Anda di halaman 1dari 17

PERANAN KEDOKTERAN KELUARGA

BAGI KESEHATAN MASYARAKAT

Kelompok I:
Arrum Asharmi, Salsabilla Khairunnisa, Tasya Dwi Vayari
Rama Muhammad Tri Arachman, Febiyolan, Rafiza, Mahdi

I. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya “Health for All

in 2000”, pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam

pengembangan perencanaan pemerintah. Program tersebut menitikberatkan

pelayanan kesehatan yang komprehensif. WHO dan Organisasi Dokter Keluarga

Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and Academic

Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah

merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk

meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat yang tertuang dalam

tulisan “Making Medical Practice and Education More Relevant to People’s

Needs: The Role of Family Doctor”.

Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan

Penambah Ilmu Kedokteran (TIA-KPPIK) 2016 di Jakarta, diyatakan bahwa visi

dan misi kurikulum pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk

menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas

seperti sekarang (Sumatera Ekspres, ..). Hal ini sesuai dengan Pendapat ...
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti

Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan

bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang

dicanangkan oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan

penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan

kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini

adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan

pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis

penyakit. Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam

lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan

tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan

pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya,

sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung

jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan

bagi pasiennya (Danakusuma, 1996).

Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki

organisasi yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh

IDI.

2. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah untuk memaksimalkan peranan kedokteran

keluarga bagi kesehatan masyarakat.

3. Masalah
Masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peranan kedokteran

keluarga bagi kesehatan masyarakat.

II. Pembahasan

1. Pengertian Kedokteran Keluarga

2. Peranan Kedokteran Keluarga bagi Kesehatan Masyarakat

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas

profesi untuk mewujudkannya seoptimal mungkin agar masyarakat tetap dan

semakin percaya pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh

WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan

pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran

dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah

seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan

kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit.

Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup

komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan

sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan

sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan

psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas

berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi

pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu kedokteran

yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap

fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya

penyakit, cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus

fungsi keluarga agar dalam keadaan normal. Setiap dokter yang mengabdikan

dirinya dalam bidang profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki

pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran

keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.

Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang

mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk

memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan

menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan

memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan

kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care, yang mencangkup

tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :

1. Promosi kesehatan

2. KIA

3. KB

4. Gizi

5. Kesehatan lingkungan

6. Pengendalian penyakit menular

7. Pengobatan dasar

II.2. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika

disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan

kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya

keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua

macam :

a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih

efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter

keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu

masalah kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang

disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan

sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing.

Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu

masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu

penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih

memuaskan.

b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih

efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter

keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta

diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan


diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit

akan menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan

besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada

pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Karena salah satu

keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan

dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar peranannya

dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui

selalu bersifat terbatas.

II.3. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan

banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah

(Cambridge Research Institute, 1976) :

1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia

seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.

2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin

kesinambungan pelayanan kesehatan.

3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan

terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.

4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga

penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah

lainnya.

5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala

keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun


keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah

kesehatan yang sedang dihadapi.

6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya

penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.

7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang

lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya

kesehatan.

8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang

memberatkan biaya kesehatan.

II.4. FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA

Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004)

a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)

Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan

sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas,

lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam

wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan

mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap

dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan

b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)


Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif

sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju

sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)

Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi

kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan

harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien

sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik

d. Manager

Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam

maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan

komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap

memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana

e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)

Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,

menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan

nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama

masyarakat dan menjadi panutan masyarakat

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :


a. Mendiagnosis dan memberikan pelayanan aktif saat sehat dan sakit

b. Melayani individu dan keluarganya

c. Membina dan mengikut sertakan keluarga dalam upaya penanganan penyakit

d. Menangani penyakit akut dan kronik

e. Merujuk ke dokter spesialis

Kewajiban dokter keluarga :

a. Menjunjung tinggi profesionalisme

b. Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek

c. Bekerja dalam tim kesehatan

d. Menjadi sumber daya kesehatan

e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter

Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006

adalah (Danasari, 2008) :

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan

epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun

masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,

terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat


g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek

II.5. ORGANISASI PADA DOKTER KELUARGA

Pada dokter keluarga, memiliki 2 organisasi yang akan dibahas sebagai berikut :

a. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI)

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) yang saat ini seluruh anggotanya

adalah Dokter Praktik Umum (DPU) yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Jumlah anggota yang telah mendaftar sekitar 3000 orang. Semua anggota PDKI

adalah anggota IDI. PDKI merupakan organisasi profesi dokter penyelenggara

pelayanan kesehatan tingkat primer yang utama.

Ciri dokter layanan primer adalah (Danasari, 2008) :

1. Menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan

berkelanjutan (continuing care)

2. Membuat diagnosis medis dan penangannnya

3. Membuat diagnosis psikologis dan penangannya

4. Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar belakang

dan berbagai stadium penyakit

5. Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan

prognosis

6. Melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik dan kecacatan

melalui penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit, terapi

preventif, dan perubahan perilaku.

Setiap dokter yang menyelenggarakan pelayanan seperti di atas dapat menjadi

anggota PDKI. Anggota PDKI adalah semua dokter penyelenggara pelayanan


kesehatan tingkat primer baik yang baru lulus maupun yang telah lama berpraktik

sebagai Dokter Praktik Umum.

Dokter penyelenggara tingkat primer, yaitu :

1. Dokter praktik umum yang praktik pribadi

2. Dokter keluarga yang praktik pribadi

3. Dokter layanan primer lainnya seperti :

a. Dokter praktik umum yang bersama

b. Dokter perusahaan

c. Dokter bandara

d. Dokter pelabuhan

e. Dokter kampus

f. Dokter pesantren

g. Dokter haji

h. Dokter puskesmas

i. Dokter yang bekerja di unit gawat darurat

j. Dokter yang bekerja di poliklinik umum RS

k. Dokter praktik umum yang bekerja di bagian pelayanan khusus

Sejarah PDKI

PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang bernama Kelompok

Studi Dokter Keluarga (KSDK, 1983), sebuah organisasi dokter seminat di bawah

IDI. Anggotanya beragam, terdiri atas dokter praktik umum dan dokter spesialis.

Pada tahun 1986, menjadi anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA).

Pada tahun 1990, setelah Kongres Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan
Kongres Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali, namanya diubah menjadi Kolese

Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai organisasi dokter

seminat. Pada tahun 2003, dalam Kongres Nasional di Surabaya, ditasbihkan

sebagai perhimpunan profesi, yang anggotanya terdiri atas dokter praktik umum,

dengan nama Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), namun saat itu

belum mempunyai kolegium yang berfungsi.

Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu Kedokteran

Keluarga (KIKK) dan telah dilaporkan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan

Masyarakat Kestabilan dan Kendali Indonesia (MKKI).

Continuing Professional Development (CPD) yang dilakukan oleh Perhimpunan

Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) adalah :

1. Pelatihan Paket A : Pengenalan Konsep Dokter Keluarga

2. Pelatihan Paket B : Manajemen Pelayanan Dokter Keluarga

3. Pelatihan Paket C : Pengetahuan Medis Dasar dan Keterampilan Teknis Medis

4. Pelatihan Paket D : Pengetahuan Mutakhir Kedokteran

5. Konversi DPU menjadi DK bagi dokter yang telah praktek 5 tahun atau lebih

dan masih punya izin praktek dengan mengisi borang yang telah disediakan

sampai tahun 2012, setelah itu bila ingin jadi dokter keluarga harus mengikuti

pendidikan formal baik S2 atau spesialis DK

6. Pengisian modul DK

7. Kerja sama dengan Australia dengan mengisi modul online

b. Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia ( KIKKI )


Dipilih dalam Kongres Nasional VII di Makassar 30 Agustus 2006 – 2 September

2006, dan telah dilaporkan ke PB IDI Pusat dan MKKI. Kolegium memang harus

ada dalam sebuah organisasi profesi. Jadi PDKI harus mempunyai kolegium yang

akan memberikan pengakuan kompetensi keprofesian kepada setiap anggotanya.

Dalam PDKI lembaga ini yang diangkat oleh kongres dan bertugas sebagai

berikut :

1. Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta semua

keputusan yang ditetapkan kongres

2. Mempunyai kewenangan menetapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi

kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan profesi bidang

kedokteran keluarga

3. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium kedokteran

4. Mewakili PDKI dalam pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga

5. Menetapkan program studi pendidikan profesi bidang kedokteran keluarga

beserta kurikulumnya

6. Menetapkan kebijakan dan pengendalian uji kompetensi nasional pendidikan

profesi kedokteran keluarga

7. Menetapkan pengakuan keahlian (sertfikasi dan resertifikasi)

8. Menetapkan kebijakan akreditasi pusat pendidikan dan rumah sakit pendidikan

untuk pendidikan dokter keluarga

9. Mengembangkan sistem informasi pendidikan profesi bidang kedokteran

keluarga
Angota KIKK terdiri atas anggota PDKI yang dinilai mempunyai tingkat

integritas dan kepakaran yang tinggi untuk menilai kompetensi keprofesian

anggotanya. Atas anjuran dan himbauan IDI sebaiknya KIKK digabung dengan

KDI karena keduanya menerbitan sertifikat kompetensi untuk Dokter Pelayanan

Primer (DPP). Setelah melalui diskusi yang berkepanjangan akhirnya bergabung

dengan nama Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga (KDDKI) yang untuk

sementara melanjutkan tugas masing-masing, unsur KDI memberikan sertifikat

kepada dokter yang baru lulus sedangkan unsur KIKK memberikan sertifikat

kompetensi (resertifikasi) kepada DPP yang akan mendaftar kembali ke KKI

(Qomariah, 2000).

II.6. PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER

KELUARGA

Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan

dokter keluarga (Qomariah, 2000) :

DOKTER PRAKTEK DOKTER

UMUM KELUARGA

Cakupan Pelayanan Terbatas Lebih Luas

Menyeluruh, Paripurna,

Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan bukan sekedar yang

dikeluhkan

Kasus per kasus dengan


Kasus per kasus dengan
Cara Pelayanan berkesinambungan
pengamatan sesaat
sepanjang hayat
Lebih kearah

pencegahan, tanpa
Lebih kuratif hanya
Jenis Pelayanan mengabaikan
untuk penyakit tertentu
pengobatan dan

rehabilitasi

Kurang Lebih diperhatikan dan


Peran keluarga
dipertimbangkan dilibatkan

Promotif dan
Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
pencegahan

Hubungan dokter- Dokter – pasien – teman


Dokter – pasien
pasien sejawat dan konsultan

Secara individual

sebagai bagian dari


Awal pelayanan Secara individual
keluarga komunitas dan

lingkungan

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1. KESIMPULAN

Dokter keluarga merupakan profesi dokter yang dapat mencegah terjadinya

pembengkakkan biaya dengan cara memperhatikan riwayat daripada suatu

keluarga. Dengan tindakan seperti itulah dokter keluarga dapat mencegah

penyakit yang akan timbul. Dan ini pula yang dilewati oleh dokter praktek umum.
Dokter keluarga juga dapat berperan sebagaimana layaknya dokter praktek umum,

yaitu sama-sama sebagai five stars doctor dimana mereka menjadi communicator,

care provider, decision maker, community leader dan manager. Selain itu juga,

dokter keluarga tergabung dalam organisasi Perhimpunan Dokter Keluarga

Indonesia (PDKI) dan Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia (KIKKI).

PDKI terbentuk pada tahun 2003 dengan anggotanya adalah dokter praktik umum

(IDI) yang juga bekerja sebagai pelayanan jasa primer. Kemudian, pada kongres

selanjutnya mendirikan kolega yaitu Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga

Indonesia (KIKKI).

Namun, ada juga perbedaan antara dokter praktik umum dan dokter keluarga yang

dapat dilihat dari cakupan pelayanan, sifat pelayanan, cara pelayanan, jenis

pelayanan, dan lain-lain.

III.2. SARAN

Jadilah seorang dokter yang profesional sehingga dapat dipercaya oleh banyak

orang.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: IDI

Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan


Kedokteran Komunitas. Jakarta: IDI.

Naibaho, Sri Mariance. 2016. “Masyarakat Inklusif bagi Disabilitas.”


Sumatera Ekspres. Selasa, 6 Desember 2016. Palembang: PT
Citra Bumi Sumatera.

Wonodirekso, Sugito. 2009. “Sistem Pelayanan Dokter Keluarga


Meningkatkan Kader Kesejawatan dan Profesionalisme”. Majalah
Kedokteran Indonesia. 59 (1). 1—2. http/www.jurnalilmahkedo
dokteranindonesia/com. Diakses 8 Desember 2016, Pukul: 21.30
WIB.

Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta


Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai