Anda di halaman 1dari 158

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

I. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

II. Data Khusus

1. Berapa jumlah kegiatan dalam setiap program HES Leading Indicator


yang dilaksanakan untuk mendukung program tersebut

2. Kapan waktu dilaksanakannya kegiatan dalam setiap program tersebut

3. Apa tujuan dan sasaran dilaksanakannya kegiatan dalam program tersebut

4. Apa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program tersebut

5. Apa upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan


kegiatan program tersebut

120

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

121

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

122

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Dokumentasi

Ket Gambar :
Toolbox meeting yang dilakukan bagian dari HES Program, Communication and Consultation

Universitas Sumatera Utara


Ket Gambar :
Morning talk yang dilakkukan oleh anggota HES

123

Ket Gambar:
Salah satu bagian materi dari MVSP Training

Ket Gambar:

Pekerja dikumpulkan untuk diarahkan dapat mengerti alarm tanda bahaya


Universitas Sumatera Utara
WI S - CON SORT I U M
HES MANAGEMENT PROGRAM
EPC SERVICE AREA-13 NDD PROJECT

Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 MAY-15 Jun-15 Jul-15 AUG-15 Sep-15 OCT-15 Nov-15 DEC-15 Total
No Description Frequency Unit Remarks
Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act
1 Risk Management
1.1. Develop HIRARC for every scope of work Pre-Job Start Activity 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1.2. Job Hazard Analysis / Qualified SOP Pre-Job Start Times 1 1 1 1
1.3. On Site JSA up date and review Daily Times 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 2200 2200
1.4. Specific assessment for JMP Pre non routine trip Times 2 2 1 2 4 3
2 HES Consultation and Communication
2.1. Kick Off Meeting Pre-Work Times 1 0 0 1
2.2. Tool Box Meeting Daily Times 24 20 30 30 30 30 30 25 30 20 20 20 20 20 20 20 20 25 20 20 20 20 20 250 284
2.3. Safety Morning Talk Weekly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
2.4. General Safety Talk and Exercise Monthly Times 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
2.5. HES Committee Meeting Monthly Times 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
2.6. HES Department Coordination Meeting Weekly Times 1 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 22 35
2.7. Driver Forum Monthly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
2.8. Supervisor Safety Forum Monthly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
2.9. In-Cab coaching / IIF in action for driver Monthly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
3 HES Inspection
3.1. Premobilization equipment inspection Pre-Operation Times 8 18 0 26
3.2. Equipment & Tools Inspection Quarterly Times 0 2 2 2 2 2 2 6 6
3.3. Pre Trip Inspection Daily Times 20 25 32 20 25 20 27 15 20 18 25 20 25 12 18 20 25 12 16 10 16 12 18 184 267
3.4. HES Site Inspection Weekly Times 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 48
3.5. Enviro & industrial hygiene Inspection Weekly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
3.6. House Keeping / 5R Inspection Weekly Times 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 49
3.7. PPE Inspection Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12 Personal protective equipment (APD)
3.8. Fire Extinguisher Inspection Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12
3.9. Scaffold Inspection Pre-used & weekly Times 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
3.10. Management Safety Patrol Weekly Times 0 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 33 35
3.11. MSW Assessment Weekly Times 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 36 Managing Safe Work
3.12. Vehicle Operation spot check Monthly Times 0 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12
4 Training and Development
4.1. IIF Orientation As per recruitment Times 1 1 1 1 Incident Injury Free
4.2. IIF Living In Action As per recruitment Times 1 1 1 1
4.3. MSW Training As per recruitment Times 1 1 1 1
4.4. MVSP Training As per recruitment Times 1 1 1 1 Motor Vehicle Safety Practices
4.5. WTL Orientation Pre WTL assignment Person 20 20 20 20 Work Team Leader

4.6. SSE Orientation, mentoring & Evaluation As per needed Person 25 25 25 25 Short Services Employee
4.7. Commentary drive Quarterly Person 10 10 10 10
4.8. BBS Observer Training As per recruitment Person 20 20 20 20 Behaviour Base Safety
4.9. First Aid Training As needed Person 20 20 20 20
4.10. Fire Watcher Training As needed Person 20 20 20 20
4.11. Supervisor Safety Training As needed Person 5 5 5 5
4.12. Escorting Training As needed Person 20 20 20 20
4.13. Confined Space Entry Training As needed Person 20 20 20 20
4.14. Work At Height Training As needed Person 20 20 20 20
4.15. Dumpman / flagman / spotter training As needed Person 20 20 20 20

Universitas Sumatera Utara


Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 MAY-15 Jun-15 Jul-15 AUG-15 Sep-15 OCT-15 Nov-15 DEC-15 Total
No Description Frequency Unit Remarks
Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act
5 Emergency Response Plan
5.1. Develop specific ERP and posting at site Pre-Job Start Ea 1 1 1 1
5.2. Site Clinic and Ambulance Operation Daily Times 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 18 15
5.3. Emergency Drill Quarterly Times 1 1 1 1 1 1 3 3
6 HES Monitoring & Operational Control
6.1. HES Inspector daily walk-thru Daily Times 10 10 12 15 12 15 10 15 10 15 10 15 12 15 12 15 10 15 12 15 12 15 122 160
6.2. DIMS operation Daily Times 10 10 10 10 12 15 12 15 10 10 10 10 10 10 10 15 10 15 10 15 10 15 114 140 Driving Improvement Monitoring System
6.3. MSW Implementation Daily Times 15 15 12 15 12 15 10 15 10 14 10 15 10 15 10 13 10 13 10 12 10 12 119 154
6.4. SWA / SSWA report When Occurred Times 1 1 1 1 1 1 3 3 Stop Work Authority / Self SWA
6.5. Journey Management Plan Pre-journey start Times 1 1 1 1
6.6. Traffic Management Plan As needed Times 1 1 1 1 1 1 3 3
6.7. Waste Management Daily Times 10 10 15 15 12 15 10 10 10 10 15 15 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 122 125
6.8. Employees Medical Examination As per recruitment Person 20 25 25 25 45 50
6.9. Environment Aspect Monitoring 6 Monthly Times 1 1 1 1 2 2
6.10. Traffic Sign / Warning Sign Daily Number 10 10 10 10 10 10 10 12 10 12 10 14 10 14 10 12 10 10 10 14 10 10 110 128
7 HES Awareness and Campaign
7.1. Reward & recognition Monthly Times 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 11 17
7.2. HES Achievement reward As per achievement Times 2 4 2 2 2 3 2 5 8 14

7.3. Information Board Updated weekly Times 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 40


7.4. HES Performance Notice Board Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
7.5. BBS Observation Weekly Times 4 1 4 1 4 3 4 2 4 2 4 2 4 4 4 1 4 1 4 0 4 0 44 17
7.6. Deliver Safety Moment Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
7.7. Banner / poster / flag / billboard Monthly Number 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
7.8. Nearmiss / hazard observation report When Occurred Times 0 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 5 7
8 HES Evaluation
8.1. HES Weekly report Weekly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
8.2. HES Monthly Report Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
8.3. BBS Observation Report Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
8.4. DIMS Report Weekly Times 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 44 34
Evaluation of government regulation
8.5. Monthly Times 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 9
compliance
Incident investigation, root cause analysis
8.6. When Occurred Times 1 1 1 0 1 1 3 2
and reporting
8.7. Project Management Review Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
8.8. Subcontractor HES Audit 6 Monthly Times 1 1 1 1 2 2

Prepared by, Approved by,

Willem Luturmas Richard D. Clemente


HES Manager Project Manager

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adiwardana A.S., 1989. Pencegahan Kecelakaan. Cetakan Pertama Jakarta, PT


Pustaka Binaman Perssindo.

Argama. 2006. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja sebagai Komponen Jamsostek


Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta.

Australia, Standard Association. 2004, Risk Management: AS/NZS 4360. New


South Wales: Standard Association of Australia.

Bennet, N.B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995. Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Resindo.

Cross, 1998;Study notes: Risk Management. Sydney: University of New South


Wales

Dewi, R. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja


Karyawan Pada PT Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Direktorat Pengawas Norma K3. 2007. Himpunan Peraturan Perundang-undangan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta.

Hadiguna, R.A. 2009. Manajemen Pabrik Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan
Efektivitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Harrianto, R., 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Harrington, J.M. dan Gill F.S, 2003. Buku Saku Keselamatan Kerja. Jajarta: EGC.

ILO. 2012. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Internatioanal New


York Labour Office, Geneva, Vol. II.

Kusuma, I. 2010. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Karyawan PT. Bitratex Industries Semarang. (Skripsi). Semarang:
Universitas Diponegoro.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Octaviani, D. 2010. Studi Proses Penyusunan Kompetisi Teknis HSE di PT. X.


(Tesis). Depok: Universitas Indonesia.

Ramli, S. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.

Ridley, J. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi Ketiga. Jakarta:


Erlangga.

Universitas Sumatera Utara


Sjafri, M. 2007. Manajemen mutu sumber daya manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suma’mur, P.K. 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:


CV. Haji Masagung.

Suma’mur, P.K., 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi
2. Jakarta, CV Sagung Seto.

Sulistyarini, W. 2006. Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Terhadap Produktivitas Karyawan Pada CV Sahabat Klaten. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negri. Diambil pada 2 Desember 2015 dari
idb4.wikispaces.com/file/view/rd4005.pdf

Syukuri, S. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta:


PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ; Manajemen dan Implementasi


K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press

Tranter, M. 1999. Occupational Hygine and Risk Management. Australia: A


Multimedia Package. OH&S Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

dengan rancangan retrospektif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. WIS Consortium Duri, pada bulan

Desember 2015-Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pada PT WIS Consortium Duri

yang bertanggungjawab bertugas membuat program HES yaitu sebanyak 11

orang.

b. Sampel dalam penelitian ini adalah pihak yang bertanggungjawab bertugas

membuat program HES pada PT WIS Consortium Duri, yaitu sebanyak 11

orang (Safety departement) yang terdiri dari Project Manager, HES Manager,

Construction Manager, HES Committee, Supervisor, HES Coordinators, HES

Officer.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari

data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data ini diperoleh dari:

a. Hasil pengamatan atau observasi secara langsung

29

Universitas Sumatera Utara


30

b. Wawancara dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan objek

penelitian yaitu pihak manajemen K3 (Safety departement).

2. Data Sekunder

Data ini diperoleh dari:

a. Data yang berhubungan dengan program-program keselamatan dan

kesehatan kerja yang dipeoleh dari perusahaan.

b. Buku-buku yang berhubungan dengan topik penelitian.

3.5 Definisi Operasional

1. Leading Indicator merupakan indikator awal elemen daripada peningkatan

budaya K3. Indikator awal berfokus kepada seberapa baik tindakan

pencegahan yang kita lakukan agar tidak terjadi kecelakaan kerja.

2. Lagging Indicator merupakan indikator akhir yang menjadi tujuan akhir

dalam penerapan keselamatan kerja.

3.6 Metode Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik yang akan digunakan dalam

memperoleh data yang lengkap, yaitu:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh

data dengan cara mengamati dan mencatat langsung atas obyek yang diteliti.

Observasi yang dilakukan adalah non partisipatif. Teknik observasi ini digunakan

untuk mengamati fasilitas dan sarana K3 dan perilaku karyawan di perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


30
31

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik untuk menggali informasi yang berkenaan

dengan suatu masalah dengan melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung

atau bertatap muka dengan pihak yang memiliki kaitan dengan obyek yang akan

diteliti. Teknik ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data mengenai

pelaksanaan program Keselamatan dan kesehatan Kerjaserta.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data antara lain: sejarah

berdirinya perusahaan dan perkembangannya, struktur organisasi, serta data

mengenai ketenagakerjaan pada PT WIS Consortium Riau

3.7 Metode Analisis Data

Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif atau

menggambarkan tentang program-program keselamatan dan kesehatan kerja PT

WIS. Consortium Duri, Riau. Data-data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis

lalu disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dideskripsikan

Universitas Sumatera Utara


30

Universitas Sumatera Utara


32

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT.WIS Consortium Riau

4.1.1 Profil PT. WIS Consortium Riau

PT. WIS Consortium Riau merupakan perusahaan berskala nasional yang

bergerak dibidang pengadaan dan konstruksi yang berdiri sejak tahun 2013.

Kantor pusat PT. WIS Consortium Riau bertempat di jalan lintas Duri-Dumai km

13. PT. WIS Consortium Riau merupakan konsorsium PT. Wijaya Karya

(Persero)Tbk, PT. Inhwa Indonesia, PT. Singgar Mulia yang telah ditunjuk

sebagai kontraktor Engineering, Procurment and Construction (EPC) dalam

proyek North Duri Development (NDD) area 13 di Duri, Riau oleh PT. Chevron

Pacific Indonesia sejak tanggal 7 Juni 2014.

4.1.2 Visi PT. WIS Consortium Riau

Diakui dan dikagumi oleh industri dan masyarakat sebagai kelas dunia

dalam keselamatan, kesehatan, lingkungan, keandalan dan efisiensi.

4.1.3 Misi PT. WIS Consortium Riau

a. Mencapai tempat kerja bebas cedera

b. Menghilangkan insiden lingkungan.

c. Mengidentifikasi dan mengurangi risiko pada lingkungan utama

d. Mempromosikan tempat kerja yang sehat dan mengurangi risiko kesehatan

yang signifikan

e. Mengoperasikan bebas insiden dengan mengandalkan aset industri

terkemuka

32

Universitas Sumatera Utara


33

f. Memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya dan asset

4.1.4 Motto PT. WIS Consortium Riau

1. Pray for Safety


2. Be Alert and Act Carefully
3. Value Highly being an Ethical and Intelligent Human Being.

4.1.5 Program Manajemen HES (health, environment, safety)PT. WIS


Consortium Riau
Program manajemen Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan ini

dikembangkan untuk digunakan sebagai pedoman bagi PT. WIS Consortium

Riau dan personel subkontraktor yang terlibat dalam pelaksanaan proyek PT.

Chevron Pacific Indonesia NDD 13 Proyek, Duri, Sumatera, Indonesia.Tujuan

utama dari rencana ini adalah untuk mengelola bahaya proyek, untuk

meminimalkan risiko dan mencapai proyek kesehatan, lingkungan dan tujuan

keselamatan.Rencana manajemen ini juga bertujuan untuk memberikan PT. WIS

Consortium Riau sarana komunikasi yang efektif dalam dirinya sendiri,

subkontraktor dan client untuk eksekusi yang aman dari perkerjaan proyek NDD

13.

4.1.6 Struktur Organisasi Perusahaan dan Pembagian Tugas

Berikut ini adalah peran dan tanggung jawab Tim Proyek:

1. Manajer Proyek

Project Manager (PM) bertanggung jawab untuk kesehatan secara

keseluruhan, lingkungan dan keselamatan aspek dalam proyek. Deputi Project

Manager (DPM) wajib melaporkan kepada Project Managerjika akan bertindak.

DPM bertanggung jawab atas semua hal kesehatan, lingkungan dan keselamatan

Universitas Sumatera Utara


34

dalam operasi lokasi proyek secara keseluruhan. Tugas yang dilakukan antara

lain:

a. Secara aktif mempromosikan dan berpartisipasi dalam kesehatan

proyek, lingkungan dan program keselamatan.

b. Memastikan kesehatan, lingkungan, rencana manajemen keselamatan

dan program turunannya, prosedur dan praktek kerja yang

dilaksanakan pada proyek.

c. Memastikan bahwa kesehatan, lingkungan dan program keselamatan

mencerminkan persyaratan proyek baik dari segi sumber daya dan

unsur-unsur program dan lain-lain.

d. Memastikan bahwa semua persyaratan legislatif dan WIS Consortium

dipatuhi.

e. Memastikan bahwa semua subkontraktor disadarkan dari peran dan

tanggung jawab mereka berkaitan dengan kesehatan, keselamatan dan

lingkungan.

f. Memastikan bahwa semua subkontraktor dievaluasi sepanjang durasi

proyek, untuk kemampuan dan kinerja mereka.

g. Memastikan pelaksanaan kesehatan, lingkungan dan keselamatan

rekomendasi audit, non-kepatuhan, dll

h. Menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung tujuan HES

Universitas Sumatera Utara


35

2. Manajer Konstruksi

Manajer Konstruksi bertanggung jawab atas semua kegiatan konstruksi

dan wajib melaporkan secara langsung kepada Manager Deputi Proyek. Tugas

yang dilakukan antara lain:

a. Memastikan bahwa ada sumber daya yang memadai untuk

penyelesaian aman dari lingkup kerja mereka.

b. Memastikan bahwa ruang lingkup pekerjaan mereka dilakukan sesuai

dengan aturan proyek HES dan peraturan

c. Memastikan bahwa metodologi dan urutan kegiatan konstruksi yang

kompatibel dengan tujuan yang dijelaskan dalam kesehatan ini,

lingkungan dan rencana keselamatan.

d. Mengelola program untuk meminimalkan masalah antarmuka.

e. Pastikan bahwa keselamatan adalah agenda penting dalam setiap

pertemuan subkontraktor yang berlangsung mingguan.

f. Secara aktif berpartisipasi dalam penyelidikan kecelakaan / insiden.

g. Secara aktif mempromosikan dan berpartisipasi dalam kesehatan

proyek, lingkungan dan program keselamatan.

h. Pastikan pembuangan limbah sesuai dengan persyaratan perusahaan

i. Terus memantau indikator kinerja HES

j. Memantau penyelesaian studi bahaya

3. HES Manager

Universitas Sumatera Utara


36

HES Manager wajib melaporkan secara langsung kepada Manager Proyek.

Perannya adalah untuk memberikan dukungan penuh kepada fungsi garis untuk

memungkinkan melaksanakan fungsi mereka. Tugas yang dilakukan antara lain:

a. Mengelola, dan mengembangkan program kesehatan, lingkungan dan

keselamatan untuk memastikan bahwa itu memenuhi persyaratan

proyek dan memonitor pelaksanaannya.

b. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi efektivitas semua unsur

program.

c. Melakukan komunikasi dengan badan pemerintah yang diperlukan.

d. Mengelola proyek tim HES dan mengawasi mereka untuk memastikan

bahwa semua area proyek diberikan tingkat yang memerlukan

dukungan keamanan dan perhatian.

e. Koordinasi investigasi kecelakaan / insiden.

f. Koordinasi audit keselamatan dan melaporkan hasilnya kepada Wakil

Manajer Proyek.

g. Berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh CPI terkait dengan

kesehatan, lingkungan dan keselamatan isu-isu seperti IIF dalam

program aksi.

4. Koordinator HES

HES Koordinator wajib membantu manajer HES dan manejer konstruksi

dalam pelaksanaan proyek kesehatan, keselamatan, dan rencana lingkungan.

Tugas yang dilakukan :

Universitas Sumatera Utara


37

a. Mengawasi dan mengkoordinasikan Petugas Proyek Keamanan / Inspektur

untuk memastikan bahwa daerah kontrol masing-masing diberikan dalam

tingkat yang diperlukan dukungan keamanan dan perhatian.

b. Pastikan bahwa semua laporan keselamatan / temuan dari setiap kondisi yang

tidak aman / praktek dibawa ke perhatian manajemen lapangan dan mereka

segera diperbaiki.

c. Secara aktif berpartisipasi dalam penyelidikan kecelakaan / insiden.

d. Membantu dalam mengembangkan Job Safety Analysis.

e. Mengatur, mengkoordinasikan dan berpartisipasi dalam program pelatihan

keselamatan.

f. Tinjau semua pernyataan metode dan penilaian risiko.

g. Menjaga komunikasi dengan CPI HES dan Proyek Perwakilan dalam

menangani semua masalah HES.

5. Petugas HES / Inspektur

Petugas HES/ Inspektur bertanggung jawab kepada koordinator HES

dalam pelaksanaan proyek kesehatan, lingkungan dan program keselamatan,

seperti yang dijelaskan di bawah ini:

a. HES Petugas / Inspektur akan berpatroli di tempat kerja setiap hari

untuk memastikan pekerjaan konstruksi yang sesuai untuk prosedur

Proyek Keselamatan dan praktek kerja yang aman.

b. HES Petugas / Inspektur akan menyarankan atau mengarahkan

supervisor untuk memperbaiki kondisi kerja yang tidak aman atau

Universitas Sumatera Utara


38

pelanggaran terdeteksi. Petugas HES akan melakukan 'tindak lanjut'

untuk memastikan tindakan perbaikan telah diambil segera.

c. Hasil patroli termasuk saran atau tindakan korektif yang dilakukan

harus direkam pada 'Harian Laporan Keselamatan dan dilaporkan ke

HES Coordinator.

d. Melaporkan ke HES Coordinator dalam semua hal yang berkaitan

dengan keselamatan

e. Memastikan bahwa hanya materi safety dan peralatan disetujui yang

diperbolehkan untuk dibawa ke situs.

f. Membantu HES Koordinator dan HES Manager dalam melakukan

investigasi kecelakaan / insiden.

6. Engineeers dan Pengawas

Insinyur dan Pengawas harus memastikan bahwa semua personil di bawah

yurisdiksi mereka diperintahkan dan disarankan mengenai HES aturan / regulasi

dan membuat pemeriksaan berkala untuk melihat bahwa instruksi mereka

dilakukan dengan benar. Tugas yang dilakukan antara lain:

a. Mengawasi kerja mengenai HES sebagaimana ditentukan dalam

prosedur ini dan praktek kerja yang aman lainnya dengan menjaga

kontak dekat dengan petugas HES masing-masing.

b. Instruksikan dan menyarankan para pekerja langsung dan memastikan

bahwa mereka menerima instruksi yang memadai sebelum memulai

tugas baru atau khusus.

Universitas Sumatera Utara


39

c. Periksa dan pastikan prosedur kerja tentang keamanan sebelum

dimulainya pekerjaan. Mereka harus memastikan bahwa semua

karyawan yang bekerja di bawah yurisdiksi mereka menggunakan

peralatan yang tepat pelindung (PPE) dan alat-alat yang cocok untuk

pekerjaan itu. Setiap perangkat keselamatan, alat, atau peralatan yang

setelah pemeriksaan ditemukan rusak atau tidak aman tidak boleh

digunakan tapi segera diganti atau diperbaiki.

d. Menanggapi saran keselamatan dan mengambil tindakan yang tepat

untuk memperbaiki kondisi tidak aman dan kinerja di bawah standar.

7. Subkontraktor

Subkontraktor harus menjadi anggota dari bidang komite HES dan

bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan dengan Rencana Pengelolaan

HES dan semua dokumen terkait lainnya, dalam kaitannya dengan karya-karya

mereka. Mereka bertanggung jawab penuh untuk melakukan program keselamatan

di bawah kendali mereka. Tugas yang dilakukan antara lain :

a. Secara aktif mempromosikan dan berpartisipasi dalam program

keselamatan proyek.

b. Pastikan bahwa sumber daya berkomitmen (personil, material dan

peralatan) yang digunakan adalah konsisten dengan pencapaian tujuan

dan persyaratan dari Proyek Kesehatan, Lingkungan dan Rencana

Keselamatan dan seluruh dokumen yang terkait.

Universitas Sumatera Utara


40

8. Para karyawan

Semua karyawan yang terlibat dalam proyek tersebut harus memenuhi

syarat berdasarkan pelatihan, pengalaman, atau pengetahuan. Tugas yang

dilakukan antara lain :

a. Membiasakan diri dengan konsep aturan dan peraturan keselamatan

proyek. Aturan-aturan ini harus dipatuhi dan kebodohan tidak akan

diterima sebagai alasan untuk pelanggaran mereka.

b. Bekerja sesuai dengan Proyek Keselamatan Prosedur, praktek kerja

yang aman, dan metode laporan, penilaian risiko, izin untuk bekerja

dan instruksi lainnya yang berlaku untuk karya-karya mereka.

c. Gunakan hanya alat, peralatan dan bahan, yang telah disetujui untuk

digunakan, dan mempekerjakan mereka hanya untuk tujuan yang

dirancang atau dimaksudkan.

d. Ambil bagian aktif dalam melindungi diri mereka sendiri, sesama

pekerja, properti dan lingkungan dari kerugian akibat kecelakaan.

e. Segera melaporkan kepada atasan masing-masing atau petugas HES /

inspector setiap potensi bahaya (berkaitan dengan kondisi tidak aman

dan / atau tindakan tidak aman), yang mungkin bisa menyebabkan

kecelakaan.

f. Melaporkan segera ke atasan langsung dan petugas HES / inspektur

jika ada kejadian / nyaris serta cedera, terlepas dari tingkat keparahan.

g. Memfasilitasi pelatihan yang sebenarnya

Universitas Sumatera Utara


41

h. Mengembangkan jadwal pelatihan dan pengembangan sumber daya

dalam kebutuhan proyek.

i. Menganalisis dan melatih kru di situs untuk praktek yang aman

j. Berpartisipasi dalam program pembinaan di dalam kabin untuk driver.

9. Komite HES

Komite HES akan dibentuk untuk melakukan hal berikut:

a. Menyediakan forum untuk mengembangkan HES Initiative dan

meninjau status Corrective / Tindakan Preventif.

b. Membuat kegiatan keselamatan merupakan bagian integral dari

kebijakan konstruksi

c. Berikan kesempatan untuk diskusi bebas dari kecelakaan dan

keselamatan masalah antara wis consortium dan subkontraktor

d. Mencari tahu solusi untuk masalah yang berkaitan dengan HES untuk

semua kegiatan konstruksi

e. Pastikan bahwa rekomendasi dari Komite kemudi dilaksanakan sesuai

f. Mengkoordinasikan perbaikan yang diperlukan, rekomendasi dll,

untuk menjamin Pelaksanaan selaras untuk Proyek Rencana

Pengelolaan HES

4.2 Karakteristik Informan

Jumlah Informan penelitian sebanyak 11 informan, yang terdiri dari 1

informan Project Manager, 1 informan HES Manager, 1 informan Construction

Manager, 1 informan superintendent, 1 informan dari anggota HES, 1 informan

supervisor, 1 informan WTL, 1 informan dari bagian production, 1 informan dari

Universitas Sumatera Utara


42

bagian transportasi, 1 informan equipment, 1 informan dari bagian HRD (Human

Resources Development).

Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 18 Februari

2016 - 28 Februari 2016 di wilayah kerja PT. WIS Consortium Riau. Adapun

karakteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

No Nama Jenis Pendidikan Jabatan

Kelamin Terakhir

1. Richard D.Clemente L S-2 Project Manager (PM)

2. Willem Luturmas L S-2 HES Manager

3. Oldwin Kurniawan L S-1 Construction Manager

(CM)

4. TB.Sinaga L S-1 Superintendent

5. Gesty Maria P S-1 HES Committee

6. Bob. E L S-1 Supervisor

7. Edwin L S-1 WTL

8. Syamsir L S-1 Production

9. Dasril L S-1 Transportation

10. Tiopang L S-1 Equip

Universitas Sumatera Utara


43

11. Antasari Ningrum P S-1 Medical

4.3 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator Risk Management di PT. WIS Consortium
Riau

4.3.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program Risk Management untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

Risk Management yang dilaksanakan untuk mendukung program HES Leading

Indicator ada 4 kegiatan yang saling berkaitan yaitu Risk Management kita ada 4

kegiatan seperti, Develop HIRARC for every scope of work, Job Hazard Analysis /

Qualified SOP, On Site JSA up date and review, Specific assessment for JMP.

Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program Risk Management

adalah informan 2 dan informan 3 karena informan 2 dan 3 telah ditugaskan

menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Risk Managementdi PT.

WIS Consortium Riau.

Tabel 4.2 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program Risk Management untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 2 Risk Management kita ada 4 kegiatan seperti, Develop

HIRARC for every scope of work, Job Hazard Analysis /


(HES Manager)
Qualified SOP, On Site JSA up date and review, Specific

assessment for JMP

Universitas Sumatera Utara


44

Informan 3 Ooh kalau ditanya itu saya sangat ingat mba soalanya rutin

(Construction dilaksanakan seperti, Develop HIRARC for every scope of

Manager) work, Job Hazard Analysis / Qualified SOP, On Site JSA up

date and review, Specific assessment for JMP

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program Risk Management untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatan Risk Management sesuai dengan waktu yang disepakati.

Develop HIRARC for every scope of work dan Job Hazard Analysis / Qualified

SOP waktu dilaksanakannya sama yaitu sebelum mulai perkerjaan, berbeda

dengan on Site JSA up date and review yang dilaksanakan setiap hari,

kalausSpecific assessment for JMP biasanya sebelum perkerjaan tapi tidak rutin.

Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program Risk Management

adalah informan 2 dan informan 3 karena informan 2 dan 3 telah ditugaskan

menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Risk Management di PT.

WIS Consortium Riau.

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Risk Management
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 2 Develop HIRARC for every scope of work dan Job Hazard

Analysis / Qualified SOP waktu dilaksanakannya sama yaitu


(HES Manager)

Universitas Sumatera Utara


45

sebelum mulai perkerjaan, berbeda dengan On Site JSA up

date and review yang dilaksanakan setiap hari, kalau Specific

assessment for JMP biasanya sebelum perkerjaan tapi tidak

rutin

Informan 3 Kalau HIRARC sama Job Hazard Analysis / Qualified SOP

(Construction biasanya dilaksanakan sebelum mulai perkerjaan, kalau On

Manager) Site JSA up date and review pelaksanaannya tiap hari, kalau

Specific assessment for JMP biasanya sebelum perkerjaan

tapi gak rutin pelaksanaannya.

4.3.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan dalam Program Risk Management untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan Risk Management yaitu mencegah angka kecelakaan

kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,

mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk

memperbaiki perilaku karyawan.Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai

dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi

informan dalam wawancara mengenai program Risk Management adalah

informan 2 dan informan 3 karena informan 2 dan 3 telah ditugaskan menjadi

penanggung jawab dalam pelaksanaan program Risk Management di PT. WIS

Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Risk Management
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 2 Tujuannya untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan

kerja. Ini dilakukan tentu tidak hanya untuk melindungi


(HES Manager)
karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan, mesin, gedung

dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk

memperbaiki perilaku karyawan. Sasaran program K3

mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan

manusia yang memasuki area kerja.

Informan 3 Tujuannya banyak yaa seperti memperbaiki kondisi

(Construction keamanan pekerjaan, prosesnya, alur kerja, penanganan

Manager) material, bahaya-bahaya khusus, dan program-program

safety khusus seperti penyelesaian dari rencana-rencana

tindakan, jumlah pencapaian perbaikan. Sasaran program K3

mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan

manusia yang memasuki area kerja.

4.3.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program Risk Management untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja dan prilaku

Universitas Sumatera Utara


47

pekerja. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program Risk

Management adalah informan 2 dan informan 3 karena informan 2 dan 3 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Risk

Management di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program Risk Management untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 2 Karyawan belum semuanya mematuhi SOP yang berlaku,

dan masih banyak pekerja yang menganggap mereka sudah


(HES Manager)
paham dan tidak mau diarahkan.

Informan 3 Pekerja yang jumlahnya banyak membuat kita agak sulit

(Construction buat melaksanakannya dilapangan, karena pekerja itu sendiri

Manager) susah untuk diarahkan.

4.3.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program Risk Management untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja dan prilaku

pekerja. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program Risk

Management adalah informan 2 dan informan 3 karena informan 2 dan 3 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Risk

Management di PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program Risk
Management untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 2 Upaya yang kita lakukan sejauh ini dengan pengawasan dan

menegur secara lisan. Soalnya diawal udah dilaksanakan


(HES Manager)
safety induction, training dan konseling.

Informan 3 Biasanya sih kita suka negur pekerja yang kelihatan

(Construction melanggar, trus ada sanksi yang kita berlakukan, kemudian

Manager) kita melakukan pengawasan.

4.4 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator Consultation and Communication di PT. WIS
Consortium Riau

4.4.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program Consultation and Communication untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

Consultation and Communication yang dilaksanakan untuk mendukung program

HES Leading Indicator ada 9 kegiatan yaitu Kick Off Meeting, Tool Box Meeting,

Safety Morning Talk, General Safety Talk and Exercise, HES Committee Meeting,

HES Department Coordination Meeting, Driver Forum, Supervisor Safety Forum,

In-Cab coaching / IIF in action for driver. Yang menjadi informan dalam

wawancara mengenai program Risk Management adalah informan 3, informan 4

dan informan 3 karena informan 3, 4 dan 5 telah ditugaskan menjadi penanggung

Universitas Sumatera Utara


49

jawab dalam pelaksanaan program Consultation and Communication di PT. WIS

Consortium Riau.

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program Consultation and
Communication untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Kegiatannya banyak, ada Kick Off Meeting, Tool Box

Meeting, Safety Morning Talk, General Safety Talk and


(Construction
Exercise, HES Committee Meeting, HES Department
Manager)
Coordination Meeting, Driver Forum, Supervisor Safety

Forum, In-Cab coaching / IIF in action for driver.

Informan 4 Banyak sih mbak kalau kegiatan konsultasi dan komunikasi

(Superintendant) ini, ada Kick Off Meeting, Tool Box Meeting, Safety

Morning Talk, General, Safety Talk and Exercise, HES

Committee Meeting, HES Department Coordination

Meeting, Driver Forum, Supervisor Safety Forum, In-Cab

coaching / IIF in action for driver.

Informan 5 Seingat saya banyak ya, misalnya Kick Off Meeting, Tool

Box Meeting, Safety Morning Talk, General, Safety Talk and


(HES
Exercise, HES Committee Meeting, HES Department
Committee)
Coordination Meeting, Driver Forum, Supervisor Safety

Forum, In-Cab coaching / IIF in action for driver

Universitas Sumatera Utara


50

4.4.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program Consultation and Communication untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatanConsultation and Communication sesuai dengan waktu

yang disepakati yang rata-rata dilaksanakan rutin selama satu bulan sekali. Yang

menjadi informan dalam wawancara mengenai program Risk Management adalah

informan 3, 4 dan informan 5 karena informan 3, 4 dan 5 telah ditugaskan menjadi

penanggung jawab dalam pelaksanaan program Consultation and Communication

di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Consultation and
Communication untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Hampir semua kegiatan itu waktu pelaksanaannya sebulan

sekali ya tapi ada juga yang beda, seperti kick of meeting


(Construction
dilaksanakan sebelum dimulai pekerjaan, kemudian tool box
Manager)
meeting setiap hari dan HES Department Coordination

Meeting biasanya perminggu.

Informan 4 waktu pelaksanaannya rata-rata sebulan sekali,bedanya

(Superintendant) kalaukick of meeting dilaksanakan sebelum dimulai

pekerjaan, kemudian tool box meeting setiap hari dan HES

Department Coordination Meeting biasanya perminggu.

Universitas Sumatera Utara


51

Informan 5 kick of meeting dilaksanakan sebelum dimulai pekerjaan,

kemudian tool box meeting setiap hari, HES Department


(HES
Coordination Meeting biasanya perminggu, dan meeting
Committee)
yang lain biasanya sebulan sekali.

4.4.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan dalam Program Communication and Consultation untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan Communication and Consultation yaitu mencegah

angka kecelakaan kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga

aset perusahaan, mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan

untuk memperbaiki perilaku karyawan. Sasaran program K3 mencakup semuanya,

mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang

menjadi informan dalam wawancara mengenai program Communication and

Consultation adalah informan 3, 4 dan informan 5 karena informan 3, 4 dan 5

telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program

Communication and Consultation di PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


52

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Consultation and
Communication untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Tujuan yang paling penting itu untuk mencegah dan

menekan angka kecelakaan kerja. Sasarannya seluruh


(Construction
pekerja yang ada dilingkungan kerja ini
Manager)

Informan 4 Program dilakukan untuk memperbaiki perilaku karyawan,

(Superintendant) tetapi bukan itu saja melainkan melindungi perusahaan,

mesin, gedung dan lain-lain. Sasarannya pekerja maupun

lingkungannya.

Informan 5 Tujuannya sih untuk memperbaiki kondisi keamanan

pekerjaan, prosesnya, alur kerja, penanganan material dan


(HES
bahaya-bahaya yang ada. Sasarannya semua yang ada
Committee)
dilingkungan kerja ini.

4.4.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program Communication and Consultation untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program Communication and Consultation

adalah jumlah pekerja dan banyak pekerja yang belum bisa melaksanakannya

dilapangan. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program

Universitas Sumatera Utara


53

Communication and Consultation adalah informan 3, 4dan informan 5 karena

informan3, 4 dan 5 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program Risk Management di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program Communication and
Consultation untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Hambatannya masih ada juga pekerja yang malas dalam

kegiatan ini.
(Construction

Manager)

Informan 4 Pekerja yang jumlahnya banyak membuat suasana biasanya

(Superintendant) kurang kondusif ketika melakukan kegiatan ini.

Informan 5 Banyak pekerja yang masih saja tidak mengerti

melaksanakannya dilapangan padahal sudah diberikan


(HES
pengarahan dalam kegiatan ini.
Committee)

4.4.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program Communication and Consultation
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

memberlakukan sanksi yang lebih tegas oleh petugas terhadap pekerja yang masih

menolak jika diarahkan. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai

Universitas Sumatera Utara


54

program Communication and Consultation adalah informan 3, 4 dan informan 5

karena informan 3, 4 dan 5 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan programCommunication and Consultation di PT. WIS Consortium

Riau.

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program
Communication and Consultation untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Upaya yang dilakukan lebih tegas dalam menerapkan

peraturan yang diberlakukan, memberikan sanksi kepada


(Construction
pekerja yang melanggar.
Manager)

Informan 4 Upayanya terutama kepada tim kita sendiri yaa kita harus

(Superintendant) lebih tahan banting terhadap pekerja yang masih melanggar

dan tidak mau diarahkan.

Informan 5 Upayanya lebih ke sanksi yang kita buat itu lebih tegas lagi

seperti memberlakukan denda bagi yang melanggar.


(HES

Committee)

Universitas Sumatera Utara


55

4.5 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator Inspection di PT. WIS Consortium Riau

4.5.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program Inspection untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

Inspection yang dilaksanakan untuk mendukung program HES Leading Indicator

ada 12 kegiatan yang saling berkaitan. Yang menjadi informan dalam wawancara

mengenai program Inspection adalah informan 6 dan informan 7 karena informan

6 dan 7 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program

Risk Management di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program Inspection untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 6 Saya sebutin satu-satu ya mbak, kegiatannya ada

Premobilization equipment inspection, Equipment & Tools


(Supervisor)
Inspection, Pre Trip Inspection, HES Site Inspection, Enviro

& industrial hygiene Inspection, House Keeping / 5R

Inspection, PPE Inspection, Fire Extinguisher Inspection,

Scaffold Inspection, Management Safety Patrol, MSW

Assessment, Vehicle Operation spot check. Banyak sekali

kalau bagian inspeksi ini.

Informan 7 Inspeksi disini banyak dek kegiatannya, misalnya

Premobilization equipment inspection, Equipment & Tools

Universitas Sumatera Utara


56

(WTL) Inspection, Pre Trip Inspection, HES Site Inspection, Enviro

& industrial hygiene Inspection, House Keeping / 5R

Inspection, PPE Inspection, Fire Extinguisher Inspection,

Scaffold Inspection, Management Safety Patrol, MSW

Assessment, Vehicle Operation spot check

4.5.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program Inspection untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatan Inspection sesuai dengan waktu yang disepakati. Yang

menjadi informan dalam wawancara mengenai program Inspection adalah

informan 6 dan informan 7 karena informan 6 dan 7 telah ditugaskan menjadi

penanggung jawab dalam pelaksanaan program Inspection di PT. WIS

Consortium Riau.

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Inspection untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 6 Waktu pelaksanannya ada yang sekali seminggu, sekali

sebulan, dan ada yang sebelum pengoperasian.


(Supervisor)

Informan 7 Waktunya seingat saya ada yang dalam jangka waktu

(WTL) perminggu, perbulan, dan ada juga biasanya sebelum

dilakukan inspeksi.

Universitas Sumatera Utara


57

4.5.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan dalam Inspection untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan inspection yaitumencegah angka kecelakaan kerja, tidak

hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan, mesin,

gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki

perilaku karyawan.Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari

manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi

informan dalam wawancara mengenai program inspection adalah informan 6 dan

informan 7 karena informan 6 dan 7 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab

dalam pelaksanaan program Inspection di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Inspection untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 6 Tujuannya untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan

kerja. Ini dilakukan tentu tidak hanya untuk melindungi


(Supervisor)
pekerja saja, tetapi juga aset perusahaan. Sasaran program

K3 mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas,

dan manusia yang memasuki area kerja.

Informan 7 Tujuannya yaa memperbaiki kondisi keamanan pekerjaan,

(WTL) prosesnya, alur kerja. Sasaran program K3 mencakup

Universitas Sumatera Utara


58

semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia

yang memasuki area kerja.

4.5.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program Inspection untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah petugas yang terbatas dan

pekerja yang menghindar. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai

program Risk Management adalah informan 6 dan informan 7 karena informan 6

dan 7 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program

Inspection di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program Inspection untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 6 Biasanya inspeksi kita lakukan ada yang mendadak dan ada

yang diberitahukan dulu sebelum dilaksanakan, nah kalau


(Supervisor)
mendadak biasanya pekerja itu suka kabur dan menghindar

kalau kita udah kelapangan

Informan 7 Inspeksi itu hambatannya di petugas karena anggotanya

(WTL) sedikit dan yang mau dijalanin itu banyak.

Universitas Sumatera Utara


59

4.5.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program Inspection untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

melakukan pengawasan dan menegur secara lisan. Yang menjadi informan dalam

wawancara mengenai program Inspection adalah informan 6 dan informan 7

karena informan 6 dan 7 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program Inspection di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program
Inspection untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 6 Upaya yang kita lakukan sejauh ini dengan pengawasan,

menegur secara lisan, soalnya diawal udah dilaksanakan


(Supervisor)
safety induction, training dan konseling.

Informan 7 Biasanya sih kita suka negur pekerja yang kelihatan

(WTL) melanggar, trus ada sanksi yang kita berlakukan, kemudian

kita melakukan pengawasan.

Universitas Sumatera Utara


60

4.6 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator Training and Development di PT. WIS
Consortium Riau

4.6.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program HES Training and Development untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

Training yang dilaksanakan untuk mendukung program HES Leading Indicator

ada 15 kegiatan yang saling berkaitan yaitu IIF Orientation, IIF Living In Action,

MSW Training, MVSP Training, WTL Orientation, SSE Orientation, mentoring &

Evaluation, Commentary drive, BBS Observer Training, First Aid Training, Fire

Watcher Training, Supervisor Safety Training, Escorting Training, Confined

Space Entry Training, Work At Height Training, Dumpman / flagman / spotter

training.. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program Training

and Developmentadalah informan 5 dan informan 9 karena informan 5 dan 9 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Training and

Development di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program Training and Development untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Kegiatannya ada 15 yaitu IIF Orientation, IIF Living In

Action, MSW Training, MVSP Training, WTL Orientation,


(HES Commitee)
SSE Orientation, mentoring & Evaluation, Commentary

drive, BBS Observer Training, First Aid Training, Fire

Universitas Sumatera Utara


61

Watcher Training, Supervisor Safety Training, Escorting

Training, Confined Space Entry Training, Work At Height

Training, Dumpman / flagman / spotter training.

Informan 9 Cukup banyak kegiatannya, diantaranya ada IIF

(Transportation) Orientation, IIF Living In Action, MSW Training, MVSP

Training, WTL Orientation, SSE Orientation, mentoring &

Evaluation, Commentary drive, BBS Observer Training,

First Aid Training, Fire Watcher Training, Supervisor

Safety Training, Escorting Training, Confined Space Entry

Training, Work At Height Training, Dumpman / flagman /

spotter training

4.6.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program Training and Development untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatan Training and Development yaitu ketika penerimaan

pekerja baru dan banyak training yang dilaksanakan bebas kapanpun waktunya.

Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program Training and

Development adalah informan 5 dan informan 9 karena informan 5 dan 9 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Training and

Development di PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Training and
Development untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Training biasanya dilakukan waktu rekrutmen pekerja baru

dan ada beberapa training yang bisa dilaksanakan kapan


(HES Commitee)
pun.

Informan 9 Traning biasanya kita laksanakan waktu penerimaan pekerja

(Transportation) baru.

4.6.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan dalam Training and Development untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan Training and Development yaitumencegah angka

kecelakaan kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset

perusahaan, mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk

memperbaiki perilaku karyawan.Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai

dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi

informan dalam wawancara mengenai program Training and Development adalah

informan 5 dan informan 9 karena informan 5 dan 9 telah ditugaskan menjadi

penanggung jawab dalam pelaksanaan program Training and Development di PT.

WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


63

Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Training and
Development untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Tujuannya untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan

kerja. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari


(HES
manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area
Committee)
kerja.

Informan 9 Tujuannya yaa memperbaiki kondisi keamanan pekerjaan,

(Transportation) prosesnya, alur kerja. Sasaran program K3 mencakup

semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia

yang memasuki area kerja.

4.6.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program Training and Development untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah merubah prilaku atau

kebiasaan pekerja yang masih kurang peduli dengan keselamatan dirinya

dilingkungan kerja. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program

Training and Development adalah informan 5 dan informan 9 karena informan 5

dan 9 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program

Inspection di PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


64

Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program Training and Development
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Pekerja yang jumlahnya cukup banyak membuat kondisi

kurang kondusif.
(HES Commitee)

Informan 9 Susahnya merubah prilaku pekerja karena banyak pekerja

(Transportation) yang masih menganggap remeh soal keselamatan saat

bekerja dan masih banyak pekerja yang mempunyai

kebiasaan buruk dilingkungan tempat kerja.

4.6.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program Training and Development untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

mewajibkan pekerja mengikuti training dan memberlakukan sanksi yang tegas

terhadap pekerja. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program

Training and Development adalah informan 5 dan informan 9 karena informan 5

dan 9 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program

Training and Development di PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


65

Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program
Training and Development untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator
Informan Pernyataan

Informan 5 Upaya yang kita lakukan sejauh ini dengan pengawasan,

menegur secara lisan, soalnya diawal udah dilaksanakan


(HES Commitee)
safety induction, training dan konseling.

Informan 9 ada sanksi yang kita berlakukan dengan tegas, kemudian

(Transportation) tarining yang kita wajibkan untuk pekerja.

4.7 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator Emergency Response Plan di PT. WIS
Consortium Riau

4.7.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program HES Emergency Response Plan untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

Emergency Response Planyang dilaksanakan untuk mendukung program HES

Leading Indicator ada 3 kegiatan yang saling berkaitan yaitu Develop specific

ERP and posting at site, terus Site Clinic and Ambulance Operation dan

Emergency Drill. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program

Emergency Response Planadalah informan 11 karena informan 11 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Emergency

Response Plandi PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


66

Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program Emergency Response Plan untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 11 Ada beberapa kegiatan dek, ada Develop specific ERP and

posting at site, terus Site Clinic and Ambulance Operation


(Medis)
dan Emergency Drill

4.7.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program Emergency Response Plan untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatan Emergency Response Plan yaitu sebelum pekerjaan

dimulai, harian dan ada yang dilakukan sekali-sekali. Yang menjadi informan

dalam wawancara mengenai program Emergency Response Plan adalah informan

11 karena informan 11 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program Emergency Response Plan di PT. WIS Consortium Riau

Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Emergency
Response Plan untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 11 Kegiatannya dilaksanakan ada yang sebelum pekerjaan

dimulai, ada yang harian dan ada yang dilakukan sekali-


(Medis)
sekali.

Universitas Sumatera Utara


67

4.7.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan dalam Emergency Response Plan untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan Emergency Response Plan yaitumencegah angka

kecelakaan kerja. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari

manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi

informan dalam wawancara mengenai program Emergency Response Plan adalah

informan 11 karena informan 11 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab

dalam pelaksanaan program Training and Development di PT. WIS Consortium

Riau.

Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Emergency
Response Plan untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 11 Tujuannya untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan

kerja. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari


(Medis)
manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area

kerja.

4.7.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program Emergency Response Plan untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah Kurangnya anggota tenaga

Universitas Sumatera Utara


68

medis. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program Emergency

Response Plan adalah informan 11 karena informan 11 telah ditugaskan menjadi

penanggung jawab dalam pelaksanaan program Inspection di PT. WIS

Consortium Riau.

Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program Emergency Response Plan
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 11 Hambatannya ya kita kekurangan anggota disini.

(Medis)

4.7.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program Emergency Response Plan untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

berkerjasama dengan anggota HES yang lain serta kader HES yang ada disetiap

departemen .Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program

Emergency Response Plan adalah informan 11 karena informan 11 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Emergency

Response Plan di PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


69

Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program
Emergency Response Plan untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 11 Upaya yang kita lakukan sejauh ini dengan berkerjasama

dengan anggota HES yang lain dan juga kader disetiap


(Medis)
department.

4.8 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator HES Monitoring and Operational Control di
PT. WIS Consortium Riau

4.8.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program HES Monitoring and Operational Control untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

HES Monitoring and Operational Control yang dilaksanakan untuk mendukung

program HES Leading Indicator ada 10 kegiatan yang saling berkaitan yaitu HES

Inspector daily walk-thru, DIMS operation, MSW Implementation, SWA / SSWA

report, Journey Management Plan, Traffic Management Plan, Waste

Management, Employees Medical Examination, dam Environment Aspect

Monitoring, Traffic Sign / Warning Sign. Yang menjadi informan dalam

wawancara mengenai program HES Monitoring and Operational Control adalah

informan 8 karena informan 8 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program HES Monitoring and Operational Control di PT. WIS

Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


70

Tabel 4.27 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program HES Monitoring and
Operational Control untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 8 Kegiatannya ada HES Inspector daily walk-thru, DIMS

operation, MSW Implementation, SWA / SSWA report,


(Production)
Journey Management Plan, Traffic Management Plan,

Waste Management, Employees Medical Examination,

Environment Aspect Monitoring, Traffic Sign / Warning Sign

4.8.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program HES Monitoring and Operational Control untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatan HES Monitoring and Operational Control yaitu harian,

6 bulan 1 kali dan saat rekrutmen pekerja baru. Yang menjadi informan dalam

wawancara mengenai program HES Monitoring and Operational Control adalah

informan 8karena informan 8 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program HES Monitoring and Operational Control di PT. WIS

Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


71

Tabel 4.28 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program HES Monitoring
and Operational Controluntuk Mendukung Program HES
Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 8 Ada yang dilaksanakan harian, ada yang jangka waktunya 6

bulan sekali, dan ada yang dilaksanakan waktu rekrutmen


(Production)
pekerja baru.

4.8.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan dalam HES Monitoring and Operational Control untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan HES Monitoring and Operational Control

yaitumencegah angka kecelakaan kerja. Sasaran program K3 mencakup

semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area

kerja.Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program HES

Monitoring and Operational Control adalah informan 8 karena informan 8 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Monitoring

and Operational Control di PT. WIS Consortium Riau.

Universitas Sumatera Utara


72

Tabel 4.29 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Monitoring and
Operational Control untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 8 Tujuannya untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan

kerja. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari


(Production)
manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area

kerja.

4.8.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program Monitoring and Operational Control untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah banyak pekerja yang masih

susah diarahkan. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program

Monitoring and Operational Control adalah informan 8 karena informan 8 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Monitoring

and Operational Control di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.30 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program Monitoring and Operational
Control untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 8 Hambatannya dalam menerapkan dilapangan terkendala

dengan pekerja yang banyak dan masih susah diatur

Universitas Sumatera Utara


73

(Production)

4.8.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program Monitoring and Operational Control
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

tegas menegakkan aturan dan melakukan pengawasan. Yang menjadi informan

dalam wawancara mengenai program Monitoring and Operational Control adalah

informan 8 karena informan 8 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program Monitoring and Operational Control di PT. WIS

Consortium Riau.

Tabel 4.31 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program
Monitoring and Operational Control untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 8 Lebih tegas lagi kepada para pekerja dan tetap melakukan

pengawasan
(Production)

Universitas Sumatera Utara


74

4.9 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator HES Awareness and Campaign di PT. WIS
Consortium Riau

4.9.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program HES Awareness and Campaignuntuk Mendukung Program
HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

HES Awareness and Campaign yang dilaksanakan untuk mendukung program

HES Leading Indicator ada 8 kegiatan yang saling berkaitan yaitu Reward &

recognition, HES Achievement reward, Information Board, HES Performance

Notice Board, BBS Observation, Deliver Safety Moment, Banner / poster / flag /

billboard, dan Nearmiss / hazard observation report. Yang menjadi informan

dalam wawancara mengenai program HES Awareness and Campaignadalah

informan 5 karena informan 5 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program HES Awareness and Campaign di PT. WIS Consortium

Riau.

Tabel 4.32 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program HES Awareness and Campaign
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Kegiatannya ada Reward & recognition, HES Achievement

reward, Information Board, HES Performance Notice Board,


(HES
BBS Observation, Deliver Safety Moment, Banner / poster /
Committee)
flag / billboard, Nearmiss / hazard observation report.

Universitas Sumatera Utara


75

4.9.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program HES Awareness and Campaign untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatan HES Awareness and Campaign yaitu update setiap

minggu dan sekali sebulan. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai

program HES Awareness and Campaign adalah informan 5 karena informan 5

telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program HES

Awareness and Campaign di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.33 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program HES Awareness
and Campaign untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Ada yang selalu di update setiap minggu, ada yang

dilaksanakan sekali seminggu dan sekali sebulan.


(HES

Commitee)

4.9.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan dalam HES Awareness and Campaign untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan HES Awareness and Campaign yaitumencegah angka

kecelakaan kerja. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari

manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi

Universitas Sumatera Utara


76

informan dalam wawancara mengenai program HES Awareness and Campaign

adalah informan 5 karena informan 5 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab

dalam pelaksanaan program HES Awareness and Campaign di PT. WIS

Consortium Riau.

Tabel 4.34 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program HES Awareness
and Campaign untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Tujuannya yang paling utama itu untuk mencegah dan

menekan angka kecelakaan kerja. Sasaran program K3


(HES
mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan
Commitee)
manusia yang memasuki area kerja.

4.9.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program HES Awareness and Campaign untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalahpekerja yang malas

membaca spanduk dan papan pengumuman. Yang menjadi informan dalam

wawancara mengenai program HES Awareness and Campaign adalah informan 5

karena informan 5 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam

pelaksanaan program HES Awareness and Campaign di PT. WIS Consortium

Riau.

Universitas Sumatera Utara


77

Tabel 4.35 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program HES Awareness and
Campaignuntuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Banyak pekerja kurang tertarik membaca spanduk yang

dibuat atau membaca papan pengumuman.


(HES

Commitee)

4.9.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program HES Awareness and Campaign
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

membuat spanduk semenarik mungkin dan mengingatkan pekerja kepada keluarga

dirumah. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program HES

Awareness and Campaign adalah informan 5 karena informan 5 telah ditugaskan

menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program HES Awareness and

Campaign di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.36 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program HES
Awareness and Campaign untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 5 Membuat pengumuman semenarik mungkin dan membuat

spanduk yang mengingatkan pekerja kepada keluarga


(Production)

Universitas Sumatera Utara


78

dirumah agar pekerja mau bekerja dengan selamat.

4.10 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,


Safety) Leading Indicator HES Evaluation di PT. WIS Consortium
Riau

4.10.1 Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang Dilaksanakan dalam


Program HES Evaluation untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan

HES Evaluation yang dilaksanakan untuk mendukung program HES Leading

Indicator ada 9 kegiatan yang saling berkaitan yaitu HES Weekly report, HES

Monthly Report, BBS Observation Report,DIMS Report, Evaluation of

government regulation compliance, Incident investigation, root cause analysis

and reporting, Project Management Review, dan Subcontractor HES Audit. Yang

menjadi informan dalam wawancara mengenai program HES Evaluation adalah

informan 3 dan informan 6 karena informan 3 dan 6 telah ditugaskan menjadi

penanggung jawab dalam pelaksanaan program HES Evaluation di PT. WIS

Consortium Riau.

Tabel 4.37 Matriks Pernyataan Informan tentang Kegiatan yang


Dilaksanakan dalam Program HES Evaluation untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Kegiatannya ada HES Weekly report, HES Monthly Report,

BBS Observation Report,DIMS Report, Evaluation of


(Construction
government regulation compliance, Incident investigation,
Manager)
root cause analysis and reporting, Project Management

Universitas Sumatera Utara


79

Review, Subcontractor HES Audit

Informan 6 Wah banyak mba, contohnya seperti HES Weekly report,

(Supervisor) HES Monthly Report, BBS Observation Report, DIMS

Report, Evaluation of government regulation compliance,

Incident investigation, root cause analysis and reporting,

Project Management Review, Subcontractor HES Audit

4.10.2 Pernyataan Informan tentang Waktu Dilaksanakannya Kegiatan


dalam Program HES Evaluation untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa waktu

dilaksanakannya kegiatan HES Evaluation yaitu mingguan, bulanan dan 6 bulan

sekali. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program HES

Evaluation adalah informan 3 dan informan 6 karena informan 3 dan 6 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program HES

Evaluation di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.38 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program HES Evaluation
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Ada yang mingguan, ada yang bulanan dan ada yang dalam

jangka waktu 6 bulan sekali.


(Construction

Manager)

Universitas Sumatera Utara


80

Informan 6 Waktunya sih ada yang mingguan dek terus ada yang

(Supervisor) bulanan juga, dan ada yang 6 bulan sekali.

4.10.3 Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran Dilaksanakannya


Kegiatan HES Evaluation untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan HES Evaluation yaitu mencegah angka kecelakaan

kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,

mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk

memperbaiki perilaku karyawan. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai

dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi

informan dalam wawancara mengenai program HES Evaluation adalah informan

3 dan informan 6 karena informan 3 dan 6 telah ditugaskan menjadi penanggung

jawab dalam pelaksanaan program HES Evaluation di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.39 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran


Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program HES Evaluation
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Tujuannyamemperbaiki kesalahan yang ada untuk mencegah

dan menekan angka kecelakaan kerja. Sasaran program K3


(Construction
mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan
Manager)
manusia yang memasuki area kerja.

Informan 6 Tujuannya yaa memperbaiki kondisi keamanan pekerjaan,

Universitas Sumatera Utara


81

(Supervisor) prosesnya, alur kerja. Sasaran program K3 mencakup

semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia

yang memasuki area kerja.

4.10.4 Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam Pelaksanakan


Kegiatan Program HES Evaluation untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah waktu yang harus terbagi

dan program-program baru yang sesuai agar tidak mengulangi kesalahan yang

lama. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai program HES

Evaluation adalah informan 3 dan informan 6 karena informan 3 dan 6 telah

ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program Inspection di

PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.40 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam


Pelaksanakan Kegiatan Program HES Evaluation untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Hambatannya ya kita memerlukan waktu yang tidak sebentar

untuk melakukan evaluasi kemudian memikirkan lagi


(Construction
perbaikan yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan yang
Manager)
sama.

Informan 6 Kita punya perkerjaan lain yang mendesak kemudian waktu

(Supervisor) untuk melakukan evaluasi juga dituntut tidak boleh lama.

Universitas Sumatera Utara


82

4.10.5 Pernyataan Informan tentang Upaya dalam Mengatasi Hambatan


Pelaksanakan Kegiatan Program HES Evaluation untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa yang menjadi

upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

melakukan pengawasan. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai

program HES Evaluation adalah informan 3 dan informan 6 karena informan 3

dan 6 telah ditugaskan menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan program

HES Evaluation di PT. WIS Consortium Riau.

Tabel 4.41 Matriks Pernyataan Informan tentang Upaya dalam


Mengatasi Hambatan Pelaksanakan Kegiatan Program HES
Evaluation untuk Mendukung Program HES Leading Indicator

Informan Pernyataan

Informan 3 Kita berusaha membuat program-program dalam jangka

waktu cepat, tetapi dapat membantu menurunkan angka


(Construction
kecelakaan kerja.
Manager)

Informan 6 Dengan evaluasi kita mengupayakan semampunya membuat

(Supervisor) program yang kiranya kita bisa jangkau dan tidak

memerlukan waktu lama.

4.11 Hasil Observasi Pencapaian Lagging Indicator di PT. WIS


Consortium Riau Tahun 2015

Berdasarkan hasil observasi maka didapatkan pencapaian Lagging

Indicator di PT. WIS Consortium Riau banyak mengalami keberhasilan yaitu data

Days Away From Work Case pada tahun 2014 berjumlah 4 kasus dan ditahun

Universitas Sumatera Utara


83

2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014 terdapat 5 kasus Total Recordable Incidents

kemudian turun menjadi 2 ditahun 2015. Begitu juga dengan Recordable MVC,

pada tahun 2014 terdapat 5 kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 2,

Equipment&Tool Accident di tahun 2014 terdapat 3 kasus dan ditahun 2015

mengalami penurunan menjadi 1, Theft case pada tahun 2014 totalnya 4 kasus dan

mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 2, First Aid Case pada tahun 2014

terdapat 12 kasus dan turun ditahun 2015 menjadi 5 kasus, Near Miss Case pada

tahun 2014 terdapat 25 kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 5 kasus, Hazard

Observation yang pada tahun 2014 terdapat 10 kasus kemudian ditahun 2015

mengalami penurunan menjadi 4 kasus, BBS Observation pada tahun 2014

berjumlah 10 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 2 kasus, Stop Work

Authority pada tahun 2014 berjumlah 5 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi

0kasus.

Universitas Sumatera Utara


84

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Leading Indicator di PT. WIS Consortium Riau

Sesuai dengan Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970

bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya

dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan

produksi serta produktivitas nasional. Selain itu setiap orang lainnya yang berada

ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya, serta setiap sumber produksi

perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Dengan demikian

keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam

kegiatan industri dan kegiatan manusia yang berada dilingkungannya sehari-hari.

Mengacu pada undang-undang tersebut maka menjadi sebuah kewajiban bagi

setiap perusahaan untuk menerapkan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

sebagai usaha meningkatkan produksi dan produktivitas.

HES (Health, Environment, Safety) atau di beberapa perusahaan juga

disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung

Lingkungan) dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu adalah

suatu departemen atau bagian dari struktur organisasi perusahaan yang

mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

penerapan dan pengawasan serta pelaporannya. Sementara, di perusahaan yang

mengeksploitasi sumber daya alam ditambah dengan peran terhadap lingkungan.

84

Universitas Sumatera Utara


85

HES bukan sekedar menengahkan isu seputar hak dan kewajiban, tetapi juga

berdasarkan output, yait

korelasinya terhadap produktivitas karyawan serta antisipasi kecelakaan kerja

apabila terjadi kasus karena kesalahan prosedur ataupun kesalahan pekerja itu

sendiri (WIS Consortium, 2013).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada hakekatnya merupakan suatu

pengetahuan yang berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan

dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja.

Kegiatan kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya

penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta

karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan

tenaga kerja pada khususnya. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk

pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.

Leading Indicator merupakan Indikator awal elemen daripada peningkatan

budaya K3. Indikator awal berfokus kepada seberapa baik tindakan pencegahan

yang kita lakukan agar tidak terjadi kecelakaan kerja. PT WIS Consortium Riau

menerapkan program leading indicator yang terdiri dari beberapa program yaitu :

a. Risk Management

b. HES Consultation and Communication

c. HES Inspection

d. Training and Development

Universitas Sumatera Utara


86

e. Emergency Response Plan

f. HES Monitoring and Operational Control

g. HES Awareness and Campaign

h. HES Evaluation.

Dimana program-program tersebut dibentuk dengan tujuan dapat

meminimalkan angka kecelakaan kerja,melindungi karyawan, aset perusahaan,

mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk

memperbaiki perilaku karyawan. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai

dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.

5.2 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator Risk Management di PT WIS Consortium Riau

Aspek keselamatan kerja adalah sarana atau alat untuk mencegah

timbulnya kecelakaan kerja baik yang disebabkan oleh kelalaian kerja maupun

lingkungan kerja yang tidak kondusif. Terpenuhinya aspek keselamatan kerja ini

diharapkan dapat meniadakan kecelakaan kerja yang bisa berakibat cacat atau

kematian terhadap karyawan serta mencegah terjadinya kerusakan tempat dan

peralatan kerja. Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang terintegrasi sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan dan

telah menjadi peraturan terutama pada proyek konstruksi.

Untuk dapat melaksanakan evaluasi menyeluruh, identifikasi bahaya harus

dilaksanakan. Setelah bahaya tempat kerja diidentifikasi, bahaya tersebut dapat

dikendalikan dengan mudah di saat identifikasi atau membutuhkan evaluasi lebih

lanjut oleh Tim Pengelolaan K3. Jika ada keraguan bahwa kondisi tempat kerja

Universitas Sumatera Utara


87

berbahaya, hal tersebut harus dibahas di tempat kerja terkait dengan Manajer K3.

Dalam program Risk Management terdapat beberapa kegiatan pendukung yaitu :

a. Mengembangkan HIRARC untuk setiap lingkup pekerjaan

Dengan HIRARC, perusahaan akan dapat mengidentifikasi bahaya,

menganalisis dan menilai risiko yang terkait dan kemudian menerapkan langkah

pengendalian yang sesuai. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan

mengenai metodologi budidaya HIRARC, harus cukup sederhana untuk

digunakan dan harus cukup fleksibel untuk digunakan oleh semua dalam berbagai

sektor ekonomi, baik di sektor manufaktur, sektor konstruksi atau sektor ekonomi

lainnya. Metodologi HIRARC sebagaimana diusulkan dalam Pedoman ini

dimaksudkan untuk penilaian bahaya fisik. Mereka yang berniat untuk menilai

bahaya kesehatan di tempat kerja, harus menggunakan pedoman penilaian risiko

lain yang dirancang khusus untuk tujuan tersebut.

b. Job Hazard Analysis

Job Hazard Analysis, adalah suatu proses identifikasi bahaya dan resiko

yang didasarkan pada tiap- tiap tahap dalam suatu proses pekerjaan. Identifikasi

bahaya tersebut berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan yang

berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius, sebelum terjadi kecelakaan,

menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya atau mengurangi tingkat cedera

dan membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.

Universitas Sumatera Utara


88

c. Job Safety Analysis (JSA)

Dalam membuat prosedur pekerjaan, bahaya yang akan timbul sudah

diidentifikasi dan telah disiapkan cara penanggulangannya melalui penerapan

program analisa keselamatan kerja. Job safety analysis adalah suatu pendekatan

struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan

memberikan langkah-langkah perbaikan yang merupakan sebuah prosedur yang

mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan tiap langkah pekerjaan dan

mengembangkan solusi untuk masing-masing bahaya yang akan menyingkirkan

atau mengontrol bahaya. Sebuah JSA memerlukan partisipasi dari semua

karyawan dalam kelompok kerja. Sebelum pemulaian JSA, perlu ditentukan

lingkup kerja, mencakup karyawan yang dibutuhkan, peralatan, equipment,

material, dan area kerja.

Job safety analysis merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial

di tempat kerja dan mencari cara untuk menanggulangi resiko bahaya. Dalam

analisa keselamatan kerja dilakukan peninjauan terhadap metode kerja dan

menemukan bahaya yang mungkin diabaikan dalam proses design peralatan,

pemasangan mesin dan proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja

dapat dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman yang juga

merupakan uraian setiap operasi dalam pekerjaan, menelaah bahaya-bahaya dari

tiap-tiap kegiatan dan menunjukkan tindakan pencegahannya. Analisa

keselamatan kerja berhubungan dengan penelaahan izin kerja, rencana peralatan,

kualifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan pedoman kerja serta

latihan yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara


89

Waktu pelaksanaan kegiatan Risk Management sesuai dengan waktu yang

disepakati yaitu sebelum mulai perkerjaan, setiap hari dan sebelum memulai

perkerjaan tetapi tidak rutin. Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat hambatan-

hambatan, seperti yang disampaikan oleh Bapak Willem.. “Yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja dan

prilaku pekerja itu sendiri dimana belum semua pekerja mematuhi SOP yang

berlaku, dan masih banyak pekerja yang menganggap mereka sudah paham dan

tidak mau diarahkan”. Dimana dalam pelaksanannya hambatan-hambatan

tersebut diatasi dengan beberapa upaya diantaranya pengawasan dan menegur

secara lisan.

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan Risk Management yaitu mencegah angka kecelakaan

kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,

mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk

memperbaiki perilaku karyawan.Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai

dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja dan yang

menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja

dan perilaku pekerja, yang masih saja memiliki perilaku bekerja yang

membahayakan dan beresiko menyebabkan kecelakaan kerja. Upaya yang di

lakukan sejauh ini dengan pengawasan dan menegur secara lisan pekerja yang

tidak mematuhi prisedur yang sesuai standar dalam bekerja. Hal ini tentu masih

belum menimbukan efek jera bagi pekerja karena merasa akan hanya ditegur

Universitas Sumatera Utara


90

secara lisan tanpa sanksi yang lebih tegas apabila berperilaku yang kurang baik

dalam bekerja dan beresiko tinggi menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

Sejalan dengan hasil penelitian Ernida (2016), mengenai upaya

keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT. Petronesia

Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - Pt. Prime Petro Services) Kota Duri

tahun 2015 bahwa penyebab kecelakaan kerja yang paling besar diakibatkan oleh

human error sebanyak 99% dan sisanya faktor lingkungan ataupun lainnya, yang

mana 3 orang pekerja mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja banyak

diakibatkan oleh perilaku/behavior masing - masing pekerja, sedangkan 2 orang

pekerja mengatakan kecelakaan disebabkan oleh human error seperti kelalaian,

kecerobohan, ketidakdisiplinan, rasa percaya diri yang terlalu tinggi karena

merasa sudah lama bekerja, mengantuk, kelelahan dalam bekerja atau

memaksakan diri untuk bekerja, serta tidak adanya pengawasan, kecelakaan kerja

juga dapat diakibatkan oleh tools atau alat kerja seperti yang disebutkan oleh 2

orang pekerja HES, kerenana jika dalam manajemen atau perusahaan sendiri telah

memberikan atau membuat SOP untuk setiap area kerja perusahaan dan

melaksanakan identifikasi risk management untuk mengidentifikasi faktor bahaya

di tempat kerja yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.

Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja yang baik diisyaratkan memenuhi kriteria yaitu

sesuai dengan sifat dan skala risiko keselamatan dan kesehatan kerja organisasi,

mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan (Ramli, 2010). Hal ini juga

sesuai dengan penelitian Emli (2014) yaitu ρ = 0,021 yang berarti bahwa ada

Universitas Sumatera Utara


91

pengaruh standar operational prosedur (SOP) melalui risk management terhadap

kejadian kecelakaan kerja. Hasil penelitian dari Lidya (2011) juga menunjukkan

kesesuaian yaitu ρ = 0,000 menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan

standar operational prosedur terhadap kejadian kecelakaan kerja.

Ratnawati (2010) mengatakan bahwa SOP melalui identifikasi risk

management adalah satu set instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan

atau proses rutin dalam suatu organisasi. Pengembangan dan penggunaan SOP

merupakan salah satu faktor kesuksesan sistem kualitas, dimana SOP

menyediakan informasi untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar bagi tiap

personil, dan mempermudah dalam menerapkan kekonsistenan dalam kualitas dan

integritas suatu produk atau hasil akhir.

5.3 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator Consultation and Communication di PT WIS Consortium Riau

Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung

kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan

meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja

antara lain. Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang

terpenting adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil,

menjaga kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat

laporan dan analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan

pertama pada kecelakaan.

Sebuah sistem yang luas dan terpadu dari forum komunikasi harus

digunakan untuk memastikan bahwa semua saran dan kekhawatiran yang

berkaitan dengan keselamatan menerima kesempatan untuk implementasi atau

Universitas Sumatera Utara


92

ganti rugi, yang bisa dilakukan melalui dua hal yakni inspeksi K3 dan audit K3.

Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada

ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat

kerja dalam penerapan keselamatan dan kesehatan di tempat, sedangkan Audit K3

adalah sistem pengujian terhadap kegiatan operasi yang dilakukan secara kritis

dan sistimatis untuk menentukan kelemahan unsur sistem (manusia, sarana,

lingkungan kerja dan perangkat) agar dapat dilakukan perbaikan atau pencegahan

terhadap kecelakaan atau kerugian

Forum sistem komunikasi yang ekstensif dan terintegrasi harus digunakan

untuk memastikan bahwa semua saran dan kekhawatiran terkait keselamatan

dapat diberi kesempatan untuk implementasi atau pengaturan ulang. Ada beberapa

kegiatan pada program Consultation and Communication di PT WIS Consortium

Riauyaitu,

a. Kick Off Meeting

Kick-off meeting tidak hanya sebagai media komunikasi penting di awal

proyek antar pihak yang terlibat di proyek, namun juga dapat menjadi media

komunikasi penting bagi kebutuhan internal suatu pihak tak terkecuali kontraktor

yang berperan sebagai pemilik proyek bagi para subkontraktor, suplier, dan

mandor.

Dalam proyek, kontraktor adalah pihak yang melaksanakan, pihak yang

membuat proyek yang masih dalam bentuk dokumen gambar dan naskah

spesifikasi menjadi wujud fisik. Banyak permasalahan yang terjadi sesuai

kompleksitas yang ada. Pihak yang terlibat dalam aspek pelaksanaan ini juga

Universitas Sumatera Utara


93

sangat banyak dan variatif. Mulai dari manajemen kontraktor, tim proyek,

subkontraktor, supplier, mandor, dan pihak-pihak lain yang terkait. Dengan kondisi

tersebut, rasanya dari sudut maksud dan tujuan kick-off meeting dengan memperhatikan

problematika yang akan dihadapi oleh kontraktor, maka sangat penting bagi kontraktor

untuk menyelenggarakan meeting ini.

b. Tool Box Meeting

Rapat singkat tentang keselamatan kerja, yang dilakukan sebelum

pekerjaan dimulai dengan topik yang bervariasi sesuai jenis pekerjaan yang akan

dilaksanakan, berkaitan dengan pengamanan peralatan kerja dan keselamatan

tenaga kerja. Rapat ini diselenggarakan oleh Work Supervisor (Pelaksana) dan

Safety Supervisor setiap pagi atau sebelum pekerjaan dimulai, dihadiri oleh

pekerja konstruksi.

c. Safety Morning Talk

Safety talk adalah sebuah cara untuk mengingatkan karywanatau pekerja

bahwa K3 bagian yang sangat penting dalam pekerjaan. Safety talk adalah

pertemuan yang dilakukan rutin antara karyawan atau pekerja dan supervisor

untuk membicarakan hal-hal mengenai K3. Safety talk cara termudah untuk

melindungi karyawan atau pekerja dari cidera. Safety talk merupakan salah satu

sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja, serta

berbagai masalah pekerjaan dapat didiskusikan, untuk kemudian dapat diterapkan

dan dipraktekan di lapangan. Tujuan utama safety talk adalah untuk mengingatkan

karyawan atau pekerja akan potensi- potensi bahaya di tempat kerja dan

membantu karyawan atau pekerja untuk mengenali dan mengendalikan bahaya

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


94

d. HES Committee Meeting

HSE Commitee atau Rapat P2K3 ini adalah program pertemuan rutin

bulanan dengan melibatkan manajemen dan semua lini pengawasan yang sejalan

dengan kegiatan proyek dengan membahas tentang pencapaian kinerja HSE dan

upaya untuk meningkatkan kinerja proyek.

e. Management Walkthrough Meetings

Pertemuan ini melibatkan partisipasi manajemen bergabung dalam

melakukan inspeksi atau kunjungan di lokasi proyek yang berkaitan dengan aspek

HSE dan kualitas dalam wilayah proyek. Program ini akan menghasilkan laporan

inspeksi dan di mana setiap temuan dikumpulkan dan dibahas untuk memperoleh

tindakan perbaikan yang diperlukan. Setiap permasalahan HSE atau masalah lain

juga dibahas untuk memastikan implementasi terbaik di lokasi proyek.

Dimana waktu pelaksanaannya rata-rata sebulan sekali, sebelum dimulai

pekerjaan, setiap hari dan perminggu. Dalam pelaksanaan program terdapat

hambatan-hambatan yaitu banyak pekerja yang masih saja tidak mengerti

melaksanakannya dilapangan padahal sudah diberikan pengarahan dalam kegiatan

ini.Upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

memberlakukan sanksi yang lebih tegas oleh petugas terhadap pekerja yang masih

menolak jika diarahkan.

Leading indicator consultation and communication di PT. WIS

Consortium Riau Hampir semua kegiatan waktu pelaksanaannya sebulan sekali ya

tapi ada juga yang beda, seperti kick of meeting dilaksanakan sebelum dimulai

Universitas Sumatera Utara


95

pekerjaan, kemudian tool box meeting setiap hari dan HES department

coordination meeting biasanya perminggu. Berdasarkan pernyataan informan

dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan communication and

consultation yaitumencegah angka kecelakaan kerja, tidak hanya untuk

melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan, mesin, gedung dan lain-

lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki perilaku karyawan.

Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan

manusia yang memasuki area kerja.

Yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program

communication and consultation adalah jumlah pekerja dan banyak pekerja yang

belum bisa melaksanakannya dilapangan sehingga membuat kegiatan yang

dilakukan menjadi kurang kondusif dan tidak diarah, dan yang menjadi upaya

dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

memberlakukan sanksi yang lebih tegas oleh petugas terhadap pekerja yang masih

menolak jika diarahkan.

Sejalan dengan hasil penelitian Ernida (2016), mengenai upaya

keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT. Petronesia

Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services) Kota Duri

bahwa dari hasil wawancara juga diketahui bahwa kendala-kendala yang terdapat

dalam pelaksanaan upaya keselamatan kerja terutama disebabkan oleh perilaku,

seperti ketika pekerja diberikan program baru atau di berikan sosialisasi, pekerja

tersebut tidak siap menerima program tersebut, kemudian memberontak sehingga

berimbas kepada perilaku yang tidak selamat dan juga bisa berdampak kepada

Universitas Sumatera Utara


96

yang ada disekitarnya, selain itu kendala dari sisi manajemen HES nya adalah

kurang didukung dari material, media, perusahaan mendukung tetapi ada satu sisi

mengapa perusahaan tidak mendukung yaitu karena mereka mengganggap

memperlambat produktivitas, sedangkan kalau dilapangan kendalanya yakni HES

manajer yang wajib ada dilapangan, jadi ketika manajemen HES akan

memberikan pelajaran ataupun sosialisasi kepada pemko maka manajemen HES

tersebut harus turun langsung kelapangan atau paling tidak pada saat hari libur

dan memberikan peringatan dan pola komunikasi yang baik dengan pekerja dalam

melaksanakan sikap dan tindakan kerja yang benar sehingga tidak beresiko

menyebabkan kecelakaan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunawan (2014) mengenai peranan

manajemen k3 dalam pencegahan kecelakaan kerja konstruksi, yakni pada setiap

minggu/bulan, perlu adanya meeting untuk membahas segala hal yang

menyangkut pelaksanaan K3 di perusahaan, sehingga semua informasi dan

persoalan dapat diketahui oleh seluruh bagian yang terkait.

Hal tersebut diatas juga sejalan dengan pencegahan kecelakaan kerja yang

disampaikan Suma'mur (2009) yang mengatakan bahwa pencegahan kecelakaan

berdasarkan pengetahuan tentang sebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada

suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang

terjadi. Metode analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan

diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya

suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting

artinya dilakukannya identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin

Universitas Sumatera Utara


97

menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases (assessment)

besarnya resiko bahaya.

Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa komunikasi

dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan untuk menekankan

pentingnya praktek kerja yang aman (Mathis dan Jackson, 2002). Juga terdapat

berbagai jenis komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan untuk

menyampaikan informasi-informasi keselamatan dan kesehatan kerja kepada

semua unsur dalam organisasi, baik internal maupun eksternal (Ramli, 2013).

5.4 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator Inspection di PT. WIS Consortium Riau

PT. Consortium Riau juga memberikan pengertian bahwa target utama

adalah “Zero Accident”. Mengutamakan keselamatan karyawan dan public diatas

peralatan-peralatan milik perusahaan, Menjamin bahwa semua karyawan telah

mengetahui dan dilatih untuk melaksanakan pekerjaan secara produktif, cara

aman, melalui pelatihan yang benar, instruksi pekerjaan yang tepat, dan instruksi

pemakaian peralatan yang melalui pengawasan yang tepat terhadap semua

karyawan, Menyediakan fasilitas, peralatan, perlengkapan keselamatan kerja yang

layak dan memadai serta menjamin akan digunakan secara tepat, Menyediakan

jalan masuk ke lokasi kerja yang aman dan penerangan yang cukup, Memastikan

bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam kebijakan K3L telah diikuti,

Meningkatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas

dan meminimumkan kerusakan yang mungkin terjadi akibat aktivitas tersebut,

Semua karyawan dan pekerja proyek harus sudah mengetahui akan tanggung

Universitas Sumatera Utara


98

jawabnya masing-masing termasuk peduli akan kesehatannya, keselamatannya

dan lingkungan masing-masing di tempat kerja.

Sebelum mobilisasi ke situs proyek atau saat tiba di situs proyek, yang

mana yang lebih praktis, semua perlengkapan dan kendaraan harus lolos

pemeriksaan pra-mobilisasi. Pemeriksaan ini terdiri dari item-item komprehensif

yang akan diperiksa secara seksama. Pemeriksaan ini akan dilakukan oleh

personil yang kompeten yang diberi wewenang untuk melakukan pemeriksaan

tersebut, yaitu seorang Inspektur K3L dan Ahli Perlengkapan Konstruksi pada

saat menerima permintaan pemeriksaan pra mobilisasi. Setelah semua item

diperiksa dan memenuhi persyaratan, maka surat penerimaan mobilisasi akan

dikeluarkan oleh Manajer Konstruksi.

Ada beberapa kegiatan pada program ini yaitu:

a. Premobilization equipment inspection

Premobilization equipment inspection adalah Inspeksi atau pengecekan

pada peralatan yang akan digunakan sebelum dilakukannya suatu perkerjaan. Ini

bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan menguji kelayakan

peralatan yang akan digunakan.

b. HES Site Inspection

Pemeriksaan khusus yang dilakukan oleh inspektur HES sampai tingkat

menggunakan format standar untuk pemeriksaan situs.

Universitas Sumatera Utara


99

c. House Keeping / 5R Inspection

Adalah bagian yang penting dari inspeksi umum terencana, inspeksi jenis

ini berhubungan dengan kebersihan dan kerapihan yang meliputi : mesin dan

peralatan, material, alat-alat, lantai gedung dan lain-lain.

d. PPE Inspection

PPE Inspection adalah pemeriksaan yang dilakukan berhubungan dengan

alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja. Ini bertujuan untuk mengetahui

apakah alat pelindung diri yang digunakan pekerja sesuai dengan lingkungan dan

pekerjaannya.

e. Fire Extinguisher Inspection

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap alat pemadam api ringan. Alat ini

tidak diperuntukkanuntuk digunakan pada kebakaran besar, membahayakan

pengguna (yaitu tidak ada jalan keluar, asap, ledakan bahaya, dll), atau jika

memerlukan keahlian pemadam kebakaran. Biasanya, alat pemadam api terdiri

dari silinder genggam bejana tekanan berisi zat yang dapatdisemprotkan untuk

memadamkan api.

f. Scaffold Inspection

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap suatu struktur sementara yang

digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi. Perancah

dibuat apabila pekerjaan bangunan mencapai ketinggian 2 meter dan tidak dapat

dijangkau oleh pekerja.

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan Inspection yaitu mencegah angka kecelakaan kerja,

Universitas Sumatera Utara


100

tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan, mesin,

gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki

perilaku karyawan.Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari

manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja. Waktu

pelaksanannya inspeksi ada yang sekali seminggu, sekali sebulan, dan ada yang

sebelum pengoperasian. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

petugas yang terbatas dan pekerja yang menghindar saat dilakukannya

inspeksi.Upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program

adalah melakukan pengawasan dan menegur secara lisan.

Hal yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah

petugas yang terbatas dan pekerja yang menghindar pada saat dilaksanakan

kegiatandanyang menjadi upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan program adalah melakukan pengawasan dan menegur secara lisan. Hal

ini dianggap kurang efektif dikarenakan biasanya pekerja tidak mengindahkan

apabila hanya ditegur secara lisan, oleh karena itu perlu dilakukan upaya atau

sanksi yang lebih tegas sehingga kegiatan leading indicator dalam hal inspection

dapat berjalan secara baik di PT. WIS Consortium Riau.

Sejalan dengan penelitian Debi (2015) mengenai faktor-faktor yang

memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di kota

Batam bahwa inspeksi sebaiknya dilakukan secara berkala dan dilakukan oleh

komite keselamatan kerja atau koordinator keselamatan kerja. Berdasarkan hasil

wawancaram yang diperoleh, pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan

kerja dilakukansecara terjadwal yang melibatkan semua karyawan kemudian hasil

Universitas Sumatera Utara


101

temuan inspeksi tersebut dituangkan ke dalam Positive Intervention Card tanpa

mencantumkan nama orang, kecuali si observernya dan akan dibawa dalam

Toolbox Talk pada keesokanharinya. Dalam menyelidiki kecelakaan, penting

untuk menetapkan kondisi fisik dan lingkungan yang turut memengaruhi

terjadinya kecelakaan itu. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk

melakukan penyelidikan kecelakaan kerja manajemen PT. Expro Indonesia

menggunakan Top Set Investigation melalui observasi yang dilakukan oleh tim

keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen,supervisor, foreman untuk menggali

permasalahannya serta melakukan wawancara terhadap karyawan yang

mengalami kecelakaan apabila masih memungkinkan, atasan dan para saksi

kecelakaan. Hasil dari penyelidikan kecelakaan kerja tersebut harus dilaporkan

dalam waktu tidak boleh lebih dari 24 jam.

Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

menginspeksi tempat kerja adalah penting untuk menemukan ancaman

keselamatan kerja. Inspeksi sebaiknya dilaksanakan secara berkala (Mathis dan

Jackson, 2002). Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelaksanaannya

dapat dilakukan secarainternal oleh perusahaan sendiri ataupun pihak luar

(eksternal) oleh instansi pemerintah berwenang, seperti Kementerian

Ketenagakerjaan dan Transmigrasi serta Migas yang sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku. Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja terbagi

menjadi dua yaitu inspeksi secara berlanjut (kontinu) daninspeksi terencana

(Ramli, 2013).

Universitas Sumatera Utara


102

5.5 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator Training and Development di PT WIS Consortium Riau

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan langkah penting

dalam meningkatkan kemampuan dan prestasi kerja karyawan. Untuk

meningkatkan sumber daya manusia diperlukan sebuah pelatihan. Pelatihan

merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetisi kerja yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Program

pelatihan merupakan suatu keharusan bagi sebuah industri / perusahaan bila

menghendaki hasil yang lebih maksimal dari kinerja para pekerjanya. Pelatihan

K3 adalah pengertian yang seksama tentang prosedur pelaksanaan tugas dan

pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang menyertai kinerja akan mengeliminasi

berbagai kecelakaan.

Orientasi KKKL adalah wajib bagi semua karyawan sebelum mobilisasi

ke Lapangan. Pengunjung atau orang yang berniat untuk masuk ke area proyek

konstruksi juga diperlukan untuk menerima orientasi dan induksi Tujuan dari

orientasi dan induksi adalah untuk memberikan karyawan atau pengunjung

dengan informasi proyek yang diperlukan untuk menyadari. Pelatihan induksi

harus bertujuan untuk membuat personil proyek menyadari persyaratan KKKL

dan sistem untuk membantu mereka dalam melaksanakan pekerjaan mereka

dengan cara yang aman, di setiap waktu tentang keselamatan mereka sendiri,

bahwa rekan-rekan mereka, personil lingkungan dan klien dan aset.

Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh

efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui

pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan

Universitas Sumatera Utara


103

sikap yang layak. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan

yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja.

Kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja antara satu perusahaan

dengan perusahaan lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi

pekerja.

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting mengingat

kebanyakan kecelakaan terjadi pada pekerja yang belum terbiasa bekerja secara

selamat. Penyebabnya adalah ketidaktahuan tentang bahaya atau cara

mencegahnya meskipun tahu tentang adanya suatu resiko

Training biasanya dilakukan waktu rekrutmen pekerja baru dan ada

beberapa training yang bisa dilaksanakan kapan pun dibutuhkan. Yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah merubah prilaku atau

kebiasaan pekerja yang masih kurang peduli dengan keselamatan dirinya

dilingkungan kerja. Dalam setiap hambatan, ada upaya yang dilakukan untuk

mengatasi hambatan tersebut yaitu mewajibkan pekerja mengikuti training dan

memberlakukan sanksi yang tegas terhadap pekerja.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa upaya keselamatan kerja yang

dilakukan meliputi pemberian training sebelum bekerja disebut HES Induction,

penyaringan Sertifikasi karyawan, selama 3 bulan karyawan tersebut akan di

pantau dan di mentori oleh orang yang ditunjuk oleh departemen HES, sampai

karyawan tersebut telah mengerti dan mengenali bahaya - bahaya yang ada di area

kerjanya, karyawan terbsebut juga mampu dan mengerti bagaimana cara

Universitas Sumatera Utara


104

memitigasi atau mencegah kecelakaan kerja sehingga karyawan akan bekerja

dengan selamat, perusahaan juga membuat spanduk semacam kampanye,

melakukan drill, kemudian melakukan inspeksi - inspeksi, melakukan pelatihan

dilapangan, serta ada pemberian reward/penghargaan dan punishment/sanksi bagi

karyawan.

Sejalan dengan hasil penelitian Ernida (2016), mengenai upaya keselamatan

kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT. Petronesia Bennimel –

PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services) Kota Duri bahwa

berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui perusahaan telah melakukan upaya

keselamatan kerja di setiap area kerja dalam mencegah dan atau meminimalisir

kecelakaan kerja. Kegiatan upaya keselamatan kerja masing - masing berbeda

untuk setiap area kerja, hal ini dikarenakan potensi bahaya untuk setiap area kerja

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kegiatan tersebut antara lain

dibuatnya SOP untuk setiap area kerja, adanya pengenalan bahaya - bahaya di

tempat kerja (HES Induction), diadakannya training - training baik sebelum

maupun sesudah bekerja, hal ini berguna untuk merefres atau memperbahaui dan

meningkatkan kembali pengetahuan pekerja akan hazard atau bahaya - bahaya

yang ada di area kerjanya.

Hal serupa disampaikan hasil penelitian Debi (2015) mengenai faktor-faktor

yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia

di kota Batam bahwa salah satu cara untuk mendorong keselamatan kerja

karyawan adalah melibatkan seluruh karyawan dalam pelatihan tentang

keselamatan kerja dan

Universitas Sumatera Utara


105

membangun komunikasi yang terus-menerus sehingga dapat meningkatkan

kesadaran karyawan. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, manajemen

PT. Expro Indonesia setiap tahun melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan

kerja yang tidak terlepas dari campur tangan pemerintah dan departemen tenaga

kerja untuk meningkatlkan kemapuan dalam profesionalitas kerja dan upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa setiap

perusahaan memiliki kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang

berbeda-beda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi pekerja. Karena itu

pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dikembangkan untuk kebutuhan

organisasi (Ramli, 2010).

5.6 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator Emergency Response Plan di PT WIS Consortium Riau

Program keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki kualitas

hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat

menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat sehingga dapat

mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Melalui program keselamatan

dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat dihindarkan sehingga perusahaan

dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.

Tujuan satu-satunya dari Rencana Tanggap Darurat (RTD) adalah

menyediakan perlindungan langsung untuk personil, lingkungan dan properti di

situs kerja dalam situasi darurat. Sasaran rencana tanggap darurat adalah

menyediakan suatu sistem yang melibatkan semua pekerja, menugaskan tim

darurat dan fasilitas pendukung guna mengantisipasi dan menangani segala jenis

Universitas Sumatera Utara


106

situasi darurat. Ada beberapa kegiatan dalam program ini yaitu, Develop specific

ERP and posting at site, Site Clinic and Ambulance Operation dan Emergency

Drill. Waktu dilaksanakannya kegiatan Emergency Response Plan yaitu sebelum

pekerjaan dimulai, harian dan ada yang dilakukan sekali-sekali. Hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan program adalah kurangnya anggota tenaga medis. Dimana

dalam hambatan tersebut telah dilakukan beberapa upaya yaitu, berkerjasama

dengan anggota HES yang lain serta kader HES yang ada disetiap departemen.

ERP (Emergency Response Plan/Tanggap Darurat Bencana) adalah

sistem yang menggabungkan beberapa depertemen mencakup HRD, keamanan

(security), kesehatan, termasuk K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) itu sendiri

untuk menanggulangi kejadian bencana yang terjadi. Berdasarkan pernyataan

informan dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan emergency

response plan yaitu mencegah angka kecelakaan kerja. Sasaran program K3

mencakup semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang

memasuki area kerja. Waktu dilaksanakannya kegiatan emergency response plan

yaitu sebelum pekerjaan dimulai, harian dan ada yang dilakukan sekali-sekali,

yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah Kurangnya

anggota tenaga medis dalam melaksanakan kegiatan emergency response plan

tersebut dan bahwa yang menjadi upaya dalam mengatasi hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan program adalah berkerjasama dengan anggota HES yang

lain serta kader HES yang ada disetiap departemen, sehingga disarankan kepada

perusahaan untuk dapat menambah tenaga medis yang dibutuhkan agar sesuai

dengan kebutuhan perusahaan dalam kegiatan leading factor emergency response

Universitas Sumatera Utara


107

plan, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat optimal dilaksanakan untuk

mencapai zero accident dan produktivitas kerja yang terbaik.

Hasil penelitian Debi (2015) mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di kota Batam

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk fasilitas kerja di PT. Expro

Indonesia, pihak manajemen juga menyediakannya buat karyawan danmelakukan

pemeliharaan untuk mengontrol fasilitas tersebut sudah memenuhistandar

keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk fasilitas medik dasar dan tenaga

kesehatan profesional sebagai fasilitas layanan kesehatan primer bagi pekerja

yang sakit atau mengalami gangguan kesehatan termasuk dalam penaganan medik

awal atau P3K apabila terjadi kecelakaan kerja sebelum mendapatkan rujukan ke

rumah sakit untuk pelayanan kesehatan yang lebih optimal.

5.7 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator HES Monitoring and Operational Control di PT WIS
Consortium Riau

Program keselamatan dan kesehatan kerja bersifat spesifik artinya program

keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan

semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan

kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat

kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dan

kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan

sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari

pihak lain.

Universitas Sumatera Utara


108

HES Monitoring and Operational terdiri dari beberapa kegiatan yaitu,

HES Inspector daily walk-thru, DIMS operation, MSW Implementation, SWA /

SSWA report, Journey Management Plan, Traffic Management Plan, Waste

Management, Employees Medical Examination, Environment Aspect Monitoring,

Traffic Sign / Warning Sign. waktu dilaksanakannya kegiatan HES Monitoring

and Operational Control yaitu harian, 6 bulan 1 kali dan saat rekrutmen pekerja

baru. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah banyak pekerja yang

masih susah diarahkan. Upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan program adalah tegas menegakkan aturan dan melakukan pengawasan.

Untuk memastikan rencana ini dilaksanakan dengan benar, proyek kinerja

HES harus dikaji dan dievaluasi. Hasil evaluasi akan menjadi dasar benar atau

tidak tindakan improvement atau korektif diperlukan. Kinerja HES akan diukur

melalui HES catatan kecelakaan, hasil investigasi kecelakaan, hasil audit dan

masukan lainnya dari klien atau karyawan. Evaluasi diatur untuk dilakukan secara

bulanan namun pada situasi tertentu, evaluasi dapat dilakukan setiap saat setiap

kali dianggap perlu.

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan HES Monitoring and Operational Control yaitu

mencegah angka kecelakaan kerja. Sasaran program K3 mencakup semuanya,

mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja, waktu

dilaksanakannya kegiatan HES monitoring and operational control yaitu harian, 6

bulan 1 kali dan saat rekrutmen pekerja baru, dan yang menjadi hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan program adalah banyak pekerja yang masih susah

Universitas Sumatera Utara


109

diarahkan, serta yang menjadi upaya dalam mengatasi hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan program adalah tegas menegakkan aturan dan melakukan

pengawasan.

Hal yang serupa disampaikan hasil penelitian Ernida (2016), mengenai

upaya keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT.

Petronesia Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services)

Kota Duri bahwa pemberian sanksi juga di terapkan oleh perusahaan bagi yang

melanggar prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam

mencegah terjadinya kecelakaan kerja, serta pemberian award atau penghargaan

bagi pekerja yang bekerja dengan selamat dan komit akan safety di tempat kerja,

perusahaan juga telah menerapkan prosedur ataupun tahapan dalam pemberian

reward maupun punishment kepada pekerja.

Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketika

kecelakaan kerja terjadi, maka harus diselidiki oleh komite keselamatan atau oleh

koordinator keselamatan kerja. Penyelidikan terhadap kejadian kecelakaan kerja

harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah kecelakaan untuk

memastikan bahwa kondisi-kondisi saat kecelakaan terjadi belum berubah

banyak. Satu cara untuk mendapatkan pandangan yang akurat terhadap peristiwa

kecelakaan adalah melalui foto atau rekaman video. Tahap kedua dari

penyelidikan adalah dengan wawancara terhadap karyawan yang mengalami

kecelakaan, dengan atasannya langsung, dan para saksi kecelakaan. Si

pewawancara berusaha menetapkan apa yang sesungguhnya terjadi dan apa

penyebab kecelakaan tersebut. Pada tahap ketiga, berdasarkan observasi

Universitas Sumatera Utara


110

kecelakaan dan hasil wawancara, para penyidik akan melengkapi laporan

penyelidikan kecelakaan. Akhirnya, rekomendasi haruslah dibuat tentang

bagaimana kecelakaan tersebut dapat dicegah, dan perubahan-perubahan apa yang

diperlukan untuk mencegah kecelakaan yang sama (Mathis dan Jackson, 2002).

5.8 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator HES Awareness and Campaign di PT WIS Consortium Riau

Mempromosikan perilaku aman di tempat kerja merupakan bagian penting

dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan merupakan salah satu cara

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Program leading indicator HES

awareness and campaign digunakan untuk menggambarkan program yang

berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan

kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Program leading indicator HES awareness and campaign akan mengidentifikasi

pekerja yang berperilaku tidak aman kemudian mengarahkan pekerja tersebut

untuk berperilaku aman pada saat bekerja

Kampanye yang dilakukan pada lingkungan kerja dapat berupa papan

buletin, spanduk, poster, dan papan akan diberikan sebagai diperlukan untuk

menjamin pekerja dan mengingatkan untuk bekerja dengan cara yang aman setiap

saat. Semua media bahan-bahan akan diperbaharui dan diganti dalam jangka

waktu tertentu sehingga mereka tetap dapat dibaca. Newsletter tentang kinerja

proyek akan diterbitkan dan diposting secara bulanan agar semua karyawan

mendapatkan informasi .

Universitas Sumatera Utara


111

Papan buletin, bendera, poster dan papan penanda akan disediakan untuk

memastikan bahwa pekerja selalu diingatkan untuk bekerja dengan aman di setiap

waktu. Bahan-bahan media lainnya harus diperbaiki dan/atau diganti dalam

jangka waktu tertentu sehingga dapat tetap dibaca. Surat edaran mengenai Kinerja

proyek harus diterbitkan dan dipasang setiap bulan atau tiga bulan agar semua

karyawan tetap diberitahu. Kegiatan dalam program ini yaitu, Reward &

recognition, HES Achievement reward, Information Board, HES Performance

Notice Board, BBS Observation, Deliver Safety Moment, Banner / poster / flag /

billboard, Nearmiss / hazard observation report.Hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan program adalah pekerja yang malas membaca spanduk dan papan

pengumuman. Dalam setiap hambatan ada upaya dalam mengatasi hambatan

tersebut yaitu, membuat spanduk semenarik mungkin dan mengingatkan pekerja

kepada keluarga dirumah.

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan HES awareness and campaign yaitu mencegah angka

kecelakaan kerja. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai dari

manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja, yang waktu

dilaksanakannya yaitu update atau diperbaharui setiap minggu dan sekali sebulan.

Adapun yang menjadi hambatan dalam kegiatan HES awareness and campaign

pekerja yang malas membaca spanduk dan papan pengumuman, sehingga yang

menjadi upaya dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program

adalah membuat spanduk semenarik mungkin dan mengingatkan pekerja kepada

keluarga dirumah, bahwa keselamatan kerja merupakan kepentingan utama, dan

Universitas Sumatera Utara


112

keselamatan pekerja merupakan kebahagiaan dan keberhasilan bersama dalam

bekerja.

Sejalan dengan penelitian Debi (2015) mengenai faktor-faktor yang

memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di kota

Batam bahwa kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja juga sudah

didokumentasikan dan dikomunikasikan yaitu dengan menempatkannya di bagian

lobi kantor dan dimasukkan ke dalam situs web perusahaan sehingga dapat

diketahui dan dibaca oleh semua pihak yang berkepentingan. Kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja juga sudah dilaksanakan,salah satunya dengan

menjadikan kebijakan ini sebagai acuan rencana kerja dan pengembangan

perusahaan serta memberikan konseling bagi pelanggarannya sehingga

menimbulkan efek jera bagi pekerja. Kebijakan keselamatan dan kesehatankerja

di PT. Expro Indonesia juga selalu disempurnakan menurut periodenya sehingga

selalu dilakukan tinjau ulang secara berkala agar sesuai dengan perkembangan

perusahaan.

Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja sekurangnya memenuhi perundangan

keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diacu

organisasi, kemudian didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara, serta

dikomunikasikan kepada seluruh pekerja, tersedia bagi pihak lain yang terkait

dandilakukan tinjau ulang secara berkala (Ramli, 2010).

Dalam pelaksanaan komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja

manajemen juga telah memasang rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja

Universitas Sumatera Utara


113

pada lokasi strategis yaitu di daerah yang dekat dengan bahaya dan yang dilalui

banyak orang, baik karyawan maupun orang lain, misalnya pada pintu masuk

perusahaan, toilet, ruang pertemuan, lapangan, dan sebagainya. Rambu-rambu

keselamatan dan kesehatan kerja ini berfungsi sebagai tanda peringatan terhadap

suatu bahaya serta memberi arahan dan petunjuk suatu lokasi dan prosedur

keadaan darurat di perusahaan ini (Debi, 2015).

5.9 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment, Safety) Leading


Indicator HES Evaluation di PT. WIS Consortium Riau

Leading indicator HES evaluation merupakan suatu program yang

memungkinkan setiap karyawan yang menyaksikan suatu tindakan tidak aman

atau merasa bahwa kondisi tidak menjamin operasi yang aman untuk segera

menghentikan pekerjaan tanpa pertanyaan. Tujuan dari program leading indicator

HES evaluation adalah untuk memastikan bahwa semua pekerja diberikan

tanggung jawab dan wewenang untuk berhenti bekerja ketika pekerja percaya

bahwa ada situasi yang menempatkan mereka, rekan kerja, atau masyarakat pada

risiko atau dalam bahaya buruk yang dapat mempengaruhi keamanan

pengoperasian, menyebabkan kerusakan fasilitas, atau mengakibatkan pelepasan

limbah ke lingkungan dan menyediakan metode untuk mengatasi masalah

tersebut.

HES evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang

sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih

di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila

dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Universitas Sumatera Utara


114

Perusahaan mempunyai komitmen untuk memberikan jaminan, bahwa jasa

yang diserahkan selalu memenuhi keinginan pelanggan. Berbagai bidang yang

dilakukan oleh perusahaan memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja maka

dibuat suatu program sistem manajemen K3 dan Lingkungan yang mangacu

kepada standar Internasional. Perusahaan menerapkan sistem manajemen secara

konsisten dan selalu meningkatkan kinerja perusahaan secara berkesinambungan,

maka jajaran manajemen perusahaan menetapkan penerapan sistem manajemen

K3 (OHSAS 18001:2007) dan lingkungan (ISO 14001:2004), secara terintegrasi,

penerapan sistem ini dinyatakan untuk mendapat penerapan konsistensi sistem

tersebut, dalam lingkup aktivitas perusahaan untuk pekerjaan Enginnering,

Fabrikasi, konstruksi dan Pengadaan Material.

Program Evaluation memiliki beberapa kegiatan pendukung yaitu HES

Weekly report, HES Monthly Report, BBS Observation Report, DIMS Report,

Evaluation of government regulation compliance, Incident investigation, root

cause analysis and reporting, Project Management Review, Subcontractor HES

Audit. Waktu dilaksanakannya kegiatan HES Evaluation yaitu mingguan, bulanan

dan 6 bulan sekali.

Evaluasi keselamatan kerja bersifat teknik dan sasarannya adalah

lingkungan kerja. Evaluasi keselamatan kerja berhubungan dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaaan. Evaluasi keselamatan kerja

juga menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa.

Adapun tujuan dari evaluasi pelaksanaan program keselamatan kerja adalah

Universitas Sumatera Utara


115

melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya

untuk kesejahteraan hidup, menjamin keselamatan setiap orang lain di tempat

kerja, dan meningkatkan produksi

Berdasarkan pernyataan informan dapat diketahui bahwa tujuan

dilaksanakannya kegiatan HES Evaluation yaitu mencegah angka kecelakaan

kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,

mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk

memperbaiki perilaku karyawan. Sasaran program K3 mencakup semuanya, mulai

dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja,waktu

dilaksanakannya kegiatan HES Evaluation yaitu mingguan, bulanan dan 6 bulan

sekali.

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah waktu yang harus

terbagi dan menyiapkan program-program baru yang sesuai agar tidak

mengulangi kesalahan yang lama. Adapun upaya dalam mengatasi hambatan

dalam pelaksanaan kegiatan program adalah melakukan pengawasan, dan

berusaha membuat program-program dalam jangka waktu cepat, tetapi dapat

membantu menurunkan angka kecelakaan kerja, serta mengupayakan

semampunya membuat program yang kiranya bisa jangkau dan tidak memerlukan

waktu lama.

Hal yang serupa disampaikan hasil penelitian Ernida (2016), mengenai

upaya keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT.

Petronesia Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services)

Kota Duri bahwa jika terjadi suatu insident atau kejadian kecelakaan kerja maka

Universitas Sumatera Utara


116

upaya keselamatan kerja yang dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan RCA

(Root Cause Analisis) dan safety evaluation, kegiatannya adalah memberhentikan

semua proses produksi dimana insiden tersebut terjadi, kemudian dilakukan

pencatatan kejadian selama satu hari tersebut sampai insiden itu terjadi,

pencatatan ini dilakukan oleh korban dan semua yang ada di sekitar

kejadian/insident selanjutnya akan dilaporkan sesuai dengan tahapannya yang

pertama dari si penemu melaporkan ke atasan, atasan melaporkan ke Consultan

atau RW, RW melaporkan ke CPI, setelah itu dilaporkan kalau ada cedera maka

akan langsung kita di bawa ke rumah sakit CPI, tetapi ditangani terlebih dahulu

dengan P3K di perusahaan. Di lokasi kerja juga dilatih beberapa orang yang

bertanggung jawab apabila ada cedera pada pekerja, yang akan menangani

terlebih dahulu dengan P3K kemudian dibawa ke rumah sakit. Kegiatan

selanjutnya adalah dengan melakukan investigasi kejadian, analisis, dan meeting

dari masing - masing perusahaan mengenai mengapa kecelakaan kerja tersebut

terjadi dan bagaimana solusinya, kemudian dilakukan review kembali SOP dan

JSA nya sehingga kejadian serupa tidak akan terulang kembali.

Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa statistik

kecelakaan dan cedera haruslah dibandingkan dengan pola kecelakaan

sebelumnyauntuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan yang signifikan.

Analisis ini harus dirancang untuk mengukur kemajuan dalam manajemen

keselamatan kerja (Mathisdan Jackson, 2002). Evaluasi keselamatan dan

kesehatan kerja dilakukan oleh manajemen serta dikomunikasikan dan

dikonsultasikan dengan semua pihak yang terlibat. Hasil evaluasi keselamatan dan

Universitas Sumatera Utara


117

kesehatan kerja juga harus mampu merumuskan langkah-langkah perbaikan dan

peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja periode berikutnya (Ramli,

2013)

5.10 Pencapaian Lagging Indicator di PT. WIS Consortium Riau Tahun


2015

Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3 adalah untuk mengurangi

atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerugian materi.

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja ditujukan untuk mengenal dan

menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat

mungkin dikurangi atau dihilangkan. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan

kerja dapat dilakukan setelah ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam

sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara, sehingga

dapat disusun rekomendasi cara pengendalian kecelakaan kerja yang tepat.

Upaya keselamatan kerja memberikan banyak manfaat bagi perusahaan,

dari segi produksi semakin meningkat, karna apabila ada suatu insident maka

produksi akan di hentikan, angka kecelakaan menurun, penilaian kinerja

perusahaan semakin baik, sehingga kesempatan untuk memenangkan tender

menjadi lebih besar, seluruh pekerja sehat dan selamat di tempat kerja dan di

rumah. Banyak manfaat yang di terima/ diperoleh perusahaan dengan adanya

pelaksanaan upaya keselamatan kerja ini yaitu baiknya penilaian klien terhadap

perusahaan terkait keselamatan kerja, adanya pemberian award/ penghargaan jika

tidak ada kecelakaan kerja, secara statistik tingkat keparahan dan tingkat

Universitas Sumatera Utara


118

kekerapan angka kecelakaan sedikit, dan produktivitas kerja tinggi, serta kerugian

yang ditimbulkan kecelakaan kerja dapat ditanggulangi.

Lagging Indicator merupakan indikator akhir yang menjadi tujuan akhir

dalam penerapan keselamatan kerja.Dimana indikator akhir yang ingin dicapai

yaitu data Fatality, Days Away From Work Case, Lost Time Injury, Restricted

Work Day Case, Medical Treatment Case, Total Recordable Incidents,

Recordable MVC, Non Recordable MVC, Equipment&Tool Accident, Property

Damage, Theft case, First Aid Case, Near Miss Case, Hazard Observation, BBS

Observation, Stop Work Authority, Fire Case, Number of Environmental Spill

Case, Volume of Environmental Spill.

Pada pencapaian Lagging Indicator di PT WIS Consortium Riau banyak

mengalami keberhasilan yaitu Days Away From Work Case pada tahun 2014

berjumlah 4 kasus dan ditahun 2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014 terdapat 5

kasus Total Recordable Incidents kemudian turun menjadi 2 ditahun 2015. Begitu

juga dengan Recordable MVC, pada tahun 2014 terdapat 5 kasus dan di tahun

2015 turun menjadi 2, Equipment&Tool Accident di tahun 2014 terdapat 3 kasus

dan ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 1, Theft case pada tahun 2014

totalnya 4 kasus dan mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 2, First Aid

Case pada tahun 2014 terdapat 12 kasus dan turun ditahun 2015 menjadi 5 kasus,

Near Miss Case pada tahun 2014 terdapat 25 kasus dan di tahun 2015 turun

menjadi 5 kasus, Hazard Observation yang pada tahun 2014 terdapat 10 kasus

kemudian ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 5 kasus, BBS Observation

pada tahun 2014 berjumlah 10 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 2kasus,

Universitas Sumatera Utara


119

Stop Work Authority pada tahun 2014 berjumlah 5 kasus dan pada tahun 2015

turun menjadi 0 kasus.

Menurut Kemenetrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

pencapaian zero accident bagi perusahaan sektor konstruksi yaitu perusahaan

kontraktor utama yang telah selesai melaksanakan pekerjaan tanpa terjadi

kecelakaan kerja (insiden) yang menghilangkan waktu kerja dengan waktu

pelaksanaan kegiatan minimal 1 (satu) tahun. Perusahaan sub-kontraktor

merupakan pendukung data bagi perusahaan kontraktor utama. Apabila terjadi

kecelakaan kerja (insiden) yang menyebabkan hilangnya waktu kerja baik pada

perusahaan kontraktor utama maupun pada perusahaan-perusahaan sub-

kontraktor, maka seluruh jam kerja yang telah dicapai menjadi 0 (nol) secara

bersama.

Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan

bahwa komitmen perusahaan dan usaha usaha keselamatan kerja yang

komprehensif sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi

untuk melibatkan seluruh anggota perusahaan. Usaha inijuga sebaiknya

dicerminkan melalui tindakan-tindakan manajerial. Ada tiga pendekatan terhadap

manajemen keselamatan kerja yang efektif yaitu pendekatan organisasi,

pendekatan rekayasa teknis dan pendekatan individual. Fokus pendekatan

sistematis terhadap keselamatan kerja adalah adanya kerja sama yang terus

menerusdari para pekerja, manajer dan yang lainnya (Mathis dan Jackson, 2002).

Kusuma (2011) dalam Iman (2013) mengatakan bahwa apabila perusahaan

melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka

Universitas Sumatera Utara


120

perusahaan akan memperoleh banyak manfaat termasuk dalam pencapaian

legging indicators sebagai salah satu bentuk pencapaian dalam penerapan

manajemen K3 yang baik di perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data dan pembahasan yang telah

dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. WIS Consortium Riau menerapkan program leading indicator yang

terdiri dari beberapa program yaitu : Risk Management, HES Consultation

and Communication, HES Inspection, Training and Development, Emergency

Response Plan, HES Monitoring and Operational Control, HES Awareness

and Campaign dan HES Evaluation.

2. Tujuan utama dari pelaksanaan program leading indicator adalah untuk

mengelola bahaya proyek, untuk meminimalkan risiko dan mencapai proyek

kesehatan, lingkungan dan tujuan keselamatan, memberikan PT WIS

Consortium Riau sarana komunikasi yang efektif dalam dirinya sendiri,

subkontraktor dan client untuk eksekusi yang aman dari perkerjaan proyek

NDD 13.

3. Yang menjadi lagging indicator atau indikator akhir dalam pelaksanaan

Health Environment Safety (HES) di PT. WIS Consortium Riau adalah :

Fatality Days Away From Work Case, Lost Time Injury, Restricted Work Day

Case, Medical Treatment Case, Total Recordable Incidents, Recordable

MVC, Non Recordable MVC, Equipment&Tool Accident, Property Damage,

Theft case, First Aid Case, Near Miss Case an Hazard Observation, BBS

Observation,

121

Universitas Sumatera Utara


122

Stop Work Authority, Fire Case, Number of Environmental Spill Case dan

Volume of Environmental Spill.

4. Berdasarkan hasil observasi Days Away From Work Casep ada tahun 2014

berjumlah 4 kasus dan ditahun 2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014 terdapat 5

kasus Total Recordable Incidents kemudian turun menjadi 2 ditahun 2015.

Begitu juga dengan Recordable MVC, pada tahun 2014 terdapat 5 kasus dan

di tahun 2015 turun menjadi 2,

5. Berrdasarkan hasil observasi Equipment &T ool Accident di tahun 2014

terdapat 3 kasus dan ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 1, Theft

case pada tahun 2014 totalnya 4 kasus dan mengalami penurunan di tahun

2015 menjadi 2, First Aid Case pada tahun 2014 terdapat 12 kasus dan turun

ditahun 2015 menjadi 5 kasus, Near Miss Case pada tahun 2014 terdapat 25

kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 5 kasus.

6. Berdasarkan hasil observasi Hazard Observation yang pada tahun 2014

terdapat 10 kasus kemudian ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 5

kasus, BBS Observation pada tahun 2014 berjumlah 10 kasus dan pada tahun

2015 turun menjadi 2kasus, Stop Work Authority pada tahun 2014 berjumlah

5 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 0 kasus.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan mengenai pelaksanaan program Health,

Environment and Safety Leadding Indicator untuk mencapai Lagging Indicator di

PT WIS Consortium Riau adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


123

1. Perlu adanya peninjauan kembali fasilitas dan sarana K3, terutama

fasilitas kesehatan, sehingga ketika terjadi sebuah kecelakaan dapat

dilakukan pertolongan dengan cepat. Atau jika kondisi tidak

memungkinkan, perlu adanya ruang khusustenaga medis di lingkungan

kerja.

2. Perlu adanya program pengawasan yang lebih intensif terutama untuk

mengatasi permasalahan karyawan yang sering melanggar rambu-rambu

diperusahaan agar karyawan lebih disiplin.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya Kerja

Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang

berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja

(OHSAS 18001, 2007).

Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk

muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari

rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat

dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan

menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur (Tranter, 1999).

Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya

diklasifikasikan menjadi 2 (Ratnasari, 2009) yaitu:

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang

dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property

perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:

a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti

tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.

b. Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus listrik

c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat

flammable (mudah terbakar).

d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosiv

Universitas Sumatera Utara


7

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan

gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis

bahaya kesehatan antara lain:

a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non pengion,

suhu ekstrem dan pencahayaan.

b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan

seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.

c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual

handling dan postur janggal.

d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang

berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan fungi (jamur)

yang bersifat patogen.

e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan

kondisi kerja yang tidak nyaman

2.2 Proses Manajemen Bahaya Kerja

Manajemen ancaman bahaya kerja adalah suatu proses interaksi yang

digunakan oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,

dan menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi risiko akibat bahaya

tersebut. Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan suatu alat yang bila digunakan

dengan benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari

ancaman bahaya di tempat kerja (Haryanto, 2010). Tahapan manajemen bahaya

kerja, antara lain :

Universitas Sumatera Utara


8

1. Identifikasi bahaya kerja

2. Evaluasi bahaya kerja

3. Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja

4. Pengendalian dan pemantauan bahaya kerja (strategi manajemen bahaya

kerja)

2.3 Risiko

Kata risiko dipercaya berasal dari bahasa arab yaitu “rizk” yang berarti

“Hadiah yang tidak terduga dari surga”. Sedangkan kamus webster memberikan

pengertian negatif yaitu “Kemungkinan kehilangan, luka, kerugian atau

kerusakan”. Dalam IEC/TC56 (AS/NZS 3931) Analisis Risiko Sistem Teknologi,

mengartikan risiko sebagai “kombinasi dari frekuensi, atau probabilitas

munculnya, dan konsekuensi dari suatu kejadian berbahaya yang spesifik” (Cross,

1998).

Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang

munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek.

Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan munculnya sebuah

peristiwa) dan consequence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut).

Risiko dapat dinilai secara kualitatif, semi-kualitatif atau kuantitatif.

Dalam buku Risk Assesment and Management Handbook:For

Environmental, Health, and Safety Profesional, risiko dibagi menjadi 5 (lima)

macam (kolluru, 1995) antara lain:

1. Risiko Keselamatan (Safety Risk)

Universitas Sumatera Utara


9

Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain probabilitas rendah

(low probability), tingkat pemaparan yang tinggi (high-level exposure), tingkat

konsekuensi kecelakaan yang tinggi (high consequence accident), bersifat akut,

dan menimbulkan efek secara langsung. Tindakan pengendalian yang harus

dilakukan dalam respon tanggap darurat adalah dengan mengetahui penyebabnya

secara jelas dan lebih fokus pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya

kerugian terutama pada area tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan ( Health Risk)

Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain memiliki probabilitas

tinggi (high probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level exposure),

konsekuensi yang rendah (low consequence), memiliki masa laten yang panjang

(long latency), efek tidak langsung terlihat dan bersifat kronik (delayed effect).

Hubungan sebab akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko ini fokus pada

kesehatan manusia terutama yang berada di luar tempat kerja atau fasilitas.

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Environmental and Ecological Risk)

Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang beragam

antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat mikro maupun makro, ada

ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada habitat

dan dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.

4. Risiko Kesejahteraan Masyarakat (Public Welfare/Goodwill Risk)

Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan presepsi kelompok atau umum

tentang performance sebuah organisasi atau produk, nilai property, estetika, dan

Universitas Sumatera Utara


10

penggunaan sumber daya yang terbatas. Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat

dalam masyarakat dan presepsinya.

5. Risiko Keuangan (Financial Risk)

Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka panjang dan

jangka pendek dari kerugian property, yang terkait dengan perhitungan asuransi,

pengembalian investasi. Risiko ini pada umumnya menjadi pertimbangan utama,

khususnya bagi stakeholder seperti para pemilik perusahaan/pemegang saham

dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi, dimana setiap

pertimbangan akan selalu berkaitan dengan finansial dan mengacu pada tingkat

efektivitas dan efisiensi.

2.4 Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan bagian dari sebuah sistem manajemen,

merupakan tahap awal dari proses peningkatan secara berkelanjutan yang

diterapkan pada sebuah perusahaan atau organisasi. Manajemen risiko dapat

didefinisikan sebagai proses untuk menghilangkan atau meminimalkan efek

merugikan terhadap risiko yang dimiliki oleh sebuah sistem kerja (Djunaedi,

2005).

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan

sistematis, banyak terdapat teknik yang digunakan dalam melakukan manajemen

risiko tergantung terhadap tipe risiko, namun sebagian besar memiliki rangkaian

kegiatan yang sama yaitu identifikasi bahaya, evaluasi nilai risiko dan

pengendalian. Proses ini dapat diterapkan pada semua tingkatan kegiatan, jabatan,

proyek, produk maupun aset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat

Universitas Sumatera Utara


11

optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen

risiko dapat dilakukan pada tahap pelaksanaan maupun operasional kegiatan.

(Djunaedi, 2005).

Berdasarkan AS/NZS 4360:2004 terdapat beberapa keuntungan yang akan

diperoleh oleh perusahaan jika menerapkan manajemen risiko, antara lain:

1. Fewer Surprise. Pengendalian kejadian yang tidak diinginkan adalah dengan

cara identifikasi dan melakukan usaha untuk menurunkan probabilitas dan

mengurangi efek buruk. Meskipun kejadian tidak dapat dihindari, namun

perusahaan telah mampu menghadapi dengan perencanaan dan persiapan.

2. Exploitation of Opportunity. Sikap pencarian kemungkinan akan meningkat

jika seseorang memiliki kepercayaan diri akan pengetahuan mereka tentang

risiko dan memiliki kemampuan untuk mengendalikannya.

3. Improved planning, performance and effectiveness. Akses terhadap informasi

strategis tentang organisasi, proses serta lingkungan membuka kesempatan

untuk muncul ide baru dan perencanaan yang lebih efektif. Hal ini dapat

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperbesar opportunity,

mengurangi hasil negatif dan mencapai performa yang lebih baik.

4. Economy and Efficiency. Keuntungan dalam hal ekonomi dan efisiensi akan

tercapai dengan lebih fokus pada sumber daya, perlindungan aset, dan

menghindari biaya kesehatan.

5. Improved Stakeholder Realtionship. Manajemen risiko mendorong

komunikasi antara organisasi dengan stakeholder mengenai alasan

pengambilan suatu keputusan sehingga tercipta komunikasi dua arah.

Universitas Sumatera Utara


12

6. Improved information for decision making. Manajemen risiko menyediakan

informasi dan analisis akurat sebagai penunjang pengambilan keputusan

dalam hal investasi dan merger.

7. Enhanced reputation. Investor, pemberi dana, suppliers, dan pelanggan akan

lebih tertarik terhadap perusahaan yang telah dikenal melakukan manajemen

risiko dengan baik.

8. Director protection. Dengan manajemen risiko yang baik maka pekerja akan

lebih hati-hati dan waspada terhadap risiko, maka akan menghindarkan dari

masalah.

9. Accountability, assurance and governance. Keuntungan dan kelangsungan

akan diperoleh dengan melaksanakan dan mendokumentasikan pendekatan

yang dilaksanakan perusahaan.

10. Personal wellbeing. Manajemen risiko terhadap risiko pribadi secara umum

akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pribadi.

Komponen utama yang terdapat dalam manajemen risiko yang dikeluarkan

oleh AS/NZS 4360:2004 antara lain:

1. Komunikasi dan konsultasi

Melakukan komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan

internal maupun eksternal terkait dengan proses manajemen risiko secara

keseluruhan. Selain itu komunikasi dan konsultasi juga dilakukan sebagai

tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang telah dilakukan untuk langkah

pengembangan.

Universitas Sumatera Utara


13

2. Penetapan Tujuan

Merupakan langkah awal dari aktivitas manajemen risiko, tujuannya

untuk menentukan parameter proses termasuk kriteria risiko yang akan

dilakukan penilaian. Hal-hal yang dilakukan meliputi menetapkan strategi,

kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan

dilaksanakan.

3. Identifikasi Risiko

Mengidentifikasi dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisa lebih lanjut.

4. Analisis Risiko

Mengidentifikasi dan mengevaluasi pengendalian yang sudah ada.

Menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi,

kemudian menentukan tingkat risiko yang ada.

5. Evaluasi Risiko

Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Hal

ini memungkinkan untuk melakukan penentuan prioritas dalam pengambilan

keputusan pengendalian.

6. Pengendalian Risiko

Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada

dengan berbagai alternatif metode pengendalian.

7. Monitor dan Review

Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang

dilakukan serta mengidentifikasi perubahan yang perlu dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


14

2.5 Hierarki Pengendalian

Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan

yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang

positif (AS/NZS 4360:2004). Hierarki pengendalian merupakan daftar pilihan

pengendalian yang telah diurutkan sesuai dengan mekanisme pengurangan

paparan, dengan urutan sebagai berikut: (Tranter, 1999).

1. Eliminasi

Eliminasi merupakan langkah awal dan merupakan solusi terbaik dalam

mengendalikan paparan, namun juga merupakan langkah yang paling sulit untuk

dilaksanakan. Kecil kemungkinan bagi sebuah perusahaan untuk mengeliminasi

substansi atau proses tanpa mengganggu kelangsungan produksi secara

keseluruhan. Sebagai contoh penghilangan timbal secara perlahan pada produksi

bahan bakar.

2. Substitusi

Pada saat suatu sumber bahaya tidak dapat dihilangkan secara

keseluruhan, maka pilihan kedua sebagai pencegahan adalah dengan

mempertimbangkan alternatif proses atau material. Proses substitusi umumnya

membutuhkan banyak trial-and error untuk mengetahui apakah teknik atau

substansi alternatif dapat berfungsi sama efektif dengan yang sebelumnya. Penting

untuk memastikan bahwa agen pengganti sudah diketahui dan memiliki bahaya

atau tingkat toksisitas yang lebih rendah. Sebagai contoh penggunaan minyak

daripada merkuri dalam barometer, penyapuan dengan sistem basah pada debu

timbal dibandingkan dengan penyapuan kering.

Universitas Sumatera Utara


15

3. Pengendalian Engineering

Tipe pengendalian ini merupakan yang paling umum digunakan. Karena

memiliki kemampuan untuk merubah jalur transmisi bahaya atau mengisolasi

pekerja dari bahaya. Tiga macam alternatif pengendalian engineering antara lain

dengan isolasi, guarding dan ventilasi.

a. Isolasi, prinsip dari sistem ini adalah menghalangi pergerakan bahaya

dengan memberikan pembatas atau pemisah terhadap bahaya maupun

pekerja.

b. Guarding, prinsip dari sistem ini adalah mengurangi jarak atau kesempatan

kontak antara sumber bahaya dengan pekerja.

c. Ventilasi, cara ini paling efektif untuk mengurangi kontaminasi udara,

berfungsi untuk kenyamanan, kestabilan suhu dan mengontrol

kontaminan.

4. Pengendalian Administratif

Umumnya pengendalian ini merupakan salah satu pilihan terakhir, karena

pengendalian ini mengandalkan sikap dan kesadaran dari pekerja. Pengendalian

ini baik untuk jenis risiko yang rendah, sedangkan untuk tipe risiko yang

signifikan harus disertai dengan pengawasan dan peringatan. Dengan kata lain

sebelumnya sudah harus dilakukan pengendalian untuk mengurangi risiko bahaya

serendah mungkin. Untuk situasi lingkungan kerja dengan tingkat paparan

rendah/jarang, maka beberapa pengendalian yang berfokus terhadap pekerja lebih

tepat diberikan, antara lain:

Universitas Sumatera Utara


16

a. Rotasi dan penempatan pekerja, metode ini bertujuan untuk mengurangi

tingkat paparan yang diterima pekerja dengan membagi waktu kerja

dengan pekerja yang lain. Penempatan pekerja terkait dengan masalah

fitness-for-work dan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan.

b. Pendidikan dan pelatihan, sebagai pendukung pekerja dalam melalukan

pekerjaan secara aman. Dengan pengetahuan dan pengertian terhadap

bahaya pekerjaan, maka akan membantu pekerja untuk mengambil

keputusan dalam menghadapi bahaya.

c. Penataan dan kebersihan, tidak hanya meminimalkan insiden terkait,

dengan keselamatan, melainkan juga mengurangi debu dan kontaminan

lain yang bisa menjadi jalur pemajan. Kebersihan pribadi juga penting

karena dapat mengarah kepada kontaminasi melalui ingesti, maupun

kontaminasi silang antara tempat kerja dan tempat tinggal.

d. Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk meminimalkan

penurunan performance dan memperbaiki kerusakan secara lebih dini.

e. Jadwal kerja, metode ini menggunakan prinsip waktu kerja, pekerjaan

dengan risiko tinggi dapat dilakukan saat jumlah pekerja yang terpapar

lebih sedikit.

f. Monitoring dan surveilan kesehatan, metode yang digunakan untuk

menilai risiko dan memonitor efektivitas pengendalian yang sudah

dijalankan.

Universitas Sumatera Utara


17

5. PPE (Personal Protective Equipment)

Merupakan cara terakhir yang dipilih dalam menghadapi bahaya.

Umumnya menggunakan alat, seperti: respirator, sarung tangan, overall dan

apron, boots, kacamata, helm, alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff), dll.

2.6 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Argama (2006), program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai

upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat

hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja,

dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Program Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu sistem yang

dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat

kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja

dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja,

yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Dewi,

2006).

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan

kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:

1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan

dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan.

Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan

keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Universitas Sumatera Utara


18

2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan

yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman

terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan

peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda,

dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas

kecelakaan dan penyakit fatal.

3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan

dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi

kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti

rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

Menurut Sjafri Mangkuprawira dan Aida V. Hubeis (2007), secara

umum program keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikelompokkan:

1. Telaahan Personal

Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karateristik karyawan

tertentu yang diperkirakan rawan dan berpotensi mengalami kecelakaan

dan penyakit kerja:

a) Faktor usia, apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung

lebih aman dibanding yang lebih muda ataukah sebaliknya.

b) Ciri-ciri fisik karyawan, seperti potensi pendengaran dan

penglihatan yang cenderung berhubungan dengan derajad

kecelakaan karyawan yang kritis.

Universitas Sumatera Utara


19

c) Tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya

pencegahan dan penyelamatan dari kecelakaan dan penyakit kerja.

Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat

memprediksi siapa saja karyawan yang potensial untuk mengalami kecelakaan

dan penyakit kerja, lalu sejak dini perusahaan dapat menyiapkan upaya-upaya

pencegahannya.

2. Sistem Insentif

Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan

karir. Dalam bentuk uang dapat dilakukan melalui kompetisi antar-unit

tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam kurun waktu tertentu,

misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan

kecelakaan dan penyakit kerja sampai titik terendah akan diberikan

penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang karir bagi para karyawan

yang mampu menekan kecelakaan dan penyakit kerja bagi dirinya atau

bagi kelompok karyawan di unitnya.

3. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi karyawan biasa

dilakukan oleh perusahaan. Fokus pelatihan pada umumnya pada segi-segi

bahaya atau resiko dari pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan dan

kesehatan kerja, dan prilaku kerja yang aman dan berbahaya.

4. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan

aturan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


20

karyawan di tempat kerja. Isinya harus spesifik yang memberi petunjuk

bagaimana suatu perkerjaan dilakukan dengan hati-hati untuk mencapai

keselamatan dan kesehatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan

beberapa kelalaian kerja yang dapat menimbulkan bahaya individu dan

kelompok karyawan serta tempat kerja.

Ernawati (2009) menyebutkan bahwa penerapan program K3 harus sesuai

dengan prosedur yang benar. Sebagai contoh kegiatan penerapan pemadaman

kebakaran dan prosedur kerja dilakukan berdasarkan SOP (Standard Operation

Procedures), peraturan K3L (Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan), dan

prosedur/kebijakan perusahaan, yang meliputi:

a. Prosedur perlindungan mesin diikuti pada saat tanda bahaya muncul.

b. Prosedur peringatan/ evakuasi diikuti di tempat kerja.

c. Prosedur gawat darurat diikuti secara professional dengan tepat untuk

melindungi mesin pada saat keadaan tanda bahaya muncul.

Sabir (2009) menyatakan, prosedur penerapan program K3 perlu dikuasai

oleh semua pihak karena ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Bahaya pada area kerja dikenali dan dilakukan tindakan pengontrolan

yang tepat.

2. Kebijakan yang sah pada tempat kerja dan prosedur pengontrolan risiko

diikuti.

3. Tanda bahaya dan peringatan dipatuhi

4. Pakaian pengamanan digunakan sesuai dengan SI (Standard

International).

Universitas Sumatera Utara


21

5. Teknik dan pengangkatan/ pemindahan secara manual dilakukan dengan

tepat.

6. Perlengkapan dipilih sebelum melakukan pembersihan dan perawatan

secara rutin.

7. Metode yang aman dan benar digunakan untuk pembersihan dan

pemeliharaan perlengkapan.

8. Peralatan dan area kerja dibersihkan/ dipelihara sesuai dengan keamanan,

jadwal pemeliharaan berkala, tempat penerapan dan spesifikasi pabrik.

Menurut Argama (2006) terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan

dalam penyelenggaraan program K3 yaitu:

1. Seberapa serius keselamatan dan kesehatan kerja hendak

diimplementasikan dalam perusahaan.

2. Pembentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila tidak

melaksanakan K3 serta keterlibatan berupa dukungan serikat pekerja

dalam pelaksanaan program K3 di tempat kerja.

3. Kualitas program pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai

sarana sosialisasi.

2.7 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan

iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik

kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus

dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Hadiguna, 2009).

Sedangkan menurut Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan

Universitas Sumatera Utara


22

dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Menurut Ernawati (2009), tujuan program Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) adalah:

1. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang

mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja.

2. Memelihara kesehatan para pekerja untuk memperoleh hasil perkerjaan yang

optimal.

3. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.

4. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang

diakibatkan oleh sesama pekerja.

5. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.

6. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

7. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

2.8 Manfaat Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat

melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka

perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang

hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

Universitas Sumatera Utara


23

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah

karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi

dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra

perusahaan.

7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Modjo (2007), manfaat penerapan program keselamatan dan

kesehatan kerja di perusahaan antara lain:

1. Pengurangan Absentisme. Perusahaan yang melaksanakan program

keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka

risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan

yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga

semakin berkurang.

2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan. Karyawan yang bekerja pada

perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan

kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami cedera atau sakit akibat

kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim

pengobatan/ kesehatan dari mereka.

3. Pengurangan Turnover Pekerja. Perusahaan yang menerapkan program K3

mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan

memperhatikan kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja

menjado merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara


24

4. Peningkatan Produktivitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistyarini

(2006) di CV. Sahabat Klaten menunjukkan bahwa baik secara individual

maupun bersama-sama program keselamatan dan kesehatan kerja

berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja.

Malthis dan Jackson (2002) menyebutkan, manfaat program keselamatan

dan kesehatan kerja yang terkelola dengan baik adalah:

1. Penurunan biaya premi asuransi

2. Menghemat biaya litigasi

3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja

mereka yang hilang

4. Biaya yang lebih rendah untuk melatih pekerja baru

5. Menurunnya lembur

6. Meningkatnya produktivitas

2.9 Program HES (Health, Environment and Safety)

HES (Health, Environment, Safety) atau di beberapa perusahaan juga

disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung

Lingkungan) dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu adalah

suatu departemen atau bagian dari struktur organisasi perusahaan yang

mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

penerapan dan pengawasan serta pelaporannya. Sementara, di perusahaan yang

mengeksploitasi sumber daya alam ditambah dengan peran terhadap lingkungan.

HES bukan sekedar mengetengahkan issue seputar hak dan kewajiban, tetapi juga

Universitas Sumatera Utara


25

berdasarkan output, yaitu korelasinya terhadap produktivitas karyawan serta

antisipasi kecelakaan kerja apabila terjadi kasus karena kesalahan prosedur

ataupun kesalahan pekerja itu sendiri (WIS Consortium, 2013).

Program HES Leading Indicator yang dilaksanakan oleh PT WIS

Consortium Duri terdiri dari beberapa program (WIS Consortium, 2013) yaitu:

2.9.1 Risk Management

Risk Management disebut juga dengan manajemen risiko yang dibuat

menjadi beberapa program yaitu:

a. Hazard Identifikasi dan Evaluasi

Dalam rangka untuk melakukan evaluasi menyeluruh, identifikasi bahaya

harus dilakukan. Setelah bahaya di tempat kerja diidentifikasi, bahaya itu dapat

dengan mudah diatasi atau jika sulit diidentifikasi maka diperlukan evaluasi lebih

lanjut oleh tim manajemen HES dan pengawas konstruksi. Jika ada keraguan

bahwa kondisi tempat kerja adalah bahaya, itu harus dibahas di tempat kerja yang

bersangkutan dengan manajer HES.

b. Analisis Keselamatan Kerja (JSA)

JSA harus dilakukan untuk semua aktivitas kerja dan harus dilakukan

setiap hari karena bahaya baru akan mudah timbul tergantung pada sifat pekerjaan

dan lokasi kerja. Job Safety Analysis (JSA) adalah pendekatan terstruktur untuk

mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja dan menyusun langkah-langkah

korektif.

Universitas Sumatera Utara


26

c. Sistem Izin Kerja

Sistem Izin Kerja perusahaan adalah bersifat wajib pada semua kegiatan

proyek, untuk memastikan bahwa semua proyek melewati perencanaan dan

persiapan yang matang dan sistematis sebelum memberikan persetujuan untuk

melanjutkan.

2.9.2 HES Communication

a. Koordinasi

Sebuah sistem yang luas dan terpadu dari forum komunikasi harus

digunakan untuk memastikan bahwa semua saran dan kekhawatiran yang

berkaitan dengan keselamatan menerima kesempatan untuk implementasi atau

ganti rugi.

2.9.3 HES Inspection and Audit

a. Inspeksi K3

Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada

ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan ditempat

kerja dalam penerapan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

b. Audit K3

Audit K3 adalah sistem pengujian terhadap kegiatan operasi yang dilakukan

secara kritis dan sistimatis untuk menentukan kelemahan unsur sistem (manusia,

sarana, lingkungan kerja dan perangkat) agar dapat dilakukan perbaikan atau

pencegahan terhadap kecelakaan atau kerugian.

Universitas Sumatera Utara


27

2.9.4 Training

Training adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan

prosedur sistematis dan terorganisasi, pegawai non-manajerialnya mempelajari

pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan terbatas.

2.9.5 Emergency Response Plan

ERP (Emergency Response Plan / Tanggap Darurat Bencana) adalah

sistem yang menggabungkan beberapa depertemen mencakup HRD, keamanan

(security), kesehatan, termasuk K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) itu sendiri

untuk menanggulangi kejadian bencana yang terjadi.

2.9.6 HES Monitoring

Untuk memastikan rencana ini dilaksanakan dengan benar, proyek kinerja

HES harus dikaji dan dievaluasi. Hasil evaluasi akan menjadi dasar benar atau

tidak tindakan improvement atau korektif diperlukan. Kinerja HES akan diukur

melalui HES catatan kecelakaan, hasil investigasi kecelakaan, hasil audit dan

masukan lainnya dari klien atau karyawan. Evaluasi diatur untuk dilakukan secara

bulanan namun pada situasi tertentu, evaluasi dapat dilakukan setiap saat setiap

kali dianggap perlu.

2.9.7 HES Awareness and Campaign

Kampanye yang dilakukan pada lingkungan kerja dapat berupa papan

buletin, spanduk, poster, dan papan akan diberikan sebagai diperlukan untuk

menjamin pekerja dan mengingatkan untuk bekerja dengan cara yang aman setiap

saat. Semua media bahan-bahan akan diperbaharui dan diganti dalam jangka

waktu tertentu sehingga mereka tetap dapat dibaca. Newsletter tentang kinerja

Universitas Sumatera Utara


28

proyek akan diterbitkan dan diposting secara bulanan agar semua karyawan

mendapatkan informasi .

2.9.8 HES Evaluation

HES evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang

sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih

di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila

dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

2.10 Kerangka Konsep

PelaksanaanLeading
Program Leading
IndikatorterhadapLag PencapaianLa
Indicator
ging Indicator di PT. gging
WIS CONSORTIUM Indicator
Riau

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabad ke-21 sekarang ini, tingkat persaingan semakin ketat.

Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan

konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi tidak terlepas dari masalah

pengelolaan K3, yaitu tidak ada komitmen manajemen dan tenaga kerja terhadap

pelaksanaan K3, latar belakang pendidikan tenaga kerja relatif masih rendah,

penegakan hukum yang masih lemah, serta jenis standar K3 yang berbeda.

Kecelakaan yang terjadi pada pekerja menjadi salah satu hal penting yang selalu

diupayakan pencegahannya pada setiap perusahaan. Kecelakaan kerja merupakan

kasus yang paling banyak dibandingkan dengan jenis kecelakaan lainnya, efeknya

langsung dirasakan, nyata dapat dilihat, serta kejadiannya dicatat dan dilaporkan.

Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam

mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis

kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang

dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU RI No. 14 tahun 1969 tentang pokok-

pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU

RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara


2

Perusahaan mulai sadar bahwa keselamatan setiap perkerja menjadi

bagian terpenting dalam mengupayakan kemajuan bagi perusahaan itu sendiri.

Banyak upaya dan strategi yang diberlakukan oleh perusahaan agar semakin maju

dan berkembang. Selain menciptakan strategi baru, perusahaan juga mengkaji

ulang tujuan strategi dalam persaingan dan mengevaluasi kemampuan internal

perusahaan.

Perusahaan meyakini bahwa pekerja merupakan aset yang harus dipelihara

dan dijaga keselamatannya. Dalam pasal 86 UU RI No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak

untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan

kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai

agama.

Berbagai macam upaya dan strategi dibuat oleh perusahaan termasuk

membuat program-program berkualitas yang dapat mengantisipasi terjadinya

kecelakaan kerja. Program-program tersebut kemudian diberlakukan dan

diterapkan kepada seluruh pekerja. Program yang dibuat ada yang berhasil namun

ada juga yang gagal. Program yang berhasil akan mencapai hasil dimana tidak

terjadinya kecelakaan kerja pada perusahaan tersebut atau disebut juga dengan

zero accident. Penghargaan zero accident sangat berarti bagi perusahaan-

perusahaan di Indonesia. Perusahaan yang berhasil mempertahankan hasil zero

accident dinilai mempunyai manajemen keselamatan kerja yang baik. Salah satu

perusahaan yang mendapatkan predikat perusahaan dengan zero accident

Universitas Sumatera Utara


3

diantaranya adalah PT WIS Consortium Duri, Riau (PT WIS Consortium Duri,

2013).

PT WIS Consortium Duri merupakan konsorsium PT Wijaya Karya

(Persero) Tbk, PT Inhwa Indonesia, PT Singgar Mulia yang telah ditunjuk sebagai

kontraktor Engineering, Procurment and Construction (EPC) dalam proyek North

Duri Development (NDD) area 13 di Duri, Riau oleh PT Chevron Pacific

Indonesia. Dimana pada wilayah Duri utara area-13 terdapat proyek

pengembangan lapangan minyak yang menggunakan injeksi uap yang akan

menambah 17.000 barel minyak per hari dari hasil produksi lapangan Duri.

Lapangan Duri merupakan salah satu lapangan minyak dengan injeksi uap

terbesar di dunia yang telah mampu memproduksi hingga 2 milyar barel minyak

sejak pertama kali teknologi tersebut diterapkan. Proyek NDD Area 13 memiliki

539 sumur baru yang terdiri atas 358 sumur produksi, 145 sumur injeksi uap dan

36 sumur observasi temperatur. Sumur-sumur tersebut awalnya dibuat dengan

cara pengeboran. Selain itu, pekerja juga ikut dalam perakitan alat injeksi uap

yang berfungsi sebagai menginjeksikan uap ke dalam reservoir minyak untuk

mengurangi viskositas yang tinggi supaya pendesakan minyak lebih efektif

sehingga akan meningkatkan perolehan minyak. Dalam pengembangan lapangan

minyak ini, banyak risiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi kepada para

pekerja karena berhubungan dengan alat-alat berat, bahan kimia, serta penggunaan

mesin yang berpotensi sangat besar menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja. Berdasarkan pengalaman kerja didaerah NDD 12, tercatat sebanyak

400 orang pekerja kontraktor yang berkerja didaerah NDD 12, sebanyak 270

Universitas Sumatera Utara


4

orang pernah mendapat kecelakaan kerja. Kecelakaan yang terjadi diantaranya,

kecelakaan saat berkendara dan tertimpa alat berat. (PT WIS Consortium

Riau,2013).

Oleh sebab itu PT WIS Consortium Duri melakukan berbagai upaya

terbaik untuk mengurangi angka kecelakaan kerja dan menjaga para pekerjanya

agar tetap bisa selamat dalam bekerja. Hal tersebutlah yang mendorong PT WIS

Consortium Duri memberlakukan suatu program pada perusahaannya, dimana

program tersebut menjadi indikator awal yang dibuat untuk mendukung agar

tercapainya indikator hasil yang diinginkan. Program-program Indikator awal

tersebut disebut juga dengan Leading Indicator. Leading Indicator yang

diberlakukan oleh PT WIS Consortium untuk duri area-13 terdiri dari beberapa

program yang rutin dilakukan yaitu, Risk Management, HES Consultation and

Communication, HES Inspection, Training and Development, Emergency

Response Plan, HES Monitoring and Operational Control, HES Awareness and

Campaign, HES Evaluation.

Dari hasil survei awal yang dilakukan peneliti, program yang diberlakukan

oleh PT WIS Consortium Duri sangat membantu menurunkan angka kecelakaan

kerja. Banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang masih memiliki angka

kecelakaan kerja yang tinggi dan belum mengetahui apa itu program Leading

Indicator, bagaimana pelaksanaannya dan manfaat dari program tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian lebih

lanjut tentang pelaksanaan program Health Environment Safety (HES) Leading

Indicator untuk mencapai Lagging Indicator di PT WIS Consortium Duri, Riau.

Universitas Sumatera Utara


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program Health

Environment Safety (HES) leading indicator untuk mencapai lagging indicator di

PT WIS Consortium Riau.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan program Leading Indicator di PT WIS

Consortium Duri, Riau.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan program HES yang dilaksanakan

oleh PT WIS Consortium Riau.

2. Untuk mengetahui pencapaian Lagging Indicator dari pelaksanaan

program Leading Indicator oleh PT WIS Consortium Duri.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

menerapkan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

2. Untuk membantu mahasiswa lain mendapatkan pengetahuan mengenai

program HES Leading Indicator.

3. Sebagai masukan kepada perusahaan lain untuk menggunakan program

Leading Indicator pada perusahaannya.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi tidak terlepas dari masalah
pengelolaan K3. Berbagai macam upaya dan strategi dibuat oleh perusahaan
termasuk membuat program-program berkualitas yang dapat mengantisipasi
terjadinya kecelakaan kerja. Program-program tersebut kemudian diterapkan
kepada seluruh pekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Leading
Indicator di PT WIS Consortium Duri, Riau Tahun 2015. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan
retrospektif dengan cara observasi dan wawancara. Sampel yang diambil
sebanyak 11 dari 11 populasi dengan teknik total sampling.
Hasil penelitian Menejemen Risiko, HES Konsultasi dan Komunikasi ,
HES Inspeksi , Pelatihan dan Pengembangan, Rencana Tanggap Darurat, HES
Monitor dan Kontrol Operasional, HES Kampanye dan HES Evaluasi sangat
berpengaruh terhadap Lagging Indicator yaitu hari yang terdapat kasus kerja pada
tahun 2014 berjumlah 4 kasus dan ditahun 2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014
terdapat 5 kasus total insiden yang tercatat kemudian turun menjadi 2 ditahun
2015. Begitu juga dengan Kasus kendaraan bermotor yang tercatat, pada tahun
2014 terdapat 5 kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 2, kecelakaan
perlengkapan dan alatdi tahun 2014 terdapat 3 kasus dan ditahun 2015 mengalami
penurunan menjadi 1, Kasus Pencurian pada tahun 2014 totalnya 4 kasus dan
mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 2, kasus pertolongan pertama pada
tahun 2014 terdapat 12 kasus dan turun ditahun 2015 menjadi 5 kasus, kasus
nyaris kecelakaanpada tahun 2014 terdapat 25 kasus dan di tahun 2015 turun
menjadi 5 kasus, Observasi bahayayang pada tahun 2014 terdapat 10 kasus
kemudian ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 4 kasus, Observasi
berprilaku selamat pada tahun 2014 berjumlah 10 kasus dan pada tahun 2015
turun menjadi 2 kasus, Otoritas kerja menjadi berhentipada tahun 2014 berjumlah
5 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 0 kasus.
Disarankan perlu adanya program pengawasan yang lebih intensif
terutama untuk mengatasi permasalahan karyawan yang sering melanggar rambu-
rambu di perusahaan agar karyawan lebih disiplin. Saran untuk karyawan,
gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan aturan yang telah diberlakukan
di perusahaan. Hal ini diberlakukan bagi semua karyawan tanpa melihat
jabatan/kedudukan di perusahaan.

Kata kunci : Health Environment Safety (HES), Leading Indicator, Lagging


Indicator

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
The high number of accidents that occur can not be separated from
management problems K3. Various efforts and strategies are made by companies
including making quality programs that can anticipate accidents. Such programs
are then applied to all workers.
This study aims to investigate the implementation of the program Leading
Indicator in PT WIS Consortium Duri, Riau 2015. This research uses descriptive
qualitative method with retrospective design by observation and interviews.
Samples taken as many as 11 of the 11 populations with total sampling technique.
Research results of Risk Management, HES Consultation and
Communication, HES Inspection, Training and Development, Emergency
Response Plan, HES Monitoring and Operational Control, HES Awareness and
Campaign, HES Evaluation devastating the Lagging Indicator Days Away From
Work Case in 2014 amounted to 4 case and by 2015 dropped to 1. In 2014 there
were 5 case of Total Recordable Incidents and then dropped to 2 in the year 2015.
Likewise with Recordable MVC, in 2014 there were 5 cases and in 2015 fell to 2,
Equipment & Tool Accident in 2014 there were 3 case and 2015 decreased to 1,
Theft case in 2014 in total 4 cases and decreased in 2015 to 2, First Aid case in
2014 there were 12 cases and dropped in the year 2015 to 5 cases, Near Miss
case in 2014 there were 25 cases and in 2015 fell to 5 cases, Hazard Observation
that in 2014 there were 10 cases later in the year 2015 decreased to 4 cases, BBS
Observation in 2014 amounted to 10 cases and in 2015 fell to 2 cases, the Stop
Work Authority in 2014 amounted to 5 cases and in 2015 fell to 0 cases.
It is suggested the need for more intensive supervision program mainly to
solve the problems of employees who frequently violate the signals in the company
so that employees are more disciplined and for employees, use thePersonal
Protective Equipment (PPE) in accordance with the rules that have been imposed
on the company. It is applied to all employees regardless of job title / position in
the company.

Keywords : Health Environment Safety (HES), Leading Indicator, Lagging


Indicator

iii

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN PROGRAM HEALTH ENVIRONMENT SAFETY (HES)
LEADING INDICATOR UNTUK MENCAPAI LAGGING INDICATOR
DI PT WIS CONSORTIUM RIAU TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:
DESTYA DIAN LESTARI
NIM : 121000178

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PELAKSANAAN PROGRAM HEALTH ENVIRONMENT SAFETY (HES)
LEADING INDICATOR UNTUK MENCAPAI LAGGING INDICATOR
DI PT WIS CONSORTIUM RIAU TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
DESTYA DIAN LESTARI
NIM : 121000178

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


“PELAKSANAAN PROGRAM HEALTH ENVIRONMENT SAFETY (HES)
LEADING INDICATOR UNTUK MENCAPAI LAGGING INDICATOR DI PT
WIS CONSORTIUM RIAU TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah
benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak terhadap keaslian karya
saya ini.

Medan, Agustus 2016

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi tidak terlepas dari masalah
pengelolaan K3. Berbagai macam upaya dan strategi dibuat oleh perusahaan
termasuk membuat program-program berkualitas yang dapat mengantisipasi
terjadinya kecelakaan kerja. Program-program tersebut kemudian diterapkan
kepada seluruh pekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Leading
Indicator di PT WIS Consortium Duri, Riau Tahun 2015. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan
retrospektif dengan cara observasi dan wawancara. Sampel yang diambil
sebanyak 11 dari 11 populasi dengan teknik total sampling.
Hasil penelitian Menejemen Risiko, HES Konsultasi dan Komunikasi ,
HES Inspeksi , Pelatihan dan Pengembangan, Rencana Tanggap Darurat, HES
Monitor dan Kontrol Operasional, HES Kampanye dan HES Evaluasi sangat
berpengaruh terhadap Lagging Indicator yaitu hari yang terdapat kasus kerja pada
tahun 2014 berjumlah 4 kasus dan ditahun 2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014
terdapat 5 kasus total insiden yang tercatat kemudian turun menjadi 2 ditahun
2015. Begitu juga dengan Kasus kendaraan bermotor yang tercatat, pada tahun
2014 terdapat 5 kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 2, kecelakaan
perlengkapan dan alatdi tahun 2014 terdapat 3 kasus dan ditahun 2015 mengalami
penurunan menjadi 1, Kasus Pencurian pada tahun 2014 totalnya 4 kasus dan
mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 2, kasus pertolongan pertama pada
tahun 2014 terdapat 12 kasus dan turun ditahun 2015 menjadi 5 kasus, kasus
nyaris kecelakaanpada tahun 2014 terdapat 25 kasus dan di tahun 2015 turun
menjadi 5 kasus, Observasi bahayayang pada tahun 2014 terdapat 10 kasus
kemudian ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 4 kasus, Observasi
berprilaku selamat pada tahun 2014 berjumlah 10 kasus dan pada tahun 2015
turun menjadi 2 kasus, Otoritas kerja menjadi berhentipada tahun 2014 berjumlah
5 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 0 kasus.
Disarankan perlu adanya program pengawasan yang lebih intensif
terutama untuk mengatasi permasalahan karyawan yang sering melanggar rambu-
rambu di perusahaan agar karyawan lebih disiplin. Saran untuk karyawan,
gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan aturan yang telah diberlakukan
di perusahaan. Hal ini diberlakukan bagi semua karyawan tanpa melihat
jabatan/kedudukan di perusahaan.

Kata kunci : Health Environment Safety (HES), Leading Indicator, Lagging


Indicator

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
The high number of accidents that occur can not be separated from
management problems K3. Various efforts and strategies are made by companies
including making quality programs that can anticipate accidents. Such programs
are then applied to all workers.
This study aims to investigate the implementation of the program Leading
Indicator in PT WIS Consortium Duri, Riau 2015. This research uses descriptive
qualitative method with retrospective design by observation and interviews.
Samples taken as many as 11 of the 11 populations with total sampling technique.
Research results of Risk Management, HES Consultation and
Communication, HES Inspection, Training and Development, Emergency
Response Plan, HES Monitoring and Operational Control, HES Awareness and
Campaign, HES Evaluation devastating the Lagging Indicator Days Away From
Work Case in 2014 amounted to 4 case and by 2015 dropped to 1. In 2014 there
were 5 case of Total Recordable Incidents and then dropped to 2 in the year 2015.
Likewise with Recordable MVC, in 2014 there were 5 cases and in 2015 fell to 2,
Equipment & Tool Accident in 2014 there were 3 case and 2015 decreased to 1,
Theft case in 2014 in total 4 cases and decreased in 2015 to 2, First Aid case in
2014 there were 12 cases and dropped in the year 2015 to 5 cases, Near Miss
case in 2014 there were 25 cases and in 2015 fell to 5 cases, Hazard Observation
that in 2014 there were 10 cases later in the year 2015 decreased to 4 cases, BBS
Observation in 2014 amounted to 10 cases and in 2015 fell to 2 cases, the Stop
Work Authority in 2014 amounted to 5 cases and in 2015 fell to 0 cases.
It is suggested the need for more intensive supervision program mainly to
solve the problems of employees who frequently violate the signals in the company
so that employees are more disciplined and for employees, use thePersonal
Protective Equipment (PPE) in accordance with the rules that have been imposed
on the company. It is applied to all employees regardless of job title / position in
the company.

Keywords : Health Environment Safety (HES), Leading Indicator, Lagging


Indicator

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul“PELAKSANAAN PROGRAM HEALTH ENVIRONMENT SAFETY (HES)

LEADING INDICATOR UNTUK MENCAPAI LAGGING INDICATOR DI PT

WIS CONSORTIUM RIAU TAHUN 2015”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus

diperbaiki dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,

dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

sekaligus Dosen Pembimbing I atas pengarahan dan bimbingan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

4. Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, masukan dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

iv

Universitas Sumatera Utara


5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji skripsi yang telah

banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan

skripsi ini.

6. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes. selaku Dosen Penguji skripsi yang

telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi

ini.

7. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

9. Bapak Willem Luturmas selakuHES ManagerPT WIS Consortium Riau dan

seluruh anggota HES yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

10. Sahabat-sahabat yang sangat penulis sayangi: Debbie, Tika, Nina, Drizka, Ayu,

Suci, Bunga, Nani, Keke, Viky,Agung, Arif, Harun, Elsa, Icha, Novlin, Farah,

Rey, Azmi, Bania, Nefri yang telah mendukung dan memberikan semangat

kepada penulis dari awal kuliah sampai sekarang serta mendoakan penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Sahabat PBL Kubu Simbelang : Yuni, Bunda, Opi, Mamat, Beti, Nazrah, Diva.

12. Sahabat LKP : Ayu, Bibah, Rangga, Ridwan, Roy.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada

kedua orang tua yang sangat disayangi dan dicintai, ayahanda Dahrul dan ibunda

Husnul Hotimahatas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran dan

Universitas Sumatera Utara


motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Terima

kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar Dahlan Dahlia atas doa,

dukungan dan bimbingannya kepada penulis selama ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu

Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Aamiin.

Medan, Agustus 2016

Penulis

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Destya Dian Lestari

Tempat dan Tanggal Lahir : Duri, 20 Desember 1994

Suku Bangsa : Melayu

Agama : Islam

Nama Ayah : Dahrul

Suku Bangsa : Melayu

Nama Ibu : Husnul Hotimah

Suku Bangsa : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamatan Tahun : SDIT Mutiara/2006

2. SMP/Tamatan Tahun : SMP Swasta Cendana Duri/2009

3. SMA/Tamatan Tahun : SMA Swasta Cendana Duri/2012

4. Lama Studi di FKM USU : September 2012- Juli 2016

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
ABSTRACT .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... vii
DAFTAR ISI............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum................................................... 5
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................. 5
1.4. ManfaatPenelitian......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Bahaya Kerja ................................................................ 6
2.2. Manajemen Bahaya Kerja ............................................ 7
2.3. Risiko .......................................................................... 8
2.4. Manajemen Risiko........................................................ 10
2.5. Hierarki pengendalian .................................................. 14
2.6. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................ 17
2.7. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja .... 21
2.8. Manfaat Program.................................................... ...... 22
2.9. Program HES (Health Environment Safety)................. 24
2.9.1. Risk Management ............................................. 25
2.9.2. HES Communication ........................................ 26
2.9.3. HES Inspection ................................................. 26
2.9.4. Training ............................................................ 27
2.9.5. Emergency Response Plan................................ 27
2.9.6. HES Monitoring ............................................... 27
2.9.7. HES Awareness and Campaign........................ 27
2.9.8. HES Evaluation ................................................ 28
2.10.Kerangka konsep............................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ............................................................. 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................ 29
3.3. Populasi dan sampel ..................................................... 29

viii

Universitas Sumatera Utara


3.4. Metode Pengumpulan Data .......................................... 29
3.5. Definisi Operasional..................................................... 30
3.6. Metode Pengukuran...................................................... 30
3.7. Metode Analisis Data ................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1. Gambaran Umum PT WIS Consortium Riau............... 32
4.1.1. Profil PT WIS Consortium Riau....................... 32
4.1.2. Visi PT WIS Consortium Riau ................... ...... 32
4.1.3. Misi PT WIS Consortium Riau ....................... 32
4.1.4. Motto PT WIS Consortium Riau ...................... 33
4.1.5. Program Manajemen HES (Health,
Environment, and Safety) PT WIS Consortium
Riau................................................................... 33
4.1.6. Struktur Organisasi Perusahaan dan Pembagian
Tugas ................................................................ 33
4.2. Karateristik Informan........................................ ..... ...... 41
4.3. Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health,
Environment, Safety) Leading Indicator Risk
Management di PT WIS Consortium Riau................... 42
4.3.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Risk
Management untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 42
4.3.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Risk
Management untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 43
4.3.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan dan
Sasaran Dilaksanakannya Kegiatan dalam
Program Risk Management untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 45
4.3.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Risk
Management untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 46
4.3.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Risk
Management untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 47
4.4. Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health,
Environment, Safety) Leading Indicator Consultation
and Communication di PT WIS Consortium Riau....... 48
4.4.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Consultation

ix

Universitas Sumatera Utara


and Communication untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator..................................... 48
4.4.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Consultation and Communication untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 49
4.4.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan dan
Sasaran Dilaksanakannya Kegiatan dalam
Program Consultation and Communication
untuk Mendukung HES Leading Indicator ...... 50
4.4.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Consultation
and Communication untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator..................................... 52
4.4.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program
Consultation and Communication untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 53
4.5 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES
(Health, Environment, Safety) Leading
Indicator Inspection diPT WIS Consortium
Riau................................................................... 54
4.5.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Inspection
untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ........................................................... 54
4.5.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Inspectionuntuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 55
4.5.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan dan
Sasaran Dilaksanakannya Kegiatan dalam
Program Inspection untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator..................................... 56
4.5.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Inspection untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 58
4.5.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program
Inspection untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 59
4.6 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health,
Environment, Safety) Leading Indicator Training and
Development di PT WIS Consortium Riau .................. 60
4.6.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Training and

Universitas Sumatera Utara


Development untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 60
4.6.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Training and Development untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 61
4.6.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan dan
Sasaran Dilaksanakannya Kegiatan dalam
Program Training and Development untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 62
4.6.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Training and
Development untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 63
4.6.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program
Training and Development untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 64
4.7 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health,
Environment, Safety) Leading Indicator Emergency
Response Plan di PT WIS Consortium Riau................ 65
4.7.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Emergency
Response Plan untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 65
4.7.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Emergency Response Plan untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 66
4.7.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan dan
Sasaran Dilaksanakannya Kegiatan dalam
Program Emergency Response Plan untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 66
4.7.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Emergency
Response Plan untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 67
4.7.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program
Emergency Response Plan untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 68
4.8 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health,
Environment, Safety) Leading Indicator Monitoring
and Operational Control diPT WIS Consortium Riau 69
4.8.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Monitoring and

xi

Universitas Sumatera Utara


Operational Control untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 69
4.8.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Monitoring and Operational Control untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 70
4.8.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan &Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Monitoring and Operational Control untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 71
4.8.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Monitoring and
Operational Control untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 71
4.8.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program
Monitoring and Operational Control untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 72
4.9 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health,
Environment, Safety) Leading Indicator Awareness and
Campaign di PT WIS Consortium Riau....................... 73
4.9.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Awareness and
Campaign untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 73
4.9.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Awareness and Campaign untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 74
4.9.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan dan
Sasaran Dilaksanakannya Kegiatan dalam
Program Awareness and Campaign untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.. 75
4.9.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Awareness and
Campaign untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 76
4.9.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program
Awareness and Campaign untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator ...................... 76
4.10 Hasil Penelitian Pelaksanaan Program HES (Health,
Environment, Safety) Leading Indicator Evaluation di
PT WIS Consortium Riau............................................. 77
4.10.1. Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Evaluation

xii

Universitas Sumatera Utara


untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ........................................................... 77
4.10.2. Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program
Evaluation untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 78
4.10.3. Pernyataan Informan tentang Tujuan dan
Sasaran Dilaksanakannya Kegiatan dalam
Program Evaluation untuk Mendukung Program
HES Leading Indicator..................................... 79
4.10.4. Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Evaluation
untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ........................................................... 80
4.10.5. Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program
Evaluation untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ............................................. 81
4.11 Hasil Observasi Pencapaian Lagging Indicator di PT
WIS Consortium Riau .................................................. 82

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Leading Indicator di PT. WIS Consortium Riau ........ 83
5.2 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Risk Management di PT WIS
Consortium Riau........................................................... 85
5.3 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Consultation and
Communication di PT WIS Consortium Riau.............. 90
5.4 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Inspection di PT WIS
Consortium Riau........................................................... 96
5.5 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Training and Development di
PT WIS Consortium Riau............................................. 100
5.6 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Emergency Response Plan di
PT WIS Consortium Riau............................................. 104
5.7 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator HES Monitoring and
Operational Control di PT WIS Consortium Riau ...... 106
5.8 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator HES Awareness and
Campaign di PT WIS Consortium Riau....................... 108

xiii

Universitas Sumatera Utara


5.9 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator HES Evaluation di PT WIS
Consortium Riau........................................................... 111
5.10 Pencapaian Lagging Indicator di PT. WIS Consortium
Riau Tahun 2015 .......................................................... 115

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan................................................................... 116
6.2 Saran ............................................................................. 117

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 118


LAMPIRAN............................................................................................... 120

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karekteristik Informan ............................................................. 42


Tabel 4.2 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Risk Management untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator ......................... 43
Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Risk Management
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator................ 44
Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Risk Management
untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator............................................................ ....................... 45
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Risk Management untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.......................... 46
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Risk Management
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator................ 47
Tabel 4.7 MatriksPernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Consultation and
Communication untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator .................................................................................. 48
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Consultation and
Communication untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 50
Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Consultation and
Communication untuk Mendukung HES Leading Indicator.... 51
Tabel 4.10 MatriksPernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Consultation and
Communication untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 52
Tabel 4.11 MatriksPernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Consultation and
Communication untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 53
Tabel 4.12 MatriksPernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Inspection untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator .............................................. 54
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Inspection untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.......................... 55

xv

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Inspection untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.......................... 55
Tabel 4.15 MatriksPernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Inspection untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator .............................................. 57
Tabel 4.16 MatriksPernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Inspection untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.......................... 58
Tabel 4.17 MatriksPernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Training and Development
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator................ 59
Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Training and
Development untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 60
Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Training and
Development untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 61
Tabel 4.20 MatriksPernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Training and Development
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator ............... 62
Tabel 4.21 MatriksPernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Training and
Development untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 63
Tabel 4.22 MatriksPernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Emergency Response Plan
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator................ 64
Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Emergency
Response Plan untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 65
Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Emergency
Response Plan untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 66
Tabel 4.25 MatriksPernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Emergency Response Plan
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator ............... 67
Tabel 4.26 MatriksPernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Emergency
Response Plan untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 67

xvi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.27 MatriksPernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam ProgramMonitoring and Operational
Control untuk Mendukung Program HES Leading Indicator .. 68
Tabel 4.28 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Monitoring and
Operational Control untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ..................................................................... 69
Tabel 4.29 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Monitoring and
Operational Control untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ..................................................................... 70
Tabel 4.30 MatriksPernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Monitoring and Operational
Control untuk Mendukung Program HES Leading Indicator .. 71
Tabel 4.31 MatriksPernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Monitoring and
Operational Control untuk Mendukung Program HES
Leading Indicator ..................................................................... 72
Tabel 4.32 MatriksPernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalamProgram Awareness and Campaign
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator ............... 73
Tabel 4.33 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Awareness and
Campaign untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 74
Tabel 4.34 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Awareness and
Campaign untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 74
Tabel 4.35 MatriksPernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Awareness and Campaign
untuk Mendukung Program HES Leading Indicator................ 75
Tabel 4.36 MatriksPernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Awareness and
Campaign untuk Mendukung Program HES Leading
Indicator ................................................................................... 76
Tabel 4.37 MatriksPernyataan Informan Tentang Kegiatan yang
Dilaksanakan dalam Program Evaluation untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator .............................................. 77
Tabel 4.38 Matriks Pernyataan Informan tentang Waktu
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Evaluation untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.......................... 78
Tabel 4.39 Matriks Pernyataan Informan tentang Tujuan dan Sasaran
Dilaksanakannya Kegiatan dalam Program Evaluation untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.......................... 79

xvii

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.40 MatriksPernyataan Informan tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Kegiatan Program Evaluation untuk Mendukung
Program HES Leading Indicator .............................................. 80
Tabel 4.41 MatriksPernyataan Informan Tentang Upaya Mengatasi
Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Program Evaluation untuk
Mendukung Program HES Leading Indicator.......................... 81

xviii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Wawancara ............................................................................... 120

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ................................................................. 121

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian ......................................... 122

Lampiran 4. Dokumentasi............................................................................. 123

Lampiran 5. Data HES Program ................................................................... 125

xix
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai