Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL SMALL GRUP DISCUSSION (SGD)

”TEORI AGING”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Shyffa Arrizqi 7. Tiara Widya Hapsari


2. Dhia Ramadhani 8. Nihayatuzzulfah
3. Shinta Mayang Sari 9. Siti Muharromah
4. Lia Anis Syafa’ah 10. Dinda Setyaningsih
5. Muflikhatul Ulya 11. Deni Purnasari
6. Qurrata A’yun

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


TAHUN 2018

A. Teori Biologi
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari
lahir sampai meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau
dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi
dibagi 3 bagian yaitu (Sunaryo dkk, 2015 : 39-41):
1. Teori Stochastic
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara
acak/random dan akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari :
a. Error Theory
Teori kesalahan didasarkan pada gagasan dimana kesalahan dapat
terjadi di dalam rekaman sintese DNA. Jika proses transkripsi dari
DNA terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel dan akan terjadi
penuaan yang berakibat pada kematian.

b. Free Radical Theory


Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi
kerusakan irreversible akibat senyawa pengoksidan.

c. Cross-Lingkage Theory
Teori ini seperti protein yang metabolism tidak normal sehingga
banyak produksi sampah di dalam sel dan kinerja jaringan tidak dapat
efektif defisien.

d. Wear and Tear Theory


Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin,
sehingga perlu adanya perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari
penggunaan.
2. Teori non stochastic
Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu.
a. Programmed Theory
Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu saat tidak dapat
regenerasi kembai.

b. Immunity Theory
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatik menyebabkan terjadinya
kekinan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan
sistem imun tubuh mengalami perubahan dan dapat dianggap sebagai
sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Dilain pihak, sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses penuaan dan daya
serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.

3. Teori Emerging Sosiokultural


Emerging sosiokultural, teori sosiokultural muncul karena para
gerontologis mengaku terjadi peningkatan jumlah lansia di sejumlah
negara. Pertama kai dicetuskan oleh Lev Vygotsky pada 1934. Vygotsty
berpendapat bahwa pertumbuhan kognitif dalam konteks sosiokultural
dipengaruhi oleh tempatnya tumbuh. Dan setiap anak memperoleh
kemampuan kognitifnya melalui interaksi dengan dewasa disekitarnya.
Teori ini berfokus pada perspektif social budaya yang lebih luas, seperti
nilai budaya, kepercayaan, pengamanan dan pengaruh budaya serta faktor
social lainnya yang mempengaruhi fungsi fisik dan psikologis seseorang.
Contohnya lansia di Jepang dan di Indonesia tentu mempunyai perbedaan.
Perbedaan ini salah satunya disebabkan oleh sosiocultural tempat
keduanya tumbuh.

B. Teori Sosiologis
1. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosia lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
(triple loss), yakni (Kholifah, 2016 : 15) :
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontak social
c. Berkurangnya kontak komitmen

2. Activity Theory Or Developmental Task Theory


a. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
b. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas
dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
c. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.
d. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
(Dewi, 2014 : 12)

3. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Menurut Siti Nur Kholifah ( 2016 : 15) dasar kepribadian atau tingkah
laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan teori
yang disebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini
dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah, walaupun ia telah lanjut usia.

4. Age Stratification Theory

Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia


kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua
elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan
prosesnya. Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a. Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b. Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c. Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.
(Dewi, 2014 : 12)

5. Person Environment Fit Theory

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada


suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
kunci mempertahankan status sosial berdasarkan kemampuan
bersosialisasi.

Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain:

a. Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya


masing-masing.
b. Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.

(Nugroho, 2000 : 46)

C. Teori Psikologis
Teori dikembangkan oleh Birren and Janner (1977), teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang merepons pada tugas perkembangannya.
Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun orang
tersebut telah menua.
a. Teori hierarki kebutuhan manusia menurut maslow/maslow’s hierarchy of
human needs (1960). Kebutuhan dasar manusia dibagi dalam 5 tahap
dimulai dari terendah, yaitu kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa
aman,kasih saying, harga diri, sampai pada yang paling tinggi, yaitu
aktualitas diri.
b. Teori individualism jung (jung’s theory of individualism). Teori ini
dikemukakan oleh cail gustaf jung (2009). Sifat dasar manusia dibagi
menjadi 2, yaitu ekstrover dan introver. Introver lebih suka menyendiri
dan sedangkan ekstrover adalah penuaan yang bisa menyeimbangkan
introvertnya.
c. Teori 8 tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life),
dikemukakan erikson pada (1950). Tugas perkembangan terakhrir
individu yang harus dicapai adalah ego integrity vs disappear. Jika
individu di tahap ini sukses maka dia akan berkembang menjadi individu
yang arif.

D. Teori Perkembangan Moral


1. Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral
didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara
bertahap.
Tingkat satu : penalaran prakonvensional
Tahap I : orientasi hukuman & ketaatan
Tahap II : individualism dan tujuan
Tingkat dua : penalaran konvensional
Tingkat tiga : penalaran pascakonvensional (moralitas benar-benar
diinternalisasikan)

2. Menurut Chaplin
Moral condong pada akhlak yang sesuai dengan aturan social, adat
kebiasaan/hokum yang mengatur tingkah laku.

3. Menurut Hurlock
Kebiasaan, tata cara, dan adat peraturan perilaku yang sudah menjadi
kebiasaan di kalangan suatu bangsa.

4. Menurut Burkhardt Spriritualitas meliputi aspek :


a. Berhubungan dengan suatu yang tidak diketahui dalam kehidupan.
b. Menemukan arti & tujuan hidup.

Macam-macam spiritual

a. Spiritual yang sakit, kesulitan menerima kehilangan dan penderitaan


b. Spiritual khawatir, pertentangan kepercayaan & sistem nilai
c. Spiritual hilang, kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan

(Sunaryo dkk, 2015 : 42)


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sofia Roshma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :

Deepublish

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC

Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta :

Kemenkes RI

Sunaryo, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : ANDI

OFFSET

Anda mungkin juga menyukai