saat mode editing aktif. Begitupun
dengan Add Field yang juga tidak dapat dilakukan ketika mode editing sedang
dijalankan.
7. Untuk melakukan pengisian atribut maka proses perbaikan harus masuk ke dalam
mode editing. Klik kanan layer jalan kabupaten dalam Table of Contents Edit
Features Start Editing.
8. Lakukan pengisian data atribut di dalam field-field tersebut dengan tetap
memperhatikan keberadaan feature di dalam display. Setiap row dalam atribut
mewakili satu feature dalam shp. Jika terdapat row yang memiliki isian yang
sama maka perlu dilakukan proses merge seperti yang telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya.
Catatan:
Fitur merge dijelaskan dalam sub-sub bab 3.4.4. Merge dalam Satu shp.
Tuliskan “Daerah Irigasi” (isian sesuai kamus data) bersama tanda baca petik di
awal dan di akhir klik OK.
2. Apabila dalam field sebelumnya memiliki isian yang sesuai dengan maksud dari
field dalam kamus data, maka isian yang lama dapat disalin menggunakan fitur
field calculator. Klik kanan field yang akan diisi tersebut pilih Field Calculator
pilih field yang akan disalin pada box Fields dengan klik 2 kali field terpilih
sampai nama field masuk ke dalam kotak di bawahnya klik OK.
3. Jika dibutuhkan adanya kalkulasi antar field maka dapat digunakan pula fitur
kalkulasi dasar yang ada pada Field Calculator. Caranya dengan terlebih dahulu
memilih field-field yang akan dikalkulasi dan memberikan tanda kalkulasi di
antara keduanya.
Catatan:
Perlu diperhatikan tipe field dari masing-masing field yang akan dikalkulasi. Jika
output yang ingin dihasilkan berupa data numeric pastikan tipe field yang akan
dikalkulasi berupa interger, float ataupun double.
2. Lakukan pengaturan konfigurasi dengan menentukan Property atau data apa yang
akan dihasilkan. Pilihan property berbeda-beda di tiap jenis geometry (point, line
dan polygon). Lalu klik OK.
a. Pilihan Property Calculate Geometry untuk geometry point antara lain X, Y
dan Z koordinat.
d. Jika shp memiliki sistem koordinat WGS 1984, maka isian geometry terkait
panjang maupun luasan tidak dapat dilakukan (Disabled). Solusinya ialah
dengan mengubah koordinat Data Frame Display menjadi sistem koordinat
UTM sesuai zona dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1) Pilih Menu View Pilih Data Frame Property Pilih tab Coordinate
System dropdown Projected Coordinate Systems UTM WGS 1984
Southern Hemisphere pilih zona UTM (contoh: WGS 1984 UTM Zone
49S) OK
Setelah data atribut semua ruas terisi maka shp tersebut kemudian diexport ke dalam
folder baru dengan format shp. Untuk melakukan export klik kanan pada layer
(bangunan irigasi, saluran irigasi atau daerah irigasi) Data Export Data Klik
Browse Tentukan lokasi penyimpanan file Buat folder baru dengan nama
“Daerah Irigasi Kab/Kota/Prov [Nama Daerah]” Tentukan nama file (baca di
bawah) dan ganti Save as type menjadi Shapefile Save OK. Maka data
shapefile (.shp) akan tersimpan di dalam folder yang sudah ditentukan tadi.
Terkait penamaan file, penamaan harus disesuaikan dengan format yang sudah
ditentukan dalam KUGI (Katalog Unsur Geografi Indonesia). Formatnya ialah sebagai
berikut:
Untuk Daerah Irigasi Baku: DAERAHIRIGASIBAKU [KABUPATEN/ KOTA/
PROVINSI] [NAMA KABUPATEN/ KOTA/ PROVINSI]_AR_[NAMA PULAU]_5K
Contoh: DAERAHIRIGASIBAKUKABUPATENKLATEN_AR_JAWA_5K
Untuk Daerah Irigasi Potensial: DAERAHIRIGASIPOTENSIAL [KABUPATEN/
KOTA/ PROVINSI] [NAMA KABUPATEN/ KOTA/ PROVINSI]_AR_[NAMA
PULAU]_5K
Contoh: DAERAHIRIGASIPOTENSIALKABUPATENKLATEN_AR_JAWA_5K
Untuk Daerah Irigasi Fungsional: DAERAHIRIGASIFUNGSIONAL [KABUPATEN/
KOTA/ PROVINSI] [NAMA KABUPATEN/ KOTA/ PROVINSI]_AR_[NAMA
PULAU]_5K
Contoh: DAERAHIRIGASIFUNGSIONALKABUPATENKLATEN_AR_JAWA_5K
Untuk Saluran Irigasi: SALURANIRIGASI [KABUPATEN/KOTA/PROVINSI] [NAMA
KABUPATEN/KOTA/PROVINSI]_LN_[NAMA PULAU]_5K
Contoh: SALURANIRIGASIKABUPATENKLATEN_LN_JAWA_5K
Catatan:
1. Penulisan nama file tidak boleh menggunakan spasi. Untuk nama daerah yang
terdiri dari 2 kata maka penulisannya harus digabungkan.
2. AR merupakan penanda bahwa shapefile yang dihasilkan berupa vektor area/
polygon, LN merupakan penanda bahwa shapefile yang dihasilkan berupa vektor
Line, PT merupakan penanda bahwa shapefile yang dihasilkan berupa vektor
Point.
3. Penulisan nama pulau juga tidak boleh menggunakan spasi dalam penulisannya.
Format penulisannya menjadi seperti berikut:
SUMATERA/ JAWA/ KALIMANTAN/ BALINUSATENGGARA/ SULAWESI/ MALUKU/
PAPUA
4. 5K bermakna data yang dihasilkan merupakan data GIS dengan skala ketelitian
1:5.000
Penamaan file bisa pula dilakukan via ArcCatalog atau Catalog dalam ArcMap tanpa
harus melalui Export Data. Caranya ialah sebagai berikut:
1. Buka software ArcCatalog dalam katalog tree browse file yang akan dirubah
namanya dalam tab Content klik kanan file Rename.
Pengisian metadata untuk kegiatan ini diisikan dalam format data spreadsheet/ excel
(.xlsx) yang dapat ditemukan di folder Metadata Daerah Irigasi dalam paket data
yang sudah kami berikan dengan nama “Metadata ISO 19115_Daerah_Irigasi.xlsx”.
Di dalam file tersebut sudah diberikan contoh metadata Daerah Irigasi Kewenangan
Pusat. Peserta diharapkan dapat mengganti isian dalam contoh tersebut disesuaikan
dengan data milik masing-masing peserta.
1. Buka file contoh_metadata.xlsx menggunakan aplikasi spreadsheet (Excel).
2. Bagian kolom yang diisi ialah bagian kolom seperti yang ditunjukkan berikut.
3. Di dalam data tersebut juga sudah kami berikan keterangan isian pada kolom
definisi sebagai petunjuk peserta dalam pengisian di tiap ruas kolom.
4. Sebagai syarat minimal isilah isian metadata tersebut pada bagian-bagian yang
sudah diisikan dalam contoh tersebut.
5. Jika pengisian sudah selesai, lakukakan Save data, kemudian rename file
tersebut sesuai KUGI dengan ketentuan sebagai berikut:
METADATAISO19115_DAERAHIRIGASI [KABUPATEN/KOTA/PROVINSI] [NAMA
KABUPATEN/KOTA/PROVINSI]_[NAMA PULAU]_5K
Catatan:
1. Penulisan nama file tidak boleh menggunakan spasi. Untuk nama daerah yang
terdiri dari 2 kata maka penulisannya harus digabungkan.
2. Penulisan nama pulau juga tidak boleh menggunakan spasi dalam penulisannya.
Format penulisannya menjadi seperti berikut:
SUMATERA/ JAWA/ KALIMANTAN/ BALINUSATENGGARA/ SULAWESI/ MALUKU/
PAPUA
3. 50K bermakna data yang dihasilkan merupakan data GIS dengan skala ketelitian
1:50.000