Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengertian Migrasi
“Bermigrasi” berarti “pindah dari satu tempat ke tempat lain”.
Pergerakan orang-orang ini dapat terjadi di dalam sebuah negara-ini yang
disebut sebagai “migrasi internal”. Migrasi juga dapat terjadi ketika orang-
orang pindah dari negara asalnya ke negara lain-ini disebut sebagai “migrasi
eksternal atau “emigrasi”. (Hak-Hak Pekerja Migran, Buku Pedoman,
Organisasi Perburuhan Internasional, Mei 2006)
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menetap di Wilayah Pengembangan
Transmigrasi atau Lokasi Permukiman Transmigrasi.
.
1) Peningkatan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya
diwujudkan melalui penyediaan kesempatan kerja dan peluang usaha,
pemberian hak milik atas tanah, pemberian bantuan permodalan dan
atau prasarana/sarana produksi, memfasilitasi pengurusan administrasi
dengan badan usaha, peningkatan pendapatan, pendidikan dan
pelatihan, pelayanan kesehatan, pemantapan ideologi, mental spiritual,
sosial dan budaya.
2) Peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah diwujudkan
melalui pembangunan pusat pertumbuhan wilayah baru atau
mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang
sedang berkembang.
3) Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa diwujudkan melalui
pengelolaan temu budaya, tata nilai dan perilaku transmigran dan
masyarakat sekitarnya untuk pemantapan rasa kebangsaan dan cinta
tanah air.

B. Alasan Bermigrasi
Orang-orang bermigrasi untuk beragam alasan. Sebagian orang
bermigrasi untuk perkembangan pribadi dan/atau profesional, dan ingin
bepergian dan melihat dunia.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Migrasi


Menurut gambar 2.1 diatas, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan migrasi di daerah asal (origin), daerah tujuan (destination), dan hambatan
(intervening obstacles). Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Faktor positif (+), yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan jika
bertempat tinggal di daerah atau negara tersebut.
2) Faktor negatif (-), yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan
bila tinggal di daerah atau negara tersebut.
3) Faktor netral (0), yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang
individu untuk tetap tinggal di daerah asal atau pindah ke daerah lain atau
tujuan.

Terdapat faktor lain sebagai penghambat untuk melakukan migrasi penduduk.


Hambatan atau rintangan berupa tingginya ongkos pindah dari daerah asal ke daerah
tujuan, topografi antara daerah asal dengan daerah tujuan berbukit, sarana
transportasi, lama perjalanan, undang-undang Imigrasi yang ketat, risiko rusaknya
barang berharga atau barang kesayangan jika dipindahkan.

D. Perbedaan Antara Migran dan Pengungsi.

1. The International Organization for Migration (IOM) mendefinisikan


seorang migran sebagai setiap orang yang berpindah melintasi perbatasan
internasional atau ke suatu Negara yang jauh dari tempat tinggalnya,
terlepas dari status hukum orang tersebut, baik bersifat sukarela atau tidak,
apa penyebab perpindahan itu atau berapa lama tinggalnya

2. Menurut Protokol 1967 dari Konvensi Pengungsi tahun1951, seorang


pengungsi adalah orang yang, 'karena takut akan penganiayaan karena
alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu atau
opini politik, berada di luar negeri kewarganegaraannya dan tidak mampu
atau, karena ketakutan seperti itu, tidak mau memanfaatkan perlindungan
negara itu.

E. Menurut Kemenkumham
Menurut Kemenkumham Paragraf 2 tentang Kesehatan Migran Pasal 8:
1) Kesehatan migran merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap
migran, yang diselenggarakan pada saat:
a. Sebelum keberangkatan;
b. Selama proses perjalanan keberangkatan mulai dari tempat
keberangkatan sampai di pelabuhan dan/atau bandar udara
pemberangkatan; dan
c. Kembali ke tanah air.
2) Kegiatan sebelum keberangkatan sebagaimana dimaksud pasa ayat (1)
huruf a paling sedikit terdiri atas;
a. Pendataan demografi;
b. Survellans kesehatan;
c. Penyuluhan kesehatan;
d. Pemberian informasi kondisi tempat tujuan;
e. Pemeriksaan kesehatan; dan
f. Pelayanan kesehatan primer.

3) Kegiatan selama proses perjalanan keberangkatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. Penyuluhan kesehatan;
b. Pelayanan kesehatan primer;
c. Survellans kesehatan; dan
d. Penyediaan dukungan logistik.
4) Kegiatan setelah kembali ke tanah air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c paling sedikit terdiri atas:
a. Penyuluhan kesehatan;
b. Pemeriksaan kesehatan;
c. Survellans kesehatan; dan
d. Inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi pada
instalasi penampungan sementara.

5) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada kegiata


kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dapat
dilakukan:
a. Pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
b. Tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
c. Pelayanan kesehatan jiwa

F. Kesehatan Sebelum, Selama dan Setelah Proses Migrasi

Risiko terhadap kesehatan migran timbul pada setiap tahap sepanjang


perjalanan mereka, dari sebelum proses migrasi dimulai, selama perjalanan
dan saat transit dan titik tujuan.
Sebelum Proses Migrasi Selama Perjalanan Saat transit dan tujuan
 Status sosial  Mode Perjalanan  Adaptasi terhadap
ekonomi  Batas legal atau kehidupan,
 Tingkat illegal lingkungan dan
pendidikan  Faktor Lingkungan budaya yang baru
 Genetik  Kekerasan seksual  Akomodasi kolektif
 Profil Penyakit dan lainnya,  Status hukum tidak
lokal hambatan , dan pasti
 Kebersihan pribadi peristiwa traumatis  Akses ke kebutuhan
dan makanan lainnya dasar
 Kondisi kesehatan  PMS, cedera, dan  Akses ke layanan
 Faktor lingkungan paparan bahaya kesehatan
 Konflik, bencana fisik dan kondisi  Kerentanan
dan peristiwa lingkungan yang terhadap penyakit
traumatis lainnya ekstrem baru
 Sistem perawatan  Kondisi yang tidak  Kondisi lingkungan
kesehatan yang sehat dan  Pengasingan social
lemah kepadatan  Hambatan budaya,
penduduk bahasa dan hukum
 Nutrisi yang tidak untuk mengakses
memadai layanan kesehatan
 Kebersihan pribadi  Diskriminasi
dan makanan  Kurangnya akses ke
makanan sehat

G. Kondisi Kesehatan Migran


Setiap negera memiliki karakteristiknya masing-masing, di negara-
negera berkembang salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah
kondisi demografinya. Negara berkembang identik dengan dengan jumlah
penduduk yang banyak dengan angka pertumbuhan penduduk tahunan yang
cukup tinggi.

Kondisi Kesehatan Masyarakat di Slum Area


Slum area atau yang biasa di sebut dengan kawasan kumuh merupakan
suatu kawasan yang identik dengan pemukiman penduduk yang sangat padat
dengan karakteristik bangunanya yang semi permanen atau bahkan non
permanen, ukuran rumah kecil atau bahkan sangat kecil, cenderung kotor, dan
memiliki kondisi sanitasi yang buruk. Kawasan-kawasan semacam ini sangat
mudah ditemukan di pinggiran kota-kota besar di negara berkembang,
termasuk di Indonesia.

H. Peran Perawat Pada Masalah Kesehatan Migran


a. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhann dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
bias direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
b. Peran Perawat sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran Perawat sebagai Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran Perawat sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
e. PeranPerawatsebagaiKonsultan
Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.

I. Pemeriksaan kesehatan migrasi yang dilakukan secara garis besar ada


aspek medis, yaitu:

1. Identitas tenaga kerja :


a. Nama
b. Tanggal lahir/ umur,
c. Alamat lengkap : RT , RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten,
Propinsi
d. Telpon : bila ada
e. Status perkawinan : lajang / menikah / duda / janda
f. Suku bangsa
g. Agama
h. Pendidikan terakhir
2. Anamnesis :
a. Riwayat Obstetri (bagi yang sudah menikah/pernah menikah)
b. Riwayat haid
c. Riwayat Pekerjaan sebelumnya
d. Riwayat Penyakit dalam keluarga
e. Riwayat Penyakit-penyakit infeksi Riwayat Penyakit degeneraitf
f. Riwayat operasi dan di rawat di rumah sakit

3. Pemeriksaan Fisik :
a. Tanda vital, Tingkat kesadaran
b. Status gizi
c. Kulit
d. Kepala
e. Mata : warna, visus, penglihatan 3 dimensi
f. Telinga : test berbisik, tes garpu tala
g. Hidung :
h. Pharing, laring, tonsil
i. Mulut, gusi, bibir, gigi geligi
j. Leher : kelenjar getah bening, kel tiroid, JVP, trakea
k. Tulang dan sendi : vertebra,
l. Ekstremitas atas
m. Ekstremitas bawah
n. Fungsi luhur : Daya ingat
o. Orientasi
p. Kesan Persarafan Otak : N I N V N IX N II N VI N X
q. Dada : mamae
r. Jantung :
s. Paru
t. Abdomen : Hepar, limpa, ginjal
u. Genitalia eksterna, anus, perianal N III N VII N XI N IV N VIII N XII
v. Fungsi : motorik, sensorik, vaskular
w. Status psikiatrikus : secara umum

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan dari


pemeriksaan kesehatan tenaga kerja wanita.

a. Pemeriksaan darah rutin


b. Pemeriksaan urin rutin
c. Pemeriksaan faeces
d. Pemeriksaan kimia darah : SGOT, SGPT, Kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida, asam urat, kreatinin,
e. Pemeriksaan HbsAg
f. Pemeriksaan HIV-AIDS : cara ELISA 7. Pemeriksaan Rontgen thoraks
g. Pemeriksaan VDRL dan Wasserman
h. Pemeriksaan Widal (bila diperlukan)
i. Pemeriksaan narkoba : dilakukan pada laboratorium khusus
j. Pemeriksaan tes kehamilan (gravindex test)

5. Penentuan kesimpulan hasil pemeriksaan kesehatan

Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang yang sudah ditentukan. Ada beberapa cara
penulisan kesimpulannya, :
a. ditulis : Fit unfit
b. ditulis : Fit temporary unfit permanent unfit
c. ditulis : Fit kelainan minimal yang dapat diperbaiki Kelainan fisik untuk
pekerjaan terbatas unfit

J. Issue penting pada pemeriksaan kesehatan tenaga kerja wanita

Pada pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja wanita, ditemui


beberapa hal yang sering kali terjadi, seperti :

1. Apakah identitas tenaga kerja wanita sudah diisi dengan benar dan
lengkap ?.

2. Anamnesis penyakit, pekerjaan dan riwsayat penyakit dalam keluatga


sering kali kurang diketahui, sehingga agak mempersulit dalam membuat
kesimpulan akhir hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
3. Konseling pra pemeriksaan HIV-AIDS jarang dilakukan dikarenakan
tenaga kerja wanita datang secara serentak dalam jumlah banyak pada
waktu yang bersamaan.

4. Dengan banyaknya tenaga kerja wanita yang harus diperiksa pada waktu
yang terbatas, bagaimana dengan validitas hasil yang ada? Ini memerlukan
tingkat kewaspadaan dalam memeriksa dan mendiagnosis dari dokter
pemeriksa yang relatif harus kuat dan tahan banting. Sehingga hasil yang
ada dapat diperetanggung jawabkan secara profesional.

5. Validitas dari laboratorium pemeriksa juga perlu diperhatikan. Apakah


selalu dikalibrasi ?

Mengenai hasil pemeriksaan, masalah kesehatan tertentu kemungkinan dapat


mempersulit pengajuan imigrasi. Biasanya, negara-negara menetapkan standar atau
persyaratan tambahan dalam mengatur penyakit seperti:

1. Masalah kesehatan mental – Pemohon imigrasi yang menunjukkan


keterbelakangan mental atau disabilitas, harus menyerahkan laporan terpisah
yang menguraikan sifat pasti dari gangguan mental tersebut dan kebutuhan
khusus dalam hal perawatan, pengawasan, dan pendidikan.
2. Sifilis – Pemohon imigrasi yang menderita sifilis harus menyertai sertifikat
dengan tanda tangan dokter, yang membuktikan bahwa ia telah diberi
pengobatan untuk penyakit tersebut.
3. Tuberkulosis atau TBC – Surat yang menjelaskan diagnosa, tindakan
pengobatan, dan hasil pengobatan, harus disertakan apabila seseorang pernah
mengidap TBC dan telah menerima pengobatan.

4. Masalah kesehatan kronis – Pemohon yang menderita masalah kesehatan


kronis dan sedang mengkonsumsi obat-obatan harus memberikan sertifikat
dokter yang menguraikan penyakit tersebut, pengobatan yang saat ini
dijalankan, daftar obat yang dikonsumsi, dan prognosis
United Nations High Commissioner for Refugees (UNCHR) atau Komisioner
Tinggi PBB untuk Pengungsi
Pengungsi menurut UNHCR Indonesia, “Orang yang dikarenakan oleh ketakutan yang
beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan ras, agama, kebangsaan,
keanggotaan dalam kelompok sosial dan partai politik tertentu, berada diluar Negara
kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari Negara tersebut.”
Peraturan Presiden RI Nomor 125 Tahun 2016 tetang Penanganan Pengungsi
dari Luar Negeri
Pasal 2
(1) Penanganan Pengungsi dilakukan berdasarkan kerja sama antara pemerintah
pusat dengan Perserikatan BangsaBangsa melalui Komisariat Tinggi Urusan
Pengungsi di Indonesia dan/atau organisasi internasional.
Pasal 4
(1) Penanganan Pengungsi dikoordinasikan oleh Menteri.
(2) Koordinasi sebagqimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka
perumusan kebijakan, meliputi: a. Penemuan; b. Penampungan; c.
Pengamanan; dan d. Pengawasan keimigrasian.

KASUS VIRUS CACAR MONYET


Merujuk kantor berita Reuters, virus cacar monyet masuk ke Singapura
diduga melalui seorang warga Nigeria. Laki-laki berusia 38 tahun itu disebut telah
lebih dulu terinfeksi cacar monyet sebelum mendarat ke Singapura, 28 April lalu. Ia
diperkirakan terjangkit virus ini setelah mengkonsumsi daging binatang liar.

1. Dihimbaukan masyarakat yang tinggal dikawasan terjangkit cacar monyet


menghindari kontak langsung dengan rpimata, hewan pengerat dan orang
yang terjangkit dengan cacar monyet. Minimal dengan menggunakan APD
seperti masker ataupun sarung tangan
2. Penderita yang terpapar cacar monyet sebaiknya dirawat di RS untuk
menghindari komplikasi yang lebih berat maupun kematian
3. Masyarakat pribadi diharapkan dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Terutama karna belum ditemukannya vaksin pencegah cacar monyet tsb.
4. Menghindari bepergian ke daerah atau negara dengan jumlah kasus cacar
monyet yang tinggi.
5. Bagi warga yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet seperti
Afrika Tengah dan Barat, disarankan untuk segera memeriksa kondisi
kesehatan. (dengan ciri-ciri: demam tinggi, pembesaran kelenjar getah bening,
ruam di kulit)
6. Untuk petugs kesehatan disarankan untuk selalu menggunakan APD seperti
sarung tangan dan masker ketika menangani pasien atau hewan yang sakit.
Pencegahan Primer terhadap Virus Cacar Monyet
1. Cuci tangan dengan sabun
2. Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata
3. Membatasi paparan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak
dengan baik
4. Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang
terkontaminasi
5. Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengonsumsi daging yang
diburu dari hewan liar

KASUS ROHINGYA
Kronologi

1942: Pembantaian Muslim Rohingya Pro -Inggris


Terjadi saat okupasi Jepang sebelum kemerdekaan Myanmar. Sekitar 100.000
Muslim Rohingya tewas dan ribuan desa hancur.

1948: Kemerdekaan Myanmar dari Inggris Raya


1978: Operasi King Dragon
Bertujuan untuk mengintimidasi kaum Rohingya dan memaksa mereka keluar dari
wilayah Arakan. Sekitar 200.000 orang melarikan diri ke Bangladesh.

1982: Myanmar tidak mengakui kewarganegaraan kaum Rohingya


Rohingya tidak diakui sebagai bagian dari 135 kelompok etnis resmi Myanmar.

1990an: Repatriasi
200.000 warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh dipulangkan paksa.

2001: Penghancuran masjid dan sekolah


28 masjid dan sekolah Islam di wilayah Maungdaw dihancurkan.

2012: Muncul gerakan Rohingya Elimination Group


Didalangi oleh kelompok ekstremis 969. Bertujuan untuk menghapus kaum Rohingya
dari bumi Arakan. Sekitar 140.000 orang dipaksa tinggal di kamp konsentrasi, 200
orang tewas.

2013: Eksodus besar-besaran


Ribuan warga Rohingya melarikan diri dengan kapal untuk mengungsi ke Indonesia,
Malaysia, dan Thailand.

2015: Krisis kapal pengungsi di Laut Andaman


Ribuan orang terkatung-katung di lautan, di antara mereka banyak yang meninggal
dalam perjalanan. UNHCR memperkirakan 150.000 orang melarikan diri dari
perbatasan Myanmar-Bangladesh sejak Januari 2012.

2016: Pembantaian Muslim Rohingya


Per Oktober, 150 orang dibunuh dan 3 desa hangus dibakar.

2017 Operasi Pembersihan militer Myanmar


Per September lebih 400 muslim Rohingya meninggal dunia, sedangkan ratusan ribu
penduduk muslim Rohingya pergi melarikan diri.
*Sumber: Laporan International State Crime Initiative (ISCI), 2015 dan A History of
Arakan oleh Mohammed Yunus, 1994

Upaya Pemerintah Indonesia Bantu Atasi Krisis Rohingya di Myanmar


1. Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengutus Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi untuk datang langsung ke Myanmar.
2. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, meresmikan aliansi lembaga
swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kemanusiaan untuk membantu
krisis humaniter terhadap etnis Rohingya dan warga sipil terdampak konflik di
Rakhine, Myanmar.
3. Pemerintah Indonesia mengembangkan proyek pembangunan fasilitas
pendidikan dan kesehatan untuk etnis Rohingya dan warga sipil terdampak
konflik di Rakhine, Myanmar.

Menurut ACT, program yang dilakukan sebagai berikut:

Kapal Kemanusiaan, Kapal Kemanusiaan adalah program kemanusiaan dalam


bentuk beras. Dikumpulkan sekepal demi sekepal beras, kemudian dilayarkan menuju
Bangladesh, yang menjadi tempat pengungsi terbesar Rohingya.

Humanity Card, Humanity card merupakan program kemanusiaan yang di desain


untuk memudahkan para penerima manfaat (etnis Rohingya) dalam memenuhi
kebutuhan sandang dan pangan nya.

Integrated Community Shelter, ICS / Intergreated Community Shelter merupakan


program kemanusiaan dalam bentuk hunian sementara bagi pengungsi Rohingya.
Beberapa ICS telah berhasil di didirkan oleh ACT di beberapa tempat seperti Aceh -
Indonesia, Sittwe - Myanmar dan Chittagong - Bangladesh.
Masalah Kesehatan Penduduk Rohingya yang Tinggal di Kamp Pengugsian
Bangladesh
Presiden Komite Nasional untuk Solidaritas Rohingya (KNSR) Syuhelmaidi Syukur
memaparkan, kondisi di tempat pengungsian (Kamp Pengungsian) di Bangladesh,
sirkulasi udara yang tidak lancar, kekurangan gizi baik, perubahan cuaca, sanitasi
jarak toilet dengan posisi sumber air bersih yang berdekatan, dan kondisi psikis, hal
tersebut yang menjadi beberapa faktor pemicu masalah kesehatan.
PENUTUP

Kesehatan imigrasi sangat diperlukan dalam transmigrasi karena penyelenggaraan


kesehatan transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan
masyarakat sekitarnya, terutama dalam hal kesehatan yang mereka rasakan.

Adapun dalam kesehatan imigrasi terdapat proses tes kesehatan baik medical check
up visa sebelum imigrasi, selama perjalanan, dan sesudah imigrasi. Lalu dalam
kesehatan imigrasi juga harus memperhatikan antara perubahan iklim yang terjadi
dengan kesehatan pribadi seseorang saat akan melakukan imigrasi.

Pemeriksaan kesehatan imigrasi meliputi pemeriksaan kesehatan dasar dan


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan kesehatan bergantung dari jenis visa apa yang
diambil dan tujuan Negara mana yang akan dikunjungi.

Saran
Masalah kesehatan adalah masalah bersama bagi semua pihak, tidak hanya bagi
individu itu sendiri melainkan juga bagi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.
Perlu adanya kerjasama yang baik untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di
pemukiman kumuh ini. Siapapun mereka, warga asli atau pun pendatang,
mendapatkan kesehatan yang baik merupakan hak asasi setiap manusia sehingga
semua orang wajib untuk menjaga hak asasi terebut. Selain itu, meningkatkan
kesehatan penduduk juga merupakan salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan
dan juga meningkatkan kualitas hidup manusia. Bagi negara, apabila kemiskinan di
negaranya rendah dan sumber daya manusia yang dimilikinya unggul maka akan turut
membantu dalam mempercepat pembangunan negara.
Peningkatan kesehatan bagi masyarakat di area pumikiman kumuh ini dapat
dilakukan dengan banyak cara dan juga dapat dilakukan oleh siapa saja, antara lain
yaitu:
1. Perbaiki kebersihan dan kesehatan lingkungan melaui optimalisasi program
pemerintah dibidang sanitasi seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Program Penyediaan
Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), dan lain sebagainya.
2. Sosialisasi kesehatan kepada masyarakat di pemukiman kumuh. Intensif
posyandu dan juga pemberian vaksin.
3. Penertiban kawasan kumuh dengan cara relokasi ke tempat yang lebih baik
seperti rumah susun.
4. Penyediaan lebih banyak tempat sampah di kawasan kumuh dengan
pengelolaan yang baik dan tegas. Karena pada dasarnya masyarakat bersedia
untuk di atur asalkan ada kepastian yang jelas dari pemerintah.
5. Pemberdayaan masyarakat seperti pembuatan bank sampah, pengelohan
sampah menjadi energi lain, daur ulang sampah mejadi barang yang bernilai
dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat agar dapat saling berbagi ilmu
satusama lain.

Masalah yang Belum Terselesaikan


Masalah yang muncul apabila kondisi kesehatan masyarakat di daerah kumuh ini
diperbaiki adalah adanya kemungkinan terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke
kota dalam kuantitas yang lebih besar lagi. Hal ini terjadi karena apabila kesehatan
ditingkatkan maka masyarakat di daerah lain akan melihat hal ini sebagi peningkatan
fasilitas yang dapat menarik niat mereka untuk berpindak ke kota. Tentunya hal in
akan menajdi masalah yang semakin besar. Oleh karena ini diperlukan studi lebih
lanjut untuk menemukan bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat di daerah kumuh tanpa menarik warga di daerah lain untuk berpindah ke
tempat ini nantinya.
Daftar Pustaka

Menteri KesehatanRepublik Indonesia. 2013. Undang-Undang No. 61 Tahun 2013


TentangKesehatanMatra. KementrianKesehatan No. 1203. Jakarta

Hak-Hak Pekerja Migran, Buku Pedoman, Organisasi Perburuhan Internasional, Mei


2006

Dewi S. Soemarko. 2007. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Wanita Ke Luar


Negeri. Program Studi Kedokteran Kerja FKUI, Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas FKUI
Khairun Nisa. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI). UIN Jakarta

Migrasi Dan Urbanisasi Ditinjau Dari Aspek Human Capital: Kondisi Kesehatan
Masyarakat Migran Di Slum Area Dalam Kaitannya Dengan Produktivitas
Dan Kesejahteraan, Rafika Farah Maulia, Universitas Indonesia

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6182765/
https://jakarta.kemenkumham.go.id/layanan-publik/184-layanan-keimigrasian

https://act.id/rohingya/

https://mediaindonesia.com/read/detail/128764-pengungsi-rohingya-terancam-
penyakit-menular

Anda mungkin juga menyukai