Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Perbankan dan Keuangan

“Pengaruh Perubahan Kepemilikan Terhadap Tingkat Kinerja dan


Resiko Bank: Bukti dari Indonesia”

Tugas Seminar Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu:
Dr. Harjum Muharam, S.E., M.E.

Kelompok Penyusun:
Bianda Bellinda 12010116140192
Nadhira Puspita Biduri 12010116130264
Dalilatiyani Ajrinatia 12010116140217
Benita Mega Mangesti 12010116140158
1. Abstrak
Studi ini mengkaji tentang pengaruh perubahan kepemilikan terhadap kinerja bank dan
tingkat resiko pada 60 bank komersial Indonesia tahun 2005-2012. Ditemukan bahwa bank yang
dimiliki negara kurang menghasilkan keuntungan dan mudah terpengaruh oleh resiko
dibandingkan dengan bank swasta dan bank luar negeri.
Investor dalam negeri cenderung memilih perusahaan yang tingkat kinerjanya paling baik
untuk diakuisisi. Akuisisi domestik biasanya terkait dengan bank yang mengalami penurunan
efisiensi. Akuisisi asing non regional terkait dengan bank yang mengalami penurunan tingkat
resikonya. Akuisisi asing regional terkait dengan tingkat kinerjanya.

2. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dalam negara berkembang lebih tinggi daripada negara maju.
Seiring berjalannya waktu, muncul beberapa tren ekonomi seperti, reformasi ekonomi,
perkembangan finansial, integrasi keuangan, liberisasi, dan konsolidasi. Banyak investor yang
ingin memasuki pasar di negara berkembang untuk mengkapitalisasi atau mengambil
kesempatan yang tersedia sebanyak-banyaknya dikarenakan sektor perbankan dalam negara
berkembang memiliki peran vital dalam kesuksesan. Dengan demikian, para investor berusaha
menarik banyak perhatian, terutama karena lingkungan yang kompleks disebabkan oleh
perubahan kepemilikan bank yang dinamis. Perubahan kepemilikan bank tersebut membuktikan
bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi bank dan ekonomi secara signifikan.
Suatu hal penting dari literatur sebelumnya mengkaji perbedaan kinerja bank antara tiga
tipe kepemilikan bank yaitu, bank yang dimiliki negara, bank swasta, dan bank luar negeri.
Banyak studi terdahulu yang memfokuskan tentang pengaruh kepemilikan bank dalam jangka
waktu yang singkat (static) tanpa memperhatikan pengaruhnya dalam jangka waktu panjang
(dynamic). Terlebih lagi, studi terdahulu tidak memiliki data yang dapat dipercaya, sehingga
para peneliti tidak dapat melakukan analisis lebih lanjut. Studi sebelumnya pun tidak dapat
membedakan kepemilikan bank asing, baik dari investor asing regional atau investor asing non-
regional.
Indonesia adalah negara yang memiliki pasar berkembang besar dalam daerah Asia-
Pasifik dengan perbedaan budaya dan etnik didalamnya. Sektor ekonomi di Indonesia didominasi
oleh sektor perbankan sebesar 77.9% dari total aset dalam sistem keuangannya. Sama dengan
negara berkembang lainnya, ekonomi Indonesia berkarakteristik lemahnya penegakan hokum,
lemahnya institusi, dan korupsi. Selama beberapa tahun lamanya, Indonesia telah mengalami
gelombang besar dalam merger dan akuisisi bank disebabkan oleh regulasi dan pasar. Yang
pertama, adanya krisis keuangan Asia, kegiatan merger dan akuisisi dilakukan karena adanya
kebijakan pemerintah untuk merestrukturisasi dan mengkonsolidasi industry perbankan. Yang
kedua, peraturan kepemilikan bank diciptakan pada tahun 2006 untuk memberi insentif kepada
pemegang saham untuk mengendalikan sahamnya lebih dari satu bank yang digabungkan
dibawah kontrolnya. Yang ketiga, rata-rata profitabilitas dari sektor perbankan Indonesia salah
satu yang tertinggi dalam daerah Asia-Pasifik, yang menjadikan investor tertarik untuk
melakukan investasi pada bank-bank di Indonesia.
Rumusan Masalah:
- Apa karakteristik tingkat kinerja dan resiko terhadap bank yang dijadikan target merger
dan akuisisi?
- Apakah perbedaan tipe kepemilikan bank memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
tingkat kinerja dan resiko bank yang dijadikan target dalam jangka waktu singkat dan
panjang?
- Apakah akuisisi asing regional berbeda dengan akuisisi asing non-regional berdasarkan
karakteristik tingkat kinerja dan resiko yang ditentukan untuk akuisisi?

3. Studi Sebelumnya dan Terkait


- Studi sebelumnya dari Berger dan Lin Zhang bahwa tipe kepemilikan bank juga merupakan
bentuk pemerintahan dalam negara berkembang. Prioritas hukum infrasturuktur yang lemah
mengakibatkan tidak adanya perlindungan terhadap investor. Sehingga, investor terpaksa harus
mengikuti hukum yang berjalan untuk meringankan biaya manajerial. Sedangkan di negara maju
untuk menurunkan biaya manajerial dilakukan voting oleh para manajer perusahaan sehingga
terlindungi oleh hukum.
Kontribusi dalam studi tersebut dilakukan tiga cara. Yang pertama, melakukan pendekatan
dengan cara mengkaji bagaimana kepemilikan berpengaruh pada tingkat resikonya. Dalam
model ini, static mengacu pada perbedaan tingkat kinerja dan resiko antara bank yang belum
mengalami perubahan kepemilikan. Selection mengacu pada tingkat kinerja dan resiko antara
bank yang pernah mengalami perubahan kepemilikan. Dynamic mengacu pada tingkat kinerja
dan resiko yang di akuisisi domestik dan asing. Yang kedua, membedakan akuisisi lintas negara
dilakukan oleh investor asing regional dari Asia Tenggara dan akuisisi lintas negara oleh investor
asing non regional. Dengan demikian, akuisisi asing regional termasuk tapi tidak dibatasi akuisisi
dari investor Asia Tenggara. Hal ini menggambarkan implikasi kebijakan yang penting tentang
pengaruh yang berpotensi pada sektor perbankan Indonesia. Yang ketiga, untuk mengkaji
perubahan kepemilikan bank di Indonesia dengan konsolidasi perbankan akhir ini. Sampelnya
adalah 60 komersial bank pada periode 2005-2012, merepresentasikan 75% dari sektor
perbankan Indonesia atas total asetnya.
- Calomiries dan Karceski 2000, pentingnya membedakan pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang merger dan akuisisi terhadap kinerja bank.
- Sapienza, Classens, dan Van Horen 2004, kepemilikan bank oleh negara adalah suatu bentuk
kepemilikan yang tidak efisien berdasarkan ketidakefesiensi, kelebihan pegawai, dan tingkat
kinerja yang buruk.
- Shleifer dan Vishny 1997, bank yang dimiliki negara tidak melihat maksimalisasi profit sebagai
tujuan utama, tidak sama dengan bank swasta. Dimana bank swasta tidak mudah terpengaruh
campur tangan politik sehingga, lebih mudah untuk menyerap profit.
- Bonin 2005, bank yang dimiliki negara lebih efisien dibandingkan dengan bank swasta
domestic, tetapi lebih rendah dari bank negara yang sudah dijadikan swasta. Harber 2005, juga
menemukan bahwa bank yang dimiliki negara Mexico adalah bank yang paling buruk kinerja
dari seluruh bank yang ada di Mexico.
- Isik dan Hassan 2003, pengaruh static kepemilikan bank domestik dan asing terhadap kinerja
dan resiko, menemukan bahwa bank asing adalah bank yang paling menghasilkan profit.
- Classens dan Van Horen 2012, bank asing memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
dengan bank domestik pada waktu bank diakuisisi investor asing, regulasi pada negara yang
bersangkutan lemah, pengakuisisi memiliki bahasa dan regulasi yang sama dengan negara
bersangkutan, serta pengakuisisi memiliki market share yang tinggi.
- Meggison and Netter 2001, membuktikan bahwa adanya peningkatan profit disebabkan oleh
bank yang diahlikan menjadi bank swasta.
- Dages 2000, akuisisi asing dihubungkan dengan peningkatan efisiensi.
- Lee 2012, perkembangan ekonomi yang lebih rendah pada negara bersangkutan meningkatkan
pengaruh positif dalam kepemilikan bank asing baik dari pendapatan, keuntungan, dan biaya.
- Hadad 2011, mengkaji hubungan antara efisiensi bank dengan kinerja pasar saham pada bank
Indonesia selama periode 2003-2009.

4. Metodologi dan data


4.1. Sampel dan observasi
Data diperoleh dari tiga sumber, yaitu: data keuangan tentang bank individu dari basis data
Bankscope, data transaksi M&A dari basis data, dan data agregat industri dari laporan tahunan
Bank Indonesia. Sampel asli yang diperoleh dari Bankscope terdiri dari 94 bank di Indonesia
yang dikategorikan sebagai bank umum. Namun, kami memfilter bank yang datanya diperlukan
untuk memperkirakan fungsi biaya dan laba tidak tersedia untuk semua tahun selama periode
2005-2012. Sehingga mengurangi sampel menjadi 60 bank. Sampel akhir ini mencakup 64% dari
semua bank di Indonesia yang diklasifikasikan sebagai bank komersial di Bankscope, dan
mewakili sekitar 75% dari sektor perbankan Indonesia dalam hal total aset.

Kemudian data yang diperoleh dari Bankscope dicocokan menggunakan ID BvD unik dari
masing-masing bank dengan data yang diperoleh dari basis data Zephyr untuk mengidentifikasi
bank-bank yang terlibat dalam transaksi M&A. Tabel 1 menunjukkan distribusi pengamatan.
Kami mempertimbangkan transaksi M&A yang selesai dan terkonfirmasi yang terjadi antara
01/01/2004 hingga 31/12/2011. Ini memungkinkan kami untuk menganalisis efek dinamis dari
setiap transaksi yang terjadi selama periode 2005-2012. Awalnya terdapat 39 transaksi M&A
yang terjadi selama periode ini. Namun, analisis dibatasi menjadi 19 transaksi dari 39 transaksi
berdasarkan kriteria berikut:

 Hanya mempertimbangkan transaksi jika itu mengarah ke saham mayoritas pengendali


di bank yang diakuisisi. Kami mendefinisikan saham mayoritas pengendali sebagai
saham yang lebih besar atau sama dengan 50,01% dari total saham bank target.

 Mengecualikan setiap transaksi yang terjadi sebagai top-up dari mayoritas saham asli.

 Mengecualikan transaksi multi tranche yang melibatkan bank yang sama yang terjadi
dalam periode satu tahun (di mana pihak pengakuisisi membeli beberapa tahapan
kepemilikan saham bank target pada tahun tertentu).
Oleh karena itu, hanya terdapat 19 transaksi yang membawa saham pengakuisisi ke atau di atas
mengendalikan saham di bank yang diakuisisi. Tabel 2 memberikan ringkasan transaksi ini.

4.2. Model
Untuk menganalisis bersama efek statis, seleksi, dan dinamis pada kinerja dan risiko bank, kami
menggunakan model yang diusulkan oleh Berger et al. (2005):

θ it = α + X’it β + Z ‘it γ + D’it ζ + C’it λ + ε it (1)


σ it = α + X’it β + Z ‘t γ + D’it ζ + C’it λ + ε it (2)
dimana:

 θit adalah ukuran kinerja

 σit adalah ukuran paparan risiko

 X’it adalah vektor indikator kepemilikan statis

 Z’it adalah vektor dari indikator kepemilikan seleksi

 D’it adalah vektor indikator kepemilikan dinamis

 C’it adalah vektor dari variabel kontrol

 α , β , γ , ζ , dan λ adalah parameter yang akan diestimasi oleh model.

4.3. Variabel endogen


Untuk mendapatkan ukuran kinerja relatif spesifik bank, kami menerapkan teknik perbatasan
parametrik untuk menghitung skor efisiensi biaya dan laba untuk sampel bank umum yang
dimiliki. Keuntungan utama dari metode parametrik adalah bahwa tidak seperti metode
deterministik (seperti DEA), model deterministic frontier tidak mempertimbangkan
kemungkinan adanya faktor-faktor diluar kontrol perusahaan yang diduga memengaruhi proses
produksi. Oleh karena itu, dikembangkan model parametrik stochastic frontier untuk mengukur
pengaruh yang tidak terduga (stochastic effect) di dalam batas produksi.
Kami menggunakan pendekatan yang disarankan oleh Battese dan Coelli (1995) untuk
mendapatkan skor efisiensi biaya. Lebih spesifik lagi, batas biaya ditentukan sebagai:
ln C it = c (q it, w it, t: β) + (ln v it + ln u it) (3)
i = 1,. . . , N dan t = 1,. . . , T

dimana:

 ln Cit adalah total biaya bank i pada waktu t,

 qit adalah vektor output,

 wit adalah seperangkat harga input,

 t adalah tren waktu yang mengukur kemajuan teknis yang tidak berwujud

 β adalah vektor dari parameter yang tidak diketahui untuk diperkirakan.


Istilah kesalahan memiliki dua komponen:

 vit adalah kesalahan acak independen dan terdistribusi secara identik, diasumsikan
didistribusikan sebagai N (0, σ 2) dan tidak tergantung pada uit.

 uit adalah variabel acak non-negatif yang dianggap bertanggung jawab atas inefisiensi
biaya bank dan didistribusikan secara independen dengan pemotongan nol.

Fungsi biaya translog disajikan dalam Persamaan. (B.1) dalam Lampiran B. Skor efisiensi biaya
bank didefinisikan sebagai rasio antara tingkat biaya aktual dan tingkat biaya minimum yang
diberikan pada batas biaya (lihat Persamaan (B.2) dalam Lampiran B). Biaya adalah total biaya
operasi yaitu jumlah biaya bunga, gaji dan tunjangan karyawan dan biaya operasi lainnya.
Output dalam vektor qit adalah pinjaman (q1) dan investasi sekuritas (q2). Variabel pinjaman
dihitung sebagai perbedaan antara pinjaman kotor dan cadangan yang dialokasikan untuk kredit
macet. Kami menggunakan tiga input harga dalam vector wit, yaitu:

 Biaya modal (w1) yang dihitung dengan membagi biaya bunga dengan total simpanan,

 Biaya modal fisik (w2) yang dihitung dengan membagi biaya overhead selain dari biaya
personil dengan nilai buku aset tetap
 Biaya tenaga kerja (w3) dihitung dengan membagi biaya personil dengan jumlah
karyawan.
Kemudian dilanjutkan dengan menormalkan variabel dependen dan semua harga input untuk
memastikan homogenitas linier. Akhirnya, mengikuti Berger dan Mester (1997), Duygun et al.
(2013) dan Shaban et al. (2014), kami mengendalikan tingkat ekuitas sebagai input yang
disesuaikan untuk mengendalikan perbedaan dalam preferensi risiko.
Untuk mendapatkan efisiensi relative laba bank, kami memperkirakan alternatif batas laba yang
diusulkan oleh Berger dan Mester (1997):

ln P it = p (q it, w it, t: β) + (ln v it - ln u it) (4)


i = 1,. . . , N dan t = 1,. . . , T

di mana:

 ln Pit adalah laba sebelum pajak (PBT) untuk bank I diwaktu t

 qit, wit, dan t sama seperti di persamaan (3)

 β adalah vector untuk estimasi parameter yang tidak diakui.

 uit dan v it sama seperti di persamaan (3), namun persamaan uit menggunakan tanda
negatif, karena inefisiensinya mengurangi keuntungan

Spesifikasi fungsi translog laba dan ukuran relatif dari efisiensi ada didalam Lampiran B,
Persamaan. (B.3) dan (B.4). Tabel 3 memberikan statistik deskriptif tentang variabel dasar yang
digunakan dalam estimasi laba dan efisiensi biaya.
Setelah menghasilkan variabel efisiensi biaya (skor CE) dan variabel efisiensi laba (skor PE)
untuk masing-masing bank dari model perbatasan, kami menyusun peringkat efisiensi biaya
(peringkat CE) dan variabel peringkat efisiensi laba (peringkat PE) dengan memeringkat
peringkat skor efisiensi di semua bank dalam sampel kami. Kami memberi peringkat skor
efisiensi sebagai berikut. Pertama, memberi peringkat pada bank berdasarkan skor efisiensi
mereka dari tahun ke tahun. Kedua, untuk setiap tahun bank yang memiliki skor efisiensi
tertinggi berada di peringkat 1 dan bank dengan skor efisiensi terendah berada di peringkat 60.
Akibatnya, kami memperoleh total empat indikator kinerja relatif untuk digunakan dalam
analisis tahap kedua kami. Kami memperkirakan regresi Tobit yang disensor ketika variabel
dependen kami adalah peringkat CE dan peringkat PE; jika tidak, kami menggunakan Ordinary
Least Square (OLS).
Koefisien negatif (positif) yang terkait dengan variabel penjelas tertentu dalam biaya atau
regresi peringkat efisiensi menunjukkan bahwa peningkatan variabel ini dikaitkan dengan
peringkat efisiensi yang lebih tinggi (lebih rendah). Selain itu, kami juga mempertimbangkan
rasio keuangan standar yang sering digunakan untuk mengukur kinerja laba dan biaya: margin
bunga bersih (NIM); pengembalian aset rata-rata (ROA); return on average equity (ROE); total
biaya terhadap total pendapatan (TCTR) dan rasio biaya-pendapatan (CIR). Dapat diperdebatkan
bahwa rasio ini kurang menarik dibandingkan dengan skor dan peringkat efisiensi dan laba
(Berger et al., 2005). Yang penting, kami juga menganalisis dampak perubahan kepemilikan
terhadap eksposur bank terhadap risiko dengan mempertimbangkan langkah-langkah berikut:
ekuitas terhadap total aset (ETA); modal inti inti untuk total aset tertimbang menurut risiko
(TIER1); potongan biaya bersih untuk pinjaman rata-rata (NCO); kredit bermasalah terhadap
total pinjaman (NPL) dan aset likuid ke total aset (LATA).

4.4. Variabel eksogen


Variabel eksogen kunci dalam Persamaan. (1) dan (2) adalah indikator kepemilikan statis,
seleksi, dan dinamis. Untuk indikator statis kami, kami membuat dummy yang menunjukkan
tidak ada perubahan kepemilikan selama periode sampel: dummy yang sama dengan 1 untuk
bank asing statis dan 0 sebaliknya (FB); dummy yang sama dengan 1 untuk bank swasta statis
dan 0 sebaliknya (PB); dummy yang sama dengan 1 untuk bank milik negara statis dan 0
sebaliknya (SOB). Kami menggunakan fitur kepemilikan utama dari database Bureau van Dijk
Bankscope untuk membuat dummy-dummy di atas. Hal ini memungkinkan kami untuk
mengklasifikasikan bank yang beroperasi di Indonesia sebagai milik asing, swasta, atau milik
negara. Pemilik akhir adalah pemegang saham tunggal atau sekelompok pemegang saham
dengan persentase kepemilikan langsung atau total setidaknya 50,01% dari total saham bank.
Misalnya, jika pemilik resmi bank Indonesia adalah pemilik swasta Indonesia, maka bank
tersebut diklasifikasikan sebagai milik pribadi. Jika pemilik akhir bank adalah pemerintah
Indonesia, maka bank tersebut diklasifikasikan sebagai milik negara.
Untuk menyusun indikator seleksi dan kepemilikan dinamis, kami melacak perubahan dalam
kepemilikan akhir setelah akuisisi menggunakan database Bureau van Dijk Zephyr. Untuk
indikator seleksi kami, kami membuat dummy yang menunjukkan perubahan kepemilikan
selama periode sampel: dummy yang sama dengan 1 jika bank melakukan akuisisi domestik dan
0 jika tidak (DA-S); dummy yang sama dengan 1 jika bank menjalani akuisisi asing non-regional
/ regional dan 0 jika tidak (FA-S / RA-S). Untuk indikator dinamis kami, kami membuat dummy
untuk tahun-tahun setelah perubahan kepemilikan (t + 1): dummy akuisisi domestik dinamis
(DA-D); dummy akuisisi asing non-regional / regional yang dinamis (FA-D / RA-D).
Kami mendefinisikan akuisisi asing regional sebagai akuisisi oleh investor yang negara asalnya
adalah negara Asia Tenggara atau Asia Timur. Sebagai contoh, pemilik akhir Bank ICBC
Indonesia (didirikan pada tahun 1989 sebagai Bank Halim Indonesia) adalah orang Indonesia
sampai tahun 2007. Pada tahun 2007, Industrial & Commercial Bank of China mengakuisisi
bank dan pemilik utama Bank ICBC Indonesia menjadi orang Cina. Oleh karena itu, bank ini
mengalami perubahan kepemilikan dari swasta menjadi asing di tahun 2007.
Kami membatasi bias endogenitas potensial yang mungkin timbul sebagai akibat dari bank asing
memilih bank dengan karakteristik yang berbeda dengan memasukkan variabel kontrol spesifik
bank. Variabel kontrol ini terdiri dari dummy yang sama dengan 1 untuk bank publik dan 0
sebaliknya (LISTED) dan dummy yang mengendalikan aktivitas investor yang mengakuisisi,
yang sama dengan 1 jika bisnis utama pengakuisisi adalah perbankan dan 0 sebaliknya
(BUSINESS). Selain itu, kami menyertakan logaritma natural dari total aset yang tertinggal
(SIZE) dan pangsa pasar yang tertinggal dalam hal total aset (SHARE) untuk membantu
menjelaskan perbedaan dalam ukuran bank dan kekuatan pasar. Terakhir, kami memasukkan
efek tahun tetap dalam regresi untuk mengontrol kondisi makroekonomi secara umum.

5. Hasil Empiris

Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh
kepemilikan terhadap kinerja bank dan eksposur risiko. Seperti yang dibahas pada bagian
sebelumnya, sejalan dengan Berger et al. (2005) dan Lin dan Zhang (2009) kami
mempertimbangkan efek statis, seleksi, dan dinamis.

Kami pertama-tama menghasilkan masing-masing indikator kinerja relatif yang kuat dari
skor efisiensi biaya dan laba yang digerakkan masing-masing dari estimasi fungsi biaya dan
keuntungan alternatif. Pada tahap kedua analisis kami, kami memperkirakan dua set model, di
mana variabel dependen adalah kinerja atau indikator eksposur risiko. Kami menggunakan
model regresi Tobit yang disensor di mana kami menggunakan peringkat CE atau peringkat PE
sebagai variabel dependen, dan sebaliknya OLS.
Kami pertama kali memperkenalkan diskusi singkat tentang statistik deskriptif dari
variabel yang digunakan dalam regresi dan kemudian melanjutkan di sub-bagian berikut untuk
membahas temuan kami. Tabel 4 memberikan statistik deskriptif tentang variabel yang
digunakan dalam estimasi berdasarkan Persamaan. (1) dan (2). Tabel tersebut menunjukkan
bahwa skor efisiensi biaya rata-rata dalam sampel kami adalah 0,95 dengan standar deviasi 0,04,
menyiratkan kesenjangan terbatas dalam hal efisiensi biaya di antara sampel kami di bank-bank
Indonesia. Namun, standar deviasi skor efisiensi laba sedikit lebih tinggi (0,11) dengan skor
efisiensi laba rata-rata 0,45. Indikator profitabilitas berbasis akuntansi menunjukkan sektor
perbankan menguntungkan yang sehat dengan rata-rata NIM, ROA, dan ROE masing-masing
sebesar 5,32%, 1,65%, dan 11,56%. Ada variasi signifikan yang diamati dalam indikator paparan
risiko, dengan rasio ETA dan Tier 1 rata-rata mendekati 15% dan 12%, masing-masing.
5.1. Efek statis

Pada bagian ini kami membahas temuan kami tentang efek statis dari berbagai jenis
kepemilikan. Tabel 5 melaporkan hasil model kinerja menggunakan skor efisiensi dan peringkat
yang diperoleh dari model perbatasan. Selanjutnya, kami melaporkan hasil di mana rasio
profitabilitas dan efisiensi adalah variabel dependen dalam Persamaan.

Koefisien pada variabel FB dan SOB menangkap efek statis pada kinerja bank
kepemilikan asing dan negara terus-menerus relatif terhadap kepemilikan pribadi (mis. Tidak ada
perubahan kepemilikan selama seluruh periode sampel). Dalam hal efek statis kepemilikan
terhadap kinerja efisiensi biaya, tanda signifikan dan positif dari koefisien pada FB dalam regresi
peringkat CE menunjukkan bahwa kepemilikan asing dikaitkan dengan peringkat efisiensi biaya
yang lebih rendah daripada kepemilikan swasta (domestik), sedangkan koefisien pada FB dalam
regresi skor CE tidak signifikan secara statistik. Koefisien SOB dalam regresi peringkat CE tidak
signifikan tetapi koefisien positif dan signifikan secara statistik pada SOB dalam skor Regresi
CE menunjukkan bahwa kepemilikan negara mungkin agak terkait dengan efisiensi biaya yang
lebih tinggi. Temuan ini tampaknya masuk sejalan dengan Hadad et al. (2012). Hasil juga
menunjukkan bahwa bank asing cenderung berkinerja buruk di bank swasta tetapi mengungguli
SOB, seperti yang ditunjukkan oleh tanda dan pentingnya koefisien pada FB dan SOB dalam
regresi peringkat PE dan dalam regresi skor PE. Temuan bahwa bank asing mengikuti bank
swasta dalam hal efisiensi biaya dan laba secara luas konsisten dengan hasil Hadad et al.
(2011a).

Hasil yang diperoleh dengan indikator akuntansi sebagai ukuran kinerja menunjukkan
bahwa bank asing cenderung lebih berhasil dalam menghasilkan laba atas ekuitas (ROE) yang
lebih tinggi dan cenderung memiliki rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) yang lebih rendah
dalam kaitannya dengan bank swasta dan SOB. Koefisien negatif dan signifikan secara statistik
dalam regresi CIR menunjukkan bahwa bank asing cenderung lebih efisien dalam mengelola
biaya overhead mereka relatif terhadap pendapatan. Sebaliknya, SOB tampaknya kurang efisien
dalam mengelola biaya overhead mereka seperti yang ditunjukkan oleh koefisien positif dan
signifikan secara statistik pada SOB dalam regresi CIR. Koefisien pada FB (SOB) dalam total
biaya terhadap total pendapatan (TCTR) regresi positif (negatif) dan secara statistik
menunjukkan bahwa bank asing (milik negara) relatif tidak efisien (efisien) dalam mengelola
total biaya mereka terhadap pendapatan dibandingkan dengan bank swasta. Koefisien positif dan
signifikan pada SOB dalam regresi net interest margin (NIM) menunjukkan bahwa SOB
Indonesia menikmati NIM yang relatif sehat dibandingkan dengan bank lain di sektor ini. Ada
sejumlah penjelasan yang mungkin untuk temuan ini. SOB di Indonesia dapat mengenakan suku
bunga yang lebih tinggi untuk mengimbangi mengontrak pinjaman yang relatif lebih berisiko
daripada bank lain. SOB di Indonesia juga memiliki akses berlimpah ke simpanan mengingat
jaringan cabang mereka yang sangat besar di negara ini dan jaminan tersirat yang mereka berikan
tentang keamanan simpanan ini. Koefisien SOB dalam regresi ROA negatif dan signifikan
mendukung temuan yang dibahas sebelumnya tentang efisiensi laba. Ini menunjukkan bahwa
manajemen SOB relatif kurang efisien dalam menggunakan aset bank untuk menghasilkan
pendapatan.

Koefisien signifikan negatif (positif) pada SOB dalam regresi TCTR (CIR) menunjukkan
bahwa SOB memiliki overhead yang lebih tinggi tetapi biaya bunga lebih rendah dibandingkan
dengan rekan-rekan mereka. Secara keseluruhan, temuan kami sebagian besar konsisten dengan
temuan umum dari literatur empiris bahwa SOB biasanya kurang efisien daripada bank swasta
dan asing karena mereka tidak perlu mengejar maksimalisasi laba dan aktivitas pinjaman mereka
mungkin bermotivasi politik (Sapienza, 2004; Shen dan Lin, 2012).Regresi CIR menunjukkan
bahwa SOB dibebani dengan tingkat biaya operasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank
swasta dan asing. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah kelebihan pegawai, beban umum
yang sering ditanggung oleh bank-bank pemerintah untuk membantu pemerintah mengurangi
pengangguran.
Salah satu kontribusi utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki lebih lanjut pengaruh
kepemilikan terhadap sikap bank terhadap risiko. Tabel 6 melaporkan hasil model regresi yang
menggunakan indikator risiko sebagai variabel dependen (Persamaan. (2)). Regresi ekuitas
terhadap total aset (ETA) menunjukkan bahwa SOB cenderung kurang dikapitalisasi
dibandingkan dengan bank swasta. Koefisien pada FB dalam net charge-off untuk pinjaman rata-
rata (NCO) regresi adalah positif dan signifikan secara statistik.10 Dalam contoh pertama, orang
dapat secara naif menafsirkan hasil ini sebagai menunjukkan bahwa kepemilikan asing dikaitkan
dengan jumlah yang relatif lebih besar dari kredit buruk pinjaman berkualitas. Namun, regresi
kredit macet (NPL) memberikan bukti bahwa bank asing dan bank milik negara memiliki
proporsi NPL yang lebih rendah dibandingkan dengan bank swasta (domestik). Satu penjelasan
yang mungkin adalah bahwa bank-bank asing lebih aktif dalam pengisian-kredit macet
dibandingkan dengan bank-bank domestik. Ini tidak bertentangan dengan pandangan bahwa
bank-bank asing biasanya memiliki teknologi penyaringan dan pemantauan pinjaman yang relatif
unggul.
5.2. Efek seleksi

Pada bagian ini kami menyajikan temuan kami tentang efek seleksi kepemilikan pada
kinerja bank dan eksposur risiko. Melalui setiap indikator seleksi, kami bertujuan untuk
menangkap perbedaan signifikan dalam karakteristik bank yang dipilih untuk akuisisi.

Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5 peringkat CE dan regresi peringkat PE


menghasilkan koefisien negatif dan signifikan untuk DA-S masing-masing −11,57 dan −12,18.
Sejalan dengan hasil ini, regresi skor CE dan PE menghasilkan koefisien positif dan signifikan
untuk DA-S. Koefisien DA-S dalam regresi NIM negatif dan signifikan secara statistik
menyiratkan bahwa bank yang dipilih untuk M&A oleh investor domestik cenderung memiliki
NIM yang lebih rendah. Koefisien yang sama adalah positif dan signifikan secara statistik dalam
regresi ROA dan TCTR, menunjukkan bahwa investor domestik cenderung lebih memilih bank
dengan pengembalian aset yang lebih tinggi terlepas dari efisiensi biaya. Perlu dicatat bahwa
temuan ini tidak secara langsung sebanding dengan yang diperoleh dengan menggunakan skor
CE atau peringkat CE sebagai variabel dependen karena skor dan peringkat adalah ukuran
berbasis perbatasan. Meskipun demikian, koefisien DA-S dalam regresi ROA sejalan dengan
koefisien DA-S dalam skor PE dan regresi peringkat.

Variabel FA-S memiliki koefisien positif dan signifikan dalam regresi peringkat CE dan
PE serta koefisien negatif dan signifikan dalam regresi skor PE. Koefisien FA-S, bagaimanapun,
tidak signifikan dalam regresi skor CE. Ini menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan rekan-
rekan mereka, investor domestik lebih berhati-hati dalam memilih target yang ditandai oleh
tingkat keuntungan dan efisiensi biaya yang relatif lebih tinggi. Investor domestik seringkali
merupakan bank yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari sinergi positif yang
dihasilkan melalui akuisisi. Mereka cenderung lebih berpengetahuan daripada pengakuisisi asing
tentang bank yang sudah beroperasi di dalam negeri. Bank dengan TCTR yang lebih rendah juga
tampaknya lebih menarik bagi investor asing non-regional seperti yang ditunjukkan oleh
koefisien negatif dan signifikan pada FA-S dalam regresi TCTR. Salah satu penjelasan yang
mungkin untuk hasil ini adalah bahwa tujuan utama investor asing non-regional mungkin untuk
menembus pasar negara tuan rumah dan meningkatkan kekuatan pasar sebagai lawan memilih
bank yang sudah menunjukkan kinerja yang unggul dalam industri.

Beralih ke hasil pada paparan risiko, Tabel 6 menunjukkan bahwa investor domestik
tampaknya memilih bank-bank dengan modal sangat tinggi, dengan proporsi yang lebih rendah
dari kredit macet seperti ditunjukkan oleh koefisien positif dan negatif yang signifikan pada DA-
S dalam regresi ETA dan NPL, masing-masing. Namun, investor domestik tampaknya tidak
terlalu mementingkan level NCO di bank yang diakuisisi sebagaimana ditunjukkan oleh
koefisien positif dan signifikan pada DA-S dalam regresi NCO. Koefisien DA-S di kedua regresi
TIER1 dan LATA adalah negatif dan secara statistik signifikan menyiratkan bahwa bank yang
dipilih untuk M&A oleh investor domestik masing-masing cenderung memiliki rasio kecukupan
modal yang lebih rendah dan tingkat likuiditas yang lebih rendah. Sebaliknya, koefisien FA-S
dalam regresi LATA adalah positif dan signifikan secara statistik. Secara keseluruhan, investor
domestik di Indonesia tampaknya menargetkan bank-bank dengan modal besar dengan portofolio
pinjaman yang agak kurang bermasalah. Seperti halnya pemilihan bank dalam hal kinerja, sinergi
akuisisi mungkin menjadi pendorong akuisisi yang signifikan bagi investor domestik ketika
menilai target eksposur risiko mereka. Sebaliknya, investor asing non-regional tampaknya
kurang mementingkan kapitalisasi target mereka dan lebih ke tingkat NCO mereka. Temuan ini
intuitif. Investor asing non-regional di Indonesia biasanya merupakan bank internasional besar
dengan akses modal yang lebih besar dibandingkan investor domestik. Akibatnya, mereka
mungkin lebih peduli dengan kualitas portofolio pinjaman bank daripada dengan kapitalisasi.
Sebaliknya, investor domestik mungkin tertarik untuk mengakuisisi bank-bank yang bermodal
besar, baik karena memungkinkan mereka untuk meningkatkan kapitalisasi keseluruhan entitas
baru (terutama untuk pembayaran leverage) atau lindung nilai terhadap keputusan berisiko yang
diambil di masa depan.

Efek Dinamis

Yang dimaksud dengan efek dinamis adalah efek jangka panjang pasca-akuisisi dari
perubahan kepemilikan pada bank yang diakuisisi. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5, hasil
regresi skor CE menghasilkan koefisien negatif dan signifikan secara statistik pada DA-D (-
0,011) dan FA-D (-0,016) menyiratkan bahwa perubahan kepemilikan domestik dan asing
menyebabkan penurunan efisiensi biaya. Namun, penurunan ini sedikit lebih kecil dengan
akuisisi domestik. Koefisien pada DA-D dan FA-D dalam regresi peringkat CE memberikan
bukti pendukung lebih lanjut dari efek ini. sAkuisisi dalam negeri dikaitkan dengan CIR yang
lebih tinggi dan akuisisi asing non-regional dikaitkan dengan TCTR yang lebih tinggi.
Koefisien pada FA-D dalam regresi skor PE adalah positif dan signifikan yang
menunjukkan bahwa akuisisi asing non-regional dikaitkan dengan keuntungan efisiensi
keuntungan. Sebaliknya, koefisien pada DA-D dalam skor PE dan regresi peringkat PE
menunjukkan penurunan efisiensi laba setelah akuisisi dalam negeri. Bank-bank yang diakuisisi
oleh investor domestik juga mengalami penurunan ROA dan ROE, dan peningkatan rasio biaya
terhadap pendapatan.

Namun, hasil menunjukkan beberapa kemungkinan peningkatan kinerja dalam hal margin
bunga bersih dan total biaya terhadap total pendapatan. Diambil bersama, hasil ini menunjukkan
pada awalnya bahwa baik akuisisi asing domestik dan non-regional memiliki dampak yang kuat
tetapi sebagian besar negatif pada efisiensi biaya.

Beralih ke hasil kami pada efek dinamis dari perubahan kepemilikan pada eksposur
risiko, Tabel 6 menunjukkan bahwa akuisisi asing non-regional dikaitkan dengan peningkatan
ETA. Ini menunjukkan pengurangan eksposur risiko bank yang diakuisisi oleh investor asing
non-regional.
Akuisisi asing non-regional juga dikaitkan dengan peningkatan NCO, seperti yang bisa
diperkirakan jika kredit macet lebih aktif dibebankan. Hasilnya juga menunjukkan bahwa

Akuisisi asing non-regional dikaitkan dengan penurunan rasio aset likuid terhadap total
aset. Temuan ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa anak perusahaan Indonesia dari bank
internasional dapat mengakses likuiditas baik di Indonesia maupun di luar negeri, yang membuat
mereka kurang khawatir tentang guncangan likuiditas, mengurangi pada gilirannya volume aset
likuid yang mereka pegang dibandingkan dengan bank lain di Indonesia. sektor.11 Koefisien
pada DA-D dalam regresi ETA dan TIER 1 menjelaskan efek dinamis dari akuisisi domestik
terhadap modal. Akuisisi domestik secara simultan terkait dengan penurunan ekuitas pemegang
saham dan peningkatan rasio modal Tier 1. Dua temuan ini tidak selalu bertentangan, terutama
jika peningkatan dalam rasio modal Tier 1 terutama didorong oleh pertumbuhan aset yang relatif
aman, seperti uang tunai atau surat berharga pemerintah.
Seleksi dan Efek Dinamis dari Akuisisi Asing Regional

Hasil kinerja bank yang mengendalikan akuisisi asing regional dilaporkan pada Tabel 7.

Dimulai dengan efek pemilihan akuisisi asing regional, koefisien pada RA-S adalah
positif dan signifikan secara statistik dalam regresi peringkat CE. Seperti investor asing non-regi
onal, investor regional cenderung menargetkan bank-bank yang relatif kurang efisien. Temuan
ini selanjutnya didukung oleh koefisien negatif dan signifikan pada RA-S dalam regresi skor CE
dan PE. Ini menunjukkan bahwa perilaku seleksi investor daerah dapat didorong oleh faktor-
faktor yang tidak dapat diobservasi yang sama (mis. Meningkatkan kekuatan pasar sebagai
tujuan utama) yang memengaruhi perilaku seleksi investor asing non-regional. Koefisien RA-S
baik dalam regresi ROE dan CIR adalah negatif dan secara statistik signifikan menyiratkan
bahwa bank yang dipilih untuk M&A oleh investor asing regional cenderung memiliki
pengembalian yang lebih rendah pada kesetaraan tetapi relatif lebih efisien dalam mengelola
biaya overhead mereka. Koefisien RA-S positif dan signifikan dalam regresi NIM menunjukkan
bahwa investor asing regional memiliki selera untuk bank yang menghasilkan margin bunga
bersih yang lebih tinggi. Tabel 8 melaporkan hasil paparan risiko bank kami yang
mengendalikan akuisisi oleh investor asing regional. Berfokus pada efek seleksi dari akuisisi
asing daerah, investor asing regional tampaknya memilih bank-bank dengan portofolio yang
relatif kurang berisiko. Koefisien pada RA-S dalam regresi NPL adalah negatif dan signifikan
secara statistik (-1,163).
(Beralih ke efek dinamis dari akuisisi asing dari investor asing regional pada kinerja bank, Tabel
7 menunjukkan bahwa bank-bank yang diakuisisi oleh investor asing regional mengalami
peningkatan efisiensi biaya dan laba sebagaimana ditunjukkan oleh koefisien signifikan pada
RA-D dalam skor CE, CE peringkat, skor PE, dan regresi peringkat PE. Bank yang diakuisisi
oleh investor asing regional juga meningkatkan margin bunga bersih mereka meskipun fakta
bahwa rasio biaya terhadap pendapatan meningkat dan laba atas ekuitas menurun)

Hasilnya menunjukkan bahwa akuisisi asing oleh investor regional umumnya dikaitkan
dengan keuntungan kinerja ,tidak seperti akuisisi asing non-regional, yang menghasilkan hasil
kinerja yang beragam (seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5).

Investor asing regional, tidak seperti investor asing non-regional, mungkin memiliki
pengetahuan unggul tentang kondisi lokal, yang pada gilirannya memungkinkan mereka untuk
mengubah kinerja rendah.

Hasil ini juga sangat kontras dengan temuan bahwa bank yang diakuisisi oleh investor
domestik cenderung mengalami penurunan kinerja pasca-akuisisi seperti yang ditunjukkan oleh
koefisien signifikan pada DA-D yang dilaporkan pada Tabel 7 meskipun dengan beberapa
keuntungan dalam hal ini,dari margin bunga bersih dan total biaya terhadap total pendapatan.
Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa investor domestik di Indonesia seringkali
merupakan bank swasta yang berbagi banyak karakteristik bank yang mereka peroleh (mis.
Akses terbatas ke modal, teknologi rendah, keterampilan manajerial yang buruk).

Pengendalian untuk akuisisi asing regional menghasilkan hasil yang sangat berbeda pada
efek dinamis dari akuisisi asing pada eksposur risiko, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8.
Koefisien pada indikator dinamis akuisisi asing regional tidak signifikan di semua regresi, yang
menunjukkan bahwa akuisisi asing regional tidak memiliki efek dinamis pada eksposur bank
yang diakuisisi terhadap risiko.

Hal ini kontras dengan hasil kami untuk akuisisi asing non-regional (seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 6). Oleh karena itu, temuan kami menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara dampak jangka panjang pada risiko bank dari akuisisi asing regional dan non-
regional tidak memiliki efek dinamis pada eksposur bank yang diakuisisi terhadap risiko. Ini
kontras dengan hasil kami untuk akuisisi asing non-regional (seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 6). Oleh karena itu, temuan kami menunjukkan perbedaan yang signifikan antara dampak
jangka panjang pada risiko bank dari akuisisi asing regional dan non-regional.
Efek Lainnya

Sehubungan dengan variabel kontrol kami, bank yang lebih besar (ditangkap oleh
variabel dummy SIZE) umumnya dikaitkan dengan efisiensi biaya dan laba yang lebih besar
(skor efisiensi PE yang lebih tinggi secara signifikan secara statistik, peringkat efisiensi biaya
lebih tinggi, ROE lebih tinggi, TCTR lebih rendah dan CIR lebih rendah) . Ini menunjukkan
keberadaan skala ekonomi ketika beroperasi pada skala yang lebih besar.

Bank-bank ini, bagaimanapun, menampilkan hasil paparan risiko yang beragam


dibandingkan dengan bank yang lebih kecil (kapitalisasi yang signifikan lebih rendah secara
statistik, NCO yang lebih tinggi dan liabilitas yang lebih rendah). Bank yang terdaftar secara
publik (ditangkap oleh variabel dummy LISTED) dikaitkan dengan efisiensi laba yang lebih
rendah (peringkat laba lebih rendah, NIM lebih rendah, ROA lebih rendah, ROE lebih rendah)
tetapi umumnya efisiensi biaya lebih besar (skor efisiensi biaya lebih tinggi, peringkat efisiensi
biaya lebih tinggi , TCTR lebih rendah meskipun CIR lebih tinggi). Bank-bank ini pada
umumnya tidak berbeda dalam hal eksposur risiko dari bank-bank lain yang diakuisisi, walaupun
mereka cenderung memiliki rasio ETA dan LATA yang lebih rendah. Bank dengan pangsa pasar
yang tinggi (ditangkap oleh variabel dummy SHARE) cenderung lebih efisien dan
menguntungkan (seperti yang ditunjukkan dalam semua regresi di mana koefisien ini signifikan
secara statistik) tetapi memiliki hasil paparan risiko yang beragam (mereka cenderung lebih
dikapitalisasi dan memiliki tingkat likuiditas yang lebih tinggi tetapi memiliki proporsi NPL
yang lebih besar). Bank yang diakuisisi oleh investor yang lini bisnis utamanya adalah perbankan
(ditangkap oleh variabel dummy BISNIS) umumnya tidak berbeda dalam hal kinerja atau
paparan risiko dari bank lain yang diakuisisi. Koefisien BISNIS hanya signifikan secara statistik
dalam skor CE dan regresi NCO, yang menunjukkan bahwa bank-bank ini cenderung relatif
lebih efisien biaya dan memiliki biaya bersih yang lebih rendah.

Kesimpulan

Dalam penelitian ini, kami dapat mengidentifikasi pengaruh perubahan kepemilikan


terhadap kinerja dan eksposur risiko bank-bank Indonesia. Dan pada jurnal ini kami
mempertimbangkan efek statis, seleksi, dan dinamis dari jenis kepemilikan utama bersama-sama
dalam model yang sama. Karena dalam jurnal ini menghidentifikasi bank dalam ekonomi
berkembang dengan perlindungan investor yang relatif lemah, kami menafsirkan perubahan
kepemilikan sebagai proksi untuk perubahan tata kelola. Yang terpenting,memisahkan seleksi
dan efek dinamis dari akuisisi oleh investor asing regional dari negara-negara Asia Tenggara dan
Asia Tenggara dari akuisisi oleh investor asing non-regional.
Temuan utama kami adalah :

Bank swasta di Indonesia adalah yang berkinerja terbaik dalam hal efisiensi biaya dan laba.
Namun, bank-bank asing tampaknya relatif lebih ramah, sejauh kepemilikan asing secara
signifikan dikaitkan dengan proporsi yang lebih rendah dari kredit macet.

Investor domestik cenderung memilih bank dengan kinerja terbaik. Namun, akuisisi domestik
dikaitkan dengan penurunan kinerja bank yang diakuisisi.

Akuisisi asing non-regional dikaitkan dengan pengurangan proporsi kredit bermasalah dan
peningkatan kapitalisasi bank yang diakuisisi. Akuisisi asing regional dikaitkan dengan
perolehan kinerja yang signifikan.

Secara keseluruhan, hasil ini memiliki implikasi kebijakan penting bagi otoritas negara.
Kerangka Kerja Integrasi Perbankan ASEAN, yang didukung oleh Gubernur Bank Sentral
ASEAN pada Desember 2014, merupakan tonggak penting bagi negara-negara ASEAN dalam
mencapai integrasi keuangan yang lebih besar. Tujuan langsung ABIF adalah untuk mencapai
pasar perbankan yang lebih terintegrasi pada tahun 2020. Memungkinkan bank untuk beroperasi
lintas batas memungkinkan mereka untuk mengambil keuntungan dari skala ekonomi untuk
meningkatkan keuntungan dan efisiensi biaya. Namun, sebagai penghalang untuk masuk,
persaingan yang lebih kuat dari bank-bank ASEAN serta bank-bank lain di kawasan ini juga
mendorong bank-bank Indonesia untuk bergabung karena mereka berupaya memperkuat posisi
domestik mereka dan bersaing lebih baik melawan saingan regional mereka.

Hasil ini juga menyiratkan bahwa negara harus memperkuat kerangka kerja peraturan dan
pengawasannya untuk mencegah bank-bank yang diakuisisi oleh investor domestik mengambil
risiko berlebihan. Regulator harus mendorong bank-bank tersebut untuk meningkatkan modal
mereka dan meningkatkan pemantauan portofolio pinjaman mereka. Seperti yang ditunjukkan
oleh analisis kami, akuisisi domestik umumnya dikaitkan dengan penurunan kinerja. Oleh karena
itu para pembuat kebijakan mungkin ingin memprioritaskan kepentingan domestik dengan
melindungi pasar domestik negara itu sampai bank-banknya dapat bersaing secara domestik
dengan saingan mereka di Asia Tenggara dan Asia Timur. Indonesia mungkin berisiko
kehilangan pasarnya bagi bank-bank asing regional jika ia mendukung percepatan ABIF sebelum
bank-bank domestiknya mencapai tingkat daya saing yang diperlukan.
LAMPIRAN

Lampiran A
Lampiran B

Anda mungkin juga menyukai