Anda di halaman 1dari 2

3.

wacana deskripsi (Perian)


Wacana deskripsi adalah wacana yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan
sebenarnya,sehingga pembaca dapat mencitrai 9melihat,mendengar,mencium dan merasakan)apa yang
dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannnya.Wacan ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan
tentang sesuatu,dengan kesan utama sebagai pengikat semua kesan yang dilukiskan.pelukisan ini
bertujuan menghadirkan barang,manusia ,dengan sifat dan gerak-geriknya atau sesuatu yang
lain.Misalnya,suasana kampung yang begitu damai,tentram,dan saling menolong dapat dilukiskan dalam
wacana deskripsi.

Wacana deskripsi ada dua macam,yaitu wacana deskripsi yang faktawi dan wacana deskripsi
yang khayali.Wacana deskripsi faktawi merupakan wacana yang berusaha memberikan
bangun,ukuran,susunan,warna,bahan sesuatu menurut kenyataannya,dengan tujuan untuk
memberitahu/memberi informasi saja. Perian faktawi ini harus lengkap,sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas.Dalam menyusun wacana deskripsi yang faktawi ada beberapa pedoman,yaitu (1)
membayangkan pertanyaan yang mungkin diutarakan oleh pembaca/pendengar, dan berusaha
menjawab pertanyaan dalam suatu perian,(2) menetukan sudut pandang pemberian sebagai pegangan
dan (3) mengatur rincian perian dari yang sifatnya mencolok sampai pada kurang mencolok.wacana ini
berusaha memberikan ciri-ciri fisik,cara-cara berlaku,sikap-sikap seseorang,keadaan suatu tempat
menurut khayalan penulisannya.Untuk mencapai hal itu,ada tiga syarat yang harus diperhatikan,yaitu
(1)pengamatan yang tajam ,(2) adanya kesan utama yang menjadi pusat perian dan (3) pemulihan kata-
kata yang tepat.

Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitusebagai berikut.
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda
sesuai kesan/imajinasi si penulis.
Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita:
Jam dinding kamar menunjukkan pukul sepuluh lewatsembilan belas menit. Di luar hujan
masih saja turun denganderasnya.Angin yang menerobos masuk melalui kisi-kisi terasadingin
menusuk kulit.Piama yang melekat di tubuhku tidakbanyak membantu menahan dingin sehingga
agar lebih hangatkupakai lagi jaket tebal. Agak menolong, memang.Akan tetapi, kantuk hebat
datang. Padahal besok aku harusbangun lebih pagi. Akhirnya, daripada melamun tidak
menentu,kuputuskan akan melanjutkan membaca. Aku kembali ke mejabelajar, kunyalakan
kembali lampu belajar dan mulai membacasambil duduk bersandar di kursi.Tiba-tiba kantuk
hebat datang menyerang. Belum lagi selesaikalimat yang sedang kubaca, buku yang kupegang
terlepas daritangan.
Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruanganbersama-sama dengan
sekelompok orang yang sama sekali belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau
memenuhiruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.Kami semua duduk di kursi
yang diatur membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak
duduktenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang punyang kelihatan peduli
pada orang lain di ruangan itu.
Tidak ada yang ganjil terlihat.Malah terasa suasana persisseperti di ruang kuliah. Di
sebelah kananku ada sebuah pintu,di dekatnya beberapa jendela kaca. Ada dua baris jendela
kaca,masing-masing terdiri atas empat jendela, yang menyebabkanruangan ini cukup terang. Di
atas ruangan, tergantung di langit-langit,ada empat pasang lampu neon 40 watt.Dinding
sebelah kiri kosong, tidak ada apa-apa di sana. Warnahijau muda dinding itu sudah perlu
dilebur kembali, di sana-sinikelihatan coret-coretan tangan-tangan jahil.
(Dikutip dari wacana berjudul Banjir, oleh. Ramadhan Syukur dalam
buku: Menulis secara Populer, karya Ismail Marahimin, 2001)

b.Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan


logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima.Benar, ini dia kamaryang kucari; tanda
pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah
kotakkecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan padakotak itu, dengan sebuah
perintah dalam bahasa Inggris, WriteYour Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku,
”Masuksaja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuahcermin yang bertuliskan
”Anda manis, Nona.” Di bawahnyamerapat sebuah meja belajar yang diberi alas kertas
berbungabungamerah jambu, dan dilapisi lagi dengan plastik bening.Di atas meja ada
sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik,jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas
berserakan danbuku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis
mengerjakanpaper, pikirku.
(Sumber: “Kamar Sebuah Asrama,” oleh Ni Made Tuti Marhaeni,
dalam buku Menulis Secara Populer, karya Ismail Marahimin,
2001)
Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung,yaitu dengan mengamati
informasi dalam bentuk nonverbalberupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain.Apa saja
yangtergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadibahan atau fakta yang akurat
untuk dipaparkan dalam karangandeskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah
pengamatanterhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1) menentukan objek pengamatan
(2) menentukan tujuan
(3) mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4) menyusun kerangka karangan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan

Anda mungkin juga menyukai