1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata
baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.
2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin
guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika
memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal
kalimat.
a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni
subjek dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan
pelaku di dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih
ke arah menggabungkan subjek yang sama.
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal
yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang
pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk
menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan
sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.
Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-
siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu
kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.
Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.
Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan arti
yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya yang
merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke
dalam dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat
tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut
prinsip kesepadanan struktur.
3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai
kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel
dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang
sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)
4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan subjek
seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian
bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar
pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan
kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran
yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang kalian
buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena
itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca
dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)
tidak-efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak hemat atau kalimat yang menggunakan dua bentuk yang
maknanya sama. Contoh :
Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak langsung karena menggunakan dua kata yang maknanya
sama. Kedua kata tersebut adalah kata merupakan dan adalah. Bagaimana agar kalimat tersebut
menjadi kalimat efektif? Cukup hilangkan salah satu kata tersebut, sehingga akan menjadi kalimat
berikut.
Untuk lebih memahami kalimat tidak efektif berikut cara memperbaikinya, perhatikan contoh berikut ini.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menimbulkan kembali gagasan pada diri pendengar atau
pembaca seperti yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif seyogyanya tidak
membuat pendengar atau pembaca mengalami perbedaan pemahaman dengan pembicara atau penulis.
1. Kesepadanan struktur
2. Kesamaan bentuk
3. Ketegasan makna
4. Kehematan kata
5. Kecermatan dan kesantunan
6. Kepaduan makna
7. Kelogisan makna
1. Kesepadanan struktur
Kesepadanan struktur ditunjukkan dengan kejelasan subjek dan predikat. Perlu diketahui bahwa
pengertian subjek bukanlah yang dikenai tindakan, melainkan hal yang dibicarakan.
Pada kalimat tersebut tidak memiliki subjek. Hal ini dikarenakan setelah kata kepada selalu
kata keterangan. karenanya pada kalimat tersebut kata kepada perlu dihilangkan. Sehingga kalimat
tersebut akan seperti berikut.
Para peserta diskusi dipersilakan masuk. (subjeknya para peserta diskusi)
Penelitian itu saya dibantu dosen. (tidak ada kejelasan subjek dan predikatnya)
Pada kalimat tersebut tidak ada kejelasan mana subjek dan predikatnya. Agar kalimat tersebut memiliki
kejelasan struktur, perlu dianalisis maksud dari kalimatnya. Secara harfiah kalimat tersebut ingin
menyampaikan bahwasannya “saya dibantu oleh dosen saat melaksanakan penelitian”. Jika diuraikan
dalam bentuk kalimat, maka:
Untuk memperjelas fungsi keterangan pada kalimat tersebut, makan perlu ditambahkan kata
penunjuk keterangan. Perhatikan kalimat berikut.
2. Kesamaan bentuk
Kesamaan bentuk dapat pula disebut kepararelan bentuk. Jadi antara satu bentuk kata atau frasa satu
dengan lainnya dalam kalimat harus sama. Perhatikan kalimat berikut!
Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, menganalisis data, dan menyimpulkan hasil analisis.
Pada kata yang digaris bawahi, kita dapat menguraikannya sebagai berikut.
1. pengumpulan = pe + kumpul + an
2. menganalisis = me + alalisis
3. menyimpulkan = me + simpul + kan
Ketiga kata tersebut memiliki imbuhan yang berbeda-beda. Dalam ciri kesamaan bentuk, bentuk dari kata
yang pararel (disatukan oleh tanda koma [,]) harus disamakan bentuknya. Kalimat tersebut berhubungan
dengan bentuk kata berimbuhan. Karenanya terdapat dua pilihan untuk mengefektifkan kalimat tersebut.
Pilihan pertama yaitu menyamakan imbuhannya dengan pe – an atau dengan me-.
Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyimpulan hasil analisis.
Tahapan penelitian meliputi mengumpulkan data, menganalis data, dan menyimpulkan hasil analisis.
3. Ketegasan Makna
Ketegasan makna, dapat dilakukan dengan meletakkan bagian yang dipentingkan di bagian awal
kalimat. Hal ini dilakukan untuk memberikan penekanan pada hal yang dimaksud.
Jika dilihat, kedua kalimat tersebut tidak ada bedanya. Namun berdasarkan makna dan tujuan, kedua
kalimat tersebut memiliki perbedaan yang nyata. Pada kalimat (1) penekanannya terletak pada
kata pergi. Hal ini memiliki maksud, bahwasannya harus segera pergi dengan cepat. Sedangkan kalimat
(2) penekanannya terletak pada kata kamu. Hal ini memiliki maksud, bahwasannya yang harus pergi
adalah kamu bukan yang lain.
4. Kehematan kata
Kehematan kata bisa dilakukan dengan menghindari pengulangan subjek, serta dengan menghindari
penggunaan superordinat dan hiponim secara bersamaan. Hiponim adalah hubungan antara makna
spesifik dan makna generik atau antara anggota taksonomi dan nama taksonomi (KBBI). Perhatikan bagan
berikut!
Superordinat Hiponim
Pada kalimat kedua, memiliki konteks ‘seorang adik yang memesan sesuatu ketika ke toko buah’. Sudah
pasti ‘jeruk’ yang dimaksud adalah ‘buah jeruk’, bukan ‘pohon jeruk’ atau ‘daun jeruk’. Karenanya cukup
menggunakan kata ‘jeruk’.
cantik = ayu
benar = betul
mati = wafat, tewas, mampus
melihat = menonton, menatap, melirik, mengintip, menerawang, dll
Cawan petri digunakan untuk penelitian di lab biologi, fisika, atau kimia. Kata lihatlah kurang tepat untuk
kalimat tersebut, karena dalam percobaan perlu lebih dari sekedar melihat. Kata yang lebih tepat
adalah amatilah yang memiliki makna melihat dengan lebih. Pada kalimat selanjutnya,
kata menjinjing biasa digunakan untuk membawa barang atau sesuatu dengan posisi tangan kebawah.
Tidaklah tepat jika kata tersebut digunakan untuk menggambarkan seseorang yang membawa adiknya.
Maka kata menggendong, yakni membawa dengan mendukung di pinggang lebih tepat untuk
menggambarkan seorang kakak yang membawa adiknya.
Kesantunan dapat dilakukan dengan memilih kata-kata yang bermakna netral atau denotasi.
Penggunaan kata dalam teori kesantunan dibagi menjadi beberapa kelas. perhatikan kalimat-kalimat
berikut ini.
(1) Maaf bapak, anak bapak kurang mampu sehingga kami terpaksa tidak menaikkan kelas.
(2) Maaf bapak, anak bapak bodoh sehingga kami terpaksa tidak menaikkan kelas.
(3) Maaf bapak, anak bapak dungu sehingga kami terpaksa tidak menaikkan kelas.
Pada kalimat (1) merupakan kelas paling santun yakni menggunakan konotasi positif. Kalimat (2)
merupakan kelas yang umum dan efektif, namun dirasa kurang sopan. Kalimat tersebut menggunakan
makna netral (makna sesungguhnya atau denotasi). Sedangkan kalimat (3) merupakan kelas terendah
yakni menggunakan konotasi negatif. Ada baiknya menggunakan konotasi positif, namun alangkah lebih
baik dalam kondisi tertentu kejujuran diperlukan. Hal ini akan menjadikan pembicara dan pendengar
memaknai hal dengan sama.
6. Kepaduan makna
Kepaduan makna dapat dicapai dengan terpenuhinya kepaduan bentuk. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan penggunaan Aspek dan Agen yang benar. Aspek merupakan keterangan petunjuk. Perhatikan pola
berikut.
7. Kelogisan Makna
Kelogisan merupakan sesuatu yang bernalar atau masuk akal. Suatu kalimat haruslah masuk akal.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut!
Pada kalimat (1), tentulah tidak logis. Seorang ibu tentulah bukan gadis lagi. Sedangkan pada kalimat
(2), waktu tidak dapat disingkat. Waktu berjalan sesuai dengan apa adanya. Kesalahan penggunaan kata
ini sering terjadi dalam acara-acara umum. Kedua kalimat tersebut seharusnya dirubah menjadi berikut.
(1) Ibunya Dina masih muda.