Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit yang sering


menyerang pada usia 35 tahun ke atas, hal ini bisa di sebabkan
oleh berkurangnya kelenturan bantalan tulang rawan ataupun
berkurangnya produksi cairan synovial, sehingga berakibat nyeri
pada persendian. Keluhan nyeri itu sendiri dapat memiliki
dampak yang besar terhadap kualitas hidup pasien, antara lain
penurunan aktivitas, isolasi sosial, gangguan tidur dan depresi
(Mickey Stanley, 2009, 156). Beberapa perubahan yang terjadi
pada organ dalam Rheumatoid arthritis. Terjadi pembengkakan
pada pembuluh darah yang terdapat pada membrane synovial,
dan juga terjadi thrombosis (penggumpalan) kecil yang dapat
menyebabkan sel-sel membrane synovial membesar dan terjadi
peradangan pada saraf disekitarnya (neurophaty). Awalnya,
gejala non spesifik tidak kentara (keletihan, malaise, anoreksia,
demam derajat rendah yang menetap, penurunan berat badan,
dan gejala artikular samar, seperti pembengkakan serta kekakuan
sendi setelah beraktivitas).

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri


seseorang diantara adalah jenis kelamin, salah satunya adalah
perempuan karena perempuan banyak yang mengalami
rheumatoid arthritis hal ini dipengaruhi oleh hormone,
perempuan lebih banyak memiliki hormone estrogen dari pada
lakilaki, hormone ini menyerang autoimun sehingga
menimbulkan rheumatoid arthritis semakin tinggi dan
kandungan hormone estrogen semakin tinggi pula terkena
rheumatoid arthritis dimana gejala ini yang banyak di alami
adalah nyeri sendi. Sesuai teori (Suiroaka, 2012, 62) pada
penderita rheumatoid arthritis yang mempengaruhi yaitu jenis
kelamin, perempuan lebih mudah terkena rheumatoid arthritis
dari pada laki-laki. Perbandingan 2-3 : 1.

Semakin bertambah usia maka semakin beresiko terkena


nyeri pada sendi lutut, dikarenakan lutut berfungsi untuk
menopang berat badan. Pada usia diatas 35 tahun, mulailah
penyakit degenerative pada lutut dikarenakan kerusakan tulang
rawan sendi yang disebut arthritis. Penderita pada stadium awal
akan mengeluh kaku sendi ndi pagi hari lamalama disertai rasa
nyeri dilutut terutama bila jongkok berdiri atau naik tangga dan
diakhiri dengan nyeri permanen dan gerakan sendi yang sangat
terbatas yang kadang-kadang memaksa penderita untuk tidak
berjalan lagi walau kondisi tubuh masih cukup sehat. Berkurang
fleksibilitas sendi mendorong sendi menjadi kaku, hal ini
membutuhkan upaya untuk meningkatkan fleksiibilitas sendi,
karena sendi pada penderita rheumatoid arthritis yang tidak
pernah digerakkan akan semakin menurun fleksibilitasnya
sehingga mendorong terhadap terjadinya kekakuan sendi parah.
Faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri seseorang
diantaranya yaitu usia, semakin bertambah usia sehingga
semakin bertambah toleransinya terhadap nyeri. (Saryono, 2011,
80).

2.2 Nyeri

Nyeri yaitu kondisi berupa kondisi tidak menyenangkan


yang bersifat sangat subjektif, karena perasaan nyeri berbeda
pada setiap individu dalam tingkatan nyeri, dan hanya orang yg
menderitan tersebut yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dideritanya (Alimul, 2009, 50). Nyeri sedang
sendiri yaitu klien mendesis menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan, dapat mengikuti perintah
dengan baik (Anas Tamsuri, 2012 dalam dedik kurniawan 2015,
45).
2.3 Penanganan Rheumatoid Arthritis

Penanganan untuk rheumatoid arthritis yaitu terapi


farmakologis (obat-obatan) seperti allupurinol, piroxicam, asam
mafenamat dsb, dan nonfarmakologis (Purwoastuti, 2009 dalam
Mery Fanada 2012, 2). Sedangakan tindakan nonfarmakologis
untuk penderita rheumatoid arthritis yaitu kompres, baik itu
kompres hangat dan kompres dingin. Kompres dingin dan
kompres hangat bermanfaat untuk mengurangi nyeri (Potter,
2010, 145). Kompres hangat merupakan suatu metode dalam
menggunakan suhu hangat yang dapat memberikan rasa hangat
pada daerah tertentu, mengurangi atau mencegah terjadinya
spasme otot (nyeri) (Uliyah & Hidayat, 2008, 47).

2.4 Metode Kompres Hangat

Menurut (Shim, 2014 , 183) Kompres hangat adalah


suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang
dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis, antara lain efek
vasodilatasi, meningkatkan premeabilitas kapiler, meningkatkan
metabolisme seluler, merelaksasi otot, meningkatkan aliran
darah ke suatu area. Kompres hangat dapat meningkatkan suhu
jaringan dan sirkulasi darah lokal, yang dapat menghambat
produk metabolisme inflamasi seperti prostaglandin, bradikinin
dan histamine sehingga dapat mengurangi nyeri. Kompres ini
digunakan untuk menghilangkan nyeri-nyeri dan penyusutan
otot-otot dan kompres ini juga dapat digunakan pada waktu pagi
hari, 3 kali dalam seminggu selama 10 menit (Mahmud, 2007,
34).

Anda mungkin juga menyukai