Anda di halaman 1dari 2

1.

Teori Sosiokultural

a) Disengagement Theory

Pada tahun 1961, Cumming dan Henry menerbitkan teori sosiologis pertama penuaan dalam
buku mereka, Tumbuh Old: Proses Pelepasan ( Cumming & Henry, 1961). Menurut Teori
pelepasan, masyarakat dan lebih tua orang terlibat dalam proses yang saling menguntungkan
penarikan timbal balik untuk menjaga keseimbangan sosial. Proses ini terjadi secara sistematis
dan mau tidak mau dan diatur oleh kebutuhan masyarakat, yang individu menimpa kebutuhan.
Selain itu, orang tua menginginkan penarikan ini dan senang ketika itu terjadi. Karena jumlah,
sifat, dan keragaman kontak sosial orang tua ini berkurang, pelepasan menjadi proses melingkar
yang batas lanjut kesempatan untuk berinteraksi. Teori pelepasan dirangsang banyak kontroversi
dengan menantang kepercayaan tradisional tentang hubungan antara seseorang dan masyarakat.
Misalnya, ada kontroversi mengenai apakah proses pelepasan ini, pada kenyataannya, universal,
tak terelakkan, dan bermanfaat bagi orang tersebut. Sedangkan menurut Ma’rifatul (2011) teori
ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah
dan Lilik M, 2011). Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :

a) Kehilangan peran

b) Hambatan kontak sosial

c) Berkurangnya kontak komitmen

b) Activity Theory / Aktivitas atau Kegiatan

Selama awal 1970-an, gerontologists sosial dibangun di atas karya Havighurst dan Albrecht
(1953), yang menekankan hubungan antara penuaan sukses dan tetap aktif, dan mengusulkan
Kegiatan teori. Teori aktivitas mendalilkan bahwa orang tua tetap secara sosial dan fit secara
psikologis jika mereka tetap aktif terlibat dalam kehidupan. Misalnya, seseorang konsep diri
ditegaskan melalui kegiatan yang berhubungan dengan berbagai peran, dan hilangnya peran
dalam usia tua negatif mempengaruhi kepuasan hidup. Para peneliti menemukan bahwa kegiatan
produktif, seperti kerja penuh waktu dan tingkat rendah sukarela, memiliki efek positif pada
kesehatan mental hampir 8000 subyek yang berusia 55-66 tahun (Hao, 2008). Meskipun studi
mendukung teori ini, kritik mengklaim bahwa ia mengabaikan faktor-faktor seperti kesehatan
dan kesenjangan ekonomi yang mengganggu peluang bagi beberapa orang dewasa yang lebih tua
untuk terlibat dalam kegiatan (Achenbaum, 2009). Sedangkan menurut Ma’rifatul (2011) teori
menyatakan seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Lansia
mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa
pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah
dan Ma’rifatul, L., 2011).

Anda mungkin juga menyukai