TENTANG
OLEH :
2011
ASUHAN KEPERAWATAN POSTPARTUM BERMASALAH INFKSI NIFAS
2. Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk kealat kandungan, seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh),
endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%
adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni
normal jalan lahir.
4. Predisposisi
Partus lama, partus terlantar dan ketuban pecah lama.
Tindakan obstetric operatif baik pervaginam maupun perabdominal
Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga
rahim.
Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan,
kelelahan, malnutrisi, preeklamsia,eklamsia dan penyakit ibu lainnya.
5. Frekuensi
1. Infeksi genital:
Potensial pathogen yang hidup dalam vagina: streptococcus anaerobik,
kuman gram negative anaerobik, streptococcus haemolyticus
Bakteri yang berasal di sekitar: E. coli, clostridium welchii
Bakteri yang berasal dari luar atau orang lain: staphylococcus dan
streptococcus haemolyticus
2. Infeksi non genital
ISK oleh E. coli
Infeksi payudara oleh staphylococcus
6. Manifestasi klinis
1. Infeksi yang terbatas lokalikasinya pada perineum, vulva, serviks dan
endometrium
2. Infeksi yang menyebar ketempat lain melalui: pembuluh darah vena,
pembuluh darah endometrium, pembuluh limfe.
a. Vulvitis: luka bekas episiotomy atau robekan perineum yang kena infeksi
b. Vaginitis: luka karena tindakan persalinan terinfeksi
c. Servisitis: infeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke ligament
latum dan parametrium
d. Endometritis: infeksi trejadi pada tempat insersi plasenta dan dalam waktu
singkat dapat mengenai seluruh endometrium
2. Masa persalinan
Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang
Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
Jagalah steriitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus
suci hama.
Perlukan-perlukan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam
maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan
menjaga sterilitas.
Pakian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan
penderita harus terjaga kesuci hamanya.
Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti.
3. Masa nifas
Luka-luka di rawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu
pula alat-alat dan pakain serta kain yang berhubungan dengan alat
kandungan harus steril.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.
2) Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan
yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakannya dengan urin.
3) Jika ibu mengelum perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan
lakukan pemeriksaan dalam secara digital.
4) Tentukan ada tidaknya infeksi.
5) Tentukan tanda-tanda inpartu.
6) Bau cairan ketuban yang khas
7) Jikamkeluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan
nilai satu jam kemudian.
8) Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan
keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterios. Jangan lakukan
pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat
mengundang inspeksi.
9) Jika mungkin, lakukan :
- Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis) darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif – palsu.
- Tes pakis, jangan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan biarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal cairan amnion dan
gambaran daun pakis. (Syaefuddin, Abdul Bari, 2002 ; M – 112 – M – 114).
2. Diagnosa keperawatan
- Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir dan infeksi
nasokomial.
- Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
- Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan
3. Perencanaan
Dx.1 Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir dan infeksi
nasokomial..
Tujuan: Mencegah dan mengurangi infeksi
.Intervensi:
Intervensi:
Intervensi :
4. Implementasi
Mengacu pada tindakan keperawatan yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi dibuat untuk menilai apakah kriteria evaluasi tercapai sebagian, tercapai
seluruhnya dan tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian
Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik
fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin
sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan
sebelum hamil ( 6 minggu ). Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate
post partum dalam 24 jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan
Late post partum period ( minggu kedua sampai minggu ke enam)..Potensial bahaya
yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post partum period sedangkan
perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum period. Bahaya
yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP
(Haemorrhage Post Partum). Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan paska
persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500
cc segera setelah bayi lahir. Tetapi menentukan jumlah perdarahan pada saat
persalinan sulit karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan dikain
pada alas tidur. POGI, tahun 2000 mendefinisikan perdarahan paska persalinan adalah
perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang menyebabkan perubahan tanda
vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, dalam pemeriksaan
fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar HB < 8 gr %.
Klasifikasi perdarahan :
Perdarahan paska persalinan dini/ early HPP/ primary HPP adalah perdarahan
berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang terjadi dalam 12 -
24 jam pertama setelah melahirkan.
Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah
perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska
persalinan.
2. Etiologi
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan perineum, luka
episiotomi.
2. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri, retensi
plasenta, inversio uteri.
3. Gangguan mekanisme pembekuan darah.
Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa
plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus
sehingga terjadi sub involusi uterus.
3. Faktor predisposisi
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi
dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh
karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada waktu
persalinan :
1. Trauma persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti dengan
pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan lahir dan segera
dilakukan penjahitan dengan benar.
2. Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi
dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta
pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi saat hamil,
pre eklampsia dan eklamsi.
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu diantisipasi
dengan hati-hati dan seksama.
4. Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga
sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang
luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
5. Gambaran klinik
a. Pengkajian
1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar
keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida,
primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan,
robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis,
induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5. Pengkajian fisik :
Tanda vital :
Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
Suhu : Normal/ meningkat
Kesadaran : Normal / turun
b. Diagnosa Keperawatan
Tindakan kolaborasi :
Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan
tanda hipoksia jaringan )
Tindakan kolaborasi
Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Pholadelpia.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book,
Philadelpia.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR,
Surabaya
2. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues. Termasuk lingkungan kelahiran yang tidak mendukung,
perubahan hormone yang cepat dimana terjadi perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan
sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak
yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi, selain itu keraguan terhadap peran yang
baru, faktor demografi yaitu umur dan paritas, pengalaman dalam proses kehamilan
dan persalinan, latar belakang psikososial ibu, takut kehilangan bayinya atau
kecewa dengan bayinya dan ditambah dengan gangguan tidur yang tidak dapat
dihindari yang dialami oleh ibu baru, berperan juga dalam proses ini.
4. GEJALA KLINIS
Meskipun berbagai gejala pernah dilaporkan, gambaran utamanya adalah
insomnia, mudah sedih, depresi, cemas, konsentrasi berkurang, iritabilitas dan
suasana yang berubah-ubah. Para wanita ini dapat menangis secara sementara
selama beberapa jam dan kemudian pulih sempurna namun kembali menangis
keesokan harinya. Yang penting, gejala bersifat ringan dan biasanya hanya
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Post partum blues biasanya dimulai beberapa hari setelah kelahiran dan
selesai 10-14 hari. Karakteristik post partum blues meliputi menangis, merasa letih
karena melahirkan, agitasi atau gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri dan
reaksi negative terhadap anak atau keluarga. Karena melahirkan digambarkan
sebagai pengalaman puncak, ibu baru mungkin merasa perawatan dirinya tidak
adekuat atau ia tidak mendapat perawatan yang tepat, jika bayangan kelahiran tidak
sesuai dengan apa yang ia alami. Ia mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian
keluarganya tiba-tiba berfokus pada bayi yang baru dilahirkannya.
Walaupun mungkin muncul berbagai gejala namun gambaran utamanya
adalah insomnia, mudah sedih,depresi, ansietas, gangguan konsentrasi, iritabilitas
dan labilitas afek; tak pelak lagi ini merupakan gejala-gejala umum yang terdapat
pada serangan-serangan depresi minor atau bahkan mayor.
Setidaknya terdapat 5 gejala selama periode 2 minggu : salah satu gejala harus
berupa mood depresi atau hilangnya minat atau kesenangan hampir setiap hari :
1. Mood depresi hampir sepangjang hari.
2. Minat atau kesenangan yang sangat merosot terhadap semua atau hampir
semua kegiatan sepanjang hari.
3. Penurunan atau penambahan BB yang bermakna apabila tidak diet atau
penurunan/peningkatan napsu makan.
4. Insomnia atau hipersomnia
5. Agitasi atau retardasi psikomotor.
6. Kelelahan atau kehilangan energy.
7. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak
sesuai.
8. Penurunan kemampuan berpikir atau memusatkan perhatian.
9. Sering berpikir tentang kematian, berulang-ulang memikirkan bunuh diri
tanpa rencana spesifik atau upaya bunuh diri.
Gejala menyebabkan distress yang bermakna atau hendaya dalam fungsi social,
pekerjaan atau bidang penting lainnya. Gejala tidak disebabkan oleh efek langsung
obat/zat atau kondisi medis umum. Gejala tidak terjadi dalam 2 bulan setelah
kehilangan seseorang yang dicintai.
Pada kasus yang parah, mungkin disertai dengan psikosis (pikiran aneh /
paranoid).
*Depresi minor diisyaratkan oleh mood depresi selama 2 minggu dan kurang dari
5 gejala. Diadaptasi dari American Psychiatric Association (1993).
5. PENATALAKSANAAN
Treatment diberikan setelah melahirkan dapat berupa medikasi dan terapi
atau kombinasi keduanya. beberapa jenis anti-depressant yang sesuai dapat
diberikan kepada ibu yang menyusui. Dalam psikoterapi, pastisipasi dalam grup
support dilakukan untuk memberikan (menanamkan) dukungan sosial terhadap
individu agar dapat mengurangi tingkat depresi yang muncul.
Selain itu kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini, adalah
dukungan yang konsisten dari keluarga dan pemberi perawatan, meyakinkan
kembali bahwa ia tidak menjadi gila, dan memberikan kesempatan untuk
meningkatkan kesehatan. Dukungan positif terhadap keberhasilannya dalam
menjadi orang tua bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan kepercayaan
diri terhadap kemampuannya.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi ketidakefektifan koping individu b.d perubahan emosional yang tidak
stabil pada ibu.
2. Resiko tinggi terganggunya psikologi ibu b.d kegagalan dalam pendekatan antara
ibu dan bayi.
3. Defisit pengetahuan b.d penyebab, perjalanan dan penanganan postpartum blues.
4. Perubahan peran sebagai orang tua b.d pengaruh komplikasi fisik dan emosional.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi ketidakefektifan koping individu b.d perubahan emosional yang tidak
stabil pada ibu.
a. Berikan lingkungan yang mendukung
b. Berikan kesempatan yang adekuat kepada ibu untuk istirahat dan tidur.
c. Berikan ibu keringanan dalam merawat bayi
d. Berikan pendidikan kesehatan bagi pasangan klien atau orang yang sangat
penting tentang perilaku yang diharapkan.
2. Resiko tinggi terganggunya psikologi ibu b.d kegagalan dalam pendekatan antara
ibu dan bayi.
a. Berikan kebutuhan ibu pada fase taking in; berikan kesempatan pada ibu
untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialaminya.
b. Libatkan ibu untuk berpartisipasi dalam merawat bayinya; tempatkan bayi
dan ibu dalam ruangan yang sama jika kondisinya memungkinkan.
c. Berikan asuhan keperawatan pada bayi jika ibu sangat kelelahan untuk
berpartisipasi.
d. Berikanpendidikan pada ibu berhubungan dengan cara perawatan fisik,
teknik menyusui bayi, awasi aktivitas fisik ibu, diskusikan keadaan bayi
yang normal dan cara berkomunikasi dengan bayi.
e. Lakukan follow-up kesehatan komunitas untuk mengidentifikasi risiko
seperti sudah berusia tua, dukungan sosial yang tidak adekuat, kegagalan
dalam merawat bayi.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilaksanakan sesuai dengan rencana intervensi yang telah dibuat atau ditetapkan.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang ditetapkan
yaitu meliputi kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan, ibu dan keluarga akan
mengembangkan koping yang efektif, setiap anggota keluarga akan melanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham dkk, 2009, Obstetri Williams : Panduan Ringkas Ed.21 , Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
Cunningham Gary F, 2005, Obstetric Williams Ed.21, Vol.2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Helen varney dkk, 2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ED.4 Vol,2 , Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.