Bangkitan pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik
ke suatu tata guna lahan atau zona (Tamin, 2008). Hasil keluaran dari perhitungan berupa jumlah
kendaraan, orang, atau angkutan persatuan waktu. Dalam perhitungan ini, diperoleh data angkutan
barang di beberapa zona Provinsi Kalimantan Timur dari hasil survei ATTN (Asal Tujuan Transportasi
Nasional) 2011. Berikut merupakan bangkitan pergerakan dari angkutan barang dalam trip/tahun.
Berdasarkan data bangkitan pergerakan yang telah ada, kemudian dihitung prediksi bangkitan
pergerakan/ model generation menggunakan model faktor pertumbuhan. Untuk meramalkan
jumlah pergerakan di masa mendatang dibutuhkan faktor terkait seperti populasi, pendapatan dan
pemilikan kendaraan. Berikut merupakan hasil prediksi bangkitan pergerakan menggunakan faktor
pertumbuhan dengan tahun acuan yaitu tahun 2015.
Dari tabel dapat dilihat bahwa Kutai Kertanegara memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dengan
bangkitan pergerakan yang lebih besar dibanding wilayah lainnya.
4.2 Trip Distribution
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari Trip Generation dalam pemodelan dan perencanaan
tranportasi. Sebaran pergerakan (Trip Distribution) memperlihatkan sebaran pergerakan
menunjukkan ke mana dan dari mana lalu lintas tersebut. Perhitungan model sebaran pergerakan
menggunakan matriks untuk melihat keterkaitan antarzona. Data yang diperoleh yaitu matriks asal
tujuan angkutan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011.
Berikut merupakan tabel matriks asal tujuan angkutan di Provinsi Kalimantan Timur dengan
mengambil lima zona yaitu Paser, Kutai Kertanegara, Berau, Kutai Barat, Kutai Timur. Perhitungan
bangkitan dan tarikan pada masa mendatang dihitung dengan menggunakan laju pertumbuhan pada
tahun 2015 sebagai acuan.
Berau
3 7493 30650 0 2923 18000 59066 60714 1,0279
Kutai Barat
4 6469 31907 3746 0 8248 50370 50697 1,0065
Kutai Timur
5 12202 76687 20975 6601 0 116465 121450 1,0428
dd 94330 195407 51468 35788 97937 474930
Dd 96584 200253 52904 36021 102129 487999
Ed 1,0239 1,0248 1,0279 1,0065 1,0428 1,0275175
Sumber: Jurnal Penyusunan Model Bangkitan Pergerakan Angkutan Barang di Provinsi Kalimantan
Timur, 2019
Dari matriks asal tujuan eksisting kemudian dilakukan analisis sebaran pergerakan menggunakan
metode tanpa-batasan (uniform), metode rata-tara (average), dan metode furness.
Dalam metode ini diasumsikan bahwa keseluruhan daerah kajian hanya ada satu nilai tingkat
pertumbuhan yang digunakan untuk mengalikan semua pergerakan pada saat ini dalam upaya
mendapatkan pergerakan pada masa mendatang.
Metode rata-rata adalah usaha pertama untuk mengatasi adanya tingkat pertumbuhan daerah yang
berbeda-beda, pada metode ini dilakukan pengulangan sampai seluruh oi = Oi atau Ei=1 dan dd = Dd
atau Ed = 1. Dalam perhitungan dilakukan pembulatan dan didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 5 MAT pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-20)
Metode Furness
Sebaran pergerakan pada masa mendatang didapatkan dengan mengalikan sebaran pergerakan
pada saar ini dengan tingkat pertumbuhan zona asal atau zona tujuan yang dilakukan secara
bergantian. Pada metode ini dilakukan pengulangan untuk menghasilkan MAT sehingga total sel
MAT yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Didapatkan hasil sebagai berikut setelah
pengulangan sebanyak sembilan kali (setelah pembulatan).
Tabel 6 MAT pada masa mendatang dengan metode Furness (hasil pengulangan ke-9)
Sebaran pergerakan yang paling kecil berasal dari zona 3 menuju zona 4,
pergerakan ini berasal dari Kabupaten Berau menuju ke Kabupaten Kutai Barat, hal ini
dikarenakan Kabupaten Berau menuju Kabupaten Kutai Barat sangat sedikit jumlah
penduduk yang ingin melakukan pergerakan. Kabupaten Kutai Barat berada di tengah
Kalimantan Timur yang tidak memiliki bagian pesisir membuat daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik wisata yang menyebabkan masyarakat tidak mengunjungi kabupaten
tersebut.