BAB I
PENDAHULUAN
Varisella (chicken pox) atau cacar air disebabkan oleh infeksi virus varisela
zooster. Infeksi primer pada varisela menunjukkan gejala dan ditandai dengan
vesikel yang menyebar. Virus varisela zooster akan menetap di ganglion sensoris.
Pada saat imun menurun virus akan reaktivasi dengan menjalar ke serabut saraf,
kulit, erupsi pada dermatom menjadi herpes zooster. Pada host yang mengalami
immunokompromis akan terjadi reaktivasi dan memperberat gejala serta
meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Vaksin varisela dapat menurunkan
insidensi varisela dan herpes zooster.1
Apabila tidak melakukan imunisasi, di usia kurang dari 10 tahun terjadi
sebanyak 90% kasus ,sedangkan diatas usia 15 tahun sebanyak kurang dari 5%
kasus.Jika melakukan imunisasi (varivax), angka kejadian akan menurun. Varisela
merupakan penyakit yang mudah menular dan penularan nya terjadi melalui
udara, terutama penderita pada orang dengan immunokompromais dan kelompok
tertentu (ibu hamil dan neonatus), biasanya gejala lebih berat dan mengalami
komplikasi.1,2
Struktur virus varisela zooster sama seperti herpes virus yaitu lipid di sekitar
neukleokapsid dikelilingan dengan isohederal simetris, diameter sekitar 150-200
nm, untai ganda DNA memiliki berat molekul 80 juta. Masa inkubasi 14-16 hari
setelah terpapar, antara 10-20 hari.1,3
Karena varisela kasus dijumpai maka laporan kasus ini dibuat sebagai tugas
maupun bahan pembelajaran pada stase kulit kelamin di Rumah Sakit Umum
Palembang BARI.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. VARISELA
2.1.1 Definisi
Varisella (chicken pox) atau cacar air disebabkan oleh infeksi virus
varisela zooster. Menyerang kulit dan mukosa, manifestasi klinis didahului gejala
konstitusi, kelainan kulit polimorf, berlokasi di bagian sentral tubuh.1,2
2.1.2 Epidemiologi
Varisela menyerang anak-anak sekitar 90%, dewasa sekitar 20% dan
sisanya kelompok tertentu. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa inkubasi
14-16 hari. Epidemi varisela terjadi di musim semi dan musim dingin.1,2
2.1.3 ETIOPATOGENESIS
Varisela masuk melalui mukosa, saluran pernapasan atas dan orofaring.
Virus bereplikasii di tempat masuk (port d’entry), menyebar melalui pembuluh
darah dan limfe, terjadi viremia primer. Setelah viremia primer virus varisela
zooster bereplikasi di sistem retikuloendotelial selanjutnya terjadi viremia
sekunder dan menyebar ke kulit dan membran mukosa. Virus varisela zooster
bertempat di lapisan sel basal diikuti dengan replikasi, degenerasi sel epitel, dan
akumulasi cairan. Viremia sekunder ditandai dengan timbulnya erupsi varisela,
terutama dibagian sentral tubuh dan bagian perifer. Setelah erupsi kulit dan
mukosa, virus masuk ke ujung saraf sensorik kemudian menjadi laten di ganglion
dorsalis posterior. Virus varisela dapat reaktivasi, terjadi herpes zooster, sesuai
dengan dermatom yang terkena. 1,2
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis penyakit ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala prodromal,
rasa gatal dan manifestasi klinis sesuai tempat predileksi dan morfologi yang khas
varisela.2
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi herpes varisela antara lain: 2,4
1. Inflamasi pada sistem nervus sentral (cerebral ataxia), sendi (artritis), tulang
(osteomielitis), liver (hepatitis), pembuluh darah otak (intrakranial vaskulitis), dan
otak (ensefalitis).
2. Pneumonia
3. Glomerulonefritis
2.1.9 Penatalaksanaan
A. Pencegahan
Vaksinasi yang diberikan untuk anak-anak dapat mencegah infeksi virus
varisela zooster. Vaksin dapat diberikan mulai usia 9 bulan. Usia tersebut ideal
untuk pemberian vaksin sebelum terpapar oleh penyakit. Usia kurang dari 12
tahun dan terpapar penyakit selama 3-5 hari dapat diberikan vaksin untuk
mengurangi gejalanya. Tetapi tidak dapat digunakan setelah terpapar oleh
penyakit. Usia kurang dari 13 tahun dosis kedua, pemberiaan dosis kedua 4
minggu setelah vaksin pertama. Usia 13 tahun, dewasa dan orang tua diberikan
dua dosis, minimal 4 minggu terpisah untuk individu dalam kelompok usia ini
yang menerima vaksin varisela untuk pertama kalinya.4
B. Terapi simptomatik
- Zat anti gatal (mentol, kamfora)2
- Antipiretik (paracetamol), hindari salisilat atau aspirin karena dapat
menimbulkan sindrom reye.2
C. Agen antivirus
Bayi atau anak asiklovir 10-20 mg/kgbb/hari; dosis terbagi 4-5 x 20
mg/kgbb/kali (maks. 800 mg/kali) selama 7 hari.2
Dewasa asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari atau valaksiklovir 3 x 1
gr/hari selama 7 hari atau famsiklovir 3 x 250 mg/hari selama 7 hari.2
Immunokompromais asiklovir 10 mg/kgbb, iv atau iv drip 3 x sehari, minimal
10 hari atau asiklovir 5 x 800 mg/hari/ oral minimal 10 hari, atau valasiklovir
3 x 1 gr/hari minimal 10 hari, atau famsiklovir 3 x 500 mg/hari selama
minimal 10 hari.2
2.1.10. Prognosis
Perawatan dan higiene memberikan prognosis baik dan mencegah jaringan
parut.2
5
2.2. VARIOLA
2.2.1 Definisi
Penyakit virus yang disebabkan oleh virus pox. Eflorsensinya bersifat
monomorf dan menyebar ke ekstremitas.2
2.2.2 Epidemiologi
Penyakit ini penyebarannya kosmopolitan. Dengan vaksinasi teratur
penyakit ini insidennya menurun.2
d. Stadium resolusi
Berlangsung selama 2 minggu, timbul krusta dan suhu mulai normal.
Krusta lepas dan meninggalkan sikatrik atrofi. Kadang-kadang dapat timbul
perdarahan yang disebabkan depresi hematopoetik dan disebut black variola.
6
2.3.7 Penatalaksanaan
Preventif
Vaksinasi dengan virus vaksinia yang diberikan dengan metode multiple
puncture, merupakan terknik terbaik. Pada pemberian vaksin tidak perlu
menggunakan lakohol, tetapi cukup dengan eter atau aseton agar alkohol tidak
menginaktifkan virus vaksinia tersebut.2
Penderita di karantina. Antivirus diberikan (asiklovir atau valaksiklovir),
misalnya isoprinosin, dan interferon, dapat diberikan globulin gama. Diawasi
kemungkinan timbul infeksi sekunder, keseimbangan cairan, dan infeksi
nosoklomial. Bila di mulut terdapat lesi berikan makanan lunak. Pengobatan
topikal sebagai penunjang, mialnya kompres antiseptik atau salap antibiotik.2
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yaitu bronkopneumonia, infeksi kulit sekunder (furunkel,
impetigo), ulkus kornea, dan ensefalitis.2
2.3.2 Epidemiologi
Infeksi hanya epidermis. Dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Tempat
predileksi di aksila, dada, dan punggung. Faktor pencetus yaitu banyak nya
produksi keringat dan ventilasi yang kurang baik, dan penggunaan glukokortikoid
topikal.1,2
2.3.7 Penatalaksanaan
Preventif
Mandi secara rutin. Sabun mandi dapat menggunakan benzoil peroksida,
cek ssetiap anggota keluarga apakah terdapat keluhan impetigo, dan sering
mencuci tangan dengan etanol dan atau dengan gel isopropil.1,2
Topikal
Mupirosin cukup efektif untuk menghilangkan staphylococcus aureus,
oleskan 2 x sehari pada lesi selama 7-10 hari. 1
8
Antibiotik
Salep antibiotik dapat diberikan pada beberapa vesikel atau bula yang
pecah, sedangkan lesi banyak dapat diberikan antibiotik sistemik.1
9
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. NR
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 11 tahun
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Bungaran 3 No. 65 RT 09, Kertapati
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan Terakhir : SD
Tanggal Pemeriksaan : 11-09-2019
II. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Timbul bentol sejak ± 3 hari yang lalu.
Keluhan tambahan:
Gatal dan panas.
3 hari yang lalu, timbul bintil sebesar jarum pentul didada kiri dan
lengan atas sebanyak 3 buah. Bintil disertai rasa gatal, dan tidak nyeri.
Bintil berisi cairan jernih saat dipecahi dan diberi salep fenghuan namun
gatal tidak berkurang. Bintil yang sudah dipecah masih terdapat sedikit
10
cairan, tidak ada kulit yang terkelupas, tidak ada koreng berwarna
kekuningan. Bintil tidak berisi darah dan nanah.
B. Status Generalisata
Keadaan Spesifik
Kepala
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-)
- Telinga : sekret (-/-)
Leher
Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Lihat sratus dermatologikus
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Cor
Inspeksi :lihat sratus dermatologikus
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
12
Status Dermatologikus
papul
vesikel
papul
vesikel
papul
vesikel
papul
vesikel
papul
papul
vesikel
papul
papul
Keterangan:
a. Regio deltoid sinistra, trigonum clavipectoral, Thorax Anterior, cervical
posterior, femoralis posterior dextra, antebrachii lateralis sinistra dan
frontalis, terdapat vesikel dengan dasar eritema, multipel, diameter 0,2 -
0,5 cm, diskret.
b. Regio trigonum clavipectoral, Thorax Anterior, cervical posterior, cruris
medialis, femoralis posterior dextra, antebrachii lateralis sinistra,
antebrachii medial dextra dan frontalis, terdapat papul dengan dasar
eritema, multipel, diameter 0,1-0,4 cm , diskret.
15
VII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi 7
1. Menjelaskan kepada pasien minum obat untuk meringankan gejala.
2. Jika demam, banyak minum air putih dan istirahat yang cukup.
3. Kenakan sarung tangan katun yang bersih selama tidur untuk mencegah
menggaruk gelembung.
Farmakologi
1. Asiklovir 4 x 800 mg/ hari selama 7 hari
2. Setirizin 1x 10 mg/hari
3. Paracetamol 1 x 500 mg/hari, bila perlu
IX PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Tzank test
2. Pemeriksaan gram
X PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
Quo ad kosmetika ; Dubia ad Bonam
16
XI FOLLOW UP
Sabtu, 13 September 2019
Hasil Laboratorium
1. Pemeriksaan Gram Negatif : Tidak Ditemukan
2. Pemeriksaan Gram Positif : Tidak Ditemukan
17
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus bintil muncul pertama kali di dada kiri dan lengan atas kiri.
Selanjutnya diikuti di punggung belakang, dahi, lengan bawah kanan dan kiri,
paha belakang.
Berdasarkan teori varisela gejala timbul erupsi kulit berupa papul
eritematosa lalu berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel mirip tetesan embun
(tear drops) dengan dasar eritematosa. Vesikel berubah menjadi keruh menyerupai
pustul dan kemudian menjadi krusta. Proses ini berlangsung terus menerus diikuti
pertumbuhan vesikel baru sehingga tampak gambaran polimorfi. Krusta akan
terkelupas 1-3 minggu, meninggalkan warna merah muda.2
Pada kasus ditemukan Bintil yang sudah dipecah masih terdapat sedikit
cairan, tidak ada kulit yang terkelupas, tidak ada koreng berwarna kekuningan.
Bintil tidak berisi darah dan nanah.
18
Pada kasus ditemukan bintil yang sudah dipecah masih terdapat sedikit
cairan, tidak ada kulit yang terkelupas, tidak ada koreng berwarna kekuningan.
Bintil tidak berisi darah dan nanah.
Tatalaksana
Hasil penelitian terapi asiklovir oral diberikan dalam 24 jam setelah ruam
timbul dengan dosis 20 mg/kg 4 kali sehari selama 5-7 hari dapat mengurangi
lama sakit dan jumlah lesi yang timbul. Waktu penyembuhan lesi sebesar 4 hari,
dan pelepaasan seluung virus (viral sheeding) selama 7 hari.2,8
terhadap HSV-1, HSV-2, dan VZV. Asiklovir memiliki tiga tahap untuk menjadi
aktif. Obat ini diubah menjadi turunan monofostfat oleh timidin kinase spesifik
virus, lalu menjadi senyawa di- dan trifosfat oleh enzim sel penjamu.2
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA