Pedoman Wawancara
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
120
121
122
Dokumentasi
Ket Gambar :
Toolbox meeting yang dilakukan bagian dari HES Program, Communication and Consultation
123
Ket Gambar:
Salah satu bagian materi dari MVSP Training
Ket Gambar:
Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 MAY-15 Jun-15 Jul-15 AUG-15 Sep-15 OCT-15 Nov-15 DEC-15 Total
No Description Frequency Unit Remarks
Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act Plan Act
1 Risk Management
1.1. Develop HIRARC for every scope of work Pre-Job Start Activity 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1.2. Job Hazard Analysis / Qualified SOP Pre-Job Start Times 1 1 1 1
1.3. On Site JSA up date and review Daily Times 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 2200 2200
1.4. Specific assessment for JMP Pre non routine trip Times 2 2 1 2 4 3
2 HES Consultation and Communication
2.1. Kick Off Meeting Pre-Work Times 1 0 0 1
2.2. Tool Box Meeting Daily Times 24 20 30 30 30 30 30 25 30 20 20 20 20 20 20 20 20 25 20 20 20 20 20 250 284
2.3. Safety Morning Talk Weekly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
2.4. General Safety Talk and Exercise Monthly Times 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
2.5. HES Committee Meeting Monthly Times 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 11
2.6. HES Department Coordination Meeting Weekly Times 1 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 22 35
2.7. Driver Forum Monthly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
2.8. Supervisor Safety Forum Monthly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
2.9. In-Cab coaching / IIF in action for driver Monthly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
3 HES Inspection
3.1. Premobilization equipment inspection Pre-Operation Times 8 18 0 26
3.2. Equipment & Tools Inspection Quarterly Times 0 2 2 2 2 2 2 6 6
3.3. Pre Trip Inspection Daily Times 20 25 32 20 25 20 27 15 20 18 25 20 25 12 18 20 25 12 16 10 16 12 18 184 267
3.4. HES Site Inspection Weekly Times 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 48
3.5. Enviro & industrial hygiene Inspection Weekly Times 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 44
3.6. House Keeping / 5R Inspection Weekly Times 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 49
3.7. PPE Inspection Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12 Personal protective equipment (APD)
3.8. Fire Extinguisher Inspection Monthly Times 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12
3.9. Scaffold Inspection Pre-used & weekly Times 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
3.10. Management Safety Patrol Weekly Times 0 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 33 35
3.11. MSW Assessment Weekly Times 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 36 Managing Safe Work
3.12. Vehicle Operation spot check Monthly Times 0 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 12
4 Training and Development
4.1. IIF Orientation As per recruitment Times 1 1 1 1 Incident Injury Free
4.2. IIF Living In Action As per recruitment Times 1 1 1 1
4.3. MSW Training As per recruitment Times 1 1 1 1
4.4. MVSP Training As per recruitment Times 1 1 1 1 Motor Vehicle Safety Practices
4.5. WTL Orientation Pre WTL assignment Person 20 20 20 20 Work Team Leader
4.6. SSE Orientation, mentoring & Evaluation As per needed Person 25 25 25 25 Short Services Employee
4.7. Commentary drive Quarterly Person 10 10 10 10
4.8. BBS Observer Training As per recruitment Person 20 20 20 20 Behaviour Base Safety
4.9. First Aid Training As needed Person 20 20 20 20
4.10. Fire Watcher Training As needed Person 20 20 20 20
4.11. Supervisor Safety Training As needed Person 5 5 5 5
4.12. Escorting Training As needed Person 20 20 20 20
4.13. Confined Space Entry Training As needed Person 20 20 20 20
4.14. Work At Height Training As needed Person 20 20 20 20
4.15. Dumpman / flagman / spotter training As needed Person 20 20 20 20
Hadiguna, R.A. 2009. Manajemen Pabrik Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan
Efektivitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Harrianto, R., 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Harrington, J.M. dan Gill F.S, 2003. Buku Saku Keselamatan Kerja. Jajarta: EGC.
Suma’mur, P.K., 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi
2. Jakarta, CV Sagung Seto.
METODE PENELITIAN
a. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pada PT WIS Consortium Duri
orang.
orang (Safety departement) yang terdiri dari Project Manager, HES Manager,
Officer.
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari
1. Data Primer
29
2. Data Sekunder
1. Observasi
data dengan cara mengamati dan mencatat langsung atas obyek yang diteliti.
Observasi yang dilakukan adalah non partisipatif. Teknik observasi ini digunakan
2. Wawancara
dengan suatu masalah dengan melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung
atau bertatap muka dengan pihak yang memiliki kaitan dengan obyek yang akan
3. Dokumentasi
WIS. Consortium Duri, Riau. Data-data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis
BAB IV
HASIL PENELITIAN
bergerak dibidang pengadaan dan konstruksi yang berdiri sejak tahun 2013.
Kantor pusat PT. WIS Consortium Riau bertempat di jalan lintas Duri-Dumai km
13. PT. WIS Consortium Riau merupakan konsorsium PT. Wijaya Karya
(Persero)Tbk, PT. Inhwa Indonesia, PT. Singgar Mulia yang telah ditunjuk
proyek North Duri Development (NDD) area 13 di Duri, Riau oleh PT. Chevron
Diakui dan dikagumi oleh industri dan masyarakat sebagai kelas dunia
yang signifikan
terkemuka
32
Riau dan personel subkontraktor yang terlibat dalam pelaksanaan proyek PT.
utama dari rencana ini adalah untuk mengelola bahaya proyek, untuk
subkontraktor dan client untuk eksekusi yang aman dari perkerjaan proyek NDD
13.
1. Manajer Proyek
DPM bertanggung jawab atas semua hal kesehatan, lingkungan dan keselamatan
dalam operasi lokasi proyek secara keseluruhan. Tugas yang dilakukan antara
lain:
dipatuhi.
lingkungan.
2. Manajer Konstruksi
dan wajib melaporkan secara langsung kepada Manager Deputi Proyek. Tugas
3. HES Manager
Perannya adalah untuk memberikan dukungan penuh kepada fungsi garis untuk
program.
Manajer Proyek.
program aksi.
4. Koordinator HES
b. Pastikan bahwa semua laporan keselamatan / temuan dari setiap kondisi yang
segera diperbaiki.
keselamatan.
HES Coordinator.
dengan keselamatan
prosedur ini dan praktek kerja yang aman lainnya dengan menjaga
peralatan yang tepat pelindung (PPE) dan alat-alat yang cocok untuk
7. Subkontraktor
HES dan semua dokumen terkait lainnya, dalam kaitannya dengan karya-karya
keselamatan proyek.
8. Para karyawan
yang aman, dan metode laporan, penilaian risiko, izin untuk bekerja
c. Gunakan hanya alat, peralatan dan bahan, yang telah disetujui untuk
kecelakaan.
jika ada kejadian / nyaris serta cedera, terlepas dari tingkat keparahan.
9. Komite HES
kebijakan konstruksi
d. Mencari tahu solusi untuk masalah yang berkaitan dengan HES untuk
Pengelolaan HES
Resources Development).
2016 - 28 Februari 2016 di wilayah kerja PT. WIS Consortium Riau. Adapun
karakteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1
Kelamin Terakhir
(CM)
Indicator ada 4 kegiatan yang saling berkaitan yaitu Risk Management kita ada 4
kegiatan seperti, Develop HIRARC for every scope of work, Job Hazard Analysis /
Qualified SOP, On Site JSA up date and review, Specific assessment for JMP.
Informan Pernyataan
Informan 3 Ooh kalau ditanya itu saya sangat ingat mba soalanya rutin
Develop HIRARC for every scope of work dan Job Hazard Analysis / Qualified
dengan on Site JSA up date and review yang dilaksanakan setiap hari,
kalausSpecific assessment for JMP biasanya sebelum perkerjaan tapi tidak rutin.
Informan Pernyataan
Informan 2 Develop HIRARC for every scope of work dan Job Hazard
rutin
Manager) Site JSA up date and review pelaksanaannya tiap hari, kalau
kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,
mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk
dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja dan prilaku
Informan Pernyataan
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah jumlah pekerja dan prilaku
Informan Pernyataan
Informan 2 Upaya yang kita lakukan sejauh ini dengan pengawasan dan
HES Leading Indicator ada 9 kegiatan yaitu Kick Off Meeting, Tool Box Meeting,
Safety Morning Talk, General Safety Talk and Exercise, HES Committee Meeting,
In-Cab coaching / IIF in action for driver. Yang menjadi informan dalam
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
(Superintendant) ini, ada Kick Off Meeting, Tool Box Meeting, Safety
Informan 5 Seingat saya banyak ya, misalnya Kick Off Meeting, Tool
yang disepakati yang rata-rata dilaksanakan rutin selama satu bulan sekali. Yang
Informan Pernyataan
angka kecelakaan kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga
aset perusahaan, mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan
mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang
Informan Pernyataan
lingkungannya.
adalah jumlah pekerja dan banyak pekerja yang belum bisa melaksanakannya
Informan Pernyataan
kegiatan ini.
(Construction
Manager)
memberlakukan sanksi yang lebih tegas oleh petugas terhadap pekerja yang masih
Riau.
Informan Pernyataan
Informan 4 Upayanya terutama kepada tim kita sendiri yaa kita harus
Informan 5 Upayanya lebih ke sanksi yang kita buat itu lebih tegas lagi
Committee)
ada 12 kegiatan yang saling berkaitan. Yang menjadi informan dalam wawancara
Informan Pernyataan
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
dilakukan inspeksi.
hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan, mesin,
gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki
Informan Pernyataan
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah petugas yang terbatas dan
Informan Pernyataan
Informan 6 Biasanya inspeksi kita lakukan ada yang mendadak dan ada
melakukan pengawasan dan menegur secara lisan. Yang menjadi informan dalam
Informan Pernyataan
ada 15 kegiatan yang saling berkaitan yaitu IIF Orientation, IIF Living In Action,
MSW Training, MVSP Training, WTL Orientation, SSE Orientation, mentoring &
Evaluation, Commentary drive, BBS Observer Training, First Aid Training, Fire
Informan Pernyataan
spotter training
pekerja baru dan banyak training yang dilaksanakan bebas kapanpun waktunya.
Informan Pernyataan
(Transportation) baru.
kecelakaan kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset
perusahaan, mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk
dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi
Informan Pernyataan
Informan Pernyataan
kurang kondusif.
(HES Commitee)
Leading Indicator ada 3 kegiatan yang saling berkaitan yaitu Develop specific
ERP and posting at site, terus Site Clinic and Ambulance Operation dan
Informan Pernyataan
Informan 11 Ada beberapa kegiatan dek, ada Develop specific ERP and
dimulai, harian dan ada yang dilakukan sekali-sekali. Yang menjadi informan
Informan Pernyataan
Riau.
Informan Pernyataan
kerja.
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
(Medis)
berkerjasama dengan anggota HES yang lain serta kader HES yang ada disetiap
Informan Pernyataan
program HES Leading Indicator ada 10 kegiatan yang saling berkaitan yaitu HES
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
6 bulan 1 kali dan saat rekrutmen pekerja baru. Yang menjadi informan dalam
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
semuanya, mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area
Informan Pernyataan
kerja.
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah banyak pekerja yang masih
Informan Pernyataan
(Production)
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
Informan 8 Lebih tegas lagi kepada para pekerja dan tetap melakukan
pengawasan
(Production)
HES Leading Indicator ada 8 kegiatan yang saling berkaitan yaitu Reward &
Notice Board, BBS Observation, Deliver Safety Moment, Banner / poster / flag /
Riau.
Informan Pernyataan
minggu dan sekali sebulan. Yang menjadi informan dalam wawancara mengenai
Informan Pernyataan
Commitee)
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
Riau.
Informan Pernyataan
Commitee)
Informan Pernyataan
Indicator ada 9 kegiatan yang saling berkaitan yaitu HES Weekly report, HES
and reporting, Project Management Review, dan Subcontractor HES Audit. Yang
Consortium Riau.
Informan Pernyataan
Informan Pernyataan
Informan 3 Ada yang mingguan, ada yang bulanan dan ada yang dalam
Manager)
Informan 6 Waktunya sih ada yang mingguan dek terus ada yang
kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,
mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk
dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja.Yang menjadi
jawab dalam pelaksanaan program HES Evaluation di PT. WIS Consortium Riau.
Informan Pernyataan
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah waktu yang harus terbagi
dan program-program baru yang sesuai agar tidak mengulangi kesalahan yang
Informan Pernyataan
Informan Pernyataan
Indicator di PT. WIS Consortium Riau banyak mengalami keberhasilan yaitu data
Days Away From Work Case pada tahun 2014 berjumlah 4 kasus dan ditahun
2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014 terdapat 5 kasus Total Recordable Incidents
kemudian turun menjadi 2 ditahun 2015. Begitu juga dengan Recordable MVC,
pada tahun 2014 terdapat 5 kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 2,
mengalami penurunan menjadi 1, Theft case pada tahun 2014 totalnya 4 kasus dan
mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 2, First Aid Case pada tahun 2014
terdapat 12 kasus dan turun ditahun 2015 menjadi 5 kasus, Near Miss Case pada
tahun 2014 terdapat 25 kasus dan di tahun 2015 turun menjadi 5 kasus, Hazard
Observation yang pada tahun 2014 terdapat 10 kasus kemudian ditahun 2015
berjumlah 10 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 2 kasus, Stop Work
Authority pada tahun 2014 berjumlah 5 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi
0kasus.
PEMBAHASAN
produksi serta produktivitas nasional. Selain itu setiap orang lainnya yang berada
ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya, serta setiap sumber produksi
perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Dengan demikian
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam
disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung
Lingkungan) dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu adalah
84
HES bukan sekedar menengahkan isu seputar hak dan kewajiban, tetapi juga
apabila terjadi kasus karena kesalahan prosedur ataupun kesalahan pekerja itu
dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja.
penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta
karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan
tenaga kerja pada khususnya. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk
budaya K3. Indikator awal berfokus kepada seberapa baik tindakan pencegahan
yang kita lakukan agar tidak terjadi kecelakaan kerja. PT WIS Consortium Riau
menerapkan program leading indicator yang terdiri dari beberapa program yaitu :
a. Risk Management
c. HES Inspection
h. HES Evaluation.
mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk
timbulnya kecelakaan kerja baik yang disebabkan oleh kelalaian kerja maupun
lingkungan kerja yang tidak kondusif. Terpenuhinya aspek keselamatan kerja ini
diharapkan dapat meniadakan kecelakaan kerja yang bisa berakibat cacat atau
yang terintegrasi sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan dan
lanjut oleh Tim Pengelolaan K3. Jika ada keraguan bahwa kondisi tempat kerja
berbahaya, hal tersebut harus dibahas di tempat kerja terkait dengan Manajer K3.
menganalisis dan menilai risiko yang terkait dan kemudian menerapkan langkah
digunakan dan harus cukup fleksibel untuk digunakan oleh semua dalam berbagai
sektor ekonomi, baik di sektor manufaktur, sektor konstruksi atau sektor ekonomi
dimaksudkan untuk penilaian bahaya fisik. Mereka yang berniat untuk menilai
Job Hazard Analysis, adalah suatu proses identifikasi bahaya dan resiko
yang didasarkan pada tiap- tiap tahap dalam suatu proses pekerjaan. Identifikasi
dan membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.
program analisa keselamatan kerja. Job safety analysis adalah suatu pendekatan
di tempat kerja dan mencari cara untuk menanggulangi resiko bahaya. Dalam
pemasangan mesin dan proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja
dapat dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman yang juga
kualifikasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan pedoman kerja serta
disepakati yaitu sebelum mulai perkerjaan, setiap hari dan sebelum memulai
prilaku pekerja itu sendiri dimana belum semua pekerja mematuhi SOP yang
berlaku, dan masih banyak pekerja yang menganggap mereka sudah paham dan
secara lisan.
kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,
mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk
dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja dan yang
dan perilaku pekerja, yang masih saja memiliki perilaku bekerja yang
lakukan sejauh ini dengan pengawasan dan menegur secara lisan pekerja yang
tidak mematuhi prisedur yang sesuai standar dalam bekerja. Hal ini tentu masih
belum menimbukan efek jera bagi pekerja karena merasa akan hanya ditegur
secara lisan tanpa sanksi yang lebih tegas apabila berperilaku yang kurang baik
keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT. Petronesia
Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - Pt. Prime Petro Services) Kota Duri
tahun 2015 bahwa penyebab kecelakaan kerja yang paling besar diakibatkan oleh
human error sebanyak 99% dan sisanya faktor lingkungan ataupun lainnya, yang
memaksakan diri untuk bekerja, serta tidak adanya pengawasan, kecelakaan kerja
juga dapat diakibatkan oleh tools atau alat kerja seperti yang disebutkan oleh 2
orang pekerja HES, kerenana jika dalam manajemen atau perusahaan sendiri telah
memberikan atau membuat SOP untuk setiap area kerja perusahaan dan
Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja yang baik diisyaratkan memenuhi kriteria yaitu
sesuai dengan sifat dan skala risiko keselamatan dan kesehatan kerja organisasi,
mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan (Ramli, 2010). Hal ini juga
sesuai dengan penelitian Emli (2014) yaitu ρ = 0,021 yang berarti bahwa ada
kejadian kecelakaan kerja. Hasil penelitian dari Lidya (2011) juga menunjukkan
atau proses rutin dalam suatu organisasi. Pengembangan dan penggunaan SOP
menyediakan informasi untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar bagi tiap
Sebuah sistem yang luas dan terpadu dari forum komunikasi harus
ganti rugi, yang bisa dilakukan melalui dua hal yakni inspeksi K3 dan audit K3.
Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada
adalah sistem pengujian terhadap kegiatan operasi yang dilakukan secara kritis
lingkungan kerja dan perangkat) agar dapat dilakukan perbaikan atau pencegahan
dapat diberi kesempatan untuk implementasi atau pengaturan ulang. Ada beberapa
Riauyaitu,
proyek antar pihak yang terlibat di proyek, namun juga dapat menjadi media
komunikasi penting bagi kebutuhan internal suatu pihak tak terkecuali kontraktor
yang berperan sebagai pemilik proyek bagi para subkontraktor, suplier, dan
mandor.
membuat proyek yang masih dalam bentuk dokumen gambar dan naskah
kompleksitas yang ada. Pihak yang terlibat dalam aspek pelaksanaan ini juga
sangat banyak dan variatif. Mulai dari manajemen kontraktor, tim proyek,
subkontraktor, supplier, mandor, dan pihak-pihak lain yang terkait. Dengan kondisi
tersebut, rasanya dari sudut maksud dan tujuan kick-off meeting dengan memperhatikan
problematika yang akan dihadapi oleh kontraktor, maka sangat penting bagi kontraktor
pekerjaan dimulai dengan topik yang bervariasi sesuai jenis pekerjaan yang akan
tenaga kerja. Rapat ini diselenggarakan oleh Work Supervisor (Pelaksana) dan
Safety Supervisor setiap pagi atau sebelum pekerjaan dimulai, dihadiri oleh
pekerja konstruksi.
bahwa K3 bagian yang sangat penting dalam pekerjaan. Safety talk adalah
pertemuan yang dilakukan rutin antara karyawan atau pekerja dan supervisor
untuk membicarakan hal-hal mengenai K3. Safety talk cara termudah untuk
melindungi karyawan atau pekerja dari cidera. Safety talk merupakan salah satu
sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja, serta
dan dipraktekan di lapangan. Tujuan utama safety talk adalah untuk mengingatkan
karyawan atau pekerja akan potensi- potensi bahaya di tempat kerja dan
tersebut.
HSE Commitee atau Rapat P2K3 ini adalah program pertemuan rutin
bulanan dengan melibatkan manajemen dan semua lini pengawasan yang sejalan
dengan kegiatan proyek dengan membahas tentang pencapaian kinerja HSE dan
melakukan inspeksi atau kunjungan di lokasi proyek yang berkaitan dengan aspek
HSE dan kualitas dalam wilayah proyek. Program ini akan menghasilkan laporan
inspeksi dan di mana setiap temuan dikumpulkan dan dibahas untuk memperoleh
tindakan perbaikan yang diperlukan. Setiap permasalahan HSE atau masalah lain
memberlakukan sanksi yang lebih tegas oleh petugas terhadap pekerja yang masih
tapi ada juga yang beda, seperti kick of meeting dilaksanakan sebelum dimulai
pekerjaan, kemudian tool box meeting setiap hari dan HES department
melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan, mesin, gedung dan lain-
lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki perilaku karyawan.
communication and consultation adalah jumlah pekerja dan banyak pekerja yang
dilakukan menjadi kurang kondusif dan tidak diarah, dan yang menjadi upaya
memberlakukan sanksi yang lebih tegas oleh petugas terhadap pekerja yang masih
keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT. Petronesia
Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services) Kota Duri
bahwa dari hasil wawancara juga diketahui bahwa kendala-kendala yang terdapat
seperti ketika pekerja diberikan program baru atau di berikan sosialisasi, pekerja
berimbas kepada perilaku yang tidak selamat dan juga bisa berdampak kepada
yang ada disekitarnya, selain itu kendala dari sisi manajemen HES nya adalah
kurang didukung dari material, media, perusahaan mendukung tetapi ada satu sisi
manajer yang wajib ada dilapangan, jadi ketika manajemen HES akan
tersebut harus turun langsung kelapangan atau paling tidak pada saat hari libur
dan memberikan peringatan dan pola komunikasi yang baik dengan pekerja dalam
melaksanakan sikap dan tindakan kerja yang benar sehingga tidak beresiko
menyebabkan kecelakaan.
Hal tersebut diatas juga sejalan dengan pencegahan kecelakaan kerja yang
Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa komunikasi
pentingnya praktek kerja yang aman (Mathis dan Jackson, 2002). Juga terdapat
berbagai jenis komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan untuk
semua unsur dalam organisasi, baik internal maupun eksternal (Ramli, 2013).
aman, melalui pelatihan yang benar, instruksi pekerjaan yang tepat, dan instruksi
layak dan memadai serta menjamin akan digunakan secara tepat, Menyediakan
jalan masuk ke lokasi kerja yang aman dan penerangan yang cukup, Memastikan
bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam kebijakan K3L telah diikuti,
Semua karyawan dan pekerja proyek harus sudah mengetahui akan tanggung
Sebelum mobilisasi ke situs proyek atau saat tiba di situs proyek, yang
mana yang lebih praktis, semua perlengkapan dan kendaraan harus lolos
yang akan diperiksa secara seksama. Pemeriksaan ini akan dilakukan oleh
tersebut, yaitu seorang Inspektur K3L dan Ahli Perlengkapan Konstruksi pada
pada peralatan yang akan digunakan sebelum dilakukannya suatu perkerjaan. Ini
Adalah bagian yang penting dari inspeksi umum terencana, inspeksi jenis
ini berhubungan dengan kebersihan dan kerapihan yang meliputi : mesin dan
d. PPE Inspection
alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja. Ini bertujuan untuk mengetahui
apakah alat pelindung diri yang digunakan pekerja sesuai dengan lingkungan dan
pekerjaannya.
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap alat pemadam api ringan. Alat ini
pengguna (yaitu tidak ada jalan keluar, asap, ledakan bahaya, dll), atau jika
dari silinder genggam bejana tekanan berisi zat yang dapatdisemprotkan untuk
memadamkan api.
f. Scaffold Inspection
dibuat apabila pekerjaan bangunan mencapai ketinggian 2 meter dan tidak dapat
tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan, mesin,
gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk memperbaiki
pelaksanannya inspeksi ada yang sekali seminggu, sekali sebulan, dan ada yang
petugas yang terbatas dan pekerja yang menghindar pada saat dilaksanakan
kegiatan program adalah melakukan pengawasan dan menegur secara lisan. Hal
apabila hanya ditegur secara lisan, oleh karena itu perlu dilakukan upaya atau
sanksi yang lebih tegas sehingga kegiatan leading indicator dalam hal inspection
memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di kota
Batam bahwa inspeksi sebaiknya dilakukan secara berkala dan dilakukan oleh
menggunakan Top Set Investigation melalui observasi yang dilakukan oleh tim
(Ramli, 2013).
merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetisi kerja yang
menghendaki hasil yang lebih maksimal dari kinerja para pekerjanya. Pelatihan
berbagai kecelakaan.
ke Lapangan. Pengunjung atau orang yang berniat untuk masuk ke area proyek
konstruksi juga diperlukan untuk menerima orientasi dan induksi Tujuan dari
dengan cara yang aman, di setiap waktu tentang keselamatan mereka sendiri,
efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui
sikap yang layak. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan pelatihan
dengan perusahaan lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi
pekerja.
kebanyakan kecelakaan terjadi pada pekerja yang belum terbiasa bekerja secara
beberapa training yang bisa dilaksanakan kapan pun dibutuhkan. Yang menjadi
dilingkungan kerja. Dalam setiap hambatan, ada upaya yang dilakukan untuk
pantau dan di mentori oleh orang yang ditunjuk oleh departemen HES, sampai
karyawan tersebut telah mengerti dan mengenali bahaya - bahaya yang ada di area
karyawan.
kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT. Petronesia Bennimel –
PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services) Kota Duri bahwa
keselamatan kerja di setiap area kerja dalam mencegah dan atau meminimalisir
untuk setiap area kerja, hal ini dikarenakan potensi bahaya untuk setiap area kerja
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kegiatan tersebut antara lain
dibuatnya SOP untuk setiap area kerja, adanya pengenalan bahaya - bahaya di
maupun sesudah bekerja, hal ini berguna untuk merefres atau memperbahaui dan
yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia
di kota Batam bahwa salah satu cara untuk mendorong keselamatan kerja
PT. Expro Indonesia setiap tahun melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan
kerja yang tidak terlepas dari campur tangan pemerintah dan departemen tenaga
Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa setiap
berbeda-beda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi pekerja. Karena itu
hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat
menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat sehingga dapat
situs kerja dalam situasi darurat. Sasaran rencana tanggap darurat adalah
darurat dan fasilitas pendukung guna mengantisipasi dan menangani segala jenis
situasi darurat. Ada beberapa kegiatan dalam program ini yaitu, Develop specific
ERP and posting at site, Site Clinic and Ambulance Operation dan Emergency
pekerjaan dimulai, harian dan ada yang dilakukan sekali-sekali. Hambatan dalam
dengan anggota HES yang lain serta kader HES yang ada disetiap departemen.
yaitu sebelum pekerjaan dimulai, harian dan ada yang dilakukan sekali-sekali,
tersebut dan bahwa yang menjadi upaya dalam mengatasi hambatan dalam
lain serta kader HES yang ada disetiap departemen, sehingga disarankan kepada
perusahaan untuk dapat menambah tenaga medis yang dibutuhkan agar sesuai
pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di kota Batam
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk fasilitas kerja di PT. Expro
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk fasilitas medik dasar dan tenaga
yang sakit atau mengalami gangguan kesehatan termasuk dalam penaganan medik
awal atau P3K apabila terjadi kecelakaan kerja sebelum mendapatkan rujukan ke
keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan
kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat
sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari
pihak lain.
and Operational Control yaitu harian, 6 bulan 1 kali dan saat rekrutmen pekerja
baru. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program adalah banyak pekerja yang
HES harus dikaji dan dievaluasi. Hasil evaluasi akan menjadi dasar benar atau
tidak tindakan improvement atau korektif diperlukan. Kinerja HES akan diukur
melalui HES catatan kecelakaan, hasil investigasi kecelakaan, hasil audit dan
masukan lainnya dari klien atau karyawan. Evaluasi diatur untuk dilakukan secara
bulanan namun pada situasi tertentu, evaluasi dapat dilakukan setiap saat setiap
mulai dari manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja, waktu
bulan 1 kali dan saat rekrutmen pekerja baru, dan yang menjadi hambatan dalam
pengawasan.
upaya keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT.
Petronesia Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services)
Kota Duri bahwa pemberian sanksi juga di terapkan oleh perusahaan bagi yang
bagi pekerja yang bekerja dengan selamat dan komit akan safety di tempat kerja,
Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketika
kecelakaan kerja terjadi, maka harus diselidiki oleh komite keselamatan atau oleh
banyak. Satu cara untuk mendapatkan pandangan yang akurat terhadap peristiwa
kecelakaan adalah melalui foto atau rekaman video. Tahap kedua dari
diperlukan untuk mencegah kecelakaan yang sama (Mathis dan Jackson, 2002).
dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan merupakan salah satu cara
berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan
kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
buletin, spanduk, poster, dan papan akan diberikan sebagai diperlukan untuk
menjamin pekerja dan mengingatkan untuk bekerja dengan cara yang aman setiap
saat. Semua media bahan-bahan akan diperbaharui dan diganti dalam jangka
waktu tertentu sehingga mereka tetap dapat dibaca. Newsletter tentang kinerja
proyek akan diterbitkan dan diposting secara bulanan agar semua karyawan
mendapatkan informasi .
Papan buletin, bendera, poster dan papan penanda akan disediakan untuk
memastikan bahwa pekerja selalu diingatkan untuk bekerja dengan aman di setiap
jangka waktu tertentu sehingga dapat tetap dibaca. Surat edaran mengenai Kinerja
proyek harus diterbitkan dan dipasang setiap bulan atau tiga bulan agar semua
karyawan tetap diberitahu. Kegiatan dalam program ini yaitu, Reward &
Notice Board, BBS Observation, Deliver Safety Moment, Banner / poster / flag /
kegiatan program adalah pekerja yang malas membaca spanduk dan papan
manajemen, fasilitas, dan manusia yang memasuki area kerja, yang waktu
dilaksanakannya yaitu update atau diperbaharui setiap minggu dan sekali sebulan.
Adapun yang menjadi hambatan dalam kegiatan HES awareness and campaign
pekerja yang malas membaca spanduk dan papan pengumuman, sehingga yang
bekerja.
memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan kerja pada PT. Expro Indonesia di kota
lobi kantor dan dimasukkan ke dalam situs web perusahaan sehingga dapat
selalu dilakukan tinjau ulang secara berkala agar sesuai dengan perkembangan
perusahaan.
Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diacu
dikomunikasikan kepada seluruh pekerja, tersedia bagi pihak lain yang terkait
pada lokasi strategis yaitu di daerah yang dekat dengan bahaya dan yang dilalui
banyak orang, baik karyawan maupun orang lain, misalnya pada pintu masuk
keselamatan dan kesehatan kerja ini berfungsi sebagai tanda peringatan terhadap
suatu bahaya serta memberi arahan dan petunjuk suatu lokasi dan prosedur
atau merasa bahwa kondisi tidak menjamin operasi yang aman untuk segera
tanggung jawab dan wewenang untuk berhenti bekerja ketika pekerja percaya
bahwa ada situasi yang menempatkan mereka, rekan kerja, atau masyarakat pada
tersebut.
pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih
di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila
Weekly report, HES Monthly Report, BBS Observation Report, DIMS Report,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
juga menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa.
kerja, tidak hanya untuk melindungi karyawan saja, tetapi juga aset perusahaan,
mesin, gedung dan lain-lain. Selain itu program juga dilakukan untuk
sekali.
semampunya membuat program yang kiranya bisa jangkau dan tidak memerlukan
waktu lama.
upaya keselamatan kerja di Konsorsium BP3 (PT. Berkat Karunia Phala - PT.
Petronesia Bennimel – PT. Petroflexx Prima Daya - PT. Prime Petro Services)
Kota Duri bahwa jika terjadi suatu insident atau kejadian kecelakaan kerja maka
upaya keselamatan kerja yang dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan RCA
pencatatan kejadian selama satu hari tersebut sampai insiden itu terjadi,
pencatatan ini dilakukan oleh korban dan semua yang ada di sekitar
atau RW, RW melaporkan ke CPI, setelah itu dilaporkan kalau ada cedera maka
akan langsung kita di bawa ke rumah sakit CPI, tetapi ditangani terlebih dahulu
dengan P3K di perusahaan. Di lokasi kerja juga dilatih beberapa orang yang
bertanggung jawab apabila ada cedera pada pekerja, yang akan menangani
terjadi dan bagaimana solusinya, kemudian dilakukan review kembali SOP dan
Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa statistik
dikonsultasikan dengan semua pihak yang terlibat. Hasil evaluasi keselamatan dan
2013)
sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara, sehingga
dari segi produksi semakin meningkat, karna apabila ada suatu insident maka
menjadi lebih besar, seluruh pekerja sehat dan selamat di tempat kerja dan di
pelaksanaan upaya keselamatan kerja ini yaitu baiknya penilaian klien terhadap
tidak ada kecelakaan kerja, secara statistik tingkat keparahan dan tingkat
kekerapan angka kecelakaan sedikit, dan produktivitas kerja tinggi, serta kerugian
yaitu data Fatality, Days Away From Work Case, Lost Time Injury, Restricted
Damage, Theft case, First Aid Case, Near Miss Case, Hazard Observation, BBS
mengalami keberhasilan yaitu Days Away From Work Case pada tahun 2014
berjumlah 4 kasus dan ditahun 2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014 terdapat 5
kasus Total Recordable Incidents kemudian turun menjadi 2 ditahun 2015. Begitu
juga dengan Recordable MVC, pada tahun 2014 terdapat 5 kasus dan di tahun
dan ditahun 2015 mengalami penurunan menjadi 1, Theft case pada tahun 2014
totalnya 4 kasus dan mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 2, First Aid
Case pada tahun 2014 terdapat 12 kasus dan turun ditahun 2015 menjadi 5 kasus,
Near Miss Case pada tahun 2014 terdapat 25 kasus dan di tahun 2015 turun
menjadi 5 kasus, Hazard Observation yang pada tahun 2014 terdapat 10 kasus
pada tahun 2014 berjumlah 10 kasus dan pada tahun 2015 turun menjadi 2kasus,
Stop Work Authority pada tahun 2014 berjumlah 5 kasus dan pada tahun 2015
kecelakaan kerja (insiden) yang menyebabkan hilangnya waktu kerja baik pada
kontraktor, maka seluruh jam kerja yang telah dicapai menjadi 0 (nol) secara
bersama.
sistematis terhadap keselamatan kerja adalah adanya kerja sama yang terus
menerusdari para pekerja, manajer dan yang lainnya (Mathis dan Jackson, 2002).
6.1 Kesimpulan
subkontraktor dan client untuk eksekusi yang aman dari perkerjaan proyek
NDD 13.
Fatality Days Away From Work Case, Lost Time Injury, Restricted Work Day
Theft case, First Aid Case, Near Miss Case an Hazard Observation, BBS
Observation,
121
Stop Work Authority, Fire Case, Number of Environmental Spill Case dan
4. Berdasarkan hasil observasi Days Away From Work Casep ada tahun 2014
berjumlah 4 kasus dan ditahun 2015 turun menjadi 1. Ditahun 2014 terdapat 5
Begitu juga dengan Recordable MVC, pada tahun 2014 terdapat 5 kasus dan
case pada tahun 2014 totalnya 4 kasus dan mengalami penurunan di tahun
2015 menjadi 2, First Aid Case pada tahun 2014 terdapat 12 kasus dan turun
ditahun 2015 menjadi 5 kasus, Near Miss Case pada tahun 2014 terdapat 25
kasus, BBS Observation pada tahun 2014 berjumlah 10 kasus dan pada tahun
2015 turun menjadi 2kasus, Stop Work Authority pada tahun 2014 berjumlah
6.2 Saran
kerja.
TINJAUAN PUSTAKA
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja
muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari
rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat
dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan
menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur (Tranter, 1999).
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis
a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non pengion,
b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan
d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang
berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan fungi (jamur)
e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan
tersebut. Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan suatu alat yang bila digunakan
dengan benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari
kerja)
2.3 Risiko
Kata risiko dipercaya berasal dari bahasa arab yaitu “rizk” yang berarti
“Hadiah yang tidak terduga dari surga”. Sedangkan kamus webster memberikan
munculnya, dan konsekuensi dari suatu kejadian berbahaya yang spesifik” (Cross,
1998).
munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek.
Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain probabilitas rendah
secara jelas dan lebih fokus pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya
Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain memiliki probabilitas
tinggi (high probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level exposure),
konsekuensi yang rendah (low consequence), memiliki masa laten yang panjang
(long latency), efek tidak langsung terlihat dan bersifat kronik (delayed effect).
Hubungan sebab akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko ini fokus pada
kesehatan manusia terutama yang berada di luar tempat kerja atau fasilitas.
Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang beragam
antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat mikro maupun makro, ada
ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada habitat
dan dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.
Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan presepsi kelompok atau umum
tentang performance sebuah organisasi atau produk, nilai property, estetika, dan
penggunaan sumber daya yang terbatas. Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat
Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka panjang dan
jangka pendek dari kerugian property, yang terkait dengan perhitungan asuransi,
pertimbangan akan selalu berkaitan dengan finansial dan mengacu pada tingkat
merugikan terhadap risiko yang dimiliki oleh sebuah sistem kerja (Djunaedi,
2005).
risiko tergantung terhadap tipe risiko, namun sebagian besar memiliki rangkaian
kegiatan yang sama yaitu identifikasi bahaya, evaluasi nilai risiko dan
pengendalian. Proses ini dapat diterapkan pada semua tingkatan kegiatan, jabatan,
(Djunaedi, 2005).
untuk muncul ide baru dan perencanaan yang lebih efektif. Hal ini dapat
4. Economy and Efficiency. Keuntungan dalam hal ekonomi dan efisiensi akan
tercapai dengan lebih fokus pada sumber daya, perlindungan aset, dan
8. Director protection. Dengan manajemen risiko yang baik maka pekerja akan
lebih hati-hati dan waspada terhadap risiko, maka akan menghindarkan dari
masalah.
10. Personal wellbeing. Manajemen risiko terhadap risiko pribadi secara umum
tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang telah dilakukan untuk langkah
pengembangan.
2. Penetapan Tujuan
dilaksanakan.
3. Identifikasi Risiko
4. Analisis Risiko
5. Evaluasi Risiko
keputusan pengendalian.
6. Pengendalian Risiko
1. Eliminasi
mengendalikan paparan, namun juga merupakan langkah yang paling sulit untuk
bahan bakar.
2. Substitusi
substansi alternatif dapat berfungsi sama efektif dengan yang sebelumnya. Penting
untuk memastikan bahwa agen pengganti sudah diketahui dan memiliki bahaya
atau tingkat toksisitas yang lebih rendah. Sebagai contoh penggunaan minyak
daripada merkuri dalam barometer, penyapuan dengan sistem basah pada debu
3. Pengendalian Engineering
pekerja dari bahaya. Tiga macam alternatif pengendalian engineering antara lain
pekerja.
b. Guarding, prinsip dari sistem ini adalah mengurangi jarak atau kesempatan
kontaminan.
4. Pengendalian Administratif
ini baik untuk jenis risiko yang rendah, sedangkan untuk tipe risiko yang
signifikan harus disertai dengan pengawasan dan peringatan. Dengan kata lain
lain yang bisa menjadi jalur pemajan. Kebersihan pribadi juga penting
dengan risiko tinggi dapat dilakukan saat jumlah pekerja yang terpapar
lebih sedikit.
dijalankan.
apron, boots, kacamata, helm, alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff), dll.
adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai
hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat
kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja
dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja,
yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Dewi,
2006).
dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi
kerja.
1. Telaahan Personal
dan penyakit kerja, lalu sejak dini perusahaan dapat menyiapkan upaya-upaya
pencegahannya.
2. Sistem Insentif
Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan
penghargaan. Bentuk lain adalah berupa peluang karir bagi para karyawan
yang mampu menekan kecelakaan dan penyakit kerja bagi dirinya atau
bahaya atau resiko dari pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan dan
aturan yang menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh
oleh semua pihak karena ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
yang tepat.
2. Kebijakan yang sah pada tempat kerja dan prosedur pengontrolan risiko
diikuti.
International).
tepat.
secara rutin.
pemeliharaan perlengkapan.
Menurut Argama (2006) terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan
sarana sosialisasi.
iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik
dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
optimal.
hilang.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka
risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan
yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja pun juga
semakin berkurang.
mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan
menjado merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
3. Lebih sedikitnya uang yang dibayarkan kepada pekerja untuk waktu kerja
5. Menurunnya lembur
6. Meningkatnya produktivitas
disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung
Lingkungan) dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu adalah
HES bukan sekedar mengetengahkan issue seputar hak dan kewajiban, tetapi juga
Consortium Duri terdiri dari beberapa program (WIS Consortium, 2013) yaitu:
harus dilakukan. Setelah bahaya di tempat kerja diidentifikasi, bahaya itu dapat
dengan mudah diatasi atau jika sulit diidentifikasi maka diperlukan evaluasi lebih
lanjut oleh tim manajemen HES dan pengawas konstruksi. Jika ada keraguan
bahwa kondisi tempat kerja adalah bahaya, itu harus dibahas di tempat kerja yang
JSA harus dilakukan untuk semua aktivitas kerja dan harus dilakukan
setiap hari karena bahaya baru akan mudah timbul tergantung pada sifat pekerjaan
dan lokasi kerja. Job Safety Analysis (JSA) adalah pendekatan terstruktur untuk
korektif.
Sistem Izin Kerja perusahaan adalah bersifat wajib pada semua kegiatan
melanjutkan.
a. Koordinasi
Sebuah sistem yang luas dan terpadu dari forum komunikasi harus
ganti rugi.
a. Inspeksi K3
Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada
b. Audit K3
secara kritis dan sistimatis untuk menentukan kelemahan unsur sistem (manusia,
sarana, lingkungan kerja dan perangkat) agar dapat dilakukan perbaikan atau
2.9.4 Training
HES harus dikaji dan dievaluasi. Hasil evaluasi akan menjadi dasar benar atau
tidak tindakan improvement atau korektif diperlukan. Kinerja HES akan diukur
melalui HES catatan kecelakaan, hasil investigasi kecelakaan, hasil audit dan
masukan lainnya dari klien atau karyawan. Evaluasi diatur untuk dilakukan secara
bulanan namun pada situasi tertentu, evaluasi dapat dilakukan setiap saat setiap
buletin, spanduk, poster, dan papan akan diberikan sebagai diperlukan untuk
menjamin pekerja dan mengingatkan untuk bekerja dengan cara yang aman setiap
saat. Semua media bahan-bahan akan diperbaharui dan diganti dalam jangka
waktu tertentu sehingga mereka tetap dapat dibaca. Newsletter tentang kinerja
proyek akan diterbitkan dan diposting secara bulanan agar semua karyawan
mendapatkan informasi .
pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih
di antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila
PelaksanaanLeading
Program Leading
IndikatorterhadapLag PencapaianLa
Indicator
ging Indicator di PT. gging
WIS CONSORTIUM Indicator
Riau
PENDAHULUAN
Tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi tidak terlepas dari masalah
pengelolaan K3, yaitu tidak ada komitmen manajemen dan tenaga kerja terhadap
pelaksanaan K3, latar belakang pendidikan tenaga kerja relatif masih rendah,
penegakan hukum yang masih lemah, serta jenis standar K3 yang berbeda.
Kecelakaan yang terjadi pada pekerja menjadi salah satu hal penting yang selalu
kasus yang paling banyak dibandingkan dengan jenis kecelakaan lainnya, efeknya
langsung dirasakan, nyata dapat dilihat, serta kejadiannya dicatat dan dilaporkan.
Banyak upaya dan strategi yang diberlakukan oleh perusahaan agar semakin maju
perusahaan.
untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
diterapkan kepada seluruh pekerja. Program yang dibuat ada yang berhasil namun
ada juga yang gagal. Program yang berhasil akan mencapai hasil dimana tidak
terjadinya kecelakaan kerja pada perusahaan tersebut atau disebut juga dengan
accident dinilai mempunyai manajemen keselamatan kerja yang baik. Salah satu
diantaranya adalah PT WIS Consortium Duri, Riau (PT WIS Consortium Duri,
2013).
(Persero) Tbk, PT Inhwa Indonesia, PT Singgar Mulia yang telah ditunjuk sebagai
menambah 17.000 barel minyak per hari dari hasil produksi lapangan Duri.
Lapangan Duri merupakan salah satu lapangan minyak dengan injeksi uap
terbesar di dunia yang telah mampu memproduksi hingga 2 milyar barel minyak
sejak pertama kali teknologi tersebut diterapkan. Proyek NDD Area 13 memiliki
539 sumur baru yang terdiri atas 358 sumur produksi, 145 sumur injeksi uap dan
cara pengeboran. Selain itu, pekerja juga ikut dalam perakitan alat injeksi uap
minyak ini, banyak risiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi kepada para
pekerja karena berhubungan dengan alat-alat berat, bahan kimia, serta penggunaan
mesin yang berpotensi sangat besar menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Berdasarkan pengalaman kerja didaerah NDD 12, tercatat sebanyak
400 orang pekerja kontraktor yang berkerja didaerah NDD 12, sebanyak 270
kecelakaan saat berkendara dan tertimpa alat berat. (PT WIS Consortium
Riau,2013).
terbaik untuk mengurangi angka kecelakaan kerja dan menjaga para pekerjanya
agar tetap bisa selamat dalam bekerja. Hal tersebutlah yang mendorong PT WIS
program tersebut menjadi indikator awal yang dibuat untuk mendukung agar
diberlakukan oleh PT WIS Consortium untuk duri area-13 terdiri dari beberapa
program yang rutin dilakukan yaitu, Risk Management, HES Consultation and
Response Plan, HES Monitoring and Operational Control, HES Awareness and
Dari hasil survei awal yang dilakukan peneliti, program yang diberlakukan
kecelakaan kerja yang tinggi dan belum mengetahui apa itu program Leading
ii
iii
SKRIPSI
OLEH:
DESTYA DIAN LESTARI
NIM : 121000178
OLEH:
DESTYA DIAN LESTARI
NIM : 121000178
ii
iii
Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
WIS CONSORTIUM RIAU TAHUN 2015”. Skripsi ini merupakan salah satu
diperbaiki dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
iv
skripsi ini.
6. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes. selaku Dosen Penguji skripsi yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi
ini.
7. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak
8. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah
seluruh anggota HES yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
10. Sahabat-sahabat yang sangat penulis sayangi: Debbie, Tika, Nina, Drizka, Ayu,
Suci, Bunga, Nani, Keke, Viky,Agung, Arif, Harun, Elsa, Icha, Novlin, Farah,
Rey, Azmi, Bania, Nefri yang telah mendukung dan memberikan semangat
kepada penulis dari awal kuliah sampai sekarang serta mendoakan penulis
11. Sahabat PBL Kubu Simbelang : Yuni, Bunda, Opi, Mamat, Beti, Nazrah, Diva.
kedua orang tua yang sangat disayangi dan dicintai, ayahanda Dahrul dan ibunda
kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar Dahlan Dahlia atas doa,
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
vi
Agama : Islam
Pendidikan Formal
vii
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
ABSTRACT .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... vii
DAFTAR ISI............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum................................................... 5
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................. 5
1.4. ManfaatPenelitian......................................................... 5
viii
ix
xi
xii
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Leading Indicator di PT. WIS Consortium Riau ........ 83
5.2 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Risk Management di PT WIS
Consortium Riau........................................................... 85
5.3 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Consultation and
Communication di PT WIS Consortium Riau.............. 90
5.4 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Inspection di PT WIS
Consortium Riau........................................................... 96
5.5 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Training and Development di
PT WIS Consortium Riau............................................. 100
5.6 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator Emergency Response Plan di
PT WIS Consortium Riau............................................. 104
5.7 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator HES Monitoring and
Operational Control di PT WIS Consortium Riau ...... 106
5.8 Pelaksanaan Program HES (Health, Environment,
Safety) Leading Indicator HES Awareness and
Campaign di PT WIS Consortium Riau....................... 108
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
Universitas Sumatera Utara