TESIS
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
PEMINATAN INDUSTRI DAN ORGANISASI
DEPOK
JULI 2012
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
PEMINATAN INDUSTRI DAN ORGANISASI
DEPOK
JULI 2012
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NPM 1006796733
Tanda Tangan
Tanggal 6 Juli
DEWAN PENGUJI
DISAHKAN OLEH
(Dra. Dharmayati Utoyo Lubis, M.A., Ph.D. Psikolog Dahlan Mansoer, M. Org. Psy)
NrP 1 95 1 0327 t97 603200t 194904031976031002
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Peneliti menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hartanto Brotoharsojo, selaku pembimbing I, dan Prof. Dr. Ali Nina
Liche Seniati, M.Si, selaku pembimbing II, yang telah menyempatkan diri di
tengah kesibukan mereka untuk memberi masukan, kritikan, dan dorongan
kepada peneliti sehingga tesis ini dapat selesai.
2. Dra.Bertina Sjabadhyni, M.Si, selaku penguji I, dan Arum Etikariena
Hidayat, S.Psi., M.Psi., selaku penguji II yang telah memberikan masukan
dan kritikan terhadap tesis peneliti.
3. Hj. Tien A. Kosmaya, SH., Ir. H. Dede Kosmaya, dan Yati Mulyati, selaku
orang tua peneliti, beserta kedua kakak tersayang yang selalu memberikan
segala bentuk dukungan dan do’a yang tak ternilai.
4. Istri yang tercinta Budiati Setianingtias, S.Kom. yang selalu memberikan
dukungan dan do’a, beserta putri yang terkasih Nathifa Alika Lumina yang
selalu menghibur dan memberikan inspirasi.
5. Seluruh pihak di PT XYZ yang telah membantu kelancaran pelaksanaan
penelitian, yaitu Pak Agus, Pak Masrana, Pak Subari, Pak Ucok, Mas
Dhiko dan seluruh responden yang terlibat dalam pengambilan data.
6. Seluruh sahabat PIO XVI yang telah mendukung, memberikan masukan,
kritik, dan kepercayaan kepada peneliti selama hampir dua tahun bersama,
serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima
kasih.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua pihak yang
terkait. Saya berharap tesis ini dapat berguna bagi orang-orang yang membacanya.
iv Universitas Indonesia
Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta rzin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 6 hli2012
Yang menyatakan
-"(-<.-
Kata kunci :
Komitmen organisasi, perceived organizational support, pelatihan, coaching.
vi Universitas Indonesia
Key words:
Organizational commitment, perceived of organizational support, training,
coaching.
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR .................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
LAMPIRAN ......................................................................................................... xiii
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.2 Permasalahan
PT XYZ adalah sebuah Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) yang
didirikan pada tahun 2002 dengan Surat Izin BUJP resmi yang dikeluarkan oleh
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia. Perusahaan ini dimiliki oleh
koperasi salah satu perusahaan multinasional terbesar di Indonesia yang
menguasai berbagai sektor usaha antara lain di bidang otomotif, agrobisnis,
pertambangan dan perbankan. PT XYZ merupakan sebuah perusahaan
outsourcing yang menghasilkan produk berupa tenaga pengamanan (security)
profesional, dimana sebagian besar pengguna jasa PT XYZ merupakan kelompok
perusahaan multinasional tersebut dan selebihnya adalah perusahaan nasional dan
internasional lainnya.
Seiring berjalannya waktu, bisnis PT XYZ terus berkembang, baik secara
cakupan wilayah maupun diferensiasi produk jasa yang disertai oleh penambahan
jumlah perusahaan pengguna jasa dan jumlah tenaga security. Pada tahun 2002,
PT XYZ memiliki 1200 tenaga security, dan saat ini PT XYZ telah memiliki 8000
tenaga security yang tersebar lebih dari 100 perusahaan di 60 kota di seluruh
Indonesia. Adapun pelayanan jasa yang ditawarkan PT XYZ saat ini, melingkupi
jasa penyediaan tenaga pengamanan, jasa pendidikan dan latihan keamanan, jasa
konsultasi keamanan, serta jasa kawal angkut uang dan barang berharga. Di dalam
kondisi perusahaan yang terus berkembang, peran karyawan (staf) sebagai sumber
Universitas Indonesia
daya yang merupakan aset bagi perusahaan menjadi perhatian utama. Karyawan
sebagai fungsi pendukung dalam proses bisnis, diharapkan dapat memberikan
kontribusi seoptimal mungkin dalam rangka membantu perusahaan mencapai
tujuannya. Namun pada kenyataannya, hal ini sulit terwujud di PT XYZ dimana
para karyawannya tidak merasa perlu untuk turut serta membangun perusahaan
menjadi lebih baik di masa mendatang yang ditandai dengan rendahnya komitmen
karyawan terhadap perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap jajaran direksi dan karyawan staf
berbagai tingkat jabatan setelah pengisian kuesioner awal dilakukan, rendahnya
komitmen karyawan terhadap perusahaan tampak dari permasalahan-
permasalahan yang muncul di PT XYZ. Adapun permasalahan utama yang
dirasakan pihak manajemen adalah kurangnya internalisasi nilai-nilai perusahaan
yang sebenarnya merupakan panduan untuk dapat membantu para karyawan
dalam proses kinerja. Pada tahun 2010, pihak manajemen sebenarnya telah
menetapkan nilai-nilai perusahaan sebagai hasil penjabaran dari tujuan yang
dimiliki ke dalam aspek-aspek dan indikator perilaku yang dapat dijadikan
sebagai acuan bagi karyawan untuk bekerja dan berperilaku. Adapun nilai-nilai
perusahaan (Company Values) PT XYZ terdiri dari Teamwork, Operational
excellence, Professional, dan Customer Care yang disingkat dengan istilah TOP
Cust. Nilai-nilai perusahaan yang ada dan telah disosialisasikan tidak sampai
bermakna bagi para karyawan dan hanya sebatas pada pengetahuan saja.
Kurangnya internalisasi nilai-nilai perusahaan tampak dari rendahnya
produktivitas kinerja para karyawan yang disebabkan oleh kurang efektifnya
hubungan kerjasama diantara divisi atau departemen, komunikasi yang kurang
baik hingga seringkali terjadi konflik, saling menyalahkan dan melempar
tanggung jawab jika terjadi permasalahan, kurang profesional dalam
menggunakan waktu kerja (datang terlambat, tidak segera melakukan pekerjaan
saat masuk jam kerja, dan terkadang pulang lebih awal tanpa izin), seringkali
bekerja tanpa mengikuti standard operational procedures, dan kurangnya
partisipasi aktif dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan turut serta
dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan pihak manajemen (Sebagai contoh,
hilangnya kegiatan rutin morning share karena seringkali banyaknya karyawan
Universitas Indonesia
yang tidak hadir dan kegiatan tersebut dirasa kurang efektif ataupun berguna oleh
mereka).
Adapun dari sudut pandang karyawan, permasalahan utama yang dirasakan
adalah kurangnya peran atau dukungan organisasi terhadap kesejahteraan dan
pemenuhan kebutuhan sosial-emosional mereka. Sistem manajemen kinerja
perusahaan yang masih dalam tahap pengembangan, dianggap menjadi salah satu
penyebab persepsi yang kurang baik akan dukungan organisasi yang diterima. Hal
ini ditandai dengan deskripsi jabatan yang belum jelas, kebingungan akan peran,
tanggung jawab, wewenang, dan hubungan kerja di dalam struktur organisasi,
penilaian kinerja yang masih berdasarkan subjektivitas atasan, dan kurangnya
penghargaan yang diberikan sebagai bentuk pemerhatian organisasi terhadap
karyawan, seperti adanya indikasi ketidakadilan dalam pengupahan, tidak adanya
perencanaan suksesi atau karir yang jelas, tidak adanya suatu bentuk pelatihan dan
pengembangan diri karyawan, serta kurangnya dukungan atasan dalam
memberikan otonomi pekerjaan dengan sumber daya yang cukup, maupun
penghargaan atau pengakuan terhadap kinerja karyawan yang tinggi (recognition
for outstanding services) secara psikologis. Rendahnya dukungan organisasi dapat
diindikasikan pula dari temuan turnover karyawan kantor pusat di awal tahun
2012 yang berjumlah 19 orang dengan tingkat jabatan yang beragam, dimulai dari
staf hingga direksi. Data demografis yang didapatkan menyebutkan jumlah
karyawan kantor pusat saat ini sebanyak ± 80 orang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pihak HRD, secara umum hasil exit interview pada karyawan
yang keluar adalah menginginkan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan sosial-
emosional yang lebih baik.
Temuan-temuan di atas didukung pula oleh hasil dari penyebaran kuesioner
Organizational Blockage yang dikembangkan oleh Woodcock dan Francis (1990)
terhadap 55 karyawan di kantor pusat dengan tingkat jabatan mulai dari staf
hingga direksi. Dari 14 aspek yang diukur, terdapat 5 aspek yang menjadi
sumbatan utama di dalam organisasi yaitu aspek Poor Teamwork, Unfair
Rewards, Lack of Succesion Planning dan Management Development, Poor
Training, dan Low Motivation. Teamwork merupakan aspek pertama dari ketiga
aspek Company Values (CV) lainnya di PT XYZ. Pihak manajemen
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
atasan untuk memberikan coaching yang efektif, baik secara waktu, isi, maupun
proses umpan balik, sehingga produktivitas kinerja pun akan meningkat
dikarenakan penggunaan sumber daya manusianya secara optimal.
Di dalam membuat coaching yang efektif harus memberikan perhatian yang
lebih terhadap penetapan tujuan (goal setting), adanya proses umpan balik
(feedback), dan tersedianya pedoman dalam melakukan coaching (Rocereto,
Mosca, Gupta, & Rosenberg, 2011). Diharapkan selain terciptanya kualitas
hubungan atasan-bawahan yang baik melalui coaching, coaching yang efektif
dapat membantu memudahkan atasan dalam memahami karyawan sebagai bentuk
dukungan atau penghargaan, dan akan meningkatkan persepsi karyawan terhadap
dukungan organisasi dengan jauh lebih baik, karena dirinya merasa dipercaya
(Bivens, 1996). Maka dari itu, peneliti berupaya menyempurnakannya melalui
pelatihan coaching skills terhadap atasan dan pendampingan saat atasan
memberikan coaching terhadap bawahannya dengan pedoman yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai bagaimana pengaruh POS terhadap komitmen organisasi
karyawan PT XYZ. Adapun peneliti juga melakukan intervensi yang berupa
pelatihan dan pendampingan coaching terhadap atasan guna melihat pengaruh
peningkatan POS dan komitmen organisasi karyawan PT XYZ.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Komitmen normatif
Komitmen normatif adalah kekuatan hasrat karyawan untuk terus
bekerja pada organisasi karena merasa wajib untuk tetap tinggal dalam
organisasi. Hal ini karena tekanan dari orang lain (Greenberg dan Baron,
2000). Komitmen normatif menyangkut merasa berkewajiban untuk tetap
bekerja pada pemimpinnya. Perasaan ini timbul karena telah mendapat
keuntungan dari pemimppin, seperti pembayaran kuliah atau pelatihan
keterampilan khusus (Schultz dan Schultz, 1998).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Rasa keadilan
Dalam keadilan prosedural organisasi menitikberatkan pada rasa
keadilan (fairness) dalam pembagian sumber daya diantara karyawan
Universitas Indonesia
b. Dukungan atasan
Istilah persepsi terhadap dukungan atasan (Perceived Supervisory
Support/ PSS) lebih sering digunakan dalam menjelaskan mengenai faktor
ini. PSS diartikan sebagai sejauhmana karyawan mempersepsikan
kepedulian atasan akan kesejahteraan mereka, nilai kontribusi mereka, dan
menunjukan tingkah laku yang mendukung mereka (Eisenberger dkk.,
1986). Kottke dan Sharafinski (1988) mengartikan PSS sebagai keyakinan
karyawan akan kepedulian atasan terhadap kontribusi dan kesejahteraan
mereka. Menurut Hutchison (1997), perilaku atasan yang peduli dan
mendukung bawahannya secara positif berhubungan dengan komitmen
afektif. Hal ini dikarenakan atasan mewakili organisasi, sehingga atasan
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan arahan, mengevaluasi
hasil kerja, dan mendukung bawahannya. Pendapat ini juga didukung oleh
Eisenberger dkk. (1986) dan Levinson (1965) yang mengatakan bahwa
bawahan melihat atasan sebagai perpanjangan tangan dari organisasi.
Eisenberger dkk. (1986) secara spesifik memperhatikan bahwa bagaimana
cara perusahaan memperlakukan karyawannya melalui perilaku
manajerial, secara kuat akan mempengaruhi persepsi karyawan terhadap
dukungan organisasi. Penghargaan informal organisasi untuk kinerja yang
berkualitas merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mengirimkan
pesan bagi karyawan mengenai bentuk kepedulian akan kesejahteraan
mereka, nilai kontribusi mereka, dan menunjukan tingkah laku yang
mendukung mereka.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Technostructural Interventions
Intervensi ini fokus terhadap teknologi organisasi (sebagai contoh,
metode penyelesaian tugas dan desain jabatan) dan struktur (sebagai
contoh, pembagian tenaga kerja dan hirarki). Intervensi ini meliputi
pendekatan untuk keterlibatan karyawan dalam kaitannya dengan desain
organisasi, kelompok, dan jabatan. Adapun bentuk-bentuk yang termasuk
di dalam intervensi ini adalah restrukturisasi organisasi (meliputi
structural design, downsizing, dan reengineering), employee involvement
(meliputi parallel structures, high-involvement plants, dan total quality
management), dan work design.
d. Strategic Interventions
Intervensi ini terhubung dengan fungsi internal organisasi terhadap
lingkungan yang lebih besar dan merubah organisasi untuk tetap bertahan
atau bisa menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Adapun bentuk-
bentuk yang termasuk di dalam intervensi yang mengacu pada strategi
organisasi yang kompetitif dan kolaboratif adalah integrated strategic
change, merger and acquisitions, alliances, networks, culture change, self-
desgining organizations, serta organization learning and knowledge
management.
Universitas Indonesia
2.4 Pelatihan
2.4.1 Definisi Pelatihan
Menurut Mathis dan Jackson (2010), pelatihan adalah sebuah proses yang
membantu seseorang dalam mengembangkan kemampuan yang dibutuhkannya
dalam mengerjakan pekerjaannya. Oleh karena proses ini terkait dengan berbagai
tujuan organisasi, pelatihan dapat dilihat baik secara sempit maupun secara luas.
Dalam arti sempit, pelatihan menyediakan pengetahuan dan keterampilan yang
spesifik dan yang teridentifikasi bagi karyawan untuk menjalankan tugas-tugasnya
saat ini. Ketika kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan terbatas
karena kurangnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki, pelatihan
memungkinkan sebagai suatu cara untuk menjembatani kesenjangan tersebut
(Silberman, 2006).
Universitas Indonesia
b. Pengetahuan (Knowledge)
Menanamkan informasi secara kognitif dan detilnya kepada peserta
pelatihan (contoh: pelatihan akan bagaimana sebuah produk dapat
dioperasikan).
c. Keterampilan (Skill)
Mengembangkan perilaku dalam mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugas
yang dibutuhkan agar terjadi perubahan yang lebih baik (contoh:
meningkatkan kecepatan dalam melakukan instalasi).
Dalam penelitian ini, tujuan pelatihan yang diberikan kepada peserta (para
atasan) adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya intervensi dalam
mengoptimalisasikan kinerja karyawan, menanamkan informasi umum, teknik,
dan metode mengenai pemberian intervensi yang efektif, serta mengembangkan
keterampilan dengan pengimplementasian hasil pelatihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Pembelajaran (Learning)
Level ini mengukur sejauh mana pembelajaran didapat oleh
peserta. Biasanya level ini menggunakan bentuk tes yang mengukur
jumlah informasi yang didapatkan dari program pelatihan. Pengukuran
Universitas Indonesia
- Perilaku (Behavioral)
Level ini mengukur kemampuan baru yang dipelajari ketika
peserta pelatihan kembali pada rutinitas kerja sehari-hari, yaitu sejauh
mana perubahan tingkah laku terjadi sebagai dampak dari pelatihan.
Oleh karena itu, perlu dilihat pengaplikasian pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dipelajari peserta di dalam kehidupan
nyata. Metode yang digunakan untuk mengukur level ini adalah
metode observasi yang dapat dilakukan baik oleh atasan maupun rekan
kerja.
- Hasil (Result)
Level ini mengukur hasil yang diperoleh organisasi, seperti
kinerja peserta pelatihan yang dapat dilihat melalui produktivitas,
keuntungan keuangan, atau kualitas kerja. Penyelenggaraan pelatihan
diharapkan menyediakan hasil yang jauh lebih besar daripada
pengeluaran material dari program pelatihan yang diselenggarakan.
Universitas Indonesia
pelatihan maupun responden penelitian akan diberikan serangkaian tes (pre dan
post) untuk mengukur sejauhmana efektivitas pelatihan yang di dapat.
2.5 Coaching
Untuk dapat melakukan kegiatan coaching dengan efektif, para atasan dapat
diberikan intervensi berupa pembekalan keterampilan coaching. Beberapa
literatur (Kinlaw, dalam Ryan, 2008) menjelaskan bahwa coaching skill dapat
dilatih melalui kegiatan pelatihan dengan durasi waktu yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan peserta pelatihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Di dalam proses coaching yang bersifat dyadic, selalu terdapat dua pihak
yang terlibat yaitu pemberi coaching (coach) dan penerima coaching (coachee).
Berikut akan dijelaskan mengenai peran dari seorang coach yang baik untuk
terciptanya coaching yang efektif.
Di dalam penelitian ini, para atasan yang akan menjadi seorang coach
dalam proses pemberian coaching terhadap para bawahannya dengan tujuan untuk
meningkatkan persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi.
Universitas Indonesia
b. Tanggung Jawab
Prinsip utama dari proses coaching adalah tanggung jawab terhadap diri
sendiri dengan apa yang sudah menjadi keputusan kita. Kita belajar lebih
banyak dengan mencari sendiri, bukan hanya mendengarkan perkataan
orang. Kita lebih suka membuat keputusan sendiri daripada diarahkan
orang lain. Maka dari itu, yang diperlukan dalam proses coaching adalah
dukungan dan dorongan untuk terus mencoba. Coach bertanggung jawab
terhadap proses dan coachee bertanggung jawab terhadap isi.
c. Percaya Diri
Orang mengembangkan kepercayaan diri dengan diberi ruang untuk
belajar, baik dengan melakukan kesalahan, maupun melalui upaya
pencapaian tujuan. Ketika karyawan mempelajari tugas baru, maka yang
membantu mereka adalah ketika manajemen membiarkan mereka sendiri
melakukan tugas-tugas berdasarkan dukungan dan panutan yang diberikan.
Memberi pujian kepada orang karena mereka pantas mendapatkannya
akan membangun kepercayaan diri, memantapkan keyakinan untuk
mencapai lebih dan menambah energi untuk menggapainya.
d. Tidak Menyalahkan
Dalam budaya coaching, kesalahan dipandang sebagai pengalaman
belajar. Coachee belajar lebih banyak dari tindakan-tindakan yang belum
Universitas Indonesia
f. Tantangan
Pada umumnya kita menyukai tantangan dan berupaya untuk
menggapainya (dengan mengeluarkan semua tenaga dan pikiran) dalam
sebuah lingkungan yang suportif dan membesarkan hati. Terkadang kita
tidak menyadari terdapat batas-batas, baik dalam diri maupun lingkungan
untuk mencapai sasaran yang melebihi dari seharusnya (diperlukan). Pada
situasi seperti ini, tugas coach adalah memberikan perspektif baru bagi
coachee untuk lebih melihat segala sesuatu secara proporsional.
g. Tindakan
Coaching menyingkapkan perspektif dan kesadaran baru. Coachee
mendapatkan wawasan baru yang memungkinkan tersedianya banyak
pilihan yang pada gilirannya akan menimbulkan keinginan untuk bertindak
dan berubah. Coach menjamin bahwa energi ini tersalur ke dalam tindakan
dan perubahan perilaku yang tepat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
atau judgement yang terlalu cepat melainkan terbuka akan informasi yang
seluas-luasnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hubungan yang tinggi, yaitu adanya hubungan yang saling mendukung antara
bawahan dan atasannya sehingga memunculkan keterlibatan karyawan terhadap
aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan.
Sebagaimana persepsi karyawan terhadap imbalan yang diberikan dan
lingkungan pekerjaan di dalam organisasi (organizational rewards and job
conditions) dan rasa keadilan terhadap berbagai prosedural organisasi (fairness),
mereka juga mengembangkan pandangan umum yang tertuju pada derajat sejauh
mana atasan menghargai kontribusi dan peduli terhadap kesejahteraan mereka
(perceived supervisory support) (Kottke dan Sharafinski, 1988). Karena atasan
berperan sebagai agen dari organisasi yang memiliki tanggung jawab untuk
mengarahkan dan mengevaluasi kinerja bawahannya, maka karyawan akan
melihat baik atau tidaknya dukungan (sosial) yang diberikan atasan sebagai
indikator dari dukungan organisasi (Eisenberger dkk, 1986).
Eisenberger dkk. (1986) secara spesifik memperhatikan bahwa bagaimana
cara perusahaan memperlakukan karyawannya melalui perilaku manajerial, secara
kuat akan mempengaruhi persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi.
Penghargaan informal organisasi untuk kinerja yang berkualitas merupakan salah
satu cara bagi perusahaan untuk mengirimkan pesan bagi karyawan mengenai
bentuk kepedulian akan kesejahteraan mereka, nilai kontribusi mereka, dan
menunjukan tingkah laku yang mendukung mereka. Partisipasi dalam
pengambilan keputusan (Hutchison, 1997), perlakuan yang adil dan kepuasan
intrinsik akan kondisi kerja (Stinglhamber & Vandenberghe, 2003), merupakan
bentuk dari dukungan atasan yang dapat mendukung persepsi yang positif dari
karyawan terhadap dukungan organisasi (POS). Menurut Shore dan Shore (1995)
pengakuan dan penghargaan dari manajemen tingkat atas, juga berkontribusi
sebagai faktor dalam organizational rewards dan job conditions.
Salah satu hal yang dapat membuat persepsi karyawan terhadap dukungan
organisasi menjadi lebih baik adalah penerapan coaching secara berkala di
perusahaan. Ryan (2008) menyebutkan bahwa kegiatan coaching memiliki
sejumlah manfaat, diantaranya adalah peningkatan performa kinerja, peningkatan
hubungan atasan dan bawahan, peningkatan kepuasan kerja, peningkatan
keterlibatan dan rasa tanggung jawab karyawan dalam pekerjaan, serta keinginan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bagan 2.1
Hubungan Antar Variabel dan Intervensi
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
43 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.4.3 Intervensi
Coaching merupakan intervensi yang digunakan di dalam penelitian ini.
Definisi dari intervensi ini adalah suatu rangkaian program yang meliputi
pelatihan mengenai coaching skills bagi atasan yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta akan materi tersebut, serta
pelaksanaan coaching oleh atasan terhadap bawahan yang didampingi oleh
peneliti.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.8.2 Observasi
Observasi adalah suatu metode dimana peneliti memperhatikan secara
akurat mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2005). Tujuan observasi adalah
mendeskripsikan keadaan yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dialami
tersebut.
Pada penelitian ini, observasi dilakukan terutama pada tahap awal
penelitian untuk mendapat gambaran langsung mengenai gejala-gejala yang
termasuk sebagai permasalahan di organisasi. Kemudian observasi ketika
wawancara terhadap orang-orang yang menjadi narasumber. Selanjutnya
dilakukan pula observasi terhadap para peserta yang mengikuti intervensi sebagai
action plan dari penelitian ini.
3.8.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan alat ukur ilmiah yang dapat mengukur tingkah laku
(Zechmeister dkk., 2001). Sebuah kuesioner berisi sejumlah pernyataan yang
ditulis sedemikian rupa dengan memperhatikan tata bahasa yang baik dan
tampilan yang menarik, sehingga responden dapat membaca, menginterpretasikan
maksud, dan menuliskan jawaban yang diminta (Kumar, 1999).
Sebagai sebuah alat ukur, kuesioner yang baik adalah yang telah terbukti
validitas dan reliabilitasnya. Validitas berhubungan dengan apa yang diukur oleh
sebuah alat ukur dan seberapa baik atau tepat alat ukur tersebut mengukurnya
(Anastasi dan Urbina, 1997). Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
validitas konstruk, yaitu sejauh mana alat ukur yang dapat mengukur teori atau
konstruk yang digunakan. Metode yang digunakan untuk mengukur validitas
konstruk dengan internal consistency, yaitu dengan mengkorelasikan skor setiap
item dengan skor total dan memilih item yang berkorelasi tinggi dengan skor total
(Anastasi dan Urbina, 1997). Anastasi dan Urbina (1997) menambahkan bahwa
nilai item-total correlation yang masih dapat ditolerir berkisar 0,2 – 0,3, bila
angka semakin tinggi akan semakin baik. Kisaran inilah yang ingin dicapai
peneliti untuk nilai validitas per item dalam alat ukur yang digunakan. Apabila
Universitas Indonesia
korelasi antara item dengan skor total dimensi di bawah 0,2, maka item tersebut
akan dibuang.
Selanjutnya, reliabilitas adalah ukuran konsistensi skor seseorang jika ia
diukur beberapa kali oleh alat ukur yang sama pada saat yang berbeda, atau oleh
serangkaian tes yang serupa (Anastasi dan Urbina, 1997). Metode yang digunakan
dalam uji reliabilitas adalah single-trial dengan menggunakan Alpha Cronbach.
Tujuan dari metode ini adalah mengetahui apakah seluruh item dalam pengukuran
secara konsisten mengukur hal yang sama (Zechmeister dkk., 2001). Tinggi
rendahnya reliabilitas sebuah tes dinyatakan melalui sebuah koefisien reliabilitas.
Menurut DeVellis (2003), koefisien reliabilitas yang dianggap baik dalam sebuah
pengukuran penelitian adalah antara 0,7 hingga 0,8. Kisaran inilah yang ingin
dicapai peneliti untuk nilai reliabilitas alat ukur yang digunakan.
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert atau summated
rating scale, dimana setiap item dalam skala memiliki nilai yang sama dalam
merefleksikan sikap mengenai isu yang dipertanyakan (Kumar, 1999). Skala ini
menggunakan pernyataan yang diikuti dengan respon berupa derajat persetujuan
yang bervariasi mengenai pernyataan tersebut. alternatif respon dibuat dalam
bentuk kata dengan interval yang kurang lebih sama di antara derajat persetujuan
tersebut (sangat tidak setuju – sangat setuju) (DeVellis, 2003).
Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian,
bagian pertama mengukur komitmen organisasi dan bagian kedua mengukur POS.
Keduanya memiliki pilihan respon dan cara skoring yang sama. Untuk item
favorable: Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Agak Tidak Setuju (3),
Agak Setuju (4), Setuju (5), Sangat Setuju (6). Untuk item unfavorable: Sangat
Tidak Setuju (6), Tidak Setuju (5), Agak Tidak Setuju (4), Agak Setuju (3), Setuju
(2), Sangat Setuju (1). Berikut penjelasan masing-masing kuesioner secara lebih
rinci.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Diagnosing
Dalam tahap ini, Cummings dan Worley (2009) mengatakan bahwa
sistem dari perusahaan dipelajari dengan hati-hati. Diagnosa dapat terfokus
pada pemahaman masalah organisasi, termasuk penyebab dan dampaknya.
Tahapan ini melibatkan pemilihan model yang tepat untuk memahami
organisasi, dan mengumpulkan, menganalisis, serta memberikan informasi
sebagai umpan balik pada manajer dan anggota organisasi mengenai
masalah atau kesempatan yang ada.
Tahapan ini berlangsung selama bulan April dan Mei 2012. Dalam
periode waktu tersebut, peneliti mengambil data dari proses wawancara
terhadap pihak HRD dan beberapa Kepala Departemen, serta menyebarkan
kuesioner dari topik atau variabel yang akan diteliti yaitu komitmen
organisasi dan POS. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa
kondisi perusahaan yang terus berkembang dan disertai pula dengan
perubahan-perubahan pada organisasi yang masih berlangsung
menyebabkan rendahnya komitmen organisasi karyawan. Salah satu
buktinya adalah masih terdapat turnover pada awal tahun 2012 yang
menyebabkan banyaknya kekosongan jabatan, sehingga berdampak pada
proses bisnis secara keseluruhan. Terkait hal ini, dukungan organisasi
khususnya dukungan atasan terhadap bawahan menjadi penting dan
membutuhkan penanganan dengan segera untuk meningkatkan komitmen
organisasi karyawannya. Dari hasil penyebaran kuesioner pun
menguatkan, bahwa POS secara signifikan mempengaruhi komitmen
organisasi karyawan di PT XYZ, dimana supervisor support menjadi
faktor yang paling signifikan terhadap komitmen organisasi (akan
dijelaskan kemudian di bab selanjutnya).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL, ANALISIS, DAN INTERVENSI
Bab ini berisi hasil dan analisis data penelitian serta uraian intervensi yang
dilakukan di PT XYZ. Lebih rinci lagi pada bab ini akan diuraikan mengenai
gambaran umum responden penelitian, hasil dan analisis perhitungan awal,
program intervensi, hasil dan analisis perhitungan setelah intervensi, serta
kesimpulan hasil analisis data.
Tabel 4.1
Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 44 66,7
Perempuan 22 33,3
Total 66 100
Dapat dilihat dari Tabel 4.1, bahwa responden yang turut dalam penelitian
ini lebih banyak melibatkan karyawan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 66,7%.
Tabel 4.2
Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase (%)
≤ 24 Tahun 23 34,8
24 – 44 Tahun 39 59,1
≥ 45 Tahun 4 6,1
Total 66 100
57 Universitas Indonesia
Dapat dilihat dari Tabel 4.2, bahwa lebih dari separuh responden berada
pada rentang usia 25 – 44 tahun. Terdapat 59,1% responden yang merupakan
karyawan yang masih berada pada kategori establishment stage (Super, dalam
Pettit, Donohue, & De Cieri, 2004). Pada tahap ini, upaya yang dikeluarkan
individu adalah mendapatkan tempat kerja yang sesuai dengan pilihannya untuk
berkarir.
Tabel 4.3
Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SMA Sederajat 39 59,1
D1 2 3
D3 9 13,6
S1 15 22,7
S2 1 1,5
Total 66 100
Dapat dilihat dari Tabel 4.3, bahwa lebih dari separuh responden memiliki
tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) Sederajat yakni
sebesar 59,1%. Menurut hasil wawancara, hal ini juga dipengaruhi oleh
banyaknya karyawan administrasi terutama di divisi operasional yang sebelumnya
merupakan security guard dengan latar belakang pendidikan SMA sederajat.
Tabel 4.4
Gambaran Responden Berdasarkan Jenjang Jabatan
Jenjang Jabatan Frekuensi Persentase (%)
Kadept 3 4,5
Kasie 11 16,7
Staf 52 78,8
Total 66 100
Dapat dilihat dari Tabel 4.4, bahwa sebagian besar responden berada pada
jenjang jabatan staf yakni sebesar 78,8%.
Tabel 4.5
Universitas Indonesia
Dapat dilihat dari tabel 4.5, bahwa kebanyakan dari responden telah
memiliki masa kerja kurang dari dua tahun. Terdapat 45,4% responden yang dapat
dikatakan merupakan karyawan yang masih pada kategori establishment stage
(Morrow dan McElroy, 1987). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan
responden yang terlibat masih merupakan karyawan yang berada dalam tahap
awal atau pembentukan di perusahaan ini.
Tabel 4.6
Gambaran Responden Berdasarkan Divisi
Divisi Frekuensi Persentase (%)
Marketing dan IT 3 4,5
Operation 29 43,9
Finance dan Accounting 9 13,6
HRD dan GA 24 36,4
Lainnya 1 1,5
Total 66 100
Universitas Indonesia
Tabel 4.7
Hasil Pengelompokan Komitmen Organisasi Responden
Komitmen Organisasi Frekuensi Persentase (%)
Rendah (15 – 52) 27 40,9
Tinggi (53 – 90) 39 59,1
Total 66 100
Dari tabel 4.7, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden memiliki
komitmen yang tinggi terhadap organisasi yakni sebesar 59,1%. Walaupun begitu,
masih terdapat sebagian responden lainnya yang memiliki komitmen organisasi
rendah yakni sebesar 40,9%. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian khusus
dari perusahaan terkait dengan efektivitas kinerja karyawan di PT XYZ.
Diharapkan semakin meningkatnya komitmen organisasi karyawan, maka akan
Universitas Indonesia
Tabel 4.8
Hasil Pengelompokan Perceived Organizational Support Responden
POS Frekuensi Persentase (%)
Rendah (25 – 87) 25 37,9
Tinggi (88 – 150) 41 62,1
Total 66 100
Dari tabel 4.8, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden memiliki
POS yang tinggi yaitu sebesar 62,1%. Walaupun begitu, masih terdapat sebagian
responden lainnya yang memiliki POS yang rendah yaitu sebesar 37,9%. Hal ini
menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap dukungan yang diberikan
organisasi perlu mendapat peningkatan yang berarti. Berdasarkan hasil wawancara
lebih lanjut dengan pihak manajemen, hal yang memungkinkan untuk dilakukan
dalam penelitian ini yang terkait dengan peningkatan POS adalah melalui peran
Universitas Indonesia
atau dukungan atasan yang diharapkan dapat lebih memfasilitasi peningkatan dan
pengembangan diri karyawan.
Tabel 4.9
Hasil Pengelompokan Per Komponen Komitmen Organisasi Responden
Universitas Indonesia
item paling rendah yaitu 3,313 dan persentase paling besar pada kategori rendah
dari kedua komponen lainnya yaitu sebesar 60,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
karyawan di PT XYZ tidak merasa telah berinvestasi banyak terhadap perusahaan
dan menilai masih banyak pilihan pekerjaan di luar perusahaan. Menurut hasil
wawancara, para karyawan merasa pekerjaan mereka saat ini hanya merupakan
batu loncatan untuk kemudian mendapatkan pekerjaan yang dirasa lebih baik.
Tabel 4.10
Hasil Pengelompokan Per Komponen Perceived Organizational Support
Responden
Universitas Indonesia
besar pada kategori rendah dari kedua komponen lainnya yaitu sebesar 51,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa karyawan di PT XYZ mempersepsikan dukungan
dari atasannya terhadap kesejahteraan dan kontribusi mereka kurang baik.
Sebagaimana hasil wawancara di awal, bahwa kurangnya dukungan atasan yang
dipersepsikan karyawan di PT XYZ adalah kurang memberikan otonomi
pekerjaan dengan sumber daya yang cukup, maupun kurangnya penghargaan atau
pengakuan prestasi kinerja karyawan secara psikis.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Berganda Komitmen Afektif
Universitas Indonesia
Tabel 4.12
Hasil Analisis Regresi Berganda Komitmen Rasional
Universitas Indonesia
Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Berganda Komitmen Normatif
Universitas Indonesia
R = 0,888
R2 = 0,789
Adjusted R2 = 0,779
F = 77,240
Sig = 0,000
Tabel 4.14
Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Perceived Organizational Support
Terhadap Komitmen Organisasi
Universitas Indonesia
supervisor support
Perceived of
organizational
rewards and job
condition
Berdasarkan tabel 4.14, dapat disimpulkan bahwa bentuk umum POS yang
berpengaruh secara signifikan terhadap ketiga komponen komitmen karyawan
pada organisasi adalah persepsi terhadap dukungan atasan. Hal ini berarti,
dukungan dari atasan yang menunjukkan kepedulian akan kesejahteraan,
penghargaan terhadap kontribusi, dan tingkah laku yang mendukung secara positif
terhadap para bawahannya mempengaruhi keterikatan karyawan terhadap
organisasi dan mempengaruhi keinginannya untuk tetap menjadi bagian dari
organisasi. Semakin tinggi dukungan atasan yang diberikan dan dipersepsikan
baik, maka semakin tinggi pula keinginan, kebutuhan, dan keharusan untuk tetap
bertahan di PT XYZ.
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap keadilan
prosedural organisasi (fairness) berpengaruh signifikan terhadap komitmen
rasional. Hal ini berarti, bentuk dukungan organisasi yang berupa keadilan dalam
pemberian jenis penghargaan seperti gaji, promosi, job enrichment, dan pengaruh
dari kebijakan organisasi yang diterima oleh karyawan, mempengaruhi komitmen
organisasi karyawan yang berdasarkan pada pertimbangan untung rugi dalam diri
karyawan dan berkaitan dengan keinginan untuk tetap bekerja. Semakin tinggi
rasa keadilan yang diterima, maka semakin tinggi pula keinginan untuk bertahan
di perusahaan dikarenakan besarnya investasi yang telah dikeluarkan (waktu,
tenaga, hubungan kerja) maupun terbatasnya pilihan untuk mendapatkan yang
lebih baik di luar perusahaan.
Bentuk umum POS lainnya yang memberikan pengaruh signifikan
terhadap dua komponen komitmen organisasi karyawan yakni komitmen rasional
dan komitmen normatif adalah persepsi terhadap penghargaan yang diberikan
organisasi dan kondisi pekerjaan. Hal ini berarti, bentuk dukungan organisasi
yang berupa penghargaan (gaji, promosi, pelatihan, distributive justice),
keamanan dalam bekerja, otonomi yang diberikan dalam melakukan pekerjaan,
ataupun fleksibilitas kebijakan formal yang diterima dan dipersepsikan oleh
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
97 100 101
88 91 87 87 90
83 82 80 82
71 75 75 77
T R Jo S F Ja C A
Tabel 4.15
Hasil Perhitungan T-Test Pada Skor Perceived Organizational Support Sebelum
dan Setelah Pemberian Intervensi
Berdasarkan tabel 4.15, dapat dilihat bahwa dari nilai t sebesar -2,899
dengan signifikasi 0.023 (p<0.05), menandakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari pemberian intervensi yang berupa coaching terhadap skor total
persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
Universitas Indonesia
nilai mean skor total POS setelah pemberian coaching sebesar 88,75 yang lebih
besar dibandingkan saat sebelum pemberian coaching sebesar 82. Hasil ini
mendukung data sebelumnya yang menunjukkan bahwa hampir keseluruhan
responden mengalami kenaikan skor persepsi karyawan terhadap dukungan
organisasi setelah pemberian coaching.
Dengan demikian, hipotesis null dua (Ho2) ditolak dan hipotesis alternatif
dua (Ha2) diterima, yaitu terdapat peningkatan yang signifikan pada skor POS
setelah dilaksanakannya intervensi. Dengan kata lain, pelatihan dan
pendampingan coaching yang diberikan sudah efektif untuk meningkatkan
persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi di PT XYZ.
Bagan 4.2
Hasil Perbandingan Skor Komitmen Organisasi Sebelum dan Setelah Pemberian
Intervensi
Universitas Indonesia
63
58 57 57 58
52 50
47
39 41 39 42
32 35 35 35
T R Jo S F Ja C A
Tabel 4.16
Hasil Perhitungan T-Test Pada Skor Komitmen Organisasi Sebelum dan Setelah
Pemberian Intervensi
Berdasarkan tabel 4.16, dapat dilihat bahwa dari nilai t sebesar -1,489
dengan signifikasi 0,18 (p>0.05), menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
Universitas Indonesia
yang signifikan dari pemberian intervensi yang berupa coaching terhadap skor
komitmen organisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai mean skor total
komitmen organisasi setelah pemberian intervensi yang masih berada pada
kategori komitmen organisasi yang rendah (15-52) yaitu 49,875. Hasil ini
mendukung data sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat dua responden
yang mengalami penurunan skor, walaupun terdapat empat responden yang
mengalami kenaikan skor yang berarti dari kategori rendah menjadi tinggi.
Dengan demikian, hipotesis alternatif tiga (Ha3) ditolak dan hipotesis null
tiga (Ho3) diterima, yaitu tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada skor
komitmen organisasi karyawan setelah dilaksanakannya intervensi. Dengan kata
lain, pelatihan dan pendampingan coaching yang diberikan kurang efektif untuk
meningkatkan komitmen organisasi karyawan di PT XYZ.
Universitas Indonesia
coaching memiliki masa kerja di PT XYZ kurang dari dua tahun dan memiliki
usia antara 25 – 44 tahun. Menurut para ahli (Morrow dan McElroy, 1987; Super,
1957, dalam Pettit, Donohue, dan De Cieri, 2004), responden tersebut masih
berada pada kategori establishment stage. Hal ini menunjukkan bahwa responden
masih merupakan karyawan yang berada dalam tahap awal atau pembentukan di
perusahaan ini dan pada tahap ini upaya yang dikeluarkan individu adalah
mendapatkan tempat kerja yang sesuai dengan pilihannya untuk berkarir.
Berdasarkan penjelasan di atas, rendahnya pengalaman kerja yang dimiliki
oleh para responden di PT XYZ yang masih pada tahap establishment bisa saja
menjadi penyebab rendahnya komitmen organisasi karyawan. Walaupun
diupayakan peningkatan komitmen organisasi karyawan melalui persepsi terhadap
dukungan organisasi khususnnya dukungan atasan, tetap saja hal ini tidak dapat
memberikan pengaruh yang signifikan karena terdapat hal lain yang
mempengaruhi komitmen organisasi dan tidak bisa diukur atau dikontrol di dalam
penelitian ini.
Universitas Indonesia
BAB 5
DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Diskusi
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dari Perceived Organizational Support (POS) terhadap komitmen organisasi.
Artinya, semakin tinggi persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi yang
diterima, maka semakin tinggi pula komitmen mereka terhadap organisasi. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Eisenberger
dkk. (1986) mengenai hubungan timbal balik antara komitmen organisasi dan
POS, yaitu karyawan akan membalas dukungan organisasi yang diterima melalui
komitmen mereka terhadap organisasi. Rhoades dan Eisenberger (2002) juga
menunjukkan, bahwa POS berkorelasi secara signifikan dan positif dengan
komitmen organisasi. Tingkat POS yang tinggi dapat menciptakan perasaan
kewajiban dan tanggung jawab, dimana individu tidak hanya merasa mereka harus
menunjukkan komitmen pada organisasinya, tetapi juga harus membalas
dukungan yang diberikan oleh organisasinya dengan cara menampilkan perilaku-
perilaku yang mendukung keberhasilan organisasi.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda, didapatkan bahwa persepsi
karyawan terhadap dukungan atasan merupakan bentuk umum POS yang
memiliki pengaruh paling signifikan terhadap komitmen organisasi para karyawan
dari kedua bentuk umum POS lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Guild (2009), bahwa persepsi terhadap dukungan yang
78 Universitas Indonesia
didapatkan dari atasan akan berdampak pada komitmen organisasi karyawan yang
akan berpengaruh pula pada dukungan yang mereka berikan terhadap keberhasilan
organisasi. Rhoades dan Eisenberger (2002) menyebutkan pula bahwa, karena
atasan berperan sebagai perpanjangan tangan dari organisasi yang memiliki
tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja bawahannya, maka
karyawan akan melihat baik atau tidaknya dukungan yang diberikan atasan
sebagai indikator dari dukungan organisasi. Berdasarkan hal ini, maka intervensi
yang dilakukan oleh peneliti difokuskan untuk meningkatkan persepsi karyawan
terhadap dukungan atasan yaitu melalui pemberian coaching oleh atasan terhadap
bawahan.
Hasil penelitian berikutnya menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan pada skor POS setelah dilaksanakannya intervensi berupa pemberian
coaching oleh atasan terhadap para bawahannya. Hasil analisis perhitungan
setelah pemberiannya intervensi, menunjukkan bahwa pelatihan coaching skills
yang diberikan kepada para atasan sudah efektif dalam meningkatkan persepsi
karyawan terhadap dukungan atasan melalui pemberian coaching yang didapatkan
oleh karyawan. Rata-rata persepsi karyawan terhadap dukungan atasan yang telah
diberikan coaching meningkat dari kategori rendah menjadi kategori tinggi. Hal
ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Nichol (1999), bahwa pemberian coaching
oleh atasan merupakan bentuk dukungan yang terbaik dari organisasi disaat telah
terdapat harapan yang jelas dari karyawan yang selaras dengan visi, misi, dan
tujuan perusahaan. Adapun penurunan skor POS pada seorang responden setelah
pemberian coaching, bisa disebabkan oleh faktor lain yang tidak dapat dikontrol
oleh peneliti (Misalkan: tingkat sukarela responden saat mengikuti kegiatan
coaching).
Hasil penelitian yang terakhir menyebutkan bahwa tidak terdapat
peningkatan yang signifikan pada skor komitmen karyawan terhadap organsiasi
setelah dilaksanakannya intervensi. Hal ini juga didukung oleh nilai rata-rata
komitmen karyawan terhadap organisasi baik sebelum maupun setelah diberikan
coaching, tetap berada di kategori rendah. Peneliti kemudian melakukan analisis
tambahan untuk memastikan tidak adanya peningkatan yang signifikan dari
pemberian coaching melalui atasan sebagai bentuk dukungan organisasi terhadap
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, berikut adalah kesimpulan
yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan Perceived Organizational Support
(POS) terhadap komitmen organisasi karyawan di PT XYZ. Dari ketiga
bentuk umum POS yang dipersepsikan karyawan, persepsi karyawan
terhadap dukungan atasan merupakan bentuk yang memiliki pengaruh
paling besar dan signifikan terhadap komitmen organisasi.
2. Terdapat peningkatan yang signifikan pada skor POS sebelum dan setelah
diberikannya intervensi berupa pelatihan dan pendampingan dalam
pemberian coaching pada karyawan di PT XYZ. Dengan kata lain, bahwa
pelatihan coaching skills yang diberikan kepada para atasan sudah efektif
untuk meningkatkan persepsi karyawan terhadap dukungan atasan melalui
pemberian coaching.
3. Terdapat peningkatan yang signifikan pada skor komitmen organisasi
sebelum dan setelah diberikannya intervensi berupa coaching oleh atasan
pada karyawan di PT XYZ. Responden yang mengalami kenaikan skor
komitmen organisasi setelah pemberian coaching yaitu sebanyak enam
orang, sedangkan dua orang yang tidak mengalami kenaikan bahkan
mengalami penurunan skor setelah pemberian intervensi. Penurunan skor
komitmen karyawan terhadap organisasi melalui pemberian coaching yang
dilakukan oleh atasan, bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diukur ataupun dikontrol dalam penelitian ini, seperti bentuk dukungan
organisasi lain yang bisa berupa rasa keadilan terhadap kebijakan ataupun
penghargaan dan kondisi pekerjaan yang dipersepsikan oleh responden,
ataupun kurangnya waktu dalam melakukan pengukuran setelah
pemberian intervensi.
Universitas Indonesia
karyawan. Dengan turut diperhatikannya ketiga bentuk umum POS yang diterima
karyawan tersebut secara bersama-sama, maka diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap komitmen organisasi yang akhirnya akan
berdampak pada produktivitas kinerja karyawan.
5.3 Saran
Berikut adalah saran metodologis dan saran praktis yang dapat diberikan
dari hasil penelitian ini:
5.3.1 Saran Metodologis
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran metodologis yang
dapat peneliti ajukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian
selanjutnya, antara lain:
1. Penelitian ini melihat persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi
sebagai faktor yang dapat meningkatkan komitmen organisasi. Pada
penelitian selanjutnya, dapat diteliti faktor-faktor lain yang juga dapat
meningkatkan komitmen organisasi para karyawan.
2. Menambah sesi dan durasi pelatihan menjadi dua hari untuk
memperbanyak sesi diskusi dan praktek-praktek pemberian pelatihan
coaching skills, sehingga didapatkan hasil pemberian coaching yang lebih
efektif.
3. Melakukan evaluasi pelatihan level tiga, yaitu level pengukuran tingkah
laku dengan cara melakukan tindak lanjut terhadap hasil pembelajaran
setelah pelatihan. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur kemampuan
baru yang didapat dari pelatihan yang ditunjukkan ketika peserta kembali
ke pekerjaannya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Gravetter, J. P., & Wallnau, L. B. (2007). Statistic for the Behavioral Sciences
Education (7th ed.). Canada: Thomson Wadsworth.
Greenberg, J., & Baron, R. A. (2000). Behavior in Organization (7th ed.). New
York: Prentice Hall, Inc.
Greenberg, J., & Cropanzano, R. (2001). Advances in organizational justice.
Stanford: Stanford University Press.
Guild, D. P. (2009). Antecedents and Consequences of Supervisory Support: The
Moderating Affects of Perceived Organizational Status of the Supervisor.
ProQuest Dissertations and Theses , n/a.
Guilford, J. P., & Fruchter, B. (1978). Fundamental Statistics in Psychology and
Education (6th ed.). Tokyo: McGraw Hill Kogahusha.
Guzzo, R. A., Noonan, K. A., & Elron, E. (1994). Expatriate managers and the
psychological contract. Journal of Applied Psychology , 617–626.
Hammond, H. R. (2008). The antecendents of affective commitment to the team
and their impact on team effectiveness. California: TUI University.
Hulin, C. (1998). Adaptation, Persistance, and Commitment in Organizations.
Handbook of Industrial and Organizational Psychology , Vol. 2, pp. 445-
498.
Hutchison. (1997). Perceived Organizational Support: Furthe Construct Validity.
Journal of Applied Psychology .
Johlke, M. C., Stamper, C. L., & Shoemaker, M. E. (2002). Antecedents to
Boundary-Spanner Perceived Organizational Support. Journal of
Managerial Psychology , 116-128.
Kerlinger, F. N., & Lee, H. B. (2000). Foundations of Behavioral Research (4th
ed.). Orlando: Hartcourt College Publisher.
Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (2006). Evaluating Training Programs;
The Four Level (3rd ed.). San Fransisco: Berret-Koehler Publisher.
Ko, J. W., L., P. J., & Mueller, C. W. (1997). Assessment of Meyer and Allen's
Three Component Model of Organizational Commitment in South Korea.
Journal of Applied Psychology , 961-973.
Konovsky, M. A., & Cropanzano, R. (1991). The perceived fairness of employee
drug testing as a predictor of employee attitudes and job performance.
Journal of Applied Psychology , 698-707.
Kottke, J. L., & Sharafinski, C. E. (1988). Measuring perceived supervisory and
organizational support. Educational and Psychological Measurement ,
1075–1079.
Kumar, R. (2005). Research methodology second edition: A step by step guide for
beginners. London: SAGE Publications Ltd.
Levinson, H. (1965). Reciprocation: The relationship between man and
organization. Administrative Science Quarterly , 370–390.
Universitas Indonesia
Mathieu, A., & Pousa, C. (2011). Does Supervisory Coaching Behaviour Reduce
Salespeople’s Lies? International Journal of Evidence Based Coaching and
Mentoring , 16-28.
Mathieu, J. E., & Zajac, D. M. (1990). A Review and Meta-Analysis of the
Antecedents, Correlates, and Consequences of Organizational Commitment.
Psychological Bulletin , 171-194.
Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2010). Human Resource Management, Thirteen
Edition. Mason: South Western Cengage Learning.
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1991). A Three-Component Conceptualization of
Organizational Commitment. Human Resource Management Review , 61-
89.
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1997). Commitment in the workplace: Theory,
research and application. Thousand Oaks: Sage Publication.
Meyer, J., & Herscovitch, L. (2001). Commitment in the workplace: Towards a
general model. Human Resource Management Review , 299-326.
Moen, F., & Allgood, E. (2009). Coaching and the Effect on Self-Efficacy.
Organization Development Journal , 69-82.
Morrow, P. C., & McElroy, J. C. (1986). On assessing measures of work
commitment. Journal of Occupational Behaviour , 139-145.
Mowday, R. T., Porter, L. W., & Steers, R. M. (1982). Organizational linkages:
The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. San Diego:
Academic Press.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.
Nichol, L. R. (1999). When the Coach is the Supervisor: Dealing with the
Dynamics of Power and the Organization. Dipetik June 13, 2012, dari
Business Coach Institute:
http://www.businesscoachinstitute.com/library/coach_is_supervisor.shtml
O’Driscoll, M. P., & Randall, D. M. (1999). Perceived organisational support,
satisfaction with rewards, and employee job involvement and organisational
commitment. Applied Psychology: An International Review , 197–209.
O'Really, C., & Chatman, J. (1986). Organizational commitment and
psychological attachment: The effects of compliance, identification, and
internalization on prosocial behavior. Journal of Applied Psychology , 492-
499.
Parsloe, E., & Wray, M. (2002). Coaching and Mentoring. London: Kogan Page.
Passmore, J. (2012). Excellence in Coaching: Panduan Lengkap Menjadi Coach
Profesional. Jakarta: PPM Manajemen.
Pettit, T., Donohue, R., & Cieri, H. D. (2004). Carreer Stage, Organizational
Commitment and Organizational Citizenship Behavior. Working Paper
Series , 1-9.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Sejarah Perusahaan
PT XYZ adalah sebuah Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) yang
didirikan pada tahun 2002 dengan Surat Izin BUJP resmi yang dikeluarkan oleh
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia. Perusahaan ini dimiliki oleh
koperasi salah satu perusahaan multinasional terbesar di Indonesia yang
menguasai berbagai sektor usaha antara lain di bidang otomotif, agrobisnis,
pertambangan dan perbankan sebesar 92.5 % dan 7.5% sisanya dimiliki koperasi
karyawan PT XYZ. PT XYZ merupakan sebuah perusahaan outsourcing yang
menghasilkan produk berupa tenaga pengamanan (security) profesional, dimana
sebagian besar pengguna jasa PT XYZ merupakan kelompok perusahaan
multinasional tersebut dan selebihnya adalah perusahaan nasional dan
internasional lainnya. Adapun jasa yang ditawarkan PT XYZ adalah:
Jasa Penyediaan Tenaga Pengamanan
Jasa Pendidikan dan Latihan Keamanan
Jasa Konsultasi Keamanan
Jasa Kawal Angkut Uang dan Barang Berharga
Sesuai dengan tuntutan bisnis masa depan, PT XYZ dari awal telah
mempunyai kebijakan tata kelola perusahaan yang berpegang pada prinsip Good
Corporate Governance, yang berarti : mempunyai izin pengelolaan sebagai Badan
Usaha Jasa Pengamanan resmi dari Mabes Polri; mentaati aturan ketenaga-kerjaan
Depnaker; berkontribusi kepada Negara melalui penerapan dan pelaksanaan
Undang-undang Perpajakan; serta pengelolaan perusahaan secara benar, bersih,
transparan dan profesional.
Melalui hal tersebut, PT XYZ menjadikan security sebagai profesi yang
dapat diandalkan, dimana secara tidak langsung security ikut memiliki saham
kepemilikan perusahaan. Selain itu PT XYZ juga berkomitmen memberikan
fasilitas kesehatan yang baik, serta untuk memberikan kepastian dan
kelangsungan kerja, PT XYZ memberikan pendidikan berkelanjutan mulai dari
Garda Pratama (dasar) dan Garda Madya (supervisor) untuk memenuhi kualifikasi
"Professional security guard".
III. Professional
Untuk mencapai tujuan dan dalam menjalankan perusahaan, XYZ memiliki
orang-orang dengan kompetensi yang tinggi, loyal, berintegritas, dan
berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Indikator Perilaku :
a. Selalu berusaha meningkatkan kompetensi
1) Memiliki keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan
berkembang secara profesional sehingga dapat meningkatkan dan
memperbaiki kualiatas dan keterampilan kerja.
2) Menjalankan tugas secara optimal dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan kompetensi yang dimiliki.
b. Berkomitmen untuk memberikan hasil terbaik kepada perusahaan
1) Berusaha mencapai keberhasilan kinerja melebihi standar yang telah
ditetapkan.
2) Menumbuhkan rasa ikut memiliki terhadap Perusahaan.
3) Bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan yang telah dibuat.
3. Perlengkapan Keamanan
Perkembangan Perusahaan
PT XYZ pada awalnya berdiri karena adanya kebutuhan jasa pengamanan
pada kelompok perusahaan multinasional terbesar yang memiliki banyak cabang
di seluruh Indonesia, melalui kepercayaan yang diberikan oleh kelompok
perusahaan multinasional terbesar dan hubungan baik dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia maka PT XYZ berdiri dan berusaha memuaskan kebutuhan
permintaan tenaga security dengan memberikan pelayanan jasa pengamanan
terbaik bagi pelanggan.
Berangkat dari hal tersebut, PT XYZ terus berkembang, sehingga selain
guna memenuhi kebutuhan kelompok perusahaan multinasional terbesar, PT XYZ
juga terus mengembangkan diri dengan memenuhi kebutuhan permintaan jasa
pengamanan di luar kelompok perusahaan multinasional terbesar dengan mencari
peluang, baik itu pada perusahaan Nasional dan perusahaan Internasional level
menengah yang memiliki lingkup operasional nasional di seluruh kepulauan
Indonesia.
Walaupun usia PT XYZ masih relatif muda dalam bisnis ini, namun
perusahaan ini terus tumbuh dan berkembang. Pada tahun 2002, PT XYZ
memiliki 1200 tenaga security, dan pada tahun 2003 jumlah dari tenaga security
bertambah menjadi 1800 personel yang kemudian menjadi 2400 personel pada
Struktur Organisasi
Fenomena Hasil wawancara Penyebab rendahnya komitmen organisasi karyawan berdasarkan hasil 5 aspek terendah
terhadap pihak wawancara terhadap karyawan: hasil kuesioner
Di dalam perkembangan bisnis
manajemen: blockage:
perusahaan yg sangat pesat, Penilaian kinerja yang masih berdasarkan subjektivitas atasan dan
karyawan diharapkan dapat Rendahnya komitmen adanya indikasi ketidakadilan dalam pengupahan (Fairness). Poor Teamwork,
memberikan kontribusi organisasi karyawan Unfair Rewards,
Kurangnya penghargaan yang diberikan sebagai bentuk pemerhatian
seoptimal mungkin bagi yang ditandai oleh Lack of Succesion
organisasi terhadap karyawan, tidak adanya perencanaan suksesi atau
perusahaan. kurangnya internalisasi Planning dan
karir yang jelas, tidak adanya suatu bentuk pelatihan dan pengembangan
nilai-nilai perusahaan Management
Dibutuhkan karyawan yang diri karyawan (Organizational Reward and Job Conditions).
(TOP Cust) dan turnover Development, Poor
berkomitmen tinggi terhadap
karyawan dengan tingkat Kurangnya dukungan atasan dalam memberikan otonomi pekerjaan Training, dan Low
perusahaan untuk turut serta
jabatan yang beragam. dgn sumber daya yang cukup, dan penghargaan/pengakuan terhadap Motivation.
membangun perusahaan
kinerja karyawan yang tinggi secara psikologis (Supervisor Support).
menjadi lebih baik di masa
mendatang. Temuan Masalah/ Kondisi Aktual
Kondisi Ideal Bentuk intervensi Rendahnya persepsi karyawan Terdapat 3 hal yang mendasari komitmen seseorang
Komitmen organisasi Pemberian coaching terhadap dukungan atasan terhadap organisasi, yaitu pertukaran, identifikasi,
karyawan meningkat; oleh atasan terhadap diduga menjadi penyebab yang dan internalisasi (O’Really dan Chatman, 1986)
menunjukkan kesesuaian bawahan sebagai upaya paling berpengaruh terhadap
Merujuk pada kerangka timbal balik dari teori
nilai diri dengan meningkatkan persepsi persepsi karyawan terhadap
pertukaran sosial, karyawan akan membalas
organisasi, peningkatan karyawan terhadap dukungan organisasi secara
dukungan organisasi melalui komitmen terhadap
performa atau dukungan atasan. menyeluruh.
organisasi (Eisenberger dkk., 1986). Tingkat
produktivitas kerja Karyawan akan melihat baik/ Perceived Organizational Support (POS) yang
Atasan diberikan
karyawan, hasrat untuk tidaknya dukungan yang tinggi melahirkan rasa tanggung jawab, dimana
pembekalan terlebih
tetap bekerja di diberikan atasan sebagai indikator karyawan menunjukkan komitmen pada
dahulu melalui
perusahaan. dari dukungan organisasi organisasinya dengan cara menampilkan perilaku-
pelatihan coaching
skills. (Eisenberger dkk., 1986) perilaku yang mendukung tujuan organisasi.
Dengan hormat,
Selain itu, Bapak/Ibu diminta untuk mengisi identitas diri yang tertera dalam
kuesioner ini. Semua data identitas dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan hanya
untuk kepentingan studi dan akan kami jamin kerahasiaannya.
Demikian, atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Tim Peneliti
IDENTITAS DIRI
Petunjuk : Isilah pada titik-titik yang disediakan dan berikan tanda silang (X)
pada kolom pilihan yang sesuai dengan keadaan diri Anda.
1 2 3 4 5 6
Contoh :
1. Saya sudah paham mengenai tujuan utama 1 2 3 4 5 6
perusahaan
Kuesioner POS
Berikan tanda silang (X) pada angka yang menggambarkan diri Anda dalam setiap
pernyataannya.
NO PERNYATAAN Sangat Sangat
Tidak Setuju
Setuju
1 Perusahaan menghargai kontribusi saya melalui 1 2 3 4 5 6
perhatiannya pada kesejahteraan karyawan.
2 Perusahaan dapat saja merekrut seseorang untuk 1 2 3 4 5 6
menggantikan saya, dan dapat menggaji orang
tersebut lebih rendah dari gaji saya.
3 Menurut saya, perusahaan belum dapat 1 2 3 4 5 6
mengapresiasi usaha ekstra yang sudah saya
lakukan.
4 Perusahaan sangat memperhatikan tujuan pribadi 1 2 3 4 5 6
dan nilai-nilai yang saya yakini.
5 Perusahaan mengerti ketika saya harus tidak 1 2 3 4 5 6
masuk kantor karena sakit.
6 Dalam pengambilan keputusan yang akhirnya 1 2 3 4 5 6
mempengaruhi saya dan pekerjaan saya,
perusahaan tidak mempertimbangkan
kepentingan saya dalam proses pengambilan
keputusan tersebut.
7 Ketika saya menemui kendala, bantuan selalu 1 2 3 4 5 6
tersedia.
8 Perusahaan sangat memperhatikan kesejahteraan 1 2 3 4 5 6
saya.
9 Perusahaan melakukan upaya untuk membantu 1 2 3 4 5 6
saya menunjukkan performa kerja yang sesuai
dengan kemampuan terbaik saya.
10 Perusahaan tidak mau mengerti ketika saya tidak 1 2 3 4 5 6
bisa masuk kantor karena urusan pribadi.
11 Apabila perusahaan menemukan cara yang lebih 1 2 3 4 5 6
efisien dalam penyelesaian tugas-tugas saya, bisa
saja perusahaan mengganti saya dengan orang
lain.
12 Apabila saya mengakui kesalahan yang saya 1 2 3 4 5 6
perbuat, perusahaan akan memaafkan saya.
13 Jika kinerja saya menurun sedikit saja, 1 2 3 4 5 6
perusahaan dapat mengganti saya dengan orang
lain.
14 Perusahaan merasa bahwa kontribusi saya hanya 1 2 3 4 5 6
mendatangkan hasil yang sedikit.
Berikan tanda silang (X) pada angka yang menggambarkan diri Anda dalam setiap
pernyataannya.
NO PERNYATAAN Sangat Sangat
Tidak Setuju
Setuju
15 Perusahaan hanya menyediakan sedikit 1 2 3 4 5 6
kesempatan bagi saya untuk meningkatkan
ranking kinerja.
16 Meskipun saya sudah melaksanakan tugas 1 2 3 4 5 6
dengan sangat baik, perusahaan tidak akan
memperhatikan hal itu.
17 Ketika perusahaan menuntut adanya perubahan 1 2 3 4 5 6
kondisi kerja, hal itu selalu dilatarbelakangi oleh
alasan yang masuk akal.
18 Jika saya diberhentikan, perusahaan akan lebih 1 2 3 4 5 6
memilih untuk merekrut orang lain dibandingkan
merekrut saya untuk kembali bekerja lagi.
19 Perusahaan akan bersedia membantu saya ketika 1 2 3 4 5 6
saya membutuhkan bantuan tertentu.
20 Secara umum, perusahaan memperhatikan 1 2 3 4 5 6
kepuasan kerja saya.
21 Saya merasa perusahaan mengambil manfaat 1 2 3 4 5 6
dari saya tanpa balasan yang setimpal.
22 Perusahaan hanya menunjukkan sedikit perhatian 1 2 3 4 5 6
pada saya.
23 Jika saya memutuskan untuk mengundurkan diri, 1 2 3 4 5 6
perusahaan akan membujuk saya untuk tetap
bertahan.
24 Perusahaan memperhatikan pendapat saya. 1 2 3 4 5 6
25 Perusahaan merasa bahwa merekrut saya sebagai 1 2 3 4 5 6
karyawan merupakan sebuah kesalahan.
26 Perusahaan menghargai keberhasilan saya dalam 1 2 3 4 5 6
menyelesaikan tugas.
27 Perusahaan lebih fokus pada pencapaian profit 1 2 3 4 5 6
dibandingkan dengan memperhatikan
karyawannya.
28 Perusahaan dapat mengerti ketika saya tidak 1 2 3 4 5 6
dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
29 Jika perusahaan mendapat keuntungan lebih 1 2 3 4 5 6
besar, maka hal itu juga akan berdampak pada
kenaikan gaji saya.
30 Perusahaan merasa bahwa setiap orang pada 1 2 3 4 5 6
dasarnya mampu bekerja sebaik saya.
Berikan tanda silang (X) pada angka yang menggambarkan diri Anda dalam setiap
pernyataannya.
NO PERNYATAAN Sangat Sangat
Tidak Setuju
Setuju
31 Perusahaan kurang memperhatikan tentang 1 2 3 4 5 6
kesesuaian antara timbal balik yang diberikan
perusahaan dengan kontribusi yang saya berikan.
32 Perusahaan berharap untuk dapat memberikan 1 2 3 4 5 6
pekerjaan yang terbaik bagi saya, sesuai
kualifikasi yang saya miliki.
33 Jika jabatan saya ditiadakan, perusahaan akan 1 2 3 4 5 6
lebih memilih untuk memberhentikan saya
dibandingkan dengan memindahkan saya pada
jabatan lain.
34 Perusahaan berusaha membuat pekerjaan saya 1 2 3 4 5 6
menjadi semenarik mungkin.
35 Supervisor saya merasa bangga saya menjadi 1 2 3 4 5 6
bagian dari perusahaan ini.
36 Dalam pengambilan keputusan yang akhirnya 1 2 3 4 5 6
mempengaruhi saya dan pekerjaan saya,
perusahaan tidak mempertimbangkan
kepentingan saya dalam proses pengambilan
keputusan tersebut.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.866 18
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
oc1 63.15 127.423 .610 .853
oc2 63.73 135.740 .454 .860
oc3 62.70 144.338 .199 .870
oc4 62.06 148.335 .056 .874
oc5 63.56 128.527 .618 .853
oc6 63.68 137.420 .436 .861
oc7 62.55 138.406 .473 .860
oc8 63.33 133.179 .577 .855
oc9 63.18 133.720 .517 .858
oc10 63.85 134.007 .520 .857
oc11 62.94 135.350 .563 .856
oc12 62.94 136.181 .421 .862
oc13 63.45 127.790 .675 .850
oc14 62.74 134.102 .614 .854
oc15 62.74 130.379 .702 .850
oc16 63.02 130.077 .700 .850
oc17 63.71 152.054 -.081 .879
oc18 62.32 137.820 .515 .858
Keterangan:
Item yang diberikan bold adalah item yang akan dihilangkan karena memiliki
korelasi dibawah 0,3.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.892 15
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
oc1 51.21 118.231 .628 .883
oc2 51.79 126.324 .471 .889
oc5 51.62 119.470 .631 .882
oc6 51.74 129.179 .407 .891
oc7 50.61 129.935 .449 .889
oc8 51.39 123.596 .606 .883
oc9 51.24 125.510 .493 .888
oc10 51.91 125.222 .517 .887
oc11 51.00 125.969 .583 .885
oc12 51.00 126.185 .458 .890
oc13 51.52 118.500 .698 .879
oc14 50.80 125.945 .584 .885
oc15 50.80 121.607 .704 .880
oc16 51.08 121.456 .696 .880
oc18 50.38 128.547 .528 .887
4.2 Output SPSS Uji Statistik Alat Ukur Perceived Organizational Support
Sebelum Eliminasi Item
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.843 36
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
pos1 128.89 252.435 .669 .831
pos2 128.82 265.966 .167 .844
pos3 129.41 258.061 .444 .836
pos4 129.35 263.646 .314 .839
pos5 127.97 260.214 .370 .838
pos6 129.23 259.071 .395 .837
pos7 128.80 257.453 .442 .836
pos8 128.95 260.259 .415 .837
pos9 128.77 254.640 .602 .832
pos10 128.53 268.007 .149 .844
pos11 128.67 271.087 .067 .846
pos12 128.74 265.363 .273 .840
pos13 128.33 259.395 .432 .836
pos14 128.45 253.483 .562 .832
Keterangan:
Item yang diberikan bold adalah item yang akan dihilangkan karena memiliki
korelasi dibawah 0,3.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.877 26
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
pos1 91.91 209.561 .645 .867
pos3 92.42 213.910 .446 .872
pos4 92.36 219.897 .286 .876
pos5 90.98 215.307 .389 .873
pos6 92.24 214.679 .401 .873
pos7 91.82 211.936 .486 .871
pos8 91.97 213.968 .483 .871
pos9 91.79 209.985 .633 .868
pos13 91.35 217.431 .359 .874
pos14 91.47 211.238 .518 .870
Statistics
SkorTotalOCafdel
N Valid 66
Missing 0
Mean 54.8636
Std. Deviation 11.90331
Percentiles 50 54.5000
SkorTotalOCafdel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18.00 1 1.5 1.5 1.5
32.00 1 1.5 1.5 3.0
34.00 1 1.5 1.5 4.5
35.00 1 1.5 1.5 6.1
39.00 4 6.1 6.1 12.1
40.00 2 3.0 3.0 15.2
41.00 1 1.5 1.5 16.7
44.00 1 1.5 1.5 18.2
47.00 3 4.5 4.5 22.7
48.00 1 1.5 1.5 24.2
49.00 4 6.1 6.1 30.3
50.00 3 4.5 4.5 34.8
51.00 1 1.5 1.5 36.4
52.00 3 4.5 4.5 40.9
53.00 4 6.1 6.1 47.0
54.00 2 3.0 3.0 50.0
55.00 2 3.0 3.0 53.0
57.00 3 4.5 4.5 57.6
58.00 2 3.0 3.0 60.6
59.00 3 4.5 4.5 65.2
60.00 4 6.1 6.1 71.2
61.00 2 3.0 3.0 74.2
62.00 1 1.5 1.5 75.8
63.00 1 1.5 1.5 77.3
65.00 2 3.0 3.0 80.3
67.00 1 1.5 1.5 81.8
68.00 2 3.0 3.0 84.8
69.00 1 1.5 1.5 86.4
Statistics
SkorTotalPOSafdel
N Valid 66
Missing 0
Mean 92.3636
Std. Deviation 14.82891
Percentiles 50 92.0000
SkorTotalPOSafdel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50.00 1 1.5 1.5 1.5
65.00 1 1.5 1.5 3.0
68.00 1 1.5 1.5 4.5
69.00 1 1.5 1.5 6.1
71.00 1 1.5 1.5 7.6
72.00 1 1.5 1.5 9.1
74.00 1 1.5 1.5 10.6
76.00 1 1.5 1.5 12.1
77.00 1 1.5 1.5 13.6
78.00 1 1.5 1.5 15.2
79.00 1 1.5 1.5 16.7
80.00 3 4.5 4.5 21.2
82.00 3 4.5 4.5 25.8
83.00 2 3.0 3.0 28.8
84.00 2 3.0 3.0 31.8
86.00 3 4.5 4.5 36.4
87.00 1 1.5 1.5 37.9
88.00 2 3.0 3.0 40.9
89.00 1 1.5 1.5 42.4
90.00 1 1.5 1.5 43.9
91.00 2 3.0 3.0 47.0
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 66
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 66
Model Summary
Total 1491.758 65
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model Summary
b
ANOVA
Total 982.121 65
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model Summary
b
ANOVA
Total 923.530 65
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
5.8 Output SPSS Hasil Uji T-Test Pada Skor Perceived Organizational Support Sebelum dan Setelah Pemberian Intervensi
N Correlation Sig.
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
5.9 Output SPSS Hasil Uji T-Test Pada Skor Komitmen Organisasi Sebelum dan Setelah Pemberian Intervensi
N Correlation Sig.
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Model Summary
b
ANOVA
Total 848.875 7
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Lampiran 6 – Pelatihan
Alat yang
Waktu Durasi Aktivitas Tujuan Metode PIC
digunakan
OPENING
08.00 - 08.15 15” Pembukaan dari perwakilan Membuka kegiatan Pihak
PT.Sigap Prima Astrea dan pelatihan Perusahaan
perkenalan fasilitator
08.15 - 08.30 15” Ice breaking: Menciptakan Games Anggi
Ayo bergerak kawaaan! atmosfir yang baik
untuk pembelajaran
dan partisipasi
08.30 - 08.45 15” Learning contract Mengetahui harapan Diskusi Flipchart Anggi
peserta dari Alat tulis
pelatihan, apa saja
yang dapat
difasilitasi, dan
menyepakati rules
selama pelatihan
08.45 – 09.00 15” Instruksi dan pengerjaan Mengetahui Tes tertulis Lembar Anggi
pre-test kemampuan peserta persoalan
sebelum pelatihan Alat tulis
BODY
SESI I : Supervisor Support Awareness
09.00 - 09.50 20” Games Lost in Labyrinth Membantu para Games Botol Vicky
peserta untuk dapat kemasan air
lebih mengenali minum besar
kepribadian orang Kain penutup
lain dalam kaitannya mata
Alat yang
Waktu Durasi Aktivitas Tujuan Metode PIC
digunakan
dengan efektivitas Tali rafia
pemberian coaching Spotlite
dan feedback kepada tempel
20” Pemberian materi bawahannya Ceramah Alat tulis
Supervisor Support Lembar isian
Awareness
10” Diskusi, umpan balik, Diskusi Flipchart
pemaknaan
09.50 – 10.10 20” Coffee break
SESI II : Coaching and Feedback Awareness
10.10 – 10.20 10” Pemberian materi coaching Meningkatkan Games Botol air Anggi
and feedback awareness pemahaman para minum
peserta mengenai kemasan besar
pentingnya Tali
keterampilan
coaching dan
feedback dalam
mengoptimalisasikan
kinerja karyawan
10.20 – 10.40 20” Studi kasus Membantu peserta Ceramah Laptop Anggi
pelatihan untuk Projector
meningkatkan
pemahaman
pentingnya coaching
dan feedback dalam
tataran kognitif
Alat yang
Waktu Durasi Aktivitas Tujuan Metode PIC
digunakan
kepribadian DISC peserta untuk dapat Projector
lebih mengenali
11.05-11.20 15” Role play DISC kepribadian orang Role play Lembar Scholastica
lain dalam kaitannya observasi
dengan efektivitas Alat tulis
11.20 – 11.35 15” Pemberian materi perilaku pemberian coaching Ceramah Flipchart Aji
asertif dan feedback kepada
bawahannya
11.35-12.00 25” Pemutaran video + diskusi Mengembangkan Melihat video Projector Aji
+ umpan balik dan keterampilan para
pemaknaan peserta untuk dapat
berperilaku asertif
dalam
berkomunikasi
12.00 - 13.00 60” ISHOMA
SESI IV : Performance Coaching Skills
13.00 - 13.45 45” Pemberian materi Meningkatkan Ceramah Laptop, Vicky
Performance coaching pemahaman dan projector,
skills kemampuan peserta sound
dalam proses
pemberian coaching
yang efektif dengan
pengaplikasian
teknik, model, dan
struktur coaching
13.45-14.30 45” Exercises +melihat video + Para peserta dapat Role play Alat tulis Vicky
feedback meningkatkan Lembar
keterampilannya observasi
dalam pemberian Projector
proses coaching
yang efektif dengan
Alat yang
Waktu Durasi Aktivitas Tujuan Metode PIC
digunakan
mengaplikasikan
teknik dan model
coaching
SESI V : Feedback skills
14.30-15.15 45” Pemberian Materi Membantu peserta Ceramah Laptop Anggi
Feedback Skills untuk memahami Projector
konsep tentang
pemberian umpan
balik kinerja dan
proses pemberian
umpan balik
15.15-15.45 30” Break sholat ashar
15.45-16.30 45” Pemutaran video, role play Peserta dapat Role play Alat tulis Anggi
+ feedback memahami konsep Lembar
tentang pemberian Evaluasi
umpan balik kinerja Laptop
dan proses Projector
pemberian umpan
balik
CLOSING
16.30-16.40 10” Pengerjaan post-test Mengetahui Tes tertulis Lembar Vicky
kemampuan peserta Persoalan
sesudah pelatihan Alat tulis
16.40 - 16.50 10” Pengerjaan lembar evaluasi Peserta memberikan Tes tertulis Lembar Vicky
dan penutupan kesan dan pesan Evaluasi
terhadap pelatihan
yang diberikan, serta
memberikan
penilaian terhadap
trainer
Alat yang
Waktu Durasi Aktivitas Tujuan Metode PIC
digunakan
16.50 – 17.00 10” Ice breaking Mencairkan suasana Games Susunan kursi Vicky
kelas (Patung pancoran) Laptop,
projector,
sound
MODUL PELATIHAN
COACHING AND FEEDBACK SKILLS TRAINING
PT. SIGAP PRIMA ASTREA
A. Pendahuluan
Kesuksesan organisasi dapat dihasilkan melalui kontribusi dari pengetahuan,
pengalaman, dan komitmen dari para anggota yang dimilikinya. Setiap organisasi
membutuhkan anggota yang berkomitmen (dengan segala perubahan yang terjadi di
dalamnya) dan berupaya turut mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Setelah
organisasi mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (dalam
artian memiliki potensi), karyawan tentunya membutuhkan dukungan organisasi yang
memberikannya kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Dukungan yang
diberikan organisasi diharapkan dapat memfasilitasi para karyawan melalui proses
pembelajaran dan pengembangan potensi dirinya untuk dapat memberikan kontribusi yang
berarti bagi organisasi.
Salah satu bentuk dukungan organisasi yang dipersepsikan karyawan adalah dukungan
atasan. Hal ini dikarenakan atasan mewakili organisasi, sehingga atasan mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan arahan, mengevaluasi hasil kerja, dan mendukung bawahannya.
Bawahan melihat atasan sebagai perpanjangan tangan dari organisasi. Berdasarkan nilai
hubungan timbal-balik, dukungan atasan sebagai salah satu bentuk dukungan organisasi
menciptakan perasaan kewajiban bagi karyawan untuk peduli terhadap keberhasilan
organisasi. Adapun salah satu bentuk dukungan pengembangan karyawan melalui atasan yang
efektif adalah pemberian coaching dan feedback untuk kinerja. Dengan mengikuti pelatihan
ini, diharapkan para peserta dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam
memberikan coaching dan feedback untuk kinerja yang efektif terhadap para bawahannya.
B. Materi Bahasan
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya peran atau
dukungan atasan dalam menunjang kesuksesan organisasi.
Meningkatkan pemahaman para peserta mengenai pentingnya keterampilan
coaching dan feedback dalam mengoptimalisasikan kinerja karyawan.
C. Metode Pelatihan
Experiental learning, dengan menggunakan pendekatan simulasi, permainan, latihan
terstruktur, dan interaksi kelompok. Internalisasi makna pelatihan melalui kegiatan diskusi,
umpan balik, dan pemaknaan di setiap akhir sesi.
D. Peserta
Peserta pelatihan Coaching & Feedback Skills adalah Kasie HRD, Kasie GA, Kasie Finance &
Accounting, Kasie Operasional I, Kasie Operasional II, dan Kasie Marketing di PT SIGAP yang
selanjutnya akan mengaplikasikan hasil dari pelatihannya dengan memberikan coaching dan
feedback kepada para staf-nya yang telah ditentukan peneliti berdasarkan pada nilai skor
komitmen, kesiapan akan perubahan, dan persepsi terhadap dukungan atasan pada karyawan
yang rendah.
Notes
Proses feedback dilakukan melalui komunikasi satu arah dari feedbacker (orang
yang memberi umpan balik) kepada feedbackee (orang yang menerima umpan balik)
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri dari perilaku kerja yang telah
ditampilkannya, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya diskusi diantara
mereka. Prinsip utama dari feedback adalah munculnya pemaknaan (insight) pada
feedbackee untuk dapat memperbaiki perilaku kerjanya di masa lalu melalui saran
pengembangan yang diterima. Dalam proses feedback, feedbacker-lah yang memegang
kendali dimana seorang feedbacker akan menjelaskan berbagai konsekuensi dari setiap
perilaku kerja yang akan ditampilkan feedbackee guna menciptakan performa kinerja
yang tinggi dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Berikut akan dijelaskan mengenai perbedaan yang terdapat diantara proses
pemberian coaching dan feedback, yaitu:
Tabel 1. Perbedaaan coaching dan feedback
Coaching Feedback
Meningkatkan kemampuan diri terhadap Meningkatkan kesadaran diri terhadap
kemungkinan terjadinya perubahan kinerja yang kurang produktif
Berfokus pada perilaku masa depan Berfokus pada perilaku di masa lalu
Proaktif untuk mendapatkan tujuan Reaktif terhadap situasi adanya kekurangan-
pengembangan perilaku kekurangan di masa lalu
Hanya efektif sebagai dialog dua arah Biasanya komunikasi satu arah ke penerima
feedback
Berorientasi pada penyelidikan akan hal-hal Berorientasi pada memberikan saran
yang ingin dikembangkan
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk Tujuan yang ingin dicapai adalah memberi-
memberikan beberapa alternative pilihan bagi kan saran kepada penerima feedback untuk
coachee bertindak dengan cara tertentu
Berfokus pada membuka potensi Berfokus pada data dan informasi di masa
lalu
Dikendalikan oleh penerima coaching Dikendalikan oleh pemberi feedback
Menggali alternatif-alternatif Menjelaskan konsekuensi
Membutuhkan pelatihan dan keterampilan Membutuhkan sedikit pelatihan dan
khusus keterampilan
Di dalam melakukan coaching dan feedback, terdapat hal-hal dasar yang dapat
membantu seorang coach maupun feedbacker melakukan proses pemberian coaching dan
feedback dengan lebih efektif. Kemampuan dalam mengenali tipe kepribadian dan berperilaku
asertif merupakan dua hal yang perlu seorang coach dan feedbacker kuasai dengan baik.
Mengenali tipe kepribadian dapat memudahkan coach dan feedbacker dalam menghadapi
karyawan sebagai individu yang unik dan perlu mendapatkan pendekatan yang berbeda-beda
di dalam proses komunikasi. Komunikasi yang terjadi di dalam proses coaching dan feedback
juga membutuhkan suatu kemampuan untuk bisa mengungkapkan apa yang dirasakan atau
dipikirkan secara jujur, dengan tetap menunjukkan penghargaan (self-respect) terhadap
perasaan dan kepentingan orang lain tersebut, dan akhirnya tercapainya tujuan yang
diinginkan.
DISC adalah sebuah psychometric inventories tool yang dikembangkan oleh John
Geier dan lainnya, yang konsep dasarnya mengacu pada hasil temuan seorang Psikolog
Amerika yakni William Moulton Marston pada tahun 1928 yang dipublikasikan melalui
bukunya yang berjudul The Emotions of Normal People. Di dalam buku tersebut, Marston
mengemukakan tatanan behavioral responses dengan sebuah akronim yang terdiri dari D
yakni singkatan untuk Dominance, I untuk Influence, S untuk Steadiness, dan C untuk
Caution. DISC merupakan sebuah quadrant behavioral model yang digunakan untuk
mengukur atau menjelaskan perilaku individu di dalam lingkungannya atau dalam situasi
yang spesifik. Hasil pengukurannya menggambarkan style dan preferences dari perilaku
individu (Wikipedia, 2009).
Menurut Nofiar (2005), DISC digunakan sebagai alat untuk menggambarkan
kepribadian seseorang yang khususnya mengenai perilaku kerja-nya. Segala sesuatu yang
dipelajari dalam DISC ini adalah bersifat observable, dimana validitasnya sudah terbukti
melalui berbagai penelitian mendalam. Dari penelitian-penelitian tersebut telah
didapatkan, bahwa karakteristik-karakteristik dari perilaku dapat dikelompokkan ke
dalam 4 (empat) ‘tipe kepribadian’ utama dimana setiap tipe-nya memberikan gambaran
secara spesifik. Setiap individu pasti memiliki ke-empat tipe tersebut di dalam dirinya,
namun tingkat hubungan diantara tipe-tipe tersebut yang membuat setiap individu
berbeda.
semenjak tahun 1980-an oleh Sir John Whitmore. GROW merupakan salah satu model
coaching yang sangat spesifik karena menunjukkan langkah-langkah yang perlu dilewati
seorang coach agar proses coaching efektif. GROW, singkatan dari Goal (tujuan), Reality
(realitas), Options (pilihan), dan Wrap-up (ringkasan). Berikut adalah penjelasan dari
model GROW yang sekaligus merupakan langkah-langkah dalam melakukan coaching:
Struktur Coaching
Kebanyakan coachee mendapati bahwa satu sesi coaching yang baik saja sudah
cukup membantu mereka mendapatkan pencerahan baru, dan merasakan perubahan
besar dalam kehidupannya. Akan tetapi, meskipun sebuah sesi tunggal sudah cukup
membuat seorang coachee sangat termotivasi, kebiasan lama akan tetap sulit
ditinggalkan. Tanpa dukungan lebih lanjut, antusiasme awal akan hilang dan segala
sesuatu akan kembali lagi seperti semula.
Sudah menjadi hal yang umum bahwa apabila manajer yang efektif dapat menciptkan
iklim kerja yang membuat karyawannya merasa nyaman sehingga mereka memiliki
kesempatan untuk menampilkan performa kerja terbaik dan mengoptimalkan seluruh potensi
dalam diri mereka. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menciptkan manajemen yang
efektif adalah dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang membangun karyawan, dimana
mereka dapat memberikan bantuan kepada karyawan yang kurang menampilkan performa
kerjanya. Cara yang dapat digunakan dalam memberikan bantuan tersebut adalah melalui
Feedback. Feedback merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi secara
langsung kepada para karyawan atau pekerja mengenai efektifitas dari performa kerja mereka
(Riggio, 2009, p.196).
Untuk selengkapnya: vicky_fitraza@yahoo.com
Nyatakanlah pendapat Saudara secara terbuka, karena hal ini sangat membantu kami
dalam mengevaluasi kegiatan ini guna perbaikan pada kesempatan mendatang. Mohon
agar membubuhkan tanda silang () pada salah satu kemungkinan jawaban yang
tersedia, sesuai dengan yang Saudara rasakan.
SS: Sangat Setuju SE: Setuju AS: Agak Setuju
AK: Agak Kurang Setuju KS: Kurang Setuju TS: Tidak Setuju
NO. PERNYATAAN SS SE AS AK KS TS
MATERI
1 Materi yang disajikan sesuai
dengan kebutuhan saya.
2 Materi yang disajikan sesuai
dengan kondisi pekerjaan saya..
3 Perbandingan antara
simulasi/games, diskusi dan materi
yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan.
AKTIVITAS
4 Aktivitas-aktivitas dalam pelatihan
ini berguna untuk pengembangan
diri saya pribadi.
5 Jadwal pelaksanaan pelatihan tepat
waktu.
6 Suasana selama pelatihan
mendukung saya untuk belajar
mengenai materi yang diberikan.
7 Kesempatan beristrirahat yang
diberikan mencukupi.
FASILITATOR
8 Secara keseluruhan, cara penyajian
materi oleh fasilitator cukup dapat
saya mengerti.
9 Fasilitator (Aji Cahyadi) mampu
menyampaikan materi dengan jelas
dan dapat saya mengerti.
-TERIMA KASIH-
Tuliskan huruf “B” untuk pernyataan yang anda anggap benar dan “S” untuk
pernyataan yang anda anggap salah pada kolom yang telah disediakan.
No Pernyataan B/S
1. Atasan yang efektif adalah atasan yang bertanggung jawab atas
kualitas kinerja pada karyawan yang dipimpinnya
2. Kemampuan atasan dalam memimpin bawahannya tidak terlalu
berpengaruh terhadap produktivitas kelompok kerjanya
3. Feedback adalah suatu proses pemberian informasi terhadap
karyawan dalam mengevaluasi perilaku kerja yang sudah
produktif dan berorientasi pada pemberian saran pengembangan
4. Coaching adalah suatu proses yang memfasilitasi karyawan dalam
mengoptimalkan kinerja yang berfokus pada solusi dan membuka
potensi yang dimilikinya, serta dilakukan secara sistematis
5. Prinsip utama dari feedback adalah munculnya pemaknaan
(insight) pada feedbackee untuk dapat memperbaiki perilaku
kerjanya di masa lalu melalui saran pengembangan yang
diterima. Sedangkan dalam proses coaching, coachee-lah yang
memegang kendali dalam artian seorang coach yang baik akan
mendukung, mendengarkan, dan mengarahkan fokus coachee ke
masa depan.
6. Menurut Nofiar (2005), DISC digunakan sebagai alat untuk
menggambarkan kepribadian seseorang yang khususnya mengenai
perilaku kerja-nya
7. Kepanjangan dari DISC adalah dominant, impressive, stable, dan
compliant.
8. Secara praktis DISC ditujukan untuk mendapat gambaran
kekuatan dan kecenderungan individu, yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan efektivitas, mengetahui penyebab
demotivator, ataupun memberikan kunci bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif dengan individu tersebut
9. Bolton (1986) mendefinisikan individu dengan perilaku asertif
adalah individu yang menggunakan metode komunikasi yang
memungkinkannya untuk menjaga self-respect, mendapatkan apa
yang dia inginkan, dan mempertahankan haknya tanpa menyakiti
atau mendominasi orang lain.
No Pernyataan B/S
10. Hal-hal yang harus dihindari dalam berperilaku asertif adalah
perilaku submisif dan perilaku agresif
11. Beberapa ciri dari perilaku asertif adalah tidak mempertahankan
hak pribadi, tidak mengungkapkan ketidaksetujuan melalui cara
yang sopan, dan tidak mempersilahkan orang lain untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
12. Mendengarkan (listening) berbeda dengan mendengar (hearing).
Dalam hearing, seseorang tidak memerlukan usaha sadar pada
setiap individu, sedangkan adanya upaya aktif dari individu untuk
sadar dalam memahami dan mengingat kembali apa yang telah
didengar
13. Selain mendengarkan aktif, salah satu hal yang penting dalam
berperilaku asertif adalah memperhatikan komunikasi non-verbal
dari lawan bicara kita
14. Yang termasuk dalam komunikasi non-verbal adalah ekspresi
wajah, kontak mata, sentuhan, postur tubuh dan gaya berjalan,
suara, dan gerak isyarat
15. Seorang coach hanya membantu individu untuk menunjukkan
performa yang lebih baik dari yang telah mereka lakukan, dan
tidak mengembangkan keterampilan serta kepercayaan diri mereka
secara berkelanjutan
16. GROW merupakan salah satu model coaching yang sangat
spesifik karena menunjukkan langkah-langkah yang perlu dilewati
seorang coach agar proses coaching efektif, yang merupakan
singkatan dari Goal (tujuan), Reality (realitas), Options (pilihan),
dan Wrap-up (ringkasan)
17. Jangka waktu ideal untuk sesi coaching adalah 3 bulan dengan
minimal pertemuan satu kali seminggu
18. Pemberian umpan balik tidak harus berdasarkan pada bukti yang
nyata, yang mengacu pada hasil, peristiwa, critical incidents
(kejadian kritis)
19. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memberikan umpan
balik kinerja diantaranya adalah konsep diri, labeling, umpan
balik, dan keterlibatan dalam tugas
20. Tahapan dalam memberikan umpan balik adalah persiapan
wawancara umpan balik kinerja, pemilihan model wawancara
umpan balik kinerja yang tepat, dan pelaksanaan wawancara
umpan balik kinerja
4.75 4.8 4.85 4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2 5.25 5.3
Suasana 4.88
4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 5 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6
Berdasarkan bagan di atas, dapat dilihat bahwa peserta merasa semua aspek
pelaksanaan pelatihan berada dalam nilai baik (rentang mean 4,88 – 5,5). Peserta
menganggap bahwa aktivitas yang diberikan dalam pelatihan seperti kuliah,
permainan, bermain peran dianggap sudah baik (mean = 5,25), pelatihan dimulai dan
berakhir sesuai dengan agenda yang telah ditetapkan (mean = 5,5), serta suasana
pelatihan kondusif dan menyenangkan (mean = 4,88). Disisi lain, peserta juga
mengganggap bahwa alat bantu yang digunakan selama presentasi sudah memadai
(mean = 5,13), dan dalam pelatihan ini juga diberikan kesempatan beristirahat yang
memadai (mean = 5,13). Bagan selanjutnya akan menjelaskan penilaian peserta
terhadap aspek-aspek spesifik dari materi pelatihan :
0 1 2 3 4 5 6 7
Berdasarkan bagan di atas, dapat dilihat bahwa semua aspek pada materi
pelatihan dianggap sudah baik dan sangat baik oleh peserta (rentang mean 4 – 6).
Peserta merasa bahwa materi yang diberikan selama pelatihan sesuai dengan
kebutuhan mereka (mean = 5,38) dan lengkap (mean = 4). Selain itu, yang terpenting
adalah materi ini dirasakan sangat bermanfaat dalam pekerjaan bagi peserta (mean =
6). Bagan selanjutnya, bagan terakhir, akan menjabarkan penilaian peserta terhadap
fasilitator pelatihan :
Berdasarkan bagan di atas, dapat dilihat bahwa peserta merasa puas terhadap
fasilitator pelatihan (rentang mean =4,93 – 5,25). Peserta mengganggap bahwa
fasilitator dapat menyampaikan materi dengan jelas (mean = 4,93) dan menggunakan
berbagai alat bantu dengan baik sehingga membantu peserta memahami penjelasan
yang diberikan fasilitator (mean = 5,25).
Pada akhir lembar evaluasi, peserta juga diminta menuliskan saran terkait
dengan pelatihan yang dilaksanakan. Dari data kualitatif tersebut didapatkan
masukan bahwa sebaiknya dalam pelatihan tersebut agar lebih banyak lagi kegiatan-
kegiatan berdiskusi dan praktek-praktek dan agar materi yang disajikan dapat lebih
menarik dan tidak terlalu teoritis.
Bagan 6.5 Hasil Perbandingan Pembelajaran Skor Pre-Test dan Post-Test Peserta
Pelatihan