Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar.
Banyak korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja,
ternak, dan peralatan menjadi rusak dan hancur. Korban juga mengalami
dampak psikologi akibat bencana, misalnya ketakutan, kecemasan akut,
perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi
sebagaimn orang, dampak ini memudar dengan berjalannya waktu. Tapi untuk
banyak orang alin, bencana memberikan dampak psikologi jangka panjang, baik
yang terlihat jelas misalnya depresi, psikosomatis (keluhan fisik yang
diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung : konflik, hingga
perceraia.
Akibat dari bencana tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat paska bencana, sebagai akibat perubahan yang terjadi dalam hidup
mereka yang terjadi secara drastis dan tiba– tiba, dan pada akhirnya
menimbulkan kelainan atau gangguan pada mental atau gangguan kejiwaan
sebagai buntut bencana.
Pada fase awal bencana, akan membuat para korban menjadi khawatir dan
bahkan mungkin menjadi panik. Kepanikan itu berupa, seseorang akan merasa
sangat down, shock , karena kehilangan harta benda dan sanak saudara.
Demikian pula, mereka akan merasakan berbagai macam emosi seperti
ketakutan, kehilangan orang dan benda yang dicintainya, serta membandingkan
keadaan tersebut dengan kondisi sebelum bencana, mereka kembali mengingat
harta benda yang telah hilang atau rusak sekaligus merasakan kesedihan yang
mendalam. Hingga pada akhirnya merasa kecewa, frustasi, marah, dan
merasakan pahitnya hidup
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana


2.1.1 Tahapan Bencana
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster,tahap
serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan
tahaprekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang
peranyang sangat strategis.
a. Tahap Pra-Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunyamulai
saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact.Tahap
ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategiskarena
pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggapterhadap
bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikankepada
petugas dan masyarakat akan sangat berdampak kepada jumlah
besarnya korban saat bencana menyerang (impact), peringatan
dinidikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana
b. Tahap Serangan atau Terjadinya Bencana (Impact phase)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase)merupakan
fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat dimana,manusia sekuat
tenaga mencoba ntuk bertahan hidup. Waktunya bisaterjadi beberapa
detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahapserangan
dimulai saat bencana menyerang sampai serang berhenti.
c. Tahap Emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang
pertama.Tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang
menolongkorban bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus
yaitumasyarakat dari lokasi dan sekitar tempat bencana.Karakteristik
korban pada tahap emergensi minggu pertama adalah :korban dengan
masalah Airway dan Breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah
ditolong dan berlanjut ke masalah lain, korbandengan luka sayat, tusuk,
terhantam benda tumpul, patah tulangekstremitas dan tulang belakang,
trauma kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau
ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas. Padaminggu ke dua dan
selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karenaterkait dengan
kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau personal
hygiene. Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung (maag),diare,
kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan serangga
d. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum
sepertisekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga.
Padatahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik
tetapi yanglebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya.
Kita perlumelakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-orientasi nilai-
nilai dannorma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab.
Denganmelakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban
bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding
sebelum terjadi bencana. Situasi ini seharusnya bisa dijadikan
momentum oleh pemerintahuntuk membangun kembali Indonesia yang
lebih baik, lebih beradab, lebihsantun, lebih cerdas hidupnya lebih
memiliki daya saing di duniainternasional.
2.1.2 Definisi manajemen bencana
Penanggulangan bencana atau yang sering didengar dengan
manajemen bencana (disaster management) adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
Konsep manajemen bencana saat ini telah mengalami pergeseran
paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan
holistik(menyeluruh). Pada pendekatan konvensial bencana itu suatu
peristiwa ataukejadian yang tidak terelakkan dan korban harus
segeramendapatkan pertolongan, sehingga manajemen bencana lebih fokus
padahal yang bersifat bantuan (relief) dan tanggap darurat
(emergency response).
Selanjutnya paradigma manajemen bencana berkembang ke arah
pendekatan pengelolaan risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya
pencegahan danmitigasi, baik yang bersifat struktural maupun non-
struktural di daerah-daerahyang rawan terhadap bencana, dan upaya
membangun kesiap-siagaan.
2.1.3 Tahapan dan Kegiatan dalam Manajemen Bencana
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap
darurat,dan tahap pasca bencana.
1. Pada Pra Bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Situasi Tidak Terjadi BencanaSituasi tidak ada potensi bencana
yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis kerawanan
bencana pada periode waktutertentu tidak menghadapi ancaman
bencana yang nyata.Penyelenggaraan penanggulangan bencana
dalam situasi tidakterjadi bencana meliputi :
- perencanaan penanggulangan bencana;
- pengurangan risiko bencana;
- pencegahan;
- pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
- persyaratan analisis risiko bencana;
- pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
- pendidikan dan pelatihan; dan
- persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
b. Situasi Terdapat Potensi
BencanaPada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan:
- Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatanyang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.
- Peringatan Dini. Peringatan dini adalah serangkaiankegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepadamasyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana padasuatu tempat oleh
lembaga yang berwenang
- Mitigasi Bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya
untukmengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunanfisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuanmenghadapi ancaman bencana

Anda mungkin juga menyukai