Anda di halaman 1dari 220

Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia

Indonesia Lucu

Penyair Indonesia
Jilid VI
2018

Penebar Media Pustaka


Indonesia Lucu

Penulis : Penyair Indonesia


Editor : Rg Bagus Warsono
Desain : Edi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh
isi buku ini ke dalam bentuk apa pun, secara elektronis
maupun mekanis, tanpa izin tertulis dari penerbit atau penulis.
All Rights Reserved

Diterbitkan oleh:
Penebar Media Pustaka
Alamat : Jl. Samas km 1, Palbapang, Bantul, Bantul, Yogyakarta,
55713.
Hp. : 082327654950
E-mail : penebarcom@gmail.com

Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Penyair Indonesia, Indonesia Lucu; Editor: Rg Bagus Warsono—
Cetakan 1—Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2018
xxii + 198 ; 14 x 20 cm

ISBN: 978-602-5414-99-2

Cetakan 1, 2018

ii
Penyair :

1.Adelia Dwi Cahyani, (Ponorogo, Jawa Timur).


2.Agus (Makasar)
3.Alek Brawijaya (Musi Banyuasin)
4.Aloysius Slamet Widodo, (Jakarta)
5.Aloeth Pathi (Pati)
6.Ancis Mura (Maumere , Flores)
7.Anggoro Soeprapto (Semarang)
8.Arfian Catur Juliarfan, (Bulukumba)
9.Arfian Rizky Pratama (Nganjuk)
10.Arizto rianthoby thextc, (Flores Adonara)
11.Arya Setra, (Jakarta)
12.Asrul Irfanto, (Bojonegoro)
13.Astika Elfakhri (Kendari)
14.Bambang Widiatmoko (Bekasi)
15.Buanergis Muryono (Bogor)
16.Bunga Citra Perdana (Malang)
17.Brigita Neny Anggraeni, (Semarang)
18.Ceissar Sihotang (Jakarta)
19.Chalvin Papilaya (Ambon)
20.Denis Hilmawati, (Bekasi)
21.Dewa Sahadewa, (Kupang)
22.Diah Natalia (Jakarta)
23.Dicky Armando, S.E., (Pontianak)
24.Dwi Nurul Idayanti (Sidoarjo)
25.Elok Faiqotul Hima, (Banyuwangi)
26.Fahad Fajri (Karawang)
27.Fajar Chaidir Qurrota A’yun, (Bekasi)
28.Fian N , (Flores)
29.Fathurossi ,(Sumenep)
30.Funuun A.B.M, (Semarang)
31.Ghofiruddin Alfian, (Trenggalek)
32.Gilang Teguh Pambudi, (Bandung)
33.Hafizhah Nurdini (Tanah Bumbu , Kalsel)
34.Harkoni Madura (Sampang)
35.Hasan Bisri BFC (Bogor)
36.Heru Mugiarso, (Semarang)
37.Ihya Maulida (Balangan Kalsel)

iii
38.Iskandar Zulkarnain (Sumenep)
39.Iwan Bonick (Bekasi)
40Khoerun Nisa, (Tegal)
41.Lailia Nurul Fauziah , (Pati)
42.Lina Kus Dwi Sukesi (Madiun)
43.M.Asep Saypulloh (Kediri)
44.M. Rofiqi Fahmi HR (Sumenep)
45.Maman Empun (Lombok Tengah)
46.Marlin Dinamikanto, ( Jakarta)
47.Masimus A. L. Sawung. (Maumere)
48.Miftahur Rahim (Pati)
49.Moh. Zainudin
50.Moh Zaini Ratuloli (Larantuka)
51.Mohammad Ikhsan Firdaus, ( Bogor)
52.Muhammad Daffa, (Banjarbaru)
53.Muhammad Fawaz
54.Mukhlisin. (Bone)
55.Muttaqin Haqiqi (Semarang)
56.Naafi’ Fitriani Sri Sundari (Pontianak)
57.Najibul Mahbub (Pekalongan)
58.Nazil
59. Nita Pujiasih
60.Nurholis, (Kutai Kartanegara)
61.Nur Komar, (Jepara)
62.PEmppy C S (Jakarta)
63.P.Lugas.N (Solo)
64.Pranaja Akbar Suranto (Kuningan)
65.Purnama Sari, (Ngawi)
66.Raden Rita Maimunah (Padang)
67.Raditya Andung Susanto (Brebes)
68.Rahmat Akbar (Kotabaru Kalsel)
69.Rahel Tambun (Medan)
70.Raidhatun Ni’mah (Banjarmasin)
71.RB. Edi Pramono, (Jogyakarta)
72.Riki Utomi (Selatpanjang Riau)
73.Rizki Andika (Karawang)
74.Rizky Saputra, (Blitar)
75.Rizqy Fajarreza (Indramayu)
76.Roni Nugraha Syafroni,(Karawang)

iv
77.Roymon Lemosol, (Seram, Ambon)
78.Sami’an Adib (Jember)
79.Sang Agni Bagaskoro, (Jogyakarta)
80.Sapin Ahmad (Kuningan)
81.Septiannor Wiranata (Kota Baru, Kalsel)
82.Sarwo Darmono (Lumajang)
83.Sigar Aji Poerana, (Bandung)
84.Siti Faridah, (Tasikmalaya)
85.Siti Fatimah Suwito (Palembang)
86.Siwi Puji Rahayu (Jakarta)
87.Snta Ayuning Tyas
88.Soekoso DM, (Purworejo)
89.Sokanindya Pratiwi Wening (Krueng Geukueh)
90.Sri Budiyanti,(Demak)
91.Sri Sunarti (Indramayu)
92.Syaiful B. Harun (Palembang)
93.Syahriannur Khaidir, (Sampit)
94.Sus S. Hardjono , (Sragen)
95.Tarni Kasanpawiro, (Kebumen)
96.Tajuddin Noor Ganie (Banjarmasin)
97.Tri Munawaroh
98.Virna Mutiara Wahyu, (Depok)
99.Vitalis Koten , (Maumere)
100.Wadie Maharief (Jogyakarta)
101.Wage Tegoeh Wijono (Banyumas)
102.Wahyudi Abdurrahman Zaenal (Pontianak)
103.Wardjito Soeharso (Semarang)
104.Wirol O. Haurissa (Ambon)
105.Yan Ari Wibowo , (Jakarta)
106.Yanu Faoji, (Jakarta)
107.Yemi Alfiani (Kerinci ,Jambi)
108.Yoseph Yoneta Motong Wuwur, (Lembata)
109.Yuri Rakasiwi, ( Mempawah)
110.Zam'sta, (Sumenep)

v
Pengantar Buku

Menjadikan Lumbung Tempat Rekreasi Baca


Pecinta Sastra Indonesia.

Lumbung Puisi pertama kali terus dipancarkan ke


seluruh penjuru Tanah Air dengan kemampuan
sahabat pengisi lumbung dari berbagai daerah di
Indonesia. Kesannya sangat kecil untuk promosi diri
lumbung puisi. Bahkan informasinya pun kadang
tenggelam karene memang kami tidak pernah
menampilkan pengumuman dengan di tag atau link ke
grup atau laman lain atau web lain sejenis. Lumbung
yang kecil ini ternyata dilihat pula oleh orang-orang
tekenal di dunia sastra termasuk penyair-penyair
terkenal, serta pemerhati sastra Indonesia.

Kami tak hendak membuat lumbung ini besar karena


kalau lumbung ini besar tiang penyangganya pun
harus besar. Kecil saja asal terpancar. Sedapatnya
kami memberi sentuhan-sentuhan tentang Lumbung
Puisi di beberapa buku lain dengan menyinggung
tenatang lumbung puisi Indonesia. Hasilnya ternyata
luar biasa orang ingin melihat apa sih lumbung puisi?
Tentu saja pancaran lumbung puisi adalah produk.

Tema yang menggelitik juga belum tentu diselidik,


Sedang tema bagus belum tentu bagus direspon,
bahkan bisa jadi tergerus tema dan kegiatan sastra
yang banyak di Indonesia. Namun sesuatu yang indah
adalah tempat dimana orang ingin berrekreasi
menikmati keindahan itu. Dan Lumbung Puisi
berusaha sebagai tempat rekreasi keindahan Sastra
Indonesia tidak saja bagi kalangan pecinta sastra
tetapi juga bagi masyarakat luas.

vi
Lumbung Puisi mengucapkan apresiasi yang
setinggi-tingginya untuk semua pekerja seni, penyair,
penulis, komunitas dan budayawan yang terus
menggelorakan sastra Indonesia termasuk khusus
puisi . Bahwa puisi tetap berjalan sebagaimana biasa
dalam kehidupan meski banyak diterjang goncangan
yang membuat prihatin sastra Indonesia. Ternyata di
pelbagai belahan Indonesia masih banyak yang
menggerakan sastra Indonesia lewat berbagai event.
Kegiatyan-kegiatan itu sungguh mulia dalam kaca
mata pelestarian budaya sastra Indonesia.

Tak lupa Lumbung Puisi mengucapkan terima kasih


kepada mereka yang sudi berkarya cipta dalam
Lumbung Puisi di jilid VI 2018 ini.

Sekali lagi Lumbung puisi hanya kegiatan kecil dan


tak berarti apa-apa di kancah perpuisian Indonesia.
Dokumentasi karya cipta puisi ini berbeda dengan
kegiatan lain. Adalah salah satu diantara sekian
banyak kegiatan yang berupaya agar puisi tetap
digemari dan dipertahankan, sebab bagi Lumbung
Puisi, puisi itu sangat penting bagi pengisi hidup dan
kehidupan ini.
------------------

vii
Daftar Isi :
Pengantar Buku.................................................................
Pengantar Antologi...........................................................
1.Adelia Dwi Cahyani : Ayahku;Mamaku.................
2. Agus : Jadi Indonesia itu Harus Serius................
3.Alek Brawijaya:Kecapi Bidad(a)(u)ri....................
4.Aloysius Slamet Widodo:Puisi Irit Kata................
5.Aloeth Pathi : Negeriku Berpuisi; Negeriku
Berpuisi II..............................................................
6.Ancis Mura : Bersetubuh.......................................
7.Anggoro Soeprapto : Gigi ;Negeri Asem Kranji....
8.Arfian Catur Juliarfan: Ceritakan Indonesia;
Catatan Si Boy.......................................................
9.Arfian Rizky Pratama: Pemilu di Rimba...............
10.Arizto Rianthoby Thextc: Pejabat Yang
Gembira ( Tertawa ); Jangan-jangan.................
11.Arya Setra: Opera Cicak.......................................
12. Asrul Irfanto: Celoteh tentang Sebuah
Negeri; Negeri Jenaka........................................
13.Astika Elfakhri: Smartphone dalam Satire;
Rokok Kretek….....................................................
14.Bambang Widiatmoko: Sa‟i; Kuatrin Kualat........
15.Buanergis Muryono: Pagi-pagi Sudah Macul.......
16.Bunga Citra Perdana : Angkot Kepayang.............
17.Brigita Neny Anggraeni:Yang Punya Siapa;
Indonesia Hebat, Tapi Lucu...............................
18.Ceissar Sihotang : Jantung-jantung Ibu
Kota; Negeri Anarki.............................................
19.Chalvin Papilaya : Tidak Lucu tentang Tuhan....
20.Denis Hilmawati: Mari Makan.............................
21.Dewa Sahadewa: Cinta Satu Minggu....................
22.Diah Natalia : Langkah Indonesia.......................
23.Dicky Armando, S.E. : Menukar Nasib................
24.Dwi Nurul Idayanti : Ibu Pertiwi.........................
25.Elok Faiqotul Hima: Malang................................
26.Fahad Fajri : Penyair abal-abalan........................

viii
27.Fajar Chaidir Qurrota A‟yun: Negeri Cekikikan..
28.Fian N :Negeri Kita Loecoe.................................
29. Fathurossi : Negeriku; Lucunya Negeriku.........
30.Funuun A.B.M: Negeri tuyul...............................
31.Ghofiruddin Alfian: Negeri Pilin Pelan...............
32.Gilang Teguh Pambudi: Sajak di Atas Meja;
Ternyata Kita Butuh...........................................
33.Hafizhah Nurdini: Tisu........................................
34.Harkoni Madura: Di Depan Podium Bersanggul
Mikrofon; Kidung Menjelang Kampanye............
35.Hasan Bisri BFC: Alangkah Damai Negeriku;
Ganti Presiden.......................................................
36.Heru Mugiarso: Ironi dalam Amplop Riswah......
37.Ihya Maulida: Makan Nasi....................................
38.Iskandar Zulkarnain: Negeri Tua.........................
39.Iwan Bonick: Pagi Hari Aku Baca Koran Bekas;
Ketika Indonesia itu Lucu.....................................
40.Khoerun Nisa: Cinta Zaman New.........................
41.Lailia Nurul Fauziah: Stand Up Wakil Rakyat......
42.Lina Kus Dwi Sukesi: Padiku Menguning............
43.M.Asep Saypulloh: Drama Penguasa..................
44.M. Rofiqi Fahmi HR: Sebatas Mimpi..................
45.Maman Empun: Nelayan Tanpa Kail..................
46.Marlin Dinamikanto: Di Taman Sarinya.............
47.Masimus A. L. Sawung: Cinta Pembantu..............
48.Miftahur Rahim: Indonesia Katanya Lucu............
49.Moh. Zainudin: Ada yang Serius, Ada yang
Main-Main.............................................................
50.Moh Zaini Ratuloli: Kopi Dingin..........................
51.Mohammad Ikhsan Firdaus: Ibu Pertiwi…...........
52.Muhammad Daffa: Indonesia yang Lucu.............
53.Muhammad Fawaz : Indonesia..........................
54.Mukhlisin: Jangan Sabar Di Sini........................
55.Muttaqin Haqiqi: Senandung Palu.....................
56.Naafi‟ Fitriani Sri Sundari: Sekedar Mimpi........
57.Najibul Mahbub: Maafkan Kartini......................

ix
58.Nazil : Ini Lucu?..................................................
59.Nita Pujiasih: Siapakah dikau?...........................
60.Nurholis: Pusingan Secangkir Kopi....................
61.Nur Komar: Nasib Berbeda.................................
62.PEmppy C S: Dalam Batok Kepalamu................
63.P.Lugas.N: Jadi Turis.........................................
64.Pranaja Akbar Suranto: 50 Ribu.........................
65.Purnama Sari: Aktor Manis nan Lucu.................
66.Raden Rita Maimunah: Wong Cilik.....................
67.Raditya Andung Susanto: Menonton Televisi;
Selamat datang di Indonesia...............................
68.Rahmat Akbar : Di Negeri Seribu Wajah.............
69.Rahel Tambun: Kerinduan.................................
70.Raidhatun Ni‟mah: Dalam Diri Kita; Peragu......
71.RB. Edi Pramono: Sang Raja; Impor Lucu..........
72.Riki Utomi: Badut-Badut Negeri.........................
73.Rizki Andika: Indonesia Menonton Bioskop;
Warisan................................................................
74.Rizky Saputra: Negriku Amat Lucu.....................
75.Rizqy Fajarreza: "lelucon negara"......................
76.Roni Nugraha Syafroni: Kicauan; Racun.............
77.Roymon Lemosol: Mengejar Mimpi….................
78.Sami‟an Adib: Menunggu Badai Berlalu..............
79.Sang Agni Bagaskoro: Riang Penjual…................
80.Sapin Ahmad: Orang
miskin.............................................
81.Septiannor Wiranata: Hukum di Negeri..............
82.Sarwo Darmono: Lucu Ning Ora Lucu................
83.Sigar Aji Poerana: Di Mana Antremu?;
Mudahnya Cari Makan dan Jabatan..................
84.Siti Faridah: Lucu, Tapi Bukan…........................
85.Siti Fatimah Suwito: Ih Kok Gitu; Galau.............
86.Siwi Puji Rahayu: Narasi Tanah Indonesia........
87.Snta Ayuning Tyas: Indonesia Negara Siapa?....
88.Soekoso DM: Di Negeri Dagelan; Kontes
Kentut...................................................................

x
89.Sokanindya Pratiwi Wening: Tiang Listrik.........
90.Sri Budiyanti: Berita dari Negeri Tetangga..........
91.Sri Sunarti: Aku masih berdiri ;
Negeri Impor.......................................................
92.Syaiful B. Harun: Sebentar Merah; Di Negeri
Mati....................................................................
93.Syahriannur Khaidir: Njentit.............................
94.Sus S. Hardjono: Negeri Panggung....................
95.Tarni Kasanpawiro: Berebut Piring;
Dari Sudut Beranda...........................................
96.Tajuddin Noor Ganie: Kasus Batubara..............
97.Tri Munawaroh: Indonesiaku Lucu....................
98.Virna Mutiara Wahyu: Negeri Jenaka................
99.Vitalis Koten: Tuan Pemimpin (untuk pemimpin
asal-asalan); Bayanganmu.....................................
100.Wadie Maharief : Plonco.....................................
101.Wage Tegoeh Wijono: Utang..............................
102.Wahyudi Abdurrahman Zaenal: Mbeling..........
103.Wardjito Soeharso: Jika Duit…..........................
104.Wirol O. Haurissa: Komenin..............................
105.Yan Ari Wibowo: Hiburan Tanpa Rencana........
106.Yanu Faoji: Orang-Orang yang Tertawa............
107.Yemi Alfiani: Negeri Para Pendongeng;
Syurga yang Membuat Sengsara.......................
108.Yoseph Yoneta Motong Wuwur: Ingin
Tertawa; Negeri Mimpi.....................................
109.Yuri Rakasiwi: Keseharian Negriku...................
110.Zam'sta /Moh. Rikzam: Negeri yang Lucu;
Negeri Mimpi.......................................................

xi
Bukan Menertawai Negeri Sendiri,
Cuma Kegugu

Penyair Lumbung Puisi Jilid VI diwarnai dengan


penyair-penyair kawakan dan juga mereka yang
berusia muda. Tema Indonesia Lucu yang sengaja
mengangkat puisi dengan pembangkit apresiasi
ekspresi pembaca senyum, tertawa, gembira tetapi
juga kegugu ini mendapat sambutan hangat dari
para penyair ternama dan juga yang baru muncul di
dunia kepenyairan.
Puisi dengan tema lucu memang tak sekedar
asal membuat puisi tetapi bagaimana membuat puisi
itu membangkitkan tertawa sungguh bukan hal yang
gampang.
Tampaknya itulah yang membuat antologi ini
penuh tantangan. Ternyata membuat puisi dengan
tema lucu memerlukan kepiawaian seorang penyair
dalam meramu kata-kata.
Penyair-penyair tak asing seperti Aloysius
Slamet Widodo, Wadie Maharief, Soekoso DM,
Wage Teguh Wijono, Bunergis Maryono,
Syahriannur Khaidir, Arya Setra, Gilang Teguh
Pambudi, Masimus A. L. Sawung, Iwan Bonich,
Wardjito Soeharso, RB Edi Pramono, Bambang
Widiatmoko, Arya Setra, Dewa Sahadewa, Sarwo
Darmono,Wahyudi Abdurrahman Zaenal, Tajuddin
Nur Ganie, Sri Sunarti,Tarni Kasanpawiro, dan lain-
lain menurunkan puisi-puisi yang patut mendapat
apresiasi gemuyu nasional.
Di samping itu, penyair lainnya juga tak kalah
dalam mencipta. Bahkan ada diantaranya yang
mampu nenyuguhkan puisi tidak saja sesuai tema
tetapi juga sangat lucu dan memberikan kekuatan

xii
terhadap antologi ini yang benar-benar Indonesia
Lucu. Mari kita lihat beberapa culikan karya
mereka. Ternyata penyair Indonesia itu mampu
mencipta segala tema.
Kita mulai dari Plonco Karya Wadie maharief:
Kita kenal sejak masuk SMA
Kita sama-sama diplonco
Aku diberi nama oleh senior; Kambing
Kau diberi nama; Melati
teman-teman lain ada yang diberi nama kelinci.
tupai, monyet, soka, kamboja, melur
nama-nama dipampangkan di dada
plonco yang meriah
meski sering dibuat susah dan payah
minta tandatangan dilempar sana-sini
tetap tabah....//

Aloysius Slamet Widodo, penyair dari Jakarta


menampilkan Puisi Irit Kata :
1.
Puisi Malam Pertama
“Aduh”
2.
Puisi Tengah Malam
“Sate”
3.
Puisi Pagi Buta
“Bruuut”
4.
Puisi Diatas Jamban
“Plung”
5.
Puisi Istri Untuk Suami
“Mas …permintaanku hanya satu

xiii
……..semuanya !”....//

Sedang Soekoso DM mengatakan dalam puisinya


bahwa kini di Indonesia seperti :Kontes Kentut,
berikut cuplikannya:
cerrrt cerrt cert! – di kamar mandi keluarnya seret
: ssst, rejeki bakal mampet
thut thut thuuut! – di tempat umum aromanya kecut
: huss, dompetnya makin butut
pruup pruup pruup! – di kantorkantor amisnya
terhirup
: dhuh, jelas ada yang dikorup
kentut ooh kentut!
sosok tanpa wujud bisa bikin cemberut
– kalau tak keluar bisa bikin sakit perut
bless bless bless – di pasar baunya makin bikin gemes
: whess ewhes, nasibnya bakal ambles....//
Di puisi selanjutnya dalam Di Negeri Dagelan:
di negeri dagelan orangorang berjingkrak di altar
licin
sebebasbebasnya mereka menginjakinjak aturan
main
tanpa rasa salah kala menyerobot antrian dan
lampu merah
di tiap tikungan orang mengangkat diri jadi pak-
ogah *)
bertangan dingin menyogok punggawa negeri
menikahi rasuah....//

Selanjutnya Syahriannur Khaidir penyair asal


Sampit semakin unik :
Njentit
Tilik-menilik
Sidik-menyidik

xiv
Utak-atik
Makar di tiang listrik
Pejabat nyentrik
Kartu elektrik
Meja hijau pelik
Hakim bisik-bisik
Pembela usak-usik
Palu tarik-menarik....//

Wage Tegoeh Wijono penyair asal Banyumas


menampilkan Utang
utang itu
kekasihku
mengantarkan daya beli tetap terjaga
sekalipun mengurangi jatah harian
mingguan
atau bulanan
dan utang negara?...//

Penyair selanjutnya Buanergis Muryono menulis


Pagi-pagi Sudah Macul:
Pagi-pagi sudah macul
Nandur Sledri
Ora dadi Puisi
Sing mrambat suket
Eri lan ilalang
Kuguntingi
Agar tumbuh
Bukan puisi
Hanya huruf-huruf terkumpul
Berjumpalitan
Menusuk mata
Berjumpalitan dibaca
Akrobat kata-kata....//

xv
Puisi berikutnya Kuatrin Kualat dari Bambang
Widiatmoko:
Di selembar e-ktp
Tertulis namaku
Tapi lebih dikenal namamu
Setya Novanto.

Arya Setra, tak kalah membuat tertawa selanjutnya


ia menulis Opera Cicak :
Pertunjukan opera cicak
Para pemainnya sungguh kocak
Ada peran berpura pura sakit
Ada peran teraniaya diskriminalisasi
Ada peran merasa paling hebat
Mengangap yg lain tidak ada apa apanya..
Sementara para penonton teriak menjerit karena
harga-harga yang selangit

Dari Semarang Anggoro Soeprapto menulis negeri


ini sebagai Negeri Asem Kranji
Di negeri Asem Kranji
Tokoh masyarakat bernama Karno Karni
Membuat siaran di televisi sendiri
Mengundang teman-teman sendiri
Ngulemi para relasi sendiri
Membuat topik sendiri
Mengulas acara sendiri
Pidato sendiri-sendiri....//

Dewa Sahadewa dari Kupang menampilkan


Cinta Satu Minggu dalam antologi ini:
Senin cinta bersemi melebihi semua taman
warna bunga seolah mengundang
lebah madu dan kupu-kupu bermain.

xvi
Selasa kutulis puisi
kupilih kata paling mesra
kukirim dengan berbagai media
berharap kau semakin merasa.
Rebo katamu aku kepo
kutanya kau ada di mana sama siapa
katamu tak perlu tahu
ya aku rapopo....//

Tajuddin Noor Ganie, memandang lucu Indonesia


dalam kacamata yang dialami di negerinya sendiri,
seperti: Kasus Batubara
Di sebuah provinsi di Indonesia
(Namanya sengaja disamarkan)
Tambang Batubara terbentang beratus hektar
luasnya
Atas nama batubara, tanah dikeruk sedalam-
dalamnya
Setiap hari armada truk gajah membawanya
ke pelabuhan penumpukan
Setiap hari tongkang-tongkang raksasanya
membawanya milir di sungai
Pelan tapi pasti batubara diantarkan
ke alamat konsumen entah di mana
Berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan
tongkang ditarik tugboat
Mula-mula melintasi sungai, dan laut
di wilayah negara sendiri,
Kemudian melintasi wilayah laut negara tetangga,
Namun, lucunya aktifitas itu
Tak bermakna social financial bagi warga provinsi
Buktinya, listrik masih nyala bergilir dari hari ke
hari
Padahal provinsi ini adalah lumbung batubara

xvii
Bahan bakar pembangkit listrik itu sendiri....//

Gilang Teguh Pambudi penyair dari Bandung


berbicara : Sajak di Atas Meja
aku lihat dia
ketawa Indonesia
pecah
airmata dangdutnya
sampai ketahuan juga
sesungguhnya dia
sedang tidak bisa ketawa....//

Penyair lain dari Bekasi Iwan Bonick menulis :


Pagi Hari Aku Baca Koran Bekas
Sambil duduk di bale teras tetangga
Ada berita dengan tulisan besar
Pejabat pemerintah tertangkap tangan
menerima suap
Siang hari selesai makan siang
Kiriman rantang
Aku dengar berita di radio
Pejabat pemerintah kena razia pekat
di hotel berbintang
Malam hari melepas lelah
Duduk bersila
Diruangan tanpa jendela
Melihat kabar berita televisi
Pejabat pemerintah tertangkap sedang pesta
narkoba...//

Masimus A. L. Sawung penyair asal Maumere


berscerita tentang Cinta Pembantu
Kulitku begitu terasing dari jemari ibunda
Keningku kering menunggu kecupan basa bibirnya

xviii
Tak ada bisikan cinta pada telingaku.
Ibundaku pergi, sebelum sempat kata selamat pagi
terucap.
Bibirku kaku mengeja kata mama,
Sebab saat aku tercipta bersama pagi ibunda telah
hanyut bersama
Deru mesin ibukota....//

Heru Mugiarso penyair asal Semarang mencatat


Ironi dalam Amplop Riswah
Ia mengemasi sujud dan doanya untuk Tuhan
ia menadahkan tangannya bagi lidah dan perutnya
beberapa lembar uang bergambar dunia
terselip di kocek
lalai ayat-ayat kitab suci yang dihafal
dan digumamkannya....//

Sahabat Penyair dari Flores Zaeni Boli menulis Kopi


Dingin :
yang keras roti roti
roti milik kami
dan angin pun pergi
pergi mencari nasibnya sendiri
Ruth berceritalah pada kami
mengapa bendera harus di beri air seni
lalu kau tinggal pergi ....//

Kemudian, Wahyudi Abdurrahman Zaenal dari


Pontianak mencatat Mbeling
Mereka itu lupa kalau polahya kayak tikus
Blusukan mencari ruang yang banyak upeti
berbungkus
Edan memang, lahan-lahan sempit pun sekarang
diperebutkan (poli)tikus

xix
Lemot gaya otak picik lihai mainkan jurus
Ingin kaya ikuti jejak para tikus….

Wardjito Soeharso dari Semarang menegaskan


Jika Duit Sama dengan Kekuasaan, Maka …
Jika duit sama dengan kekuasaan
Punya duit punya kekuasaan
Punya kekuasaan punya duit
Tak berduit tak berkuasa
Tak berkuasa tak berduit
Orang berduit tentu berkuasa
Orang berkuasa tentu berduit
Orang tak berduit tentu tak berkuasa
Orang tak berkuasa tentu tak berduit....//

RB. Edi Pramono mencatat kelucuan lain di negeri


ini berjudul Impor Lucu
alangkah lucunya negri ini,
aih, entahlah lucu atau ngeri
setelah berbagai subsidi dicabuti
tax amnesty malah menyasar rakyat kecil dalam
negri
ada wacana impor guru besar untuk perguruan
tinggi
impor sapi ditambahi
impor uang semakin tinggi
impor beras saat panen raya terjadi
impor garam tiba-tiba sudah terjadi
di Madura, garam lokal bergunung menunggu
pembeli
sekarang impor perdana cangkul untuk petani
haiyaa, jangan jangan sebentar lagi akan impor
ideologi
hihihihihi....//

xx
Menyinggung soal impor, Sri Sunarti dari
Indramayu yang juga menulis : Negeri Impor
terik menerpa jalanan tak bertepi
di antara ayunan langkah laki-laki bertelanjang
dada
menuju pematang menjemput asa
di antara tumpukan jerami yang terangkum
di setiap musim tiba
tapi semua melimpah di negeri subur penuh hasil
bumi
sementara ia tak kuasa melawan regulasi impor
beras
yang menggilasnya
di jargon negeri kaya swasembada pangan....//

Akhirnya betapa Lucunya Indonesia ini, rupa-rupa


lucu dalam kaca mata penyair yang memang
merupakan alat rekam kehidupan di Indonesia
dalam seni bahasa.
Tentu masih banyak lain penyair menulis bagus
puisi di antologi ini, dan tak dapat disoroti satu
persatu. Akhirnya dari Kebumen penyair Tarni
Kasanpawiro menulis : Berebut Piring, dan Sarwo
Darmono dalam geguritannyamenuloi Lha...Piye leh
ra Lucu, untuk menutup pengantar ini:
Jari saling tuding
Gigi menjelma taring
Semua terlihat miring
Saling berebut paling....//
(Tarni kasanprawiro)

Sarwo Darmono:
Lha… Piye Leh ra Lucu , Sing Blaka malah ora
dipercaya

xxi
Sing Blaka dikuya kuya , Sing Blaka dianggep
Cidro
Sing Blaka dianggep Mung Golek Asmo
Embuh Ora Weruh , Iki Lucu apa ora
Isone mung ngguyu , Ngguyu sing ora Mutu
Semoga pembaca budiman terhibur dengan antologi
ini.
(Rg Bagus Warsono, Kurator di HMGM Indramayu,2018)

xxii
1.

Adelia Dwi Cahyani

Ayahku
Suaminya mamaku
Ayahnya kakakku
Ayahnya adikku

Ayahku..................
Anaknya kakekku
Anaknya nenekku

Ayahku
Kaulah ayahku

Adelia Dwi Cahyani

Mamaku

Mamaku...
Istrinya Papaku
Anaknya nenekku
Anaknya kakekku

Mamaku....
Saudaranya Tanteku
Saudaranya Pamanku
Tantenya Sepupuku

1
2.

Agus

Jadi Indonesia itu Harus Serius

Lihatlah anak-anak berlari bersama bolanya


Ia tertawa bersama kawannya
Di atas jalan ia membuat gawang kecil dari sendalnya
Dan tidak ada yang perlu dikwatirkan mereka pasti
tertawa
Dan lihatlah ada anak yang satunya diam sebagai
penonton
Agar ini benar-benar menjadi laga
Sebelum permainan berhenti
Anak yang menonton itu kebelet pipis
Lalu tanpa ampun dan tanpa sia-sia
Ia lalu membuka kancin celananya dan pipis di yengah
jalan
Setelahnya jalan hitam itu di beri sebuah tanda dari air
kencinnya
Ia menuliskan “ kami benar-benar merdeka kami bias
bermain bola
Dan pipis di mana saja termasuk di jalan raya”
Tapi aku tak yakin semua itu adalah air kencingnya
Sebagian besar pasti air matanya!
Pangkep, 18 april 2018

2
3.

Alek Brawijaya

Kecapi Bidad(a)(u) ri

Alunan merdu terdengar di kedua telingaku


Saat kecapi itu berdawai dalam ketenangan
Di antara hamparan hijau padi yang bertunas

Aku terhanyut dalam alur angin


Terasa terbang ke nirwana
Menemuai para bidadari dan menyunting seribu istri

Aku terlalu menikmati indahnya surga


Air jernih yang mengalir ditelapak kakiku
Membasuh segala noda yang melakat didiriku
Bahkan airnya bisa ku minum sepuasnya
Demi melepaskan dahaga dunia

Setelah itu aku meminta sayap


Agar bisa terbang kemana saja
Dan hebatnya ketika sayap ku mandikan air sumur suci
Kuciptaka jutaan malaikat untuk membangun
singgasana jannah

Semakin tinggi semakin merdu alunan itu


Meski terdengar dari kejauhan
Suara ibu memanggil dari bilik pintu surga
Yang katanya di sana terdapat jutaan manusia
Yang hanya bisa memakan daging busuk
Serta bermandikan kegersangan sang dunia

3
Aku tidak peduli,
Karena surga yang tercipta dari kepakan sayapku
Merupakan tumbal yang memerlukan jutaan jelata
Meski ibuku memangil dan menggigil.

4
4.

Aloysius Slamet Widodo

1.
Puisi Malam Pertama

“Aduh”

2.
Puisi Tengah Malam

“Sate”

3.
Puisi Pagi Buta

“Bruuut”

4.
Puisi Diatas Jamban

“Plung”

5.
Puisi Istri Untuk Suami

“Mas …permintaanku hanya satu


……..semuanya !”

6.
Puisi Suami untuk Istri

“Tak apusi!”

5
7.
Puisi Suami Takut Istri

“Sing waras ngalah!”

8.
Puisi Penganten Wanita Malam Pertama

“Kenapa nggak dari dulu”

9.
Puisi Pengantin Priya Malam Pertama

“Belum masuk sudah keluar!”

10.
Puisi Manula

1“Djie Sam Su”


2 jam pemanasan
3 menit berdir
4 minggu baru bias

11.
Puisi Manula 3

“Biar lambat sudah tak muncrat !”

12.
Puisi LGBT 1

“Kucingku dimana?”

6
13.
Puisi LGBT 2

“Minak jingo ,
Miring penak,
Nungging monggo

14.
Puisi Saiful Jamil

“Hap…………..”

15.
Puisi Seorang Poligator

“kawin kedua lebih susah dari kawin selanjutnya”.

16.
Puisi Seorang Interpreneur

“Sebelas duabela…..
Sebelas kali jatuh , dua belas kali bangkit “.

17.
Puisi Seorang Agamawan
“Agama itu Cinta”

18.
Puisi Dimas Kanjeng

“Aku bias menggandakan uang, sekaligus menjandakan


orang.”

7
19.
Puisi Cita Citata

“Sakitnya Tuh Disini”

20 .
Puisi Gatot Brajamusti 1

“Aspat!”

21.
Puisi Gatot Brajamusti 2

“treessome”

22.
Puisi Sebuah Mobil Tinja

“Rejekiku dari Silitmu”

23.
Puisi Para Pelaut

Di laut kita Jaya


Di darat kita buaya

24.
Puisi Menutup Aleksis

“gratiskan .. nanti tutup se [<<>>].

8
5.

Aloeth Pathi

Negeriku Berpuisi

Politisi berpuisi
Rakyat berpuisi
Presiden berpuisi
Oposisi berpuisi
Ketika semua berpuisi
Beberapa penyair meng-Amin-i
Sambil memegang erat puisi-puisi itu di dadanya
Karena mereka menulis puisi dengan ketulusan
Karena mereka membaca puisi dengan kejujuran
Karena mereka mencipta puisi dalam keadaa
spesial

Ketika semua berpuisi


Beberapa penyair berkumpul di taman kota
Bicara tentang syair mereka
Ada yang mengkritik
Ada yang menghakimi
Ada yang menganggap biasa saja
"Ah itu pencitraa, hanya kamuflase mencari
dukungan"

Ketika semua berpuisi


Seorang penyair tersenyum
sambil memeluk erat puisi-puisi itu
Berharap syair itu
menjadi do'a yang terkabulkan
menjadi nasehat menyongsong hari esok

9
Menjadi pembuktian dari janji- janji
menjadi semangat kebaikan bersama. Semoga
Sekarjalak 17 April 2018

Negeriku Berpuisi II

Mantan pejabat dihari tua ingin ber Syiar kebaikan


Politisi menganggap orasinya adalah syair indah
Pendakwah bersyair mengutip ayat-ayat Tuhan
Petani melihat sawah menguning adalah syair rasa
syukur
Lalu
Koruptor latah berpuisi dibalik jeruji
Pegawai nakal berpuisi sehabis mencongkel jendela
kantor
Pencuri ayam berpuisi setelah dikeroyok massa
Para PKL berpuisi ketika Satpol PP menggusur
lapak jualan

Percayalah !!
Seorang Penyair tak akan menjadi penyihir
Tidak menjadi nyinyir dan kikir
Penyair akan terus bersyair dan bersyiar
Sekarjalak, 17 April 2018

10
6.

Ancis Mura

Bersetubuh
(Ranjang Demokrasi yang Acak-acakan)

Sajakku bergerilya
Menjelajahi lekuk lekuk tubuhmu
Dan aromamu tak perna menyudahi
Birahi yang membuncah
Meletup letup
Ingin
Inginku taklukan sendi-sendimu, dengan tombaku
yang selalu kau anggap tumpul tuk lubangi
nikmatmu
kau tak jua ambruk.

Berbagai gaya dan posisi telah ku coba


Tetapi kau terlalu kokoh tuk ku taklukan
Birahimu meletup lagi
tiada henti
hingga tiang listrikpun kau gagahi
kali ini ku yakin kau tersengat racun
yang ku oles di ujung tombakku
kau mengerang
merintih sakit di pojok ranjang yang acak acakan
aku tersenyum puas
melihat kedua bola matamu nyaris terbalik
akhhhh...
kita sama sama mengerang
kau kesakitan
aku kenikmatan

di pojok ranjang yang acak acakan


melihatmu meratapi diri yang tidak suci lagi

11
seperti belia lepas perawan
kau menangis
Meski ku tahu
Air matamu lebih didominasi
Air mata buaya
( Maumere , November 2017)

12
7.

Anggoro Soeprapto

Gigi

Seperti hari yang lalu


Kau hubungi aku tanpa ragu
"Jadikah kita ketemu?"
Katamu bungah tanpa susah
Aku tahu karena saat kau kontak
Lewat WA ada simbol gembira
Emoji yang menggambarkan
Orang tertawa
Sebagai manusia yang hidup
di zaman milenia yang guyup
Lama kita kenalan di dunia maya
Tanpa ketemu hanya saling sapa
Hari ini cerah
angin bertiup sumringah
Kau ngajak ketemuan di mall
Di tengah pusat kota
Membayangkan tubuhmu sentosa
subur bahenol
Seksi penuh aksi
Aku pun berangkat tergesa-gesa
Aku pakai baju kuning ya?
Katamu lewat WA
O, dunia berbunga-bunga rasanya
Angin sumilir cuaca indah
Daun-daun Angsana luruh
iringi perjalanan hati gemuruh
Berdebar saat mall dimaksud kutemukan
Kau menunggu di pintu masuk duluan
Seperti kau janjikan
berbusana kuning gading

13
Memang segera kutemukan
Aku mendekat dan bersalaman
Betul dugaanku, gadis cantik
Sangat menarik
Tapi ketika tawamu mengembang
Aku hampir pingsan
Gigimu berlapis perak penuh kawatan
Keclap, tertimpa sinar menyilaukan
Buru-buru aku minta maaf
Bilang salah orang dan pulang
Semarang, April 2018

Negeri Asem Kranji

Di negeri Asem Kranji


Tokoh masyarakat bernama Karno Karni
Membuat siaran di televisi sendiri
Mengundang teman-teman sendiri
Ngulemi para relasi sendiri
Membuat topik sendiri
Mengulas acara sendiri
Pidato sendiri-sendiri
Berdebat sendiri
Lalu disiarkan seluruh negeri
Lalu saling menjebak sendiri
Saling mengintai sendiri-sendiri
Saling mengecam dan mendebat sendiri
Endingnya, kemana lagi kalau tidak lapor Polisi?
Hihihi...
Semarang, April 2018

14
8.

Arfian Catur Juliarfan

Ceritakan Indonesia

Negara merdeka, katanya ?


Tapi seperti bingkai tak berfoto

Dipajang, dilihat banyak pasang mata


Ribuan bahkan jutaan bertanya : tanpa foto ?

Kakek tua berbisik “sudah hilang”


Datang anak kecil “ahahahaha” tertawa tanpa tahu
sebab

Aneh tapi lucu

Si kakek kemudian murung


Si anak terdiam dan penasaran

“kenapa kek ?” Dengan polos anak itu


“benar-benar hilang” suara gemetaran kakek
Lalu bernyanyi
“sambung-menyambung menjadi satu itulah . . .itulah
yang hilang”

Makassar, 10-11 maret 2018

15
Arfian Catur Juliarfan

Catatan Si Boy

Petang di bulan kedua


Darah dan air mata
Menggumpal jadi bata
Serbuk mimpi yang terbawa

Terkubur di hari ke empatbelas


Penghabisan gelas demi gelas
Sendiri dalam perenungan
Bukan untuk dirayakan

Ini indonesia boy


Semakin kau bersedih
Akan banyak yang menertawakan
Ingat, valentine bukan budaya kita

Makassar, 13 maret 2018

16
9.

Arfian Rizky Pratama

Pemilu di Rimba

Lihatlah pemilu di rimba


Saat Singa betina menjadi calon tunggal
Namun, datanglah Srigala sok gagah
Berpura-pura jadi sang lawan
Sebenarnya kolega singa

Sebelumnya Singa betina memang penguasa, Tahta yang


diwariskan dari sang jantan
Semua bisa tak ketahuan, karena pengawasnya sang
Macan
Haik,cuh. jelas, Masih sejenis Kucing raksaa
Pemilihnya para ayam
Mereka sudah sangat paham
Siapapun yang jadi pemimpinnya
ayam tetaplah jadi mangsa

17
10.

Arizto Rianthoby Thextc

Pejabat Yang Gembira ( Tertawa )

Ketika matahari malu-malu muncul


Sinarnya yang begitu hangat memancara menerpa kulit
Terdengar suara-suara yang tertawa gembira
Ya....itulah mereka para pejabat yang tertawa gembira
menyabut sinar itu
Apakah maksud dari ke-gembiraan itu?
Apakah para pejabat itu gila? Ataukah hanya ekting
belakah agar dapat bermain filem
Ataukah negeri ini memang lucu untuk di tertawakan?
Ya...itulah kelakuan para pejabat dinegeri kita ini
Begitu mirisnya merekah Sungguh perilakau yang tak
pantas untuk seorang pejabat dinegeri ini
Inilah cermin orang-orang yang kita percya untuk
membangun bangsa ini begitu lucunya mereka

Dari: "Ama Balikoli" 31 Jan 2018

Jangan-jangan

Jangan jalan didepanku...aku gak keliatan


Jangan jalan dibelakangku...aku bukan bodyguardmu!
Jangan jalan disampingku...karna disampingku ada
jurang....

18
11.

Arya Setra

Opera Cicak

Pertunjukan opera cicak


Para pemainnya sungguh kocak
Ada peran berpura pura sakit
Ada peran teraniaya diskriminalisasi
Ada peran merasa paling hebat
Mengangap yg lain tidak ada apa apanya..
Sementara para penonton teriak menjerit karena harga-
harga yang selangit
Ada pula yang mencibir karena tidak puas atas
pertunjukan nya
Dan ada juga yang terdiam seakan pasrah akan akhir
cerita..
Sementara diriku....
Haruskah aku tertawa, menangis atau terdiam melihat
kenyataan yang ada ???

Jakarta 27 maret 2018

19
12.

Asrul Irfanto

Celoteh tentang Sebuah Negeri

Sumbang
Tak merdu tembangmu terngiang di telinga
Liriknya getir becerita
Tentang jerit anak-anak yang lapar
Di tengah lautan padi yang luas terhampar

Pilu
Nada lagumu menyayat kalbu
Melantunkan kisah sendu
Tentang barisan penganggur
Diantara pabrik-pabrik yang tumbuh menjamur

Engkau pengamen kecil


Dengan baju dan nasib yang sama dekil
Berceloteh tentang sebuah negeri
Dengan kisah indahnya yang tak terperi
Layaknya sandiwara di layar televisi

Negeriku, negerimu, negeri kita dan mereka


Tempat lahir dan kelak nanti kita tiada
Yang semestinya kita jaga dengan penuh cinta
Bukan untuk dibenamkan bukan pula dihancurkan
Dengan kepongahan dan keangkaramurkaan
Bojonegoro, 8 Maret 2018

20
Asrul Irfanto

Negeri Jenaka
Mari berpantun
Bolehlah tanggalkan sedikit santun
Berceloteh tentang sebuah negeri
Tempat kita berpijak dan kelak mati

Negeri para cendikia yang berlagak pandir


Pongah bertingkah kesampingkan pikir
Bermain peran layaknya sandiwara
Mengundang tawa meski sebenarnya tak jenaka

Negeri para pendusta


Dimana para pemimpin tak lagi dapat dipercaya
Lantang bersuara berkoar tentang keadilan
Riuh bergemuruh propaganda tentang kemakmuran
Bersilat lidah atas nama rakyat
Berpacu berlomba menjadi yang terhebat

Namun semua hanya janji palsu


Terukir indah dalam harapan semu
Keadilan hanyalah gurauan
Kemakmuran sekedar kelakar picisan

Bojonegoro, 1 November 2013

21
13.

Astika Elfakhri

Smartphone dalam Satire

apakah lantaran gelombang radio yang lamban


atau karena asap kendaraan yang berlebihan
mereka dibuat gelisah dan kebingungan
mereka berhenti di tengah jalan
mereka tontoni harta benda orang ludes di tengah
kebakaran
seraya mereka hunus ponsel-ponsel canggih
benda yang serakah pada berita dan sensasi
peranti yang sepanjang hari terus memperbarui diri
tapi tak pernah bisa
memperbarui kekolotan mereka terhadap darah dan
musibah
mereka sumbat jalan raya
dan secepat cahaya mereka wartakan rekaman bencana
dibumbu kutipan-kutipan ilahi
tanpa menyadari kehadiran mereka menghambat
evakuasi
Kampus Baru, 2017

Rokok Kretek

bila dihisap pria


bunyinya kretek
bila dihisap wanita
bunyinya kritik

Kendari, 2018

22
14.

Bambang Widiatmoko

Sa’i

Jika ada jamaah Indonesia


Menunaikan ibadah haji
Ataupun Umrah
Lantas melakukan Sa‟i
Napak tilas di zaman Nabi
Berjalan kaki dari bukit Marwah
Ke bukit Safa
Tapi menyelinginya dengan bacaan
Sila sila dalam Pancasila
Itulah Indonesia.

2018

Kuatrin Kualat

Di selembar e-ktp
Tertulis namaku
Tapi lebih dikenal namamu
Setya Novanto.

2018

23
15.

Buanergis Muryono

Pagi-pagi Sudah Macul

Pagi-pagi sudah macul


Nandur Sledri
Ora dadi Puisi
Sing mrambat suket
Eri lan ilalang
Kuguntingi
Agar tumbuh
Bukan puisi
Hanya huruf-huruf terkumpul
Berjumpalitan
Menusuk mata
Berjumpalitan dibaca
Akrobat kata-kata
Di area pentas
Danau
Ladang
Kebon
yang kehilangan sawah-sawah buat kandhang burung
dara.
Rumah petak tiada layak
Seolah rakyat penyakitan
Disingkirkan
Meminggirkan.
Sudahlah
Kumpulin huruf-huruf itu
Jangan ditanam
Mereka enggan jadi buku
Kata-kata itu biarlah jadi rumput
Hak para wedus.
Aku dadi wedus

24
Kowe dadiya truwelu
Keob lan Sapi racukup nyenggut rumput.
Jangan pernah mengeluh
Sejumput daun ubi sudahlah cukup
Begitulah kita bisa hidup.
Belajar tulus bersyukur.
Kaget aku
Ning mburiku asu jugug.
Asu!

Renungan Zaman Pada Duaribudelapanbelas 23


February 2018

25
16.

Bunga Citra Perdana

Angkot Kepayang

Demonstrasi angkot di suatu hari


Dan ternyata lebih dari satu hari
Membuat hidup para pejalan kian membingungkan
Hanya karena jasa angkutan baru masuk kota
Padahal, tak ada kaitan sama sekali
Dengan mata pencaharian para sopir angkot

Saya jadi bertanya penuh rasa heran


Mereka, sadar atau lagi kepayang?
Untuk hidup, mereka butuh uang
Tapi, mogok memutar roda angkot
Selama beberapa hari dan lebih dari satu kali

Malang, 4 April 2018

26
17.

Brigita Neny Anggraeni

Yang Punya Siapa

Yang punya rendang, jengkol, pete


ya Indonesia

Yang punya tradisi mudik


ya Indonesia

Yang punya istilah kerokan


ya Indonesia

Yang punya komodo, tapir


ya Indonesia

Yang punya batik, keris, wayang, gamelan


ya Indonesia

Yang punya dagdut, keroncong


ya Indonesia

Yang punya pencak silat, debus


ya Indonesia

Yang punya dokar, becak


ya Indonesia

Yang punya Borobudur, Prambanan


ya Indonesia

Hanya Indonesia
Masihkah kau tak bangga.

27
Brigita Neny Anggraeni

Indonesia Hebat, Tapi Lucu

Indonesia hebat, tongkat kayu dan batu jadi tanaman


dan impor beras pun masih jadi andalan

Indonesia hebat, pemegang kekuasaan kedaulatan


rakyat
tapi rakyat masih melarat, dan dewan kursi tak takut
kuwalat

indonesia hebat, berbagai suku, budaya, agama hidup


berdampingan
namun demp-demo golongan semakin banyak, dan
mencari perhatian

28
18.

Ceissar Sihotang

Jantung-jantung Ibu Kota

Simpul dasi yang hampir mencekik tuannya


Mengintip dari balik pintu gedung bertingkat
Langkah kaki para pencari yang kesepian
Sama cepatnya dengan detak jantung
Gelandangan yang kelaparan
Berlarian bersama kawan
Sesekali pula menari nari di tengah keramaian
Bibir bibir kering yang tertawa lantang
Menggoda jiwa yang kebingungan
Yang terlalu banyak meng‟iba
Yang sesungguhnya menahan seribu tanya
Mereka bisa melihat bintang dikerumunan,
Sedang aku hanya melihat
Hutan besi di kesendirian.

Mungkin segala yang aku punya


Bukanlah menjadi hal yang mereka pinta
Tapi bisa saja segala yang mereka miliki
Menjadi hal yang terus aku cari.

29
Ceissar Sihotang

Negeri Anarki

Demit demit penuhi pemikiran yang rumit


Orang bersalah menggila meminta keadilan
Mengharap yang tak mungkin didapatkan
Orang orang suci nan sakti
Ternyata hanya pecundang
Yang kelaparan akan sesuap nasi
Kejujuran bagai seorang jelata, terpinggirkan.
Kepercayaan bagai ilmu pengetahuan yang bisa
disalahkan
Kebodohan dijadikan taman bermain
Ini bukan lagi bumi pertiwi
Ini negeri anarki.

30
19.

Chalvin Papilaya

Tidak Lucu tentang Tuhan

Di manakah tuhan?
dan pertanyaan ini adalah kebodohanku
yang pernah hadir sebagai satu kehendak
dalam kefanaan atau ego kebakaanku
tentang keabadian yang tak berkepribadian

Menurutmu, kau telah menemukannya


di dalam rumah ibadah itu, ia sedang tidur di altar
dalam khotbah para lelaki yang tak menjaga tubuhnya
di kitab-kitab yang kau baca dengan kebutaan
bagi jemaat-jemaat tuli yang sok menggumuli
kesuburan
bukankah dari situ pun kau diberi tumpangan tangan
oleh tuhan yang murung dan terkurung
demi kau bisa ke langit jauh dari bumi

Banyak hari adalah hari-hari mimpimu


yang tak kunjung tiba, tak terlaksana bersama ibaan
untuk pergi ke kampung, berdiam di pedalaman
dan berlibur ke pinggiran kota yang busuk
menikmati jawaban-jawaban yang mungkin
barangkali tuhan ada di situ, mungkin dalam kabut
yang dapat mencabut nyawamu secara lembut

31
20.

Denis Hilmawati

Mari Makan

Menjadi tradisi makan bersama


Hampir semua acara diadakan Makan Bersama
Namun kini semakin bervariasi menunya
Semakin canggih tingkat kedudukannya

Mari Makan bersama


Hari ini mau makan apa?
Pilihannya makan dimana?
Paling nikmat Makan Siapa?

Entah apa yang menjadi kamusnya


Makan bersama dalam satu arena
Namun mata melotot pada Gedgednya
Hidangan yang ada tidak mampu memuaskan selera

Lalu mau meneruskan ke mana? Acara makan bersama


tiada pernah usai
Bisa memakan apa saja ,Dunia ada dalam genggaman
tangannya

Begitu besar nafsu angkara, Melebihi besar dunia


Hanya satu cara menghentikannya, masuk liang kubur
parker selamanya.

Bekasi, 01 Januari 2018. Denis Hilmawati

32
21.

Dewa Sahadewa

Cinta Satu Minggu


Senin cinta bersemi melebihi semua taman
warna bunga seolah mengundang
lebah madu dan kupu-kupu bermain.

Selasa kutulis puisi


kupilih kata paling mesra
kukirim dengan berbagai media
berharap kau semakin merasa.

Rebo katamu aku kepo


kutanya kau ada di mana sama siapa
katamu tak perlu tahu
ya aku rapopo

Kemis kau nampak semakin manis


kupeluk kau menangis

Jumat hari keramat


rinduku teramat sangat
tapi aku tak mau bertanya
takut kau bilang posesif amat.

Sabtu waktu kita bercumbu


penuh desah merayu
aku terhanyut sentuhanmu.

Minggu kuhubungi semua kontakmu


tak tersambung satupun
aku termangu
kau seperti ditelan kubur
Ah ternyata Minggu cintamu libur.

33
22.

Diah Natalia

Langkah Indonesia,

Saat palu hakim dipukul


Harga melonjak sepihak

Saat berjalan di trotoar


Anak ada dimuka
Orangtua berlindung diketiak anak
Lebih baik kupilih tidur dari melodrama Mu

Mimpi pun buruk dari tidur-tidur ku


Atau karena tubuh beralas kardus?!

Kulayangkan jemari pada televisi


Wakil-wakil kami mahsyuk
Rapat-rapat mengena rakyat
Rapat yang tak bisa kubaca presentasinya
dan berakhir di ranjang,
Untuk urusan itupun kupilih tidur,
Aku belum baligh tuan,

Belum baligh ternyata kita


Untuk bersendawa kebebasan,

Mengerjap mataku karena debu dari jalan depan


Taklagi bisa tidur,
Kulangkahkan kaki menengok jalan menikung,
Tak tau kemana kaki menjemput ujung,

Kulihat anak-anak bermain


Bertemu salah
Tetapi yang tak salah menjadi salah,

34
Merdekanya mereka...

Perempuan itu nomor 1 di Indonesia


Lelaki tak ada uang pun ditendang
Pun, ekonomi tetap malang

Lain waktu kataku padaku


Lain tempo aku akan bangun
dan melangkah di kondisi yang tepat

When the demons stop to laughing


And all sin has been washed

Merah-Putih
Tumpah darahku
TsimShaSui-HongKong Maret 2018

35
23.

Dicky Armando, S.E.

Menukar Nasib

Jangan jadi orang miskin, Kawan!


Karena fakir dilarang sakit,
disuruh diet pula.

Jangan pula mengeluh soal listrik.


Tak sanggup bayar, cabut saja meterannya!
Perihal makanan apalagi,
daging sapi mahal, telan saja keong sawah.
Selesai urusan.

Tapi mana pula ada sawah lagi,


kalau kebun sawit baru benar.

Besok-besok saya tak mau jadi orang miskin,


mending jadi menteri.

Pontianak, 13 Januari 2018

36
24.Dwi Nurul Idayanti

Ibu Pertiwi
Inilah Ibu Pertiwi
Negeri elok nan permai
Gunung menjulang tinggi
Hamparan hijaunya sawah bumi
Luasnya laut sebgai bukti
Betapa kayanya bangsa ini

Inilah ibu pertiwi


Dinaungi dari berbagai suku
Bersatu membebaskan diri dari belenggu
Demi tegaknya merah putihmu
Wahai Indonesiaku

Inilah ibu pertiwi


Setelah reformasi penduduk negeri
Lupa diri sampai korupsi
Rakyat menjerit tak peduli
Asal senang penuh materi
Krisis multidimensi bukan lagi tabu
Bak sembilu menusuk relungmu
Kejujuran menjadi rindumu
Yang berdasi yang mencuri
Tanpa mencicipi seluk jeruji besi
Betapa lucunya Indonesiaku kini

37
25.

Elok Faiqotul Hima

Malang

Rantai terbentang sepanjang nusantara, semakin ke sini


bertambah erat
Eratnya rantai justru tangan tak lagi saling mengikat
Layaknya kekuatan menyatu, tapi sudah tak ada empati
Berlagak saling menyapa, namun tak lagi peduli

Indonesia mendengar, tapi sedikit yang turun tangan


Indonesia melihat, namun acuh yang terkadang di dapat
Dunia ini begitu rumit dengan segala misteri yang ada
Dunia ini unik bagi mereka yang mau menyimaknya

Padi terhampar di daratan, tapi makan hendak impor


Laut kaya akan kehidupan, namun tak bisa mengolah
Kita kaya dengan menjadi budak dalam kandang
Kita maju di antaranya yang terbuang
Sungguh sayang
Indonesia malang

38
26.

Fahad Fajri

Penyair abal-abalan

Kata ibu, aku kecil bercita-cita terserah tuhan


Melamun adalah kegemaran, kujawab spontan
Sadar duduk dalam ruang ilmu pemerintahan
Berkegiatan acak tanpa disiplin jurusan
Isi kepala berkata berdagang biar dapat uang
sungguhan
Orang bilang jangan, mending masuk partai
keagamaan
Karena berkah dan di surga banyak kenalan
Tapi hati kaget berdebar-debar
Oh, inikah namanya menjadi penyair abal-abalan,
tuhan

Karawang, april 2014

39
27.

Fajar Chaidir Qurrota A’yun

Negeri Cekikikan

Negeri kita tempat kuntilanak.


Tawanya bikin hati terbelalak.

Digelar pertunjukan tukang lawak.


Panggung megah para pelawak.
mereka aktor dan penonton,
Menertawai diri sendiri.

Sementara didekatku,
Orang lebih suka menangis daripada tertawa.
Lebih suka marah daripada bersantai-ria.

Aku mencium perbedaan:


Di depan istana pemerintahan.
Di dalam kota, sesak pembangunan.

Jika tuan dalam ruangan tertawa,


Mereka diluar berkeluh-kesah,
Jika tuan di dalam makan-makan,
Perut mereka keroncongan.
Bila tuan di dalam tertawa, hahaha,
Mereka keluar air mata.
Kalau tuan di dalam berdasi sutra,
Mereka pakai kaos yang tak pernah disetrika.
Bila tuan-tuan tidur nyenyak,
Mereka sesak di dalam kontrakan sepetak.
Dan apabila tuan kedinginam di AC
Mereka telanjang dada membuka jendela.
Jika tuan-tuan gajinya lancar, besar,
Mereka masih menggamit ijazah di kepal tangannya.

40
Jika tuan-tuan di dalam sehat,
Anak mereka tumornya kumat.
Jika tuan-tuan korupsi tak diadili,
Mereka hanya menonton di televisi sambil hati jadi
sensi.
karena baru saja terdengar kabar,
Maling Ampli yang dibakar.

Tuan, terus tertawa.


Aku dan mereka takut kemiskinan juga.
Tuan ini Orang pintar,
Tapi sayang tidak benar.
Tuan ini orang terdidik,
Tapi tak suka hal yang bajik.

41
28.

Fian N

Negeri Kita Loecoe

dan, kau pun mati dihimpit telapak


tanganku
masuk saku baju hilang di saku celana
muncul angka siapa sangka
menunggu yang lain
segera datang
penuh tanda tanya
mau dibawah ke mana (?)
jangan banyak kau tanya
mari kita sama-sama
berebut angka
berebut segala
kita jarah
dapat jatah
soal hukum jangan tanya
bisa dibeli apa saja
juga kapan saja dan di mana pun
yang penting pandai-pandai saja
ini kisah negeri kita
ini „kan loecoe
Flores, 2017

42
29.

Fathurossi

Negeriku
Tertawalah Saat kau
Menatap negeriku
Dan menangislah
Saat kau melihat pelawak negeriku

Lucunya Negeriku
Tertawalah ,
Tersenyumlah,
Bersenanglah,
Selagi masih bisa
Menatap Indonesia

43
30.

Funuun A.B.M

Negeri tuyul

Tugas negara kini jadi bisnis keluarga


Memudahkan komunikasi, lagaknya.
Ada yang diusung jadi bupatinya
ininya jadi tangan kanannya
itunya jadi penasehatnya,
anunya jadi entah siapanya
Belum lagi lain-lainnya.

Jabatan jadi tuyul peliharaan.


Proyek besar-besaran diadakan
Disetujui sendiri hati cekikikan
Anggaran kecil dilebih-lebihkan
Anggaran lebih didiamkan
Dana turun hati kegirangan
Pelaksanaan, dana diminimkan
Selebihnya dibagi ratakan
Laporan sesuai anggaran
Proyek terlaksana semua aman
Uang beranak siap dihambur-hamburkan.
Proyek selanjutnya siap direncanakan.
Tuyul-tuyul siap diedarkan.

Semarang, 2018

44
31.

Ghofiruddin Alfian

Negeri Pilin Pelan

asyiknya hidup di negeri pilin pelan


semua orang hobi memilin dan memelan
kalau mereka jelata, ya untuk mencari keselamatan
kalau berkuasa, ya untuk terus bertahan,
atau agar menanjak status dan jabatan

hidup di negeri pilin pelan


kau tidak butuh prinsip untuk bertahan,
prinsipnya ya itu pilin pelan,
pilin-pilin pelan-pelan,

tapi jangan sampai terpilin


karena lama-lama kau bisa tertelan,
jika tidak mampu bertahan pikiranmu bisa edan
karena terlalu banyak pertanyaan

negeri pilin pelan,


ia adalah potret ideal jaman edan,
jaman edan yang katanya pujangga ronggowarsito
yen ra edan ra keduman,

ya memang seperti itu di negeri pilin pelan,


orang yang waras dan paling bijak
ia hanya akan disingkirkan dari pusaran kekuasaan

(Trenggalek, 24 November 2017)

45
32.

Gilang Teguh Pambudi

Sajak di Atas Meja

aku lihat dia


ketawa Indonesia
pecah
airmata dangdutnya
sampai ketahuan juga
sesungguhnya dia
sedang tidak bisa ketawa

aku merasakan
goyangan pinggul luka-luka
merobek panggung
menjadi dua bahkan tiga
antara sakit hati
dan sesungguhnya menari

sajak di atas meja dibicarakan


kaki di bawah meja digigit ular
jalan kesejahteraan dipertaruhkan
disebut proses kalau kesasar-sasar

Kemayoran, 06112017

46
Gilang Teguh Pambudi

Ternyata Kita Butuh

ternyata kita butuh kecerdasan


dan kedewasaan sosial
kata tikus yang mencuri kelapa
dan ular yang meninggalkan bisa pada korbannya

ternyata kita butuh kecerdasan


dan kedewasaan ekonomi
kata beruang yang bertapa
depan perapian sampai mati kelaparan
kata harimau yang menghabiskan
sisa makan siangnya
di tengah kerabatnya
yang juga mati kelaparan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan beragama
kata kadal gurun
yang memahami suhu panas
tetapi lupa pemangsa dan janji Tuhannya
kata srigala malam
yang melupakan kasih sayang bulan
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan berpendidikan
kata induk elang
yang menipu anak itik
sebelum memangsanya
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan bernegara dan berbangsa
kata sekelompok burung jalak
dalam suatu perjalanan cinta
yang melupakan nasib kelompok
dan nasib setiap perut anggotanya
sementara paruhnya bernyanyi-nyanyi saja

47
tentang keadilan hukum dalam berbangsa
ternyata kita butuh kecerdasan
dan kedewasaan hidup bersama alam
kata anjing lewat
yang mengencingi tembok-trmbok
menimbulkan bau tak sedap
kata seekor macan
yang merusak sarang pipit
dengan ujung cakarnya
kata sekawanan gajah
yang menginjak-injak kebun sayuran
kata gergaji besi
yang menumbangkan pohon-pohon
ternyata kita butuh kecerdasan dan kedewasan
berbahasa
kata seekor kelinci yang sangat lucu
yang tidak mau mengerti
maksud setiap kalimat
dalam kitab suci
kata seekor ayam
yang bulunya dipakai
mencoret-coret sajak
kata kuntilanak
yang diatas pohon
entah menyanyi,
menangis atau menghina
Kemayoran, 07112017

48
33.

Hafizhah Nurdini
Tisu

Kusyukuri nafas ini


Saat daun gugur tertiup angin
Menyapa tanah pijakanku
Disini

Kutinggalkan jejak semu


Menuju sumber aroma penggoda hidungku
Kupejamkan mata dan berhenti didepannya
Rumah makan....

Kumasuki tempat itu


Bersama orkestra di perutku
Seketika itu
Gagal fokus menghinggapiku

Gulungan putih diatas meja


Lebih dulu mengenal tempat itu
Mendiami tempat khusus untuknya
Dengan senang hati diambil manfaatnya

Tapi yang kutahu


Tisu semacam itu juga
Bertahta di toilet
dan sekarang ia jua
bertahta dihadapanku

Fokusku telah kembali padaku


Untuk apa memikirkan itu
Toh, tidak berpengaruh besar
pada nafasku

49
Aku pulang dengan perut
yang lebih tenang
dan pikiranku tertinggal
pada gulungan putih di meja makan itu

Ambungan, 2018

50
34.

Harkoni Madura

Di Depan Podium Bersanggul Mikrofon

di depan podiom bersanggul mikrofon


seorang juru kampanye berorasi
dengan wajah bermuka-muka
atasnama partai yang diusungnya

dia sesekali berjas sesekali bersorban


hadirin sontak bertepuk tangan
dari bibirnya meluncur teluh kekata menyabda
melampaui fatwa ulama

dia langitkan berpuluh wajah dan nama


seolah tak ada lagi kandidat yang pantas jadi pesaing
buat menandur pertiwi yang berangkat mengering

sebelum orasi berbusa-busa berakhir


kursi-kursi kosong melompong ditinggal hadirin
sebab mereka lelah dikibuli warna-warni panji
yang berkali-kali selalu ingkar janji

Banyuates, 27 Maret 2018

51
Harkoni Madura

Kidung Menjelang Kampanye

di bibir-bibir jalan desa hingga kota


ratusan spanduk bergambar pasangan calon meruah
memagut tiang-tiang listrik dan pepipi tanah

janji-janji menghambur menyekujur


dari yang sejuk juga muluk
hingga mulai balita sampai manula
tak jeda membendung ledakan tawa

hingar kampanye menjalar dan mengubun


serupa kepul kemenyan di gubuk mbah dukun
orang-orang sibuk memilah dan memilih
pasangan calon yang tidak belang, tapi putih
apalagi bakal membikin tanah air pingsan berkali-kali
sebab baginya satu suara adalah pertaruhan
atas amanah titipan Tuhan

Banyuates, 27 Maret 2018

52
35.

Hasan Bisri BFC

Alangkah Damai Negeriku

Alangkah damainya negeriku


Pohon-pohon nyiur indah melambai
Lautan dengan ombak tenang membiru
Dan kokoh gunung-gunung menghijau
Dibungkus selimut awan tipis
O, begitu manis

Betapa damainya negeriku


Berton-ton narkoba datang
Masuk dari pintu-pintu terbuka pelabuhan dan bandara
Sebagian jadi barang haram selundupan yang dilena
Sebagian lagi jadi tangkapan sempurna
Siapa penyelundup, siapa pengimpornya
Tentu bukan orang kita

Alangkah damainya negeriku


Pabrik-pabrik narkoba tegak berdiri
Tumbuh di negeriku seolah-olah sembunyi
Sebentar dibongkar, sebentar kemudian tak ada kabar
Mungkin saja pemiliknya ditangkap dan dipenjara
Bisa jadi benar adanya
Bisa juga akal-akalan saja
Sebagian jadi barang bukti
Sebagian banyak lagi tak tahu rimbanya

Alangkah damainya negeriku


Banyak penyelundup narkoba
Tapi mereka bukan orang kita
Banyak pemilik pabrik narkoba
Tapi mereka bukan orang kita

53
Tapi lihatlah korban-korbannya
Bahkan sebagian banyaknya generasi muda
Mereka pasti orang kita!
Bogor, 21 April 2018

54
Hasan Bisri BFC

Ganti Presiden

Selaksa meme terpampang di media sosial


#2019
Ganti
Presiden
Lalu para petani menyisihkan sebagian uang pupuknya
Lalu para nelayan menyisihkan sebagian uang solarnya
Lalu para ibu menyisihkan sebagian uang belanjanya
Lalu para kiai menyisihkan sebagian uang transpornya
Lalu para eksekutif menyisihkan sebagian kecil gajinya
Lalu para pedagang membuka lebar-lebar mulutnya:
“pakailah kaos ini
Kaos yang akan menyingkap selubung duka sejarah
bangsa
Taruhlah tumbler ini di meja kerja
Kelak anda menjadi bagian penting dari coretan
sejarah bangsa
Pakailah gelang kesayangan ini
Kelak……..”
Sebuah truk lewat dengan bak yang terbuka
Di pantatnya meme yang begitu menggoda:
#2019
Ganti
Rakyat
Si pedagang terpana
Di pikiran nakalnya berkata
Kelak, bisa saja rakyat diekspor besar-besaran ke
Malaysia
Ke Brunei dan Singapura
Ke Hongkong, Taiwan dan Timur Tengah tentu saja
Maka, rumah-rumah jadi kosong
Tanah-tanah jadi lapang

55
Lalu berdatanganlah orang-orang jangkung berkulit
warna udang
Berbondong-bondonglah orang-orang berkulit warna
mentega
Hingga penuh sesak udara
Oleh napas-napas busuk dari negeri tetangga

Hingga #2030
kita bakal ternganga
Bogor, 21 April 2018

56
36.

Heru Mugiarso

Ironi dalam Amplop Riswah

Ia mengemasi sujud dan doanya untuk Tuhan


ia menadahkan tangannya bagi lidah dan perutnya
beberapa lembar uang bergambar dunia
terselip di kocek
lalai ayat-ayat kitab suci yang dihafal
dan digumamkannya

Ia bersumpah demi nama Khaliknya


dengan paras datar
mengenakan topeng dusta
yang telah lama dibelinya
ia lupa bekas hitam di keningnya
ia lalai mencukur jenggotnya
pada saat dicokok
dan dipermalukan
di depan layar kaca

Jangan terima amplop riswah kecuali isinya, kata


mereka

Dan pedang di tangan kanan dewi keadilan


siap menghunjam
entah dalam kelucuan atau sebaliknya dalam ironi
yang getir?
2017

57
37.

Ihya Maulida

Makan Nasi

Sepotong roti yang terpampang


Kau kunyah dengan gampang
Alunan gigi yang bersentuhan
Kau lerai ke tenggorokan

Getaran sendawa memecah hening


Gambaran perut yang sudah terisi
Bak roti yang tersusun rapi
Diri mu berjalan dengan senang hati
Menuju ruang televisi

Bangkit …
Melihat panutan waktu yang berlalu
Berjalan meninggalkan televisi
Menelusuri arah datang nya aroma
Ini kah ketukan hati
Yang menerangkan kembali
Disebut makan karena nasi
Bukan sekedar perut yang terisi

58
38.

Iskandar Zulkarnain

Negeri Tua
Negeriku sudah tua
Penyair disangka pesulap oleh pemerintah
Sebagai terdakwah penggelapan negro
Mahasiswa berdemo tadi pagi sebelum pak tinggi datang
Polisi main petak umpet di balik layar
Tentara nembak layar

Negeriku kian matang usianya


Hingga kerutan dahinya berwarna pelangi
Merah kuning hijau kombinasi yang sempurna
Pak tinggi mulai mengaduk warna itu
Hingga belepotan pada mata dan sebagian masuk
kedalam jidat
Otak merah
Mata biru
Campuran dari pelangi itu ada pada mulut
Merah kuning hijau di mulut yang baru
Janji bau pesing
sebabkan wanita bunting.
Annuqayah 2018

59
39.

Iwan Bonick

Pagi Hari Aku Baca Koran Bekas

Sambil duduk di bale teras tetangga


Ada berita dengan tulisan besar
Pejabat pemerintah tertangkap tangan
menerima suap
Siang hari selesai makan siang
Kiriman rantang
Aku dengar berita di radio
Pejabat pemerintah kena razia pekat
di hotel berbintang
Malam hari melepas lelah
Duduk bersila
Diruangan tanpa jendela
Melihat kabar berita televisi
Pejabat pemerintah tertangkap sedang pesta narkoba
Kabar berita setiap saat bagai hiburan
Kabar berita setiap saat bagai tontonan
Kabar berita setiap saat membuat tersenyum kecut
Ini bukan hiburan
Ini bukan tontonan
Ini nyata di Negeri Indonesia Raya
Aku tak bisa tesenyum
Kalau Indonesia itu lucu
Aku tak bisa tertawa
Kalau Indonesia itu lucu
Tapi mengapa berita itu bagai hiburan
Kabar itu bagai tontonan
Dan apakah kita terhibur dengan tontonan itu
Berita hari ini membuat tertawa gila
Kp Teluk Angsan Bekasi Senin pahing 2 April 2018

60
Iwan Bonick

Ketika Indonesia itu Lucu

Lautan samudera membentang luas


Tapi ikan ikan yang kita makan berlebel import
Tanahnya subur makmur
Tapi membeli pangan dari negeri tetangga Hasil bumi
nya melimpah
Tapi bermerek
Bangsa lain
Airnya jernih
Di hulu Tapi tak sampai ke hilir
Hutannya rimbun juga luas dan masih perawan Tapi
terbakar atau di bakar
Dengan alasan perluasan lahan
Pembangunan dimana mana
Tapi tenaga kerjanya orang orang asing Banyak nya
pasar tradisional
Tapi lebih suka belanja sayuran di gedung serba canggih
dan mewah
Kp Teluk Angsan Bekasi Senin pahing 2 April 2018

61
40.

Khoerun Nisa

Cinta Zaman New


Perjalanan masa
Mengikuti perubahan
Berkembangnya cinta
Cinta dalam pegangan layar
Jadikan pendamping hati
Dalam sisi keadaan
Layar yang terfokuskan
Tersenyum geli
Rasa salahmengartikan
Cinta bertemu dalam layar
Pertemuan sebelah bagian
Hanya luar yang terpandang
Dengan rayuan gombal
Dijadikan sebuah percintaan
Cinta dimana-mana
Tinggal sentuh dan kata rayuan
Teknologi jadi perjodohan
Dalam dunia cinta

Panggilan bukan saatnya


Aku mencintaimu
Rayuan menggodaku
Panggilanmu merasuk tubuhku
Ayah bunda itulah yang kau inginkan
Kuberfikir sejenak ....
Kau sangat sayang padaku
Emang siapa dirimu
Kita belum menikah
Udah ayah bunda!

62
41.

Lailia Nurul Fauziah

Stand Up Wakil Rakyat

Negeri haha hihi bercerita setiap hari


Dari ujung kota sampai penjuru negeri
Tanpa dalang skenario apik berseri
Mulai kaum berdasi hingga berpeci
Kicauan aksaraa menjadi belati
Pengadilan tinggi dimoderatori netizen berargumentasi
Sudut kanan kiri dimainkan dalam balik kebiri
Panggung sandiwara dunia di penuhi artis pejabat
negara
Berpose dengan guratan kata bijak
Mengaku aparat ternyata keparat
Rakyat menjerit meminta hak
Muncul pagar betis siap menerkam.

63
42.

Lina Kus Dwi Sukesi

Padiku Menguning di Atas Klakson Angin

Pertiwiku adalah lumbung yang hijau


Di mana bulir-bulir padi telah menguning
Bermanja di atas pucuk-pucuk daun kering

Goyang tangkainnya, bagai gemulai penari


Menanti petani untuk menuai panen hari ini

Di sudut petak yang lain


Sawah telah dibajak, untuk ditanami kembali
Begitu cepat, laksana peredaran matahari

Berjuta-juta ton gabah dihasilkan dari sawah


Menjelma butir-butir Kristal putih
Mewangikan tungku di dapur yang sunyi

Di sisi lain, pada titik nadi


Aliran darahku berhenti
Biji pepadi yang tumbuh begitu rimbun
Tiada cukup untuk membuat kenyang negeri ini

Hingga dating hasil panen


Dengan kapal-kapal laut
Bukan dari gerobak-gerobak tua
Yang ditarik kerbau jantan dan betina

Di antara redup dan terang matahari


Sejumput asa mengetuk nurani
Inikah gemah ripah loh jinawi ?
Madiun,21-04-2018

64
43.

M.Asep Saypulloh

Drama Penguasa

Episode demi episode selalu ditunggu


Begitu menarik kisah mereka
Naskah yang begitu runtut ditulis
Menyajikan tontonan yang epik
Mulai dari komedi sampai tragedi
Mulai dari sok suci sampai lupa diri
Terjerat korupsi malah pergi
Dipublikasikan di tv malah pasang gigi
Seakan ceritanya tak berujung
Satu aktor meng-klimakskan ceritanya
Satu aktor memulai perannya
Sungguh gokil negeri ini
Para penguasa jadi bintang FTV

65
44.

M. Rofiqi Fahmi HR

Sebatas Mimpi

Bangsaku sungguh indah nan elok


Yang telah diciptakan oleh-Nya
Tapi membuatku tertawa
Dengan bangsaku

Lenyaplah
Seperti daun malam
Belum terhembus angin suci
Yang menyeruap pada samudra
Untuk mngelurkan amarahnya

Mabuklah
Seperti capung malam
Yang belum terampung hidupnya
Susah dipandang
Tapi rindu di pandang

Tehembuslah oleh waktu


Terlelaplah oleh jiwa

Bangsaku hanya dijadikan guyonan bersama


Yang tak menghasilkan apa-apa

Mari kita penerus bangsa


Tanamkan keadilan dulu
Sehingga kita dapat menemukan mutiara kehidupan
Sumenep, 0-04-2018

66
45.

Maman Empun

Nelayan Tanpa Kail

Sudahkah kau rasakan


Hidup sesak di tanah sempit
Bersama nafas berbau ikan
Dalam tiupan angin laut yang mengganas

Beratus-ratus tahun moyangku


Menguliti pasir dan karang
Dengan perahu yang terbuat dari airmata
Berlayar ke arah gelombang yang membunuh

Lalu diam-diam
Ikan-ikan berlari mengejar sauh
Yang datang dari negeri asing
Menguntit ombak yang kusetubuhi

Aku berteriak garang


Mengusir kapal putih berbendera merah

Namun teriakanku tersapu badai


Kapal-kapal itu menghantam perahu

Kini, aku kehilangan kail dan ikan-ikan

Jika kukembali ke pulau


Kakiku tak kan bisa terjejak
Karena tanahku telah terjual pula

Praya, 2018

67
46.

Marlin Dinamikanto

Di Taman Sarinya Persenggamaan Dunia

meskipun malam telah bersekutu dengan gelap


bahkan sejak lama. Sebelum dunia dibuat ada
atau diadaadakan oleh cerita Bunda Eva yang silap
tentang buah terlarang yang katanya menggoda
seperti cerita yang tersurat di Kitabkitab Samawi
di sanalah kunangkunang menegaskan hadirnya

malam dan segala gelap yang menyertainya


telah membunuh Cahaya. Tapi bukan kunangkunang
yang tak pernah mati sebab ada pedang di dasar jiwa
mengarungi rasa takut yang menggenang
di loronglorong keterasingan manusia
selalu ada cara mengatasi keterbatasannya

Gurun Gobi dan dataran tinggi Himalaya


bukan halangan bagi manusia menyebarkan
air mani yang diolah dari hasrat ke vagina
kehidupan yang terbentang sejak Mesopotamia
melintas Tigris, Samarkhand, India
ada lagi dari Yunan dan Formosa
menjelajah laut luas dan hinggap
di kepulauan nusantara. Itulah kita

manusia kunangkunang Indonesia


membakar gelap dengan nyala kecil saja
sebelum akhirnya pungkas diterjang usia
tak begitu lama. Hanya 70 tahun saja
tapi tak pernah sepi sebab ada hiburan
bersenggama dengan berbagai ras
seperti halnya derkuku dan burung dara

68
melahirkan burung puter. Begitulah kita

tak lagi terlihat asli seperti Kaukasuid purba


tak terlihat pendek gemuk seperti Mongolid
atau hitam legam seperti Negroid. Itulah kita
bangsa yang tak begitu asli kepulauan nusantara
menetap di pegunungan, lembah dan pantaipantai
membawa adab yang tak selalu sama
di taman sarinya persenggamaan dunia

meskipun malam telah bersekutu dengan gelap


bahkan sejak lama. Sebelum dunia dibuat ada
atau diadaadakan oleh cerita Bunda Eva yang silap
hingga keserakahan yang melahirkan cuaca ekstrim
tapi percayalah. Selama Isrofil belum memegang
sangkakala
kiamat masih lama. Paling tidak itulah cerita
dari kitabkitab Samawi purba

Martupat, 18 Januari 2018

69
47.

Masimus A. L. Sawung

Cinta Pembantu
1)
Kulitku begitu terasing dari jemari ibunda
Keningku kering menunggu kecupan basa bibirnya
Tak ada bisikan cinta pada telingaku.
Ibundaku pergi, sebelum sempat kata selamat pagi
terucap.
Bibirku kaku mengeja kata mama,
Sebab saat aku tercipta bersama pagi ibunda telah
hanyut bersama
Deru mesin ibukota.
2)
Jemarinya begitu santun membelaiku,
Dengan tabah ia menemani keseharian kesibukanku
Dengan manja bibirnya mengecup keningku, membelai
rambutku,
Lalu aku tertidur pulas dalam palungannya.
“apa perempuan ini ibuku.?”
3)
Saat berakhir terang, lahirlah kegelapan.
Sedang diluar rumah hujan jatuh dengan sombongnya.
Aku masih digendongannya, menunggu kedatangan
bunda
Yang mungkin sedang tersesat diantara rintik hujan.
4)
Dalam hening ku dengar bisikan
“jangan cemas, dia mungkin sedang dihimpit kemacetan
akibat banjir,
Atau mungkin sedang berteduh dibawah halte sambil
menunggu hujan berhenti
Jatuhkan diri pada tanah. Ayo, aku menunggumu
dikamar. Biarkan bocah itu

70
Sebab matanya akan tertidur pulas, sayang.”
5)
Itu suara ayah,
Lalu kepada siapa dia mengucap kata “sayang”.

Maumere, 02/02/2018

71
48.

Miftahur Rahim
Indonesia Katanya Lucu
Inilah Negeri Indonesia
Yang sepertinya
Kalian juga tau itu semua
Inilah Indonesia kita
Yang katanya menawan
Namun dia menyedihkan
Serupa inikah Indonesia
Mengapa seperti ini kuberkata
Karena sekarang aku sedang diancam oleh fakta
Kau sebut aku pecundang
Ketika kau lihat aku sedang bekerja di ladang
Kau sebut aku pecundang
Saat meneteskan keringat hanya untukku makan
Kau tak terima
Rezeki halal yang kudapatkan ini
Lebih berkah ketimbang jutaan proposal yang kau
sodorkan
Kau sebut aku tak beradab
Saat kumencari hutang
Untuk pajak-pajak yang rajin kubayarkan
Kau sebut aku khianat
Saat kubercerita
Soal hukum yang sekarang tak berguna
Ia meringkus kaum-kaum lemah
Namun, menghamba pada konglomerat yang sekarang
beranak-pinak
Lantas kau akan sebut aku apa
Jika aku berdiri di sini
Mengucapkan apa yang kudapat
Dari semua kejanggalan di tanah ini
Saat perjalanan Kajen-Sokopuluhan
31 Maret 2018, di penghujung petang.

72
49.

Moh. Zainudin

Ada yang Serius, Ada yang Main-Main


Sebagian, barangkali kamu melihat orang-orang begitu
serius
Tak putus-putus mengurus semua supaya terurus
Tak putus-putus rela kurus bagai orang-orang yang setia
bersama lapar dan haus
sampai berakhir saat mega-mega menjadi puncak
peraduan sang surya

tiap hari mereka menggerus karunia menemukan intan


permata
guna dirasa
guna menjaga

segala apa yang diusahakan


tak lepas dari ajaran yang dibawa insan pilihan
bahwa berguna bagi jiwa dan raga
bersama orang sekitar kita
adalah sebaik-baik manusia

Tetapi, sebagian orang tak mampu mengusahakan


tenaganya
Tak terlihat karya nyata
terdengar bunyi nyaring memekakkan telinga

Tubuh kami sudah lemah tapi malah disumpah serapah


Sumpah yang dilontarkan mengalahkan sembarangan
Melampaui batas pengetahuan yang diberikan Tuhan

Ia lebih dulu mendahului tapi tak mengerti


Ditanya soal bukti diukur ahli tak memenuhi
Yang ditebar di mana-mana jauh dari kata damai

73
Yang ditebar kekhawatiran
Menumbuhkan kegaduhan
Menumbuhkan segudang pertanyaan

Apa yang kamu isi mempengaruhi produktivitas mereka


Untuk melangkah pada ladang rezeki-Nya
Padahal pundaknya membawa istri dan juga belahan
hatinya
Kepalanya membawa orang tua yang sudah renta
Cobalah kamu berpikir sungguh-sunguh sehingga kata-
katamu tak dinilai guyon bahkan omong kosong

bertutur hendaknya memantik untuk bangkit dari


keterpurukan
bertutur hendaknya membawa kedekatan pada Tuhan
begitu orang bijak menuturkan

Akhir kita adalah bertemu pada penguasa semesta


Apakah kamu percaya? Seharusnya
Karena kita sama-sama Indonesia
PP. Darul Ulum-Griya Asumta, 27 Maret 2018

74
50.

Moh Zaini Ratuloli

Kopi dingin

yang keras roti roti


roti milik kami
dan angin pun pergi
pergi mencari nasibnya sendiri
Ruth berceritalah pada kami
mengapa bendera harus di beri air seni
lalu kau tinggal pergi
di sini orang-orang masih berdiskusi
bagaimana menurun kan bendera lalu menaikannya
lagi
ferdy bercerita tentang penjahit yang harus membayar
pajak
sementara orang-orang besar di maafkan untuk tak
membayar
negara kapal karam kapitalis
oleng di makan rayap ketamakan
dan kita masih bercerita tentang kopi yang telah dingin
Zaenni Bolli, 2015

75
51.

Mohammad Ikhsan Firdaus

Ibu Pertiwi Sudah Jarang Mandi

Bau badanmu menyebar di darat dan laut


Bibirmu juga kering, pada langit kau memagut
Hey ibu pertiwi!
Kau sudah jarang mandi
Sampai kau berkutu yang buat gatal negeri.
Kau berdaki yang buat dekil ini negeri.
Kau jarang mandi!
Sampai jadi bau menyengat ini negeri.
Air diteguk habis tuan-tuan yang numpang
Sabun habis, tinggal busa yang meletup tiap gelombang.
Hey ibu pertiwi!
Tanah menggoda ciut hidungnya
Air membasahi langsung hilang jernihnya.
Hey ibu!
Pertiwimu hilang diambil tuan penghisap sabu.
Ibu pertiwi, kau jarang mandi!

Bogor, 20 Mei 2017

76
52.

Muhammad Daffa

Indonesia yang Lucu

Satu-satunya keinginanku yang paling mendesak adalah


memproklamirkan kata-kata
Di haribaan negara yang sekarat dan nyaris mati. Aku
tidak bermaksud untuk mengguling titah presiden
dalam megah istananya, atau menggali-gali luka silam
yang sudah terhapus dari ingatan anak bangsa.
Sungguh, aku hanya ingin memproklamirkan puisi
Di haribaan negara yang sekarat dan nyaris mati.
Tapi kudengar nubuat setangkai daun yang jatuh
Pada sabtu pagi, sesudah seremoni hujan.
"Umat-umat-KU yang patuh tak pernah berdendam
kepada yang lebih tinggi dari sekadar kekuasaan
presiden!"
Apakah kami masih berhak bermimpi
Mengajukan pertanyaan dan debar-debar
Yang tak tenteram setelah negara ini merdeka
Tapi masih juga penuh lebam, terluka fatal?
Mimpi-mimpi kami hanya ingin berpuisi di hadapan
bapak menteri
Memproklamirkan barisan kata yang tangguh dan tak
akan pernah terlukai
Di halaman gedung-gedung pencakar langit
Masing-masing ranting, juga dedaunan yang mulai
menguning serempak menggugat

"kembalikan Indonesia yang lucu!"


Surabaya, Februari 2018

77
53.

Muhammad Fawaz

Indonesia
Menari tertawa melihat alam
Tersadar menawan bak salam
Pantai surga bagi penyelam
Melihat indahnya warisan dalam
Meniti tiada henti, demi kekayaanmu nanti
Sangat megah ibu pertiwi
Memangku canda dan tawa ini
Hutan yang rimbun nan hijau
Fauna menyanyi berkicau merdu
Mengawali pagi dan mengakhiri senja bumi seribu pulau
Bintang menari dan bertabur di langit nan biru
Matahari tersenyum menghibur daku
Akankah indonesiaku?
Tidak..... tetap bangkit dan lucu
Setiap saat dan setiap waktu
Pada 23 Des 2017 11.32,

78
54.

Mukhlisin

Jangan Sabar Di Sini

Susah sabar di negeriku


Banyak aturan tak menjamin aman
Di mana-mana hukum macet
Mirip jalanan ibu kota negara
Klakson-klakson egois berbunyi
Saling bersahutan mengundi marah
Saling sesak ....
Saling himpit ....
Saling salip ...
Dan saling mengumpat
Rambu-rambu hanya formalitas
Lebih takut kepada polantas.

Susah sabar di negeriku


Orang miskin dilarang sakit
Ongkos sehat menyentuh langit
Harga obat tak semurah keringat
Dokter-dokter sering datang telat
Padahal nasib pasien sekarat
Katanya serba gratis dan praktis
Faktanya banyak pasien terlunta
Di sebuah kamar puskesmas
Dan, di sebuah bilik rumah sakit
Buang saja kartu sehatmu
Kami lebih butuh kartu sabar.

Susah sabar di negeriku


Vonis hukum bisa didagangkan
Oleh kolaborasi picik para oknum
Semakin mengkerdilkan kebenaran

79
Ibarat jauh panggang dari api
Keadilan hanya milik pemberi amplop
Bertransaksi dari laci ke laci
Berjual beli dari lobi ke lobi
Lantangnya suara ketukan palu
Tak selantang suara nuranimu
Ikan teri dipaksa sering bersabar
Di luar bui, ikan kakap pelesir.

Susah sabar di negeriku


Karena sabar sudah tercemar
Karena sabar barang kelakar
Karena sabar orang bisa modar.

80
55.

Muttaqin Haqiqi

Senandung Palu

Palu beradu dengan landas kayu


Ramai deru gemuruh
Beraneka ragam
Berbeda lagu
Pelan bak belaian angin pada untaian rambut
Pun menggelegar menggetar
Menggertak relung sedalam palung
Ada kala seirama senada
Juga sumbang tak beratur

Palu beradu dengan landas kayu


Senandung sumbang palu
Menggebuk seru ranting rapuh
Meremuk debu
Mengguncang batin kalbu
Ranting bingung sedih dan kalut
Seru haru sedan tak bertalun
Datang diundang diserbu serdadu
Komandan palu dingin dan acuh
Tak peduli ranting hancur mendebu
Palu beradu dengan landas kayu
Terketuk ria, lenggok merayu
Senandung merdu palu
Menyambut cabang bertamu
Cabang riang tertawa
Berdendang bersama berseru

Sungguh pun Palu suka melucu


Bercerita jenaka dagel
Menghibur negeri ini

81
Menggelitik akal
Mengocok perut
Sampai kapan palu terus bersenandung
Sampai kapan terus melucu

82
56.

Naafi’ Fitriani Sri Sundari

Sekedar Mimpi
Indonesia …
Negaraku ya Negeriku
Subur tanahmu
Makmur harusnya rakyatmu
Adil semestinya pemerintahanmu
Sederhana wajibnya gaya hidupmu
Tanpa keluhan kemiskinan dimana-mana
Tiada perkelahian antar suku bangsa
Namun, kenapa semua menjadi lelucon
Seperti kompetisi stand up comedy
Sederhana tetapi menggelikan
Sungguh
Indonesia ….
Mau dibawa kemana negeriku ini?
Mau dibikin kayak apa negeriku ini?
Seperti dagelan yang mengundang tawa cekakan
Seperti cerita sinetron menarik di awal, hilang di tengah
perjalanan
Drama apalagi yang sedang engkau mainkan
Sandiwara apalagi yang sedang engkau rencanakan
Indonesia bak zamrud khatulistiwa
Berangkai dari Sabang sampai Merauke
Indah menawan bila dipandang
Hijaunya hutanmu
Birunya lautmu
Namun semua hanya fatamorgana
Di antara ada dan tiada
Indonesia ….
Namamu harum bak harumnya bunga kesturi
Namun sayang semua hanya sekedar mimpi

83
57.

Najibul Mahbub

Maafkan Kartini

Maafkan Kartini
Sementara ber ibu-ibu
Berkebaya bernostalgia
Kami masih mengerjakan
Soal-soal ujian yang semakin tak jelas arahnya
Sementara membaca sangatlah asing
Bagi kami
Sedang menonton lebih asyik
Mengunggah rasa
Menjadi baper bukannya pinter

Maafkan kami Kartini


Jika kebaya yang kau sandingkan
"Dihujat" dan " dikafirkan"
Oleh sebagian suara
Sedang "ninja" menjadi "idola"
"Pengkapling surga"

Suratmu kepada abandenon kembali


Bertebaran
Memenuhi serambi grup WhatsApp ku
Suratmu kembali
Mengingat kepada kearifan
Dalam beragama dan berbudaya
Karena Eropa bukanlah menjadi idola
Tapi negeri inilah
Moncer luar biasa

Maafkan kami Kartini


Hari lahirnya

84
Kugunakan mencuci baju
Yang telah dipakai istriku
Menyambut miladmu

85
58.

Nazil

Ini Lucu?

Hahahaha
Ini lucu?
Ketika kita ambil sampah disepanjang jalan,
Kita malu,
Namun, ketika kita ambil uang rakyat,
Kita anggap itu nomor satu.

Hahahaha
Ini lucu?
Ketika celaka tersuap harta,
Kita anggap biasa.
Namun, ketika hal kecil terjadi karena tak sengaja,
Kita anggap sengsara.

Dan apakah Ini lucu?


Ketika Semua tertawa,
Semua foya foya,
Semua bahagia,
Semua berpesta pora,
Namun, disudut sana,
Seseorang menangis penuh luka,
Tanpa ada yang menengoknya.

86
59.

Nita Pujiasih
Siapakah dikau?

Aku bertanya pada dikau


Siapakah dikau?
Gayus Tambunan kah?
Neneng Sri Wahyuni kah?
Atau justru Yahya Fuad?
Siapapun kamu yang jelas kau bukanlah Dilan

Hey dikau
Masih sajakah kau begitu?
Janji-janjimu pada rakyatmu dulu
Hah…itu sudah menjadi janji palsu
Lalu masih sajakah kau mengelak?
Jika iya itu sungguh memalukan

Administrasi negara berantakan


Pembangunan tak terselesaikan
Rakyat kecil terabaikan
Lalu masih sajakah kau mengelak?
Jika iya sungguh itu tidaklah adil

Sadarlah dikau para penggelap uang negara


Akan kau kemanakan para rakyatmu
Mau dibawa kemana kemajuan Indonesiamu
Jangan biarkan bangsa ini mati karakter karenamu
Ingatlah
Bukanlah kita meminta Indonesia untuk bisa memberi
kita keuntungan
Namun apa yang bisa kita berikan untuk Indonesiaku
Camkan kata-kata Soekarno itu

87
60.

Nurholis

Pusingan Secangkir Kopi

Kopi panas adalah hak hidung


Aromanya mengepul menjadi aroma terapi
Biar dada tak lagi sesak
Menghirup udara yang mungkin tak lama lagi berbayar

Kopi dingin adalah hak mulut


Yang sewaktu-waktu akan disiramkan pada mulut yang
panas
Sedari lama menahan umpatan ala kebun binatang
Yang jika keluar, maka keluarnya menuju hotel prodeo

Ampas kopi adalah hak wajah


Dibalurkan sebagai cat wajah ala tentara
Bukan untuk gerilya
Tapi sembunyi dari kejaran tikus-tikus penguasa

Cangkir kosong adalah hak sunyi


Kasihan! Kursi goyang mengayun tubuhnya sendiri
Sudah lama sekali mulut-mulut dibungkam rapat
Maka biar cangkir dibanting saja, biar ramai

Kutai Barat, 18 Maret 2018

88
61.

Nur Komar

Nasib Berbeda

Adalah mereka yang binasa


Penjahat ilegal dihakimi masa
Orang-orang paling kotor
Terkapar tertembus pelor
Pendosa paling kurang ajar
Meregang nyawa karena dibakar
Pesakitan yang wajib dikeras
Diketuk palu dengan tegas

Itulah nasib penjahat tak bersertifikat


Terang rendah, tak layak dihormat
Lain halnya dengan penjahat bersertifikasi
Terang dipertuan dengan segala advokasi
Nyawa mereka dijamin tak 'kan melayang
Sebab masa cuma bisa teriak; ganyang!
Jepara, 2018

89
62.

PEmppy C S

Dalam Batok Kepalamu

Jika ku tutup rapat pintu ini


Bagaimana cahaya dapat sampai kesini
Menerangi kegelapan dan menunjukkan jalan
Mungkin juga menghangatkan pikiran
Jika kubuka pintu ini
Akankah debu debu kan merusak sepasang paru
Dan musim membuat segalanya rapuh
Mimpi mimpi yang tumbuh di tiap rumah
Menertawakan aturan yang tak pernah bertahan lama
Para pemburu membuat pagar pagar kemudian
menghancurkannya
Nurani di gunakan hingga di tinggalkan
Apa yang seharusnya di perangi
Apa yang semestinya di pelihara
Bagai Tuhan yang tak terlihat dimana mana
Di tempat ini, kita adalah pikiran
Binging sendiri dengan rimbunan pilihan

90
63.

P.Lugas.N

Jadi Turis

Digusur atas nama kemajuan


sawahnya hilang petani bimbang
perkembangan jaman
petinggi jawabnya lantang
beli sawah murah bangun apartemen mewah
pejabat dirangkul pengusaha sambil bersiul
sawah jadi trambul aturan dibikin mandul
tanah dikapling cangkul kian tumpul
dapur tak jadi ngebul
berasnya mahal rakyat terjungkal
tengkulak nakal terpingkal
pesta panen raya beras lokal
sambut datangnya beras internasional
padinya histeris sawah habis
berjuluk negeri agraris petani jadi turis
petani gelisah rakyat susah
petingginya masih berporah

Kota Bengawan, 28 Januari 2018

91
64.

Pranaja Akbar Suranto

50 Ribu

Di sisi kanan bawah


celana jeans ku
terselip satu sisa nafas
yang setiap saat bisa saja tersublim
oleh guratan keringatku
Aku tahu,,
di setiap hentakan nafasku
bukanlah gairah berbinar
seperti indahnya warna
yang ada di sisi celana jeans ku
Baeklah,,
ku beri harapan hari ini
untuk tak akan menyentuhnya
karena dia yang terakhir
Dan dia adalah,,
bernilai 50 Ribu saja
Walau angka yang tertera
tak sebanyak angka impian semalam
tapi dia yang mampu mengganjal
batas hari dan batas nafasku.

92
65.

Purnama Sari

Aktor Manis nan Lucu


Cukup !
Tolong hentikan !
Perutku sudah mulai kram
Entah karna lagamu membuatku geram
Atau mungkin aku yang makan nasi garam
Ku harap tawa sampai dirumah Tuhan

Yang katanya ingin mengabdi untuk negeri


Detik ini buatku bertakjub ngeri
Menglingkarkan lengan ke pundak si miskin pilu
Agar di coblos saat pemilu

Lucunya tuan
Ternyata begini serunya drama kehidupan
Sudah disiapkan setumpuk naskah selaci
Menunggu tikus berdasi beraksi

Manisnya anda
Negeri ini tak butuh gula kata palsu
Ataupun teater melucu
Tak nampakkah kau rakyat berselimut debu ?
Sedangkan kau masih saja memasang wajah lugu

93
66.

Raden Rita Maimunah

Wong Cilik

Hukum buat wong cilik


Pada tahun tahun yang telah lewat
Nenektua duduk di kursi terdakwa inginkan rumah
Nenektua istri pahlawan veteran
Dihadapkan pada aparat hukum dalam usia renta
Kisah kehidupan rakyat kecil
Perempuan diambang senja berjalan tertatih
Dengan beban diatas kepala
Terduduk ditrotoar menghitung ribuan lusuh
Hanya itu yang di dapat
Demo terjadi dimana-mana bikin rakyat resah
Pemikiran-pemikiran belum lagi tuntas
Sampai kapan ?
Sementara ranah prostitusi masih menjadi ajang bisnis
Anak-anak SMA jual beli sesama mereka
Gaya hidupkah atau himpitan hidup
Kehidupan malam tidak diperkenankan oleh norma
manapun
Disatu sisi lendir dan desah nafas masih menjadi
penghasilan
Masih tersimpankah norma
Masih ada lagi derita rakyat
Gadis kecil 5 tahun pengamen jalanan
Mencari makan dari satu mobil ke mobil lain
Mengharap recehan jika ada yang iba
Tak ada yang dapat kita lakukan
Selain diam membisu, menatap dengan hati iba
Karena rasa tak dapat diwakili oleh kata
Padang , 5 April 2018

94
67.

Raditya Andung Susanto

Menonton Televisi

Bumi sudah tampak ramai

Kabarnya ;
akan ada sinetron baru
yang diputar di stasiun swasta
nasional hingga mancanegara

Ada guyonannya, seriusannya


ada juga yang cuma banyak bicara
saat adegannya

Trailer akan diputar setiap hari


Pamflet dan baliho sudah disebar
ke seluruh penjuru negeri

Segera tayang 27 Juni 2018


di televisi kesayangan anda

Jangan nonton, berat


kamu gak akan kuat. Biar aku saja

; kata ayah saya

Bumiayu, 8 Maret 2018

95
Raditya Andung Susanto

Selamat datang di Indonesia

Hubungan Tuhan dan hambaNya


Sedang tidak akur
sebab mereka lebih suka berdoa di sosial media

Yang bercadar dikatakan teroris


Orang telanjang dada;
Matanya merem melek
Uhh. erotis katanya

Anak kecil sibuk dengan gadgetnya


Nonton drama korea
Anak muda dan orang tua
Sibuk. Sama televisinya
Nonton upin ipin dan kawan-kawannya

Kumpulnya rame-rame
saling diem pegang hape

Kalo ada mahasiswi berpakaian syar‟i


diusir dari perguruan tinggi
anda sedang berada di negeri selucu ini ; NKRI

Bumiayu, 11 Maret 2018

96
68.

Rahmat Akbar

Di Negeri Seribu Wajah

Bila kau ingin melihat Negeri seribu wajah


Tidak perlu harus jalan-jalan ke luar Negeri
Sebab kau tidak akan melihat tikus dan kadal pemuas
diri
Di Negeri seribu wajah orangnya lucu berpakaian rapi
Mereka duduk di kursi dan malam-malamnya terus
mencuri

Bila kau ingin berjalan di Negeri seribu wajah


Maka kau akan melihat tikus dan kadal ramai di televisi
Mulutnya manis tapi berbau terasi
Mereka umbar senyum-senyum penuh pasti
Padahal, sebenarnya itu hanya sebuah amunisi

Di Negeri seribu wajah


Manusia bermata merah bersuka ria
Demokrasi memang benar terjadi
Tapi mereka tidak pernah perduli
Sebab di Negeri seribu wajah tikus dan kadal hanya
mementingkan diri sendiri

Di Negeri seribu wajah derai air mata berpesta pora


Di kolong jembatan
Di emperan toko
Di diskotik
Di jalan-jalan kota sampai pelosok desa
Lalu ada seorang yang tertawa ria: yaitu‟
Tikus dan kadal yang menggambil hak saudaranya
sendiri

97
Di Negeri seribu wajah
Istana bertrali besi bagai rumah sendiri
Bebas keluar ke sana ke mari
Bahkan ada yang bisa jalan-jalan ke Bali
Makanya tikus dan kadal hanya senyum
Sebab hukum hanya dijadikan sebuah ilustrasi

Di Negeri seribu wajah ada anak-anak Negeri


yang masih setia berorasi
Berdoa agar tikus dan kadal yang berpakaian rapi
Menggingat tentang amanah yang suci

Kotabaru, Maret 2018

98
69.

Rahel Tambun

“Kerinduan akan Pembebasan”

Kita adalah anak-anak bangsa yang ditirikan,


Pembangunan di Negeri ini tidak tumbuh untuk anak-
anak tiri Negeri
Tapi berdiri atas industri pengusaha asing yang
berinvestasi untuk meraup kekayaan alam ibu pertiwi

Kitalah bangsa yang ditendang menjadi gelandangan


Kita bersama telah menjadi pengungsi di tanah leluhur
sendiri

Orang-orang tiri di desa


Berhamburan mengejar mimpi-mimpi di kota
Menjadi tenaga pekerja oleh orang asing yang semena-
mena hanya untuk meraup kekayaan di Negeri sendiri

Sampai kapan..
Aku, kamu dan kita
Bisa merasakan kedamaian, kenyamanan dan tidak
adanya lagi kesenjangan sosial dalam Negeri kita ini

Siapa yang kita salahkan?


Siapa yang kita tuntut?
Siapa yang akan bertanggungjawab?
Kawan..
Kita siap tergilas jika kita terpaku dengan kondisi.
Bogor, 21 April 2018

99
70.

Raidhatun Ni’mah

Dalam Diri Kita

Dalam diri kita,tidur seorang pesulap dan seorang lagi


pelawak
Saat dunia jadi ladang pesugihan para tikus
Pesulap dalam diri kita beraksi,merapal mantera :
ada teriakan,
Rintihan,
Kadang bisikan.
Pesulap melempar diri pada api
Membakar dalam koyak demonstrasi

Yang kata-katanya membara


Lebur pada abu dan tiada

Sementara pelawak itu kagum,berjaga-jaga


disudut website
Diam-diam mencatat bara kata
Yang tiba-tiba terasa mengocok perut
sok pancasilais
dalil Negara coreng moreng
“sejak kapan jempol jadi tuhan?”
Sejak tuhan tak lagi tinggal dalam diri

100
Raidhatun Ni’mah

Peragu

Kita ini peragu


Sering bertanya
Tapi tak tahu apa atau siapa

Melempar kosa kata


Yang haus akan rasa
melontarnya jadi api
Yang lelah pada asa
menusuknya jadi beku

101
71.

RB. Edi Pramono

Sang Raja
Duhai sang raja,
datangmu mengobrak abrik ladang kata
kami dipancung kapak kapak media
dari segala penjuru
satu kisah nyata
menjadi banyak versi beda
entah kebenaran ada di pihak mana
boleh jadi semua serba pembenaran

Duhai sang raja,


andai engkau bisa berbahasa Indonesia
dan engkau baca semua media
apalagi yang maya
mungkin engkau akan kembali muda
oleh tawa tanpa jeda
membaca kekonyolan demi kekonyolan
di berbagai tautan
ataupun status picisan
yang bodoh dan yang pandai
tiba-tiba menjadi sama
sama kelasnya
sama mutunya
berlomba mengais sampah kata kata

Duhai sang raja,


jangan jangan justru baginda
pingsan tertawa
Selamat datang di negri para dewa
yang mabuk tanpa arak dan tanpa tuak
Jogja, 2 Maret 2017

102
RB. Edi Pramono

Impor Lucu

alangkah lucunya negri ini,


aih, entahlah lucu atau ngeri
setelah berbagai subsidi dicabuti
tax amnesty malah menyasar rakyat kecil dalam negri
ada wacana impor guru besar untuk perguruan tinggi
impor sapi ditambahi
impor uang semakin tinggi
impor beras saat panen raya terjadi
impor garam tiba-tiba sudah terjadi
di Madura, garam lokal bergunung menunggu pembeli
sekarang impor perdana cangkul untuk petani
haiyaa, jangan jangan sebentar lagi akan impor ideologi
hihihihihi

Jogja, 2 Maret 2018

103
72.

Riki Utomi

Badut-Badut Negeri

topeng itu melekat di wajah asli.


dibawanya kemana-mana.

topeng rombeng betapa indah


sebagai kepalsuan untuk duduk disana.

aha, itu apa? palu dan tafsiran luka?


biar saja, toh akan diam sendiri dan
bungkam dihimpit waktu.

“mau kemana”? tanya kursi.


“minggat dulu, ngopi di sebelah senayan.”

“nggak ikut rapat?” tanya meja.


“jangan khawatir. nanti tinggal
buat keputusan.”

lalu badut ongkang-ongkang sambil


merokok. ngopi wara-wiri mirip
lukisan yang tak jadi.

“kamu tahu kan di sakuku ada apa?”

tukang kopi menggeleng.

“ada tiket masuk penjara! setidaknya


cater dulu, nanti sip lah.”

tukang kopi tersenyum sambil


menjentikkan jempol dan jari tengah.

104
“mari kita rayakan dalam lubang saja.”

badut terperangah.

“ya. lubang kuburan.”

si badut tertawa, menumpahkan isi perutnya.


barangkali ia tak mampu lagi membuat lubang
kuburannya sendiri.
(2018)

105
73.

Rizki Andika

Indonesia Menonton Bioskop

sepuluh ribu untuk tiket


masuk tanpa alas kaki
kursi kayu didapatnya
kisah mendatar dimulai

tak ada serius kali ini


layar makan tawa kering
perut buncit berisi kenyang
sisa jabat piring di bawah meja

kenal pemain dan sutradara


di layar adalah nikmat alur
sembunyi bukan tak kuat
biar cerita jadi menarik

pejabat kuasa main


jadi pemeran utama
indonesia menonton
di bioskop monoton
Karawang, April 2018

106
Rizki Andika

Warisan

sekarang sudah sampai kepala tujuh


dan sebentar akan jadi delapan
maaf aku harus begini bung
ini ada yang tak waras

sekarang orang sakit mimpin negara


mereka buang hajat kok di gunung
sungai jadi tempat cuci bokong
orang miskin dibikin kursi
agama dilelang murah

rakyat kecil simpan harapan


di sela pantat bandit politik
betapa kotornya posisi asa
di antara kelamin dan lubang

begini maksudku
bung warisanmu:
pancasila
hanya syarat upacara
Karawang, April 2018

107
74.

Rizky Saputra

Negriku Amat Lucu

Mendengar namanya, tak hanya sekedar rasa bangga


Menyerukan negeriku, bukan cukup pada keelokannya
Negriku amat lucu,
Kata orang, tongkat kayu pun menjadi tanaman
Batu yang ku tanam, mampu menghijaukan alam
Tiap kumerasa lelah, ku dapat menyelam dalam kolam
susu
Negeriku, dimana lautnya lebih luas dari daratan
Bangsaku bukan hanya dikenal karena kebersatuannya
Melainkan perbedaan dan ragamnya, yang tak biasa
orang dapat menyatukan
Negeriku amat lucu,
Dihuni orang orang hebat, lebih hebat dari pahlawan
dalam buku cerita
Peluru membelokkan diri, ketika berhadap dengan
bangsaku
Senjata berlaras samudera pun, dengan sendirinya
menyerpihkan diri
Bangsaku lucu,
Tak berbekal senjata emaspun kami dapat berdiri,
Meski berpeluru biji delima pun, kami tetap maju
Bangsaku memang tanah para pendekar ...
Negeriku amat lucu,
Berjuta rakyatnya, beribu pulaunya, tak terhitung lagi
perbedaannya
Kami tersenyum karena kami terus bekerja
Kami tertawa, namun kami berani untu Indonesia.

108
75.

Rizqy Fajarreza

"lelucon negara"

Negaraku lucu..
Banyak kecoa kecoa membangun gedung gedung
pencakar angkasa
Dengan pekerja belatung belatung dari desa
Tapi negaraku lupa untuk membangun SDM
masyarakatnya

Rakyat negeri ini lucu.


Ilmu ilmu bertebaran di pelosok jalanan dengan matah
hati nurani
Seperti malaikat menaburkan hujan
Setiap orang berebut dan mengambil dengan lidah
menjulur ke langit
Tapi rakyat negeri ini lupa caranya menggunakan ilmu
Mereka hanya membodohi lawan mainnya di arena
kekuasaan

Negaraku lucu
Ideologi Pelakorisme terus tumbuh subur diantara
selangkangan rumput liar
Dengan mengatasnamakan "berjuang melawan
penindasan para janda" merdeka haha 2x
jatibarang april 2018

109
76.

Roni Nugraha Syafroni

Kicauan

Sepoi angin yang datang,


Merebahkan badan, asyik!
Tak terkira padam menjelang,
Itu tanda banyak jangkrik.

Pergi berpacu dengan tidur sang matahari,


Malu matahari pun belum terjaga.
Tapi sudah ada terlihat diri,
Katanya membela bangsa.

Ah sudahlah mungkin ini adalah yang terbaik,


Dari kuasa Ilahi Robbi.
Hanya sekadar berkicau di depan memang menarik,
Ya inilah semuanya yang ada di hati.

Cijerah-Telukjambe Timur, Maret 2018

110
Roni Nugraha Syafroni

Racun

Kursi seringkali menjadi saksi,


Pada nafas-nafas deru kedudukan.
Sering bersitegang hingga renggang mati,
Tiadalah lagi puing-puing peradaban.

Mulut hingga putih tiada lagi yang percaya,


Semua sudah mabuk-mabok semua.
Dendang sudah lagi tak mempan, pak!
Dan ya inilah senyuman murni kami.

Melingkar tiada guna,


Walau rupiah terbang melayang.
Kami di sini hanya menyeringai,
Senang senang ha ha ha . . .

Cijerah-Telukjambe Timur, Maret 2018

111
77.

Roymon Lemosol

Mengejar Mimpi Ke Senayan

mengejar mimpi ke senayan


aku terpeleset dan jatuh ke dalam selokan
penuh comberan

beberapa ekor kadal tertawa menawan


seakan lelucon sedang mereka tonton
di panggung hiburan

sebisa mungkin aku coba berdiri dan tersenyum


sekadar menyamarkan perih yang menusuk sampai ke
sumsum
tapi yang tampak adalah kecut

ha, aku tak pandai menahan rasa sakit


seperti sang mega bintang yang sengaja
membenturkan kepalanya ke tiang listrik
aku malu

Ambon, Februari 2018

112
78.

Sami’an Adib

Menunggu Badai Berlalu

aku baru sadar kalau hidup di negeri ilusi


konon tanahnya subur yang diidamkan petani
yang hobi menggemburkan tanah semaian mimpi
sepanjang penantian musim panen yang tak kunjung
sampai

aku baru sadar kalau hidup di negeri euforia


setiap diri berharap histeria tepukan semata
pemuka agama bangga didapuk menjadi politisi
politisi sibuk merancang misi membangun citra diri
penguasa gemar mengasah taktik menjadi pengusaha
pengusaha menguras bumi demi membangun istana
selebritis tak pernah berhenti mencipta sensasi
membeli palu pengadilan yang beralih fungsi
menjadi barang komoditi bernilai tinggi

yang kutahu sampai kini, aku hidup di negeri kutukan


bersama Malin Kundang yang durhaka pada ibunya
juga Rara Jonggrangyang jitu tipumuslihatnya
atau aku yang terkutuk menjadi seonggok piala
yang diperebutkan para kontestan pemburu tahta

aku tak tahu sampai kapan leluconini akan berlalu


menertawakan semua kenangan pilu paling ngilu
sementara orang-orang sudah tak sabar menunggu
kumandang melodi syahdu: badai pasti berlalu
Jember, 2018

113
79.

Sang Agni Bagaskoro

Riang Penjual Undang-undang

Ia telah menyatukan harga diri dengan nilai tukar,


Sebagai ganti dari kebebasan yang tak terhitung
jumlahnya,
Meninggalkan ikatan manusia hanya untuk kepentingan
ia semata-mata,
Terhanyut ke dalam lautan penuh egois

Yang telah disahkan oleh undang-undang dan tidak


boleh dibatalkan,
Ia telah menetapkan satu-satunya kebebasan yang tak
berakal,
Dijual dalam ruang bernama perdagangan bebas,
Menjadikannya seperti hewan yang sangat berkuasa

Terlampau banyak yang diperdagangkan,


Terlampau cepat musnahnya peradaban,
Kecuali moral yang selalu disembunyikan,
Lalu sekarang siapa sebenarnya yang menjadi korban ?

Celakanya ia tetap selalu merasa berkorban,


Dengan semua norma dan masa dalam sebuah undang-
undang,
Yang selalu dipasarkan namun tidak pasaran,
Pedagang yang tidak lagi berbau amis.

Caranya berbicara didepan yang suka mengada-ada,


Dibelakang juga turut memaki-maki tanpa henti,
seolah-olah kami ini orang-orang tuli,
Cukup biadab bukan ?

114
Apakah perlu penglihatan yang mendalam,
Untuk memastikan rasa rakus itu menggenang dimana-
mana,
Dari liur-liur yang cukup menipu,
Yang mampu menguasai pikiran pada waktu pemilu.

Jakarta, 12 November 2017

115
80.

Sapin Ahmad

Orang miskin

Dulu bagi orang miskin meminta itu malu, Gengsi


Katanya Lebih baik memberi dalam kelaparan.

Kini, Meminta-minta berkedok bantuan


dengan sebundel kliping-kliping
Bertuliskan bakti sosial
Bertebaran disetiap ketukan pintu.

Diam-diam dia berkedok bakti sosial;


Mengumpulkan beras bernonsubsidi
untuk menanak nasi.

Katanya itu bukanlah menita-minta


Itu Rezeki namanya.

116
81.

Septiannor Wiranata

Hukum di Negeri Merdeka

Di suatu pagi
Di stasiun kereta api
Kudapati sang mawar tanpa duri
Merahnya telah berubah pucat pasi
Ia tampak telah dilucuti

Perasaan menyesal ia seorang diri


Karena telah merasa di khianati
Oleh seekor serigala yang melarikan diri
Entah kemana membawa semua kelopaknya pergi

Kini ia tahu sang singa penguasa rimba itu adalah


komplotan serigala
Karena tutup telinga mendengar kabar berita
Ketika mawar mengadu peristiwa
Yang telah mendapat tipuan belaka dari serigala

Auman singa menutup sidang perkara


Memvonis serigala hanya dengan satu bulan
penjara
Padahal sang mawar rugi ratusan juta
Ribuan mawar kecewa
Terhadap keputusan singa yang tidak bijaksana
Karena menerima upah dari serigala

Akhirnya kini sang mawar tinggal cerita


Tubuhnya hancur dilindas kereta

117
Karena kecewa dengan hasil sidang perkara
Mawar mati meninggalkan sebuah tanya
Tentang kemana keadilan hukum dinegeri yang
katanya merdeka
Kotabaru, 19 april 2018

118
82.

Sarwo Darmono

Lucu Ning Ora Lucu


(Geguritan)

Nek ndelok Kahanan kang ana , Kudune pancen Lucu ,


Ning sak jane ya.. ora Lucu
Ora lucu dikongkon lucu. Wis Lucu Ora ana sing ngguyu
Ana sing ngguyu karo Mecucu . Ana sing ngguyu karo
mlayu
Gek.. ra lucu kepiye…?
Ora Lara digawe Lara , Larane mung kala kala
Yen perkarane di Bwyowara
Dadi panguwasa isone mung Cidro
Dadi Panguwasa gawene mung numpuk Arto
Ora peduli Kawulone Urip Sengsara
Jarene dadi Panutan Kawula, Ngerti Paugeran Agama
Duwe perkara di tinggal Lunga
Umpama Yuswa…… Kadyo Surya wis jam Lima
Kudune dadi tulada Utama
Kudune Luwih nyedek marang kang Kuwasa
Ora malah Gawe Gara gara, Ndadekna kahanan kurang
Prayoga
Lha… Piye Leh ra Lucu , Sing Blaka malah ora dipercaya
Sing Blaka dikuya kuya , Sing Blaka dianggep Cidro
Sing Blaka dianggep Mung Golek Asmo
Embuh Ora Weruh , Iki Lucu apa ora
Isone mung ngguyu , Ngguyu sing ora Mutu

Lumajang Kemis Kliwon 1 Maret 2018

119
83.

Sigar Aji Poerana

Di Mana Antremu?

Tungkai yang lelah dan mati rasa tak menghalangi


Matinya pendingin ruangan bukan alasan untuk keluar
Hanya aku dan laparku
Dan seorang yang lainnya sudah mengambil gilirannya
Melangkahlah kakiku pada wanita penuh ramah dan
tangan terbuka
“Makan disini atau bawa pulang?”
Seraya aku membuka mulut
Belum pula frasa itu terucap
Dan seorang bapak paruh baya mengambil tempatku…
“Maaf ya, De. Saya buru-buru”
Hanya itu
Enam kata yang keluar dari mulutnya
Setelah serasa enam jam aku menunggu…
Tuan, sungguh, aku harap antre matiku pun disela
olehmu.

Mudahnya Cari Makan dan Jabatan

Kau mau yang cepat?


Ada

Kau mau yang mudah?


Tentu ada!

Di negeri ini banyak yang instan


Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini.

120
84.

Siti Faridah

Lucu, Tapi Bukan Untuk Jadi Bahan Tertawaan

Lucunya negeri ini


Hukum hidup seperti alang-alang liar
Bebas tak beraturan
Seakan akan berada ditangan penguasa
Para kuasa lah yang menciptakan hukum dan keadilan
Sungguh tidak adil bukan ?
Kaum lemah hanya bisa diam
Diam dalam seribu bungkam
Seakan jadi permainan para penguasa
Kenyataan ini berkembang dengan adagium
“hukum tumpul ke atas, runcing ke bawah”
Sadis terdengarnya
Namun itu faktanya
Kita tak bisa buat apa apa
Semua mengalir layaknya air yang ada disungai
Tak bisa dihentikan apalagi disendat
Karena itu akan membuatnya rusak
Berantakan
Layaknya negeri ini
Yang lucu
Tapi bukan untuk jadi bahan tertawaan

121
85.

Siti Fatimah Suwito

Ih Kok Gitu

Saban hari aku bingung,


negeri ini bentar-bentar heboh
Sukanya rame-rame, berkelompok, kompak
nyatanya sakit sendiri dan mati

Semua orang terkadang mendadak cerdas


Pandai berbicara ini itu
Sampai-sampai cacing itu bagus untuk dimakan
Berprotein, duh mules!
Ah lucunya, karena kau berposisi

Tiap kali lihat TV jidatku suka mendadak tua


Bisa-bisanya ongkos makan naik daun karena minyak!
Duh tilang besi selalu berputar 24 jam bos, nyatanya aku
terbakar jenggot

Dan antara awal akhir kalender nilai rupiah tak berubah


warna
tragis karena aku tak berdasi

Aku pun mengeluh, karena aku tercekal oleh kata


anak siapa,
sekolah dimana,
ada duit?
Ihhh ini orang kelaparan

Permai, 15/4/2018

122
Siti Fatimah Suwito

Galau

Dimana-dimana orang suka tersenyum sendiri


Entah apa yang terjadi
Tau-tau merasa pedean
Dengan kotak persegi ala kekinian

Dengar-dengar pada capek jadi penonton


Semua berlari mengejar sensasi
Coba-coba belajar berdialog bebas
Berharap masuk insan terlucu

Pagi ini bertebaran foto-foto berdasi


Aku tertawa karena pada promosi
Bikin jantung ku tak kumat lagi
Yahhh tawaran hidup enak

Tiap hari selalu uring-uringan


Hujan datang sukanya mendadak
Pengamat cuaca menggalau
Yahhh kusut wajah
Palembang, 21/4/2018

123
86.

Siwi Puji Rahayu

Narasi Tanah Indonesia

Seribu tangan bertepuk dari ujung Sumatra


Begitu lihai dan elok dipandang mata
Seribu tangan menepuk dada,
terketuk panggung jalan raya para sahaya

Indonesia tanah air beta


Seribu puja-puja terbang dari Tanah Jawa
Tatkala ksatria putus asa, datang semar membawa fatwa
Meskipun, terselip dalam perutnya

Sungai Musi menyisir jejaring pancing


Tetap tenang, tak terkoyak tajamnya bambu runcing
Namun kini, apabila pangkat berbicara
Sergap dipercaya
Tenangnya asa dapat kalap seketika

Angin mamiri berhembus


Mengikuti arah mata angin yang tak ia kenali
Sampai puncak Kilimanjaro
Ada pesan untuk Indonesia
Bijaksana bukan untuk panggung sandiwara
Segala upaya bukan untuk gelak tawa semata
Karena Pancasila, Indonesia ada

Jakarta, 21 April 2018

124
87.

Snta Ayuning Tyas

Indonesia Negara Siapa?

Indonesia negara siapa?


WNI antri mencari kerja
WNA antri masuk kerja
WNI di gaji seadanya.
WNA di gaji berlipat ganda

Indonesia negara siapa?


Orang asing menjadi penguasa
Pribumi menjadi budaknya
Orang asing yang memerintah
Pribumi susah payah menjadi pekerjanya

Indonesia negara siapa?


Orang lain semakin lama semakin kaya
Rakyat sendiri semakin lama semakin susah
Datang nya orang asing bukan membuat sejahtera
Datang nya malah semakin membuat susah

Indonesia negara siapa?


Semakin lama orang asing semakin membuncah
Menguasai segala sektor yang ada
Rakyat semakin menjerit dimana-mana
Karena Indonesia akan dikuasai mereka
Orang yang tak punya hati dan hanya mengejar dunian
semata

125
88.

Soekoso DM, (Purworejo)

Di Negeri Dagelan

di negeri dagelan orangorang berjingkrak di altar licin


sebebasbebasnya mereka menginjakinjak aturan main
tanpa rasa salah kala menyerobot antrian dan lampu
merah
di tiap tikungan orang mengangkat diri jadi pak-ogah *)
bertangan dingin menyogok punggawa negeri menikahi
rasuah

di kawasan lelucon orangorang tak henti ketawa lebar


kala saksikan diri mereka sendiri di cermin kontroversi
dalam hal pemilu pilih siapa saja calon yang bayar
perihal rizki pilih demitdemit pengganda duit
dalam hal politik pilih partai yang cantik dan kebal
kritik
perihal ekonomi pilih bank yang bisa dikemplang
dalam hal subsidi pilih jadi warga miskin paling gombal
bicara bisnis pilih jalan tengah, ½ haram ½ halal
dalam hal budaya pilih segala yang beraroma gejolak
nafsu
atau menenggak narkoba demi kenikmatan serba semu

di negeri jenaka bencana disulap jadi proyek em-em **)


para broker siapkan manajer boneka yang bisa jadi a-t-
m
bersama thuyul dari lorong legislatif, eksekutif atau
yudikatif
di ruang remang mereka berdiskusi rencanakan aksi
bagaimana teknik tikus dan coro menggerogoti pundi
negeri

126
di negeri humor segala pun menjelma guyonan kece
menjelma thukul, menjelma soimah, menjelma sulee
menjadi stand-up comedy, menjadi semau lu semau
gue!

2017, bumi bagelen

*) pak-ogah : tokoh pemalas dalam cerita anak „Si Unyil‟


yang
kerjanya selalu minta-minta uang dengan cara jenaka.
**) em-em : milyaran

127
Soekoso DM :
Kontes Kentut
cerrrt cerrt cert! – di kamar mandi keluarnya seret
: ssst, rejeki bakal mampet

thut thut thuuut! – di tempat umum aromanya kecut


: huss, dompetnya makin butut

pruup pruup pruup! – di kantorkantor amisnya terhirup


: dhuh, jelas ada yang dikorup

kentut ooh kentut!


sosok tanpa wujud bisa bikin cemberut
– kalau tak keluar bisa bikin sakit perut

bless bless bless – di pasar baunya makin bikin gemes


: whess ewhes, nasibnya bakal ambles

brot brrot brroott – di teras istana campur ampas pispot


sampai para satpam jadi repot
: boss, ada pejabat akan di-reshuffle, e e – dicopot!

kentut ooh kentut!


monster tanpa bentuk berdaya gunung kelud
– kalau meletus semaunya bikin bisnis bangkrut!

(hai Indonesia! kenapa kontes kentut terus terjadi


padahal kentut = kongkalikong atawa kolusi & korupsi
baunya bak bangkai tapi barangnya sulit dicari!)
2018, bumi bagelen.

128
89.
Sokanindya Pratiwi Wening
Tiang Listrik
kekasih,
apa kabarmu hari ini?
kutahu kau pasti bersedih
kekasih,
jangan murung dan termenung ikhlaskanlah karena itu
sudah terjadi....
aku tahu,
tiang listrik yang kita jadikan
tonggak cinta
tempat biasa kita janji bertemu
kemarin telah ternoda....
kekasih,
tenangkan hatimu
walau tiang listrik yang biasa kau peluk
saat gigilmu mengamuk -
rindukan aku yang jauh,
kemarin telah terluka....
tiang listrik ditabrak papa
kepala papa benjol tak sebesar jengkol
papa luka parah
berdarah-darah
pingsan, amnesia, entah besok gila
atau sudah?!
kekasih,
bersyukurlah
tiang listrik kita luka tak separah papa
ia ternoda bukan oleh maunya
hanya takdirnya
dicium paksa oleh mobil papa,
papa yang sanggup menistakan dirinya
menghindar dari kejaran kapeka...!
Krueng Geukueh, 17/11/2017

129
90.

Sri Budiyanti

Berita dari Negeri Tetangga

Tak kudengar lagi macan Asia mengaum


Mungkinkah tertidur?
Oh....ternyata
Kudengar berita dari negeri tetangga
“Macan Asia taringnya patah”
Oh....tidak
Dan kudengar lagi, mereka bercerita
Tentang negeri yang amburadul
Seperti kapal pecah
Tak lain adalah negeriku sendiri
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak
Aku hanya bisa mengelus dada
Karena aku hanya pahlawan devisa
Hatiku semakin teriris
Ketika melihat koruptor di negeri tetangga
di hukum mati
Tetapi, koruptor di negeri sendiri
Malah dibela sampai mati
Rasanya murka
Kenapa negeriku sangat hina?
Demak, 22 Januari 2018

130
91.

Sri Sunarti

Aku masih berdiri

di punggung bumi yang melahirkan banyak kekayaan


di gigir pantai yang menyembunyikan mutiara manikam
di indahnya geliat wisatawan yang snorkeling
ikan-ikan cantik bertebaran di bawah karang laut
negeriku kaya ikan hingga harus mengimpor ikan
dari negeri saudara tua
hingga cacing berprotein tinggi bertengger di ikan
kemasan kaleng

Aku masih berdiri,


di gigir pantai jauh menatap
negeriku subur hingga harus mengimpor rumput laut
dari negeri sebelah
mengekspor pasir untuk reklamasi hingga laut abrasi
lalu kapal-kapal asing berlalu lalang mencuri ikan
dan siap dtenggelamkan
negeriku kaya tetapi selalu kekurangan
negeriku dijaga tetapi selalu kemalingan
lalu siapa pemilik dan penjaga negeri ini
Aku masih berdiri, digigir pantai
Tersenyum dalam kepahitan

Indramayu,2018

131
Sri Sunarti

Negeri Impor

terik menerpa jalanan tak bertepi


di antara ayunan langkah laki-laki bertelanjang dada
menuju pematang menjemput asa
di antara tumpukan jerami yang terangkum
di setiap musim tiba
tapi semua melimpah di negeri subur penuh hasil bumi
sementara ia tak kuasa melawan regulasi impor beras
yang menggilasnya
di jargon negeri kaya swasembada pangan
lalu apa yang tersisa, kedelai,pupuk,pestisida,garam
dan deret daftar barang impor lainnya
hingga dosen impor isyu terkini
tak kuasa menepisnya , membanjiri negeri ini
sampai semburat merah di kaki langit menjemput senja
langkahnya tak surut dan kian pasti
untuk tetap berdiri tegak menjadi tuan di negeri sendiri

Indramayu, 2018

132
92.

Syaiful B. Harun

Sebentar Merah

Hijau menyala :
Roda-roda dua melaju
Melewati garis hitam-putih
Seperti berlomba

Kuning menyala :
Roda-roda dua berlomba
Adu cepat, salib-menyalib
Melewati garis hitam-putih
Daripada menanti dua menit

Sebentar merah :
Roda-roda dua berpacu
Sekencang-kencangnya
Dari gigi satu lompat ke gigi tiga
Gedubraaak! Di garis hitam-putih
Dua gigi berlompatan di jalan
Palembang, 2018

133
Syaiful B. Harun

Di Negeri Mati

orang-orang mati
bukan di kamar mati
tapi di pematang, hutan, dan kali
bukan gempa atau tsunami
tapi negeri hilang hati

di negeri mati
setiap datang hari memilih
orang-orang seperti zombi
gampang diambil-alih :
lembar bergambar dwitunggal berpeci
Palembang, 2018

134
93.

Syahriannur Khaidir

Njentit

Tilik-menilik
Sidik-menyidik
Utak-atik
Makar di tiang listrik
Pejabat nyentrik
Kartu elektrik
Meja hijau pelik
Hakim bisik-bisik
Pembela usak-usik
Palu tarik-menarik

Indonesia kan asik


Maling ayam ditendang jungkir-balik
Koruptor dikondang banding bolak-balik
Hukum peceklik
Orang luar cekikak-cekikik

Sampang, 08/10/2017

135
94.

Sus S. Hardjono

Negeri Panggung

Ini panggung namanya panggung


Stand up comedy
Mengocok perut yang tidak lucu
Ini panggung ketidakadilan yang maha esa
Keuangan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
Dan kemanusiaan yang tidak beradab

Sungguh betapa lucunya negeri Indonesia


Dipimpin badut badut yang berperut gendut
Karena banyaknya makan uang rakyat
Dan penuh proyek proyek fiktif
Yang ditipu dan ditipek

Ini negeri penuh kelucuan


Pendidikan menjadi lelucon yang hebat
Proyek proyek menjadi obyek keserakahan para kucing
Yang mengerat tulang tulang bangsa yang kering dan
miskin

Ini negeri penuh kejenuhan


Di atas kemakmuran bersama
Mengatasnamakan derita rakyat
Emereka jual hati kami
Mata kami tanah airmata kami

Semua berkibar atas nama kapitalis


Yang Berjaya di atas pesohor yang sok moralis

Urat rasa malu kami telah putus

136
Terbebat untuk mengeruk dan mengeksploitasi tubuh
kami
Hingga derita dan mendulang utang yang tak
terlunaskan
Hingga kau wariskan airmata
Darah
Kemiskinan yang merantai
Tangan kami kaki kami menjadi budak budak negeri
jahanam
Menjadi pelacur pelacur di negeri sendiri
Menjadi pemulung pemulung yang
Sakit lepra dan kudis di trotoar jalanan

Sragen 2018

137
95.

Tarni Kasanpawiro

Berebut Piring,

Jari saling tuding


Gigi menjelma taring
Semua terlihat miring
Saling berebut paling

Kaki dihentak-hentak
Injak-menginjak diinjak
Kecebong bukan lagi bayi katak
Terlahir dari kumpulan dahak

Bumi tak lagi bulat


Langit kehilangan atap
Tuhankulah yang paling kuat
Bukan, tuhankulah yang terkuat

Kamu salah, tidak


Kamu yang salah
Lihat tuhanku berwarna merah
Lihat tuhanku berwarna hijau
Lihat tuhanku berwarna kuning
Lihat tuhanku berwarna biru
Apakah tuhan kita beda
Entahlah

Lidah telah kehilangan rasa


Tuli telinga buta sebelah mata
Tapi tak satupun ada yang merasa
Seakan semuanya sempurna

Inilah dunia kita

138
Tempat yang terlihat indah
Namun penuh dengan sampah
Berebut gelas dan piring pecah
Dari sebab lapar dahaga
Yang tak pernah ada habisnya

Bekasi 14 September 2017

Tarni Kasanpawiro

Dari Sudut Beranda

Aku takut bicara walau tanpa suara


Karena dinding tak hanya bermata tapi juga bertelinga
Kini kata bisa menjelma apa saja
Bunga yang indah, pisau yang tajam bahkan binatang
pemangsa
Aku terkurung di dapur dengan pisau di tangan
Apa yang bisa aku lakukan

Sementara di luar sana


Lembaga swadaya masyarakat tak lagi ramah
Para preman berlomba menjadi penguasa
Menang kalah adalah pesta, berebut jatah
Hukum telah berubah menjadi rimba
Jarah menjarah adalah biasa
Tangisku kering sudah air mata
Memikirkan nasib generasi selanjutnya
Jika kita saja tak mampu menghalau gelombang kata
Bagaimana nanti dengan anak cucu kita
Oh cinta tetaplah bersemayam dalam dada
Aku ingin sejenak mendinginkan rasa

Bekasi, 19 Januari 2017

139
96.

Tajuddin Noor Ganie

Kasus Batubara

Di sebuah provinsi di Indonesia


(Namanya sengaja disamarkan)
Tambang Batubara terbentang beratus hektar luasnya
Atas nama batubara, tanah dikeruk sedalam-dalamnya
Setiap hari armada truk gajah membawanya
ke pelabuhan penumpukan
Setiap hari tongkang-tongkang raksasanya
membawanya milir di sungai
Pelan tapi pasti batubara diantarkan
ke alamat konsumen entah di mana
Berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan
tongkang ditarik tugboat
Mula-mula melintasi sungai, dan laut
di wilayah negara sendiri,
Kemudian melintasi wilayah laut negara tetangga,

Namun, lucunya aktifitas itu


Tak bermakna social financial bagi warga provinsi
Buktinya, listrik masih nyala bergilir dari hari ke hari
Padahal provinsi ini adalah lumbung batubara
Bahan bakar pembangkit listrik itu sendiri

Namun, lucunya aktifitas itu


Tak bermakna social financial bagi warga provinsi
Buktinya, fasilitas umum masih begitu minimnya
Tidak ada pelabuhan samudera
Tidak ada jalan raya yang mulus sempurna
Tidak ada bandara yang memadai
Penganguran terdidik masih tinggi angkanya
Pengemis masih berkeliaran di mana-mana

140
“Duhai, kemanakah larinya uang hasil penjualan
batubara
yang bergunung-gunung banyaknya itu?” tanya banyak
orang
Ada yang menjawab sekenanya
“Habis dirampok teroris Abu Sayaf”

(Menurut berita koran, ketika melintas di perairan


Filipina
tongkang direbut teroris Abu Sayaf, awaknya disandera
Selanjutnya yang kembali cuma tongkang dan awaknya
Meskipun mereka bebas tanpa tebusan sama sekali
Namun, batubaranya sendiri tetap tinggal di Filipina)

Banjarmasin, 29 Oktober 2017

141
97.

Tri Munawaroh

Indonesiaku Lucu

Indonesia negaraku
Negara yang begitu lucu
Yang membuat ku menggelengkan kepala
Lihat saja...
Mereka yang pandai dan berdasi
Memiliki otak berlian dan emas
Tapi mereka disebut tikus negara
Bagaimana bisa disebut tikus
Atau anjing penjaga harta?
Aku tertawa keras karnanya
Lihat saja...
roda hukum berputar..
berputar kepada mereka yang tak punya sutra
Tangga yang harusnya mengantar mereka
Dalam istilah kemakmuran
Tetapi justru
Menjadi duri yang melekat dikulit
Lihat saja..
Si buruh bisa membagi pupuk untuk semua padinya
Tapi yang berdasi tak tau arti kata membagi
Dan lihatlah..
Anak SD tau Pancasila
Si Dewan tak tau bunyinya
Anak kecil tak terlihat seperti bocah
Mereka yang keriput seperti bocah
Tak berdasi atau bertopi..
Sama saja..
Betapa lucu Indonesiaku

142
98.

Virna Mutiara Wahyu

Negeri Jenaka
Saat keadilan dapat di-diskon dengan harga sekian
buih pengasingan hanyalah tempat lain dari rumah
pribadi
istilah lama “ tumpul ke atas, tajam ke bawah “
entah yang dipakai perumpamaan pisau, golok, atau
celurit

Mudah saja jika punya banyak duit


lakukanlah sekehendak hati, toh tak ada yang berani
memarahi
Sumpal ke sana dan kesini, mereka akan sukarela
mangap layaknya ikan di kolam
Lemah kekuasaan, akan lemah pula harga diri
Begitu celoteh orang yang duduk dikursi amanat

Jijik dan perih, saat melebar mata melihat sekeliling


Di jantung perubahan, semua bermetamorfosis semakin
ganas dan liar
Barangkali dapat kutemukan ketenangan lain selain di
sini
Saat semua kecurangan dan kejahatan jadi rutinitas
yang tak enak hati bila tertinggal

Masih kurang jenaka kah negeri ini?


Baiklah akan kupikirkan lagi yang lebih gila
Mungkinkah jika ada yang meramal
Semua kegaduhan negeri akan berhenti di tahun 2030?
Binasa semua kesemuan, melebur dalam ketundukan
jajahan
Kupikir tak ada yang lebih tak waras dari pada itu?
Depok, 21 April 2018

143
99.

Vitalis Koten

Tuan Pemimpin
(untuk pemimpin asal-asalan)

Tuan pemimpinku
Engkau tak perlu bertopeng
Hanya perlu bersolek muka
Agar tampil memesona
Ngeri di muka ajal
Nyala matamu buta dunia
Namun namamu minta dikenal
Tuan pemimpinku yang tampak santun dan berbudi
Bibirmu sarat kata
Belum pernah berkeringat
Permintaanmu disebut sebelum terlambat

Tuan tak perlu resah


Sebab bisa bicara
Mati bukan akhir kisah

Maumere - Flores, 28 Januari 2018

144
Vitalis Koten

Bayanganmu, selalu hadir setiap malamku


Saat suasana menjadi horor dan mencekam
Yang siap merenggut dengan paksa kebahagiaanku
Bayanganmu, selalu datang di setiap mimpiku
Saat aku mimpi buruk
Tentang kau yang selalu cemaskan kursimu yang
empuk, kasurmu yang tebal, egoisme hatimu yang
senantiasa seperti serigala mencari mangsa dan pikiran
yang serasa ingin selalu menguasai dunia
Bayanganmu, selalu
menemani dalam sepiku
Saat aku merasa sendiri dan ketakutan
Mungkin kami semua bisa kau tipu dengan suara yang
bisa dikarang indah
Aku pun tak kuasa menyimpan tanya
Kamu itu pemimpinku apa hantu sih?

Maumere - Flores, 21 Januari 2018

145
100.

Wadie Maharief

Plonco

Kita kenal sejak masuk SMA


Kita sama-sama diplonco
Aku diberi nama oleh senior; Kambing
Kau diberi nama; Melati
teman-teman lain ada yang diberi nama kelinci.
tupai, monyet, soka, kamboja, melur
nama-nama dipampangkan di dada
plonco yang meriah
meski sering dibuat susah dan payah
minta tandatangan dilempar sana-sini
tetap tabah
sejak itu aku selalu memanggilmu melati
kau suka saja
tapi tentu aku tak suka dipanggil kambing
meski aku berjenggot lebat kayak bandot
anehnya, setelah tua
banyak teman-teman yang suka pakai nama lain
seperti sembunyikan identitas dan jadi orang asing
rambut disemir warna pirang cemerlang
ada teman laki-laki suka pakai kalung dan anting
yang perempuan potong rambut cepak
dan pakai celena jins sobek
ada yang suka tampil parlente
meski sebenarnya kere
ada yang berlagak pintar
tapi tipu sana-sini dengan gencar
apakah ini sisa-sisa budaya plonco
diajari pakai topeng untuk menutup bopeng?
----- Yogya 11 April 2018

146
101.

Wage Tegoeh Wijono

Utang

utang itu
kekasihku
mengantarkan daya beli tetap terjaga
sekalipun mengurangi jatah harian
mingguan
atau bulanan
dan utang negara?
apakah hanya untuk menjaga hubungan bilateral?
ah
barangkali ya
barangkali tidak
kata negarawan
tak bisa sesimpel itu
kalau bicara simpel
seluruh kekayaan negara sudah cukup untuk sejahtera
bersama rakyat
tapi nyatanya
.............
Purwokerto, 12042018

147
102.

Wahyudi Abdurrahman Zaenal

Mbeling

Mereka itu lupa kalau polahya kayak tikus


Blusukan mencari ruang yang banyak upeti berbungkus
Edan memang, lahan-lahan sempit pun sekarang
diperebutkan (poli)tikus
Lemot gaya otak picik lihai mainkan jurus
Ingin kaya ikuti jejak para tikus
Nyomot harta seenak udel bikin rakyat kurus
Geger rasa kalau-kalau tersandung KPK wajahnya takut
dikremus

TRY, 2017

148
103.

Wardjito Soeharso

Jika Duit Sama dengan Kekuasaan, Maka …

Jika duit sama dengan kekuasaan


Punya duit punya kekuasaan
Punya kekuasaan punya duit
Tak berduit tak berkuasa
Tak berkuasa tak berduit
Orang berduit tentu berkuasa
Orang berkuasa tentu berduit
Orang tak berduit tentu tak berkuasa
Orang tak berkuasa tentu tak berduit
Semakin banyak duit semakin berkuasa
Semakin berkuasa semakin banyak duit
Semakin tidak berkuasa semakin tidak berdaya
Semakin tidak berduit semakin nestapa
Jika duit sama dengan kekuasaan
Orang membeli kekuasaan dengan duit
Orang menimbun duit dari kekuasaan
Orang berbuat apa saja demi duit dan kekuasaan
Jika duit sama dengan kekuasaan
Duit menjadi tangga menuju kekuasaan
Kekuasaan menjadi sumber pencetak duit
Jika duit sama dengan kekuasaan
Hitunglah duitmu kau tahu berapa besar kekuasaanmu
Manfaatkan kekuasaanmu kau tahu berapa banyak
duitmu
Jika duit sama dengan kekuasaan
Maka ketika duit dan kekuasaan menyatu
Menjelma biang dari segala biang keburukan
Merusak tatanan kehidupan

149
Jika duit sama dengan kekuasaan
Maka duit dan kekuasaan membangun satu diksi
: Korupsi!
03.03.2018

150
104.

Wirol O. Haurissa

Komenin

tidak ada keseriusan yang dicicil bersamaan dengan


cabe dan bawang. diadukan di atas cobe, dituangkan
dan dicampurkan dalam kuali menjadi zaman pedis,
bersing bersinggungan, hacing ditambahkan debu,
pedih-pedih, melo-melo melobi. dan digantungkan pada
ujung-ujung bibir dengan kecup kecupan cemburut,
cemungut-cemungut seumpama wajah keriput dibedaki
bedak limasenti. dicita-citakan di tipi-tipi, di kopan-
kopan, di pupisi-pupisi dan di kenangankan dalam
karangan tukar-menukar kata mengeram, harum
kemesraan yang membawakan
kita ke sebuah tertawakan miris-miris, miring-miring

151
105.

Yan Ari Wibowo

Hiburan Tanpa Rencana

Instansi Pendidikan lahang rekreasi


Impian dunia kerja tempat pariwisata
semua semakin menyulitkan tuk mengembangkan diri
mulai dari SD, SMP, SMA, hingga kuliah
ha ha ha
semua hiburan tanpa rencana!

Suatu Pagi (di Jakarta)


Setiap pagi, kakiku hanya tau jalan – jalan yang
tergenang,
setiap pagi, telingaku hanya mendengar lengking
ngengat tanpa sayap berparade
setiap pagi, mataku pertanda sesal, tertumbuk pohon
mati nan busuk
setiap pagi, hidungku mencium panasnya udara hitam
malam.
entah sampai kapan kutulis hari – hari ini
semua terasa sangat sulit dicapai
bahkan sangat aneh ketika harus kubaca lagi
seperti memaki hidup sendiri.

152
106.

Yanu Faoji
Orang-Orang yang Tertawa
Jika tengok kebelakang maka akan kau temukan
Sisa-sisa peluh pada baju dan celana rombengku
Aku yang terlahir dari sepasang pematuh
Yang tulusnya diganti dengan balas tak sewajarnya
Embun yang hampir menyapu bersih seluruh muka ku
Yang membasuh helai-helai ubanku
Dengan tudung yang pengaitnya sengaja
ku kalungkan pada leher dan menggantung dibawah
tengkuk
Melumuri kaki dengan lempung-lempung yang aku
pijaki
Gubug yang beratap jerami akan melindungi
Tubuhku dari sunyinya gulita beserta dinginnya rintik
Yang mulai liar terbawa derau yang tak beratur
Padahal tujuanku ini hanyalah menghidupimu
Agar kau jadi insan generasi yang berakhlak budi
Malah sawah-sawah yang kutanami padi
Kau ringkus dan diganti pabrik-pabrik
Atau malah kau jual kepada penjajah
Sedangkan kaum –kaum mu kau telantarkan
Bahkan otak-otak kecil suci tak kau kasih ilmu
Dibiarkan dengan liar berkeliaran
Di kolong jembatan, di pinggiran trotoar
Kau sangat lucu…
Membunuh diri dengan cara konyolmu
Kau lebih suka mengisi perutmu
Dengan logam-logam atau besi produksi industri
Kerongkonganmu akan kemarau
Akibat kali-kali tak lagi air yang mengaliri
Melainkan limbah-limbah dan kotoran
Orang-orang yang akan menertawaimu
Jakarta, 13 Maret 2018

153
107.

Yemi Alfiani

Negeri Para Pendongeng

Telah dikisahkan dahulu


Kala aku masih dalam buaian ibu
Tentang saktinya negeri pertiwi
Menjadi buah bibir banyak orang

Apabila ditancapkan kayu di tanah


Maka akan tumbuh
Apabila dibasahi rintik-rintik hujan
Akan subur tanaman
Tatkala terik mentari menyerang
Tetap ditemukan rasa nyaman bersandar di bawah
pohon menjulang

Kini, negeriku terlelap pulas


Telah terlena dengan dongeng-dongeng
Dalam buaian
Mimpi-mimpi hanya omongan
Jagad pertiwi terasa hanya persinggahan

Tidak ada lagi damai


Tanah sudah berlumpur api
Rintik hujan bisa menjadi bencana
Terik mentari terasa membakar
Seiring waktu saktinya pun memudar

Seiring waktu tanah surga yang dulu dipuja, lambat laun


menjelma neraka.
KRC, April 2018

154
Yemi Alfiani

Syurga yang Membuat Sengsara

Konon, segumpal tanah dari syurga


Telah dicampak ke bumi
Segumpal itu menjadi negeri
Negeri yang asri
Sejuk dan menghijau alamnya
Teramat indah pantainya
Menjulang kokoh gunung-gunungnya
Membuat mata memandang tanpa henti bersyukur
Keindahannya pula
Menjadi awal sengsara
Berdatanganlah penghuni asing
Untuk melihat indahnya negeri lintasan khatulistiwa
Lama waktu berlalu

Kini.
Aku lapar, aku tidak bisa makan nasi ataupun ubi
Aku haus, aku tidak bisa minum air bersih
Aku ingin melihat langit yang membiru
Aku ingin berlari di bibir pantai
Tapi aku tidak bisa
Gunung-gunung sampah telah menjamur
Air bersih sangat langka
Ketika mengadah menggumpal awan hitam
Limbah pabrik ikut serta memberi warna
Yang katanya tanah syurga telah tiada
Telah lenyap bersama guliran waktu
KRC, April 2018

155
108.

Yoseph Yoneta Motong Wuwur

Ingin Tertawa

Pagi ini sungguh basah


Cakrawarala pun sedang berkabung
Serigala berbuluh domba
Lagi berkeliaran
Mencari mangsa

Domba tambun
Domba yang setia
Dimangsa serigala
Yang kejam dan bengis

Srigala bingung dengan permainan domba


Yang setia dan jujur pada wilaya kekuasaannya
Satu per satu srigala masuk dalam jebakan domba
Domba setia, jujur dan pendiam
Domba paham srigala tak mengerti dunianya
Domba ingin tertawa
Srigala ingin berkuasa hanya terus gagal

Di Negeri ini terdengar kafir dari teriakan tetangga


Tetangga lain terdiam
Urusan rumah tangga
Ada hakim, jaksa dan polisi
Tapi demonstran berkuasa
Negeri hukum
Hukum yang ompong dari tuntutan massa
Hukum di negeri ini ingin ditertawa
Kalikasa, 1 April 2018

156
Yoseph Yoneta Motong Wuwur*

Negeri Mimpi

Aku bermimpi
Akan cita dan asa di depan mata
Inginku seperti merpati yang setia
Tidak.seperti gagak yang tak percaya diri
Atau merak yang tersiksa karena indah buluhnya

Mimpi akan pemimpin yang setia


Pemimpin yang mementingkan kesejahteraan
masyarakat
Bagai seekor induk ayam melindungi anaknya
Induk ayam mengais mencari makan untuk anaknya

Di negeri ini pemimpin yang jujur dibenci


Dicemooh
Orang dunguh disanjung
Orang yang berkata benar dijauhkan
Orang pembohong dan pencuri ditemani

Kalikasa, 1 April 2018

157
109.

Yuri Rakasiwi

Keseharian Negriku

Aneh jika dilihat sekarang


Negriku banyak berubah
Bangunannya, lihatlah
Dulu pondok roboh, sekarang gedung pencakar langit
Langit kok dicakar
Disini sedang perang
Perang sengketa, argumen bahkan moral
Demonstrasi dimana-mana
Bak perang troya
Sedikit-sedikit pukul, sedikit-sedikit hantam
Mungkin nyawanya punya cadangan
Yang ber-uang berkuasa
Yang miskin menghamba, meratap
Tak peduli luka, mengais tak ada
Mereka bisa makan hari ini, besok ?
Mana tahu
Jual diri saja, jangan
Harga diri tetap tak terbayar
Rakyat bersuara, pemerintah lebih
Perutnya buncit-buncit
Duduk-duduk santai, sedang yg di bawah sengsara
Aduhai,
Berdiri berbicara lucu
Pelawak kecewa, kalah popularitas
Ayolah negriku, jangan begitu
Masing-masing punya perut
Yang harus di isi
Negriku Negri Kawakan
Negriku negri kawakan
Bestari, hanya sebatas kata

158
Hanya sebatas sedu sedan
Aneh
Bocah imut tau cinta-cintaan
Amboi, di khitan saja belum
Wajah polos dibalut seragam merah putih
Dengan santainya cium-ciuman
Dek, sekolah dulu ya ! Kasian orang tua
Kasian si gundu dilupakan
Gara-gara internet meraja lela
Tak peduli usia, tua atau muda
Duduk bersila, menatap maya
Negriku panas
Prostitusi sudah biasa
Obat dijual bebas
Dari narkoba hingga obat kuat
Hah,Laku keras
Negriku modern, katanya
Dulu petak umpet di saung
Sekarang umpet privasi
Sayang ya, keseruan tlah usai
Yang nyata berganti maya

159
110.

Zam'sta /Moh. Rikzam

Negeri yang Lucu

Di negeri ini,
Orang-orang menyaksikan pelawak
Menangis tersedu
Dan melihat tingkah penguasa
Tertawa terhibur

Di negeri ini,
Orang-orang kehilangan rasa malu
Hingga ego, ambisi,
Keculasan dan kelicikan
Menjadi tontonan yang dikhalayakkan

Di negeri ini,
Korupsi menjadi tradisi
Turun-temurun
yang terus dipertahankan
Suap dan politik uang dibudayakan

Di negeri ini,
Hukum menjadi alat pemuasan nafsu
dan kepentingan
Serta tameng bagi tiap-tiap
kebusukan dan kebobrokan

Di negeri ini,
Aku menangis karena luka
Tapi, orang-orang tertawa karena lukaku.
Aku ikut saja tertawa,
Menertawakan tangis sendiri
Batuputih, 2017

160
Zam'sta (Moh. Rikzam)

Negeri Mimpi

Di dalam mimpi
Aku berjalan ke setiap setapak negeri
Memanggul surga
Sepikul wajah purnama
Sekeranjang angan-angan luhur
Sampai tidurku memasuki
riuh angin pasar-pasar

Matahari kupetik dari senyum kekasihku


dan kujadikan bantalku
Surgaku menjadi seculun mitos
yang melintasi lorong-lorong negeri dongeng
di atas tanah, hutan-hutan penuh mistis
dan laut yang tergerus

Juga sebuah dusun dikabuti kemarau


dan kecemasan
kasak-kusuk, percekcokan
Mendengung ke udara
Hingga akhirnya aku terbangun
dalam se-tubuh kesangsian

Batuputih, 2017

161
Biodata Penyair Lumbung Puisi Sastrawan
Indonesia Jilid VI Indonesia Lucu :
1. Adelia Dwi Cahyani, penyair ini tinggal di
Ponorogo, Jawa Timur. Puisinya mengisi Lumbung
Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
2. Agus, lahir di Pinrang 25 Desember 1994 lalu sejak
kecil menetap di pangkep.Kini belajar di Universitas
Negeri Makassar program studi Sastra Indonesia. Dan
beribadah di Bengkel Sastra.

3. Alek Brawijaya, lahir di Teluk Kijing Kec Lais


Kab Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, 11 mei 1992.
Tulisannya pernah dimuat dibeberapa media lokal dan
nasional serta tergabung dalam beberapa Antologi
puisi bersama. Kini bernaung dalam komunitas
perintis”ARSI – (ARUS MUSI), tinggal di Kab Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan.

4. Aloysius Slamet Widodo, lahir di Solo, 29


Februari 1952 . Adalah sastrawan Indonesia angkatan
2000. Mengunjungi SD Pangudi Luhur Purbayan, SMP
Bintang Laut, SMA Santo Yoseph, dan arsitektur ITB.
Karyanya natara lain : Potret Wajah Kita 2004,
Bernafas dalam Resesi 2005, Kentut 2006, Selingkuh
2007, Simpenan 2009, Namaku Indonesia 2012.
Penyair ini dekenak dengan Tokoh penyair dengan
puisi-puisi Glayengan yang terkenal. Bersama
Sosiawan Leak dan Rg Bagus Warsono dicatat sebagai
pembaharu puisi Indonesia dengan tema-tema puisi
Sakkarepmu (puisi bebas sekehendak hati) dan pada
Penerbitan Antologi Bersama Lumbung Puisi Jilid VI
Indonesia lucu menampilkan puisi Irit Kata yang
membuat pemmbaca antologi ini terpingkal-pingkal.

162
5. Aloeth Pathi, lahir di Pati- Jawa Tengah.
Karyanya dimuat Mata Media antologi bersama, Puisi
Menolak Korupsi 2 (Forum Sastra Surakarta 2013),
Dari Dam Sengon Ke Jembatan Panengel (Dewan
Kesenian Kudus dan Forum Sastra Surakarta 2013),
keluarga adalah Segalanya #1 (el Nisa Publisher,
Jakarta, 2013), kelola Buletin Gandrung Sastra Media
& Perahu Sastra. Tinggal di Margoyoso-Pati.

6. Ancis Mura, merupakan nama pena dari


Fransiskus Mura. Lahir di Diawatu, Nagekeo-Flores 13
April 1993.Menulis puisi di beberapa media lokal yakni
Harian Pagi Pos Kupang dan beberapa media online
seperti Floressastra.com, Vox NTT, Flores Post dan
lain-lain. Saat ini berstatus sebagai Mahasiswa aktif di
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik – Ledalero- Flores,
NTT. Berdiam di Maumere-Flores-NTT.

7. Anggoro Suprapto, Lahir di kota kecil, Juwana,


Pati, Jawa Tengah, 17 Agustus 1962. Lulusan sarjana
komunikasi, meneruskan pasca sarjana non gelar
jurusan khusus jurnalistik. Hidup sebagai penulis, dan
dijuluki teman-temannya "pabrik naskah" karena
menulis apa saja, baik karya fiksi maupun nonfiksi.
Banyak bukunya yang sudah diterbitkan, di
antaranya: Kumpulan Puisi: Album Biru, Puisi-puisi
Heroik, Tugumuda. Kumpulan Cerpen: Wagiyem,
Matindo, Selamat Pagi Play Boy. Novel: Nyanyian
Sepanjang Jalan, Matahari Merah, Amiyati Gadis
Desa, Jatuhnya Soeharto, Padang Ilalang Gersang.
Juga menulis Buku-buku Nonfiksi, diterbitkan Kompas
Gramedia, dan penerbit lainnya. Karyanya juga
banyak diterbitkan secara gabungan.

8. Arfian Catur Juliarfan, nama lainnya Nyong


lahir pada 14 Juli 1995 di Kabupten

163
Bulukumba. mahasiswa tingkat akhir di Fakultas
Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar.
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.
9. Arfian Rizky Pratama, Lahir tanggal 4 maret
1998 pernah bersekolah di SDN Grogol 2, SMPN 1
Grogol, dan SMAN 2 Nganjuk. Saat ini mahasiswa
Universitas Negeri Malang . Puisinya mengisi
Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
10. Arizto rianthoby thextc, penyair ini berasal
dari Flores Adonara. Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
11. Arya Setra, penyair sekaliguis seniman ini telah
menulis di beberapa antologi bersama nasional dan
tingal di Pasar Seni Jakarta.
12. Asrul Irfanto, penyair ini lahir di Bojonegoro, 6
Desember 1977 dan tinggal Di Bojonegoro Jawa Timur.
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.
13. Astika Elfakhri, lahir di Kendari pada tanggal 23
Juli 1992, adalah arsitek dan penulis puisi asal
Sulawesi Tenggara yang bergiat di Komunitas Arus
Kendari. kumpulan puisinya “Bertuhan pada Bunga-
bunga” telah diterbitkan pertama kali pada Februari
2018 oleh Settung Publisher.
14. Bambang Widiatmoko, penyair kelahiran
Yogyakarta ini memiliki kumpulan puisi tunggal
antara lain Kota Tanpa Bunga (2008), Hikayat
Kata (2011), Jalan Tak
Berumah (2014), Paradoks (2016), Silsilah yang

164
Gelisah (2017). Kumpulan esainya Kata Ruang (2015).
Sajaknya terhimpun di berbagai antologi puisi
bersama antara lain Deklarasi Puisi
Indonesia (2012), Sauk Seloko (2012), Secangkir
Kopi(2013), Lintang Panjer Wengi di Langit
Yogyakarta (2014), Jula Juli Asem
Jakarta (2014), Negeri Langit (2015), Negeri
Laut (2016), Pasie Karam (2016), Ije
Jela (2016), Matahari Cinta Samudra Kata(HPI.,
2016), Sail Cimanuk (2016), Negeri Awan (2017), Kota
Terbayang (2017), Hikayat Secangkir
Robusta (2017). Pesona Ranah Bundo (2018), Negeri
Bahari (2018). Ikut menulis esai di buku antara
lain Jaket Kuning Sukirnanto (2014) Ngelmu Iku
Kelakone Kanthi Laku (2016), Apresiasi Sastra dan
Perbincangan Karya (2016), Isu Sosial dalam
Puisi (2017).

15. Buanergis Muryono, lahir di Muria Jepara 52


tahun silam. Menulis sejak kecil sampai sekarang. Aktif
di media editorial, teater, audio, radio, animasi, iklan,
video, film, dokumenter. Art and Culture Consultant.
Javanolog dan guru besar di Sanggar Mariska,
"Membina Kreatifitas Generasi Muda." Motto : Dirimu
adalah jawaban Tuhan. Tinggal di Jakarta Bertapa di
Bogor.
16. Bunga Citra Perdana, lahir di Malang 16
September 1978, Penyair ini tinggal di Malang , Jawa
Timur. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018.
17. Brigita Neny Anggraeni, lahir di Semarang 02
Februari 1979. Suka menulis puisi, buku sejarah,
budaya, esay, parenting dan ilmu pengetahuan.

165
Beberapa bukunya telah diterbitkan oleh Elexmedia
Komputindo. Beberapa lagi dipasarkan secara online
seperti buku nya novel sejarah berjudul Saridin. Puisi-
puisinya tergabung dalam Puisi Menolak Korupsi.
Merdomisili di Semarang, di Klipang Pesona Asri.
18. Ceissar Sihotang, ahir di Jakarta, 8 Juni.
Tempat tinggal di Sunter, Jakarta Utara. Menyukai
Seni lukis dan Fotografi, juga senang mempelajari
banyak Bahasa Asing. Beberapa puisi sempat dimuat
di Kumpulan Fiksi dan Antologi bersama : Long
Distance Relationship, Nyala Puisi, Puisi Pematang
Siantar, Jarak dan Rindu, serta Perempuan
Memandang Dunia. Buku Pertama “Bad Sense”.

19. Chalvin Papilaya, lahir di Poka/Ambon pada 23


Januari 1992. Selain menulis puisi juga menulis naskah
teater. Ia kadang-kadang bermain teater di Bengkel
Sastra Batu Karang.

20. Denis Hilmawati, lahir di Solo 02 Februari 1969.


Buku Antologi Bersama yang pernah diikuti Denis
Hilmawati diantaranya adalah: Haiku
Indonesia,Sonian, Kitab Karmina Indonesia Seribu
Wajah Ambarawa, Menyemai Ingat Menuai Hormat,
Puisi Sakkarepmu Bersama Penyair Mbeling
Indonesia, Untuk Jantung Perempuan bersama Ewith
Bahar, Cemara Cinta, Memo Anti Teroris, Memo Anti
Kekerasan Terhadap Anak.
21. Dewa Putu Sahadewa, Lahir di Denpasar, 23
Februari 1969, memasuki Fak. Kedokteran Udayana.
Karyanya antara lain Di Rumah Dedari , Frame
Publishing 2015. Ia adalah penyair Bali, tinggal di
Kupang Nusatenggara Timur.

166
22. Diah Natalia, S.Si., Apt, lahir di Jakarta,
prestasi yang pernah saya raih berjumlah 16 rupa,
saya apoteker yang masih berjuang meraih gelar
master demi kehidupan yang lebih layak, gemar
menulis . Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018.
23. Dicky Armando, S.E., penyair amatir atau bisa
juga disebut penyair jalanan dari Kota Pontianak,
Provinsi Kalimantan Barat. Telah menetaskan dua
buku kumpulan puisi yaitu; Huruf-Huruf Kering dan
Kumpulan Puisi Melamun.
24. Dwi Nurul Idayanti, lahir di sidoarjo, 12 April
1999. Saat ini tengah menempuh pendidikan di
Universitas Jember. Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
25. Elok Faiqotul Hima, Lahir di Bangkalan, 25
Desember 1999,pelajar di SMA Negeri 1 Glenmore,
Banyuwangi, merupakan anak pertama dari tiga
bersaudaa dari pasangan Rumyani Prasetya Wati dan
Imam Baidawi. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid
VI, Penebar Pustaka 2018.
26. Fahad Fajri, lahir di Karawang, 28 januari 1996
saat orang-orang sibuk bersantap sahur pada bulan
Ramadhan, aku keluar dengan tangis uring-uringan.
Sekarang aktif sebagai mahasiswa Universitas
Singaperbanhgsa Karawang program studi Ilmu
Pemerintahan.

27. Fajar Chaidir Qurrota A’yun, lahir di Jakarta


tanggal 23 Agustus 1993, bertempat tinggal di
Perumahan Graha Bakti Kodam Jaya, Cikarang

167
Timur, Kabupaten Bekasi, saat ini adalah mahasiswa
STAI Haji Agus Salim Cikarang jurusan Pendidikan
Agama Islam. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid
VI, Penebar Pustaka 2018.
28. Fian N, Lahir 03 Desember 1995 pada sebuah
desa yang bernama Olakile. Puisinya juga mengisi
Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
29. Fathurossi, lahir tanggal 24 juli, di desa Jadung
Dungkek Sumenep. Berproses di Lubselia sejak 29-07-
2015, hingga kini. Aktif di perpustakaan sekolah .
Penyair ini adalah siswa kelas akhir SMA Annuqayah,
Sumenep. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018.

30. Funuun A.B.M, atau Siti Chusnianingsih.


anak ke 3 dari 4 bersaudara. lahir di Jepara, 07
Agustus 1995. kegemaran menulisnya baru berani ia
ungkapkan pada tahun 2018. Mahasiswa Universitas
Negeri Semarang. Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
31. Ghofiruddin Alfian lahir di Trenggalek pada 16
Desember 1990. telah menerbitkan dua buku puisi
tunggal, yaitu Catatan Seorang Mbambung (Diandra
Creative, 2016) dan Perempuan Sekilas
Pandang (Sembilan Mutiara Publishing, 2018) yang
merupakan bagian pertama dari buku puisi Trilogi
Area 38, disusul bagian kedua dan ketiga: Timur
Daya dan Filosofi Simu Area 38 yang masih dalam
proses pengendapan.
32. Gilang Teguh Pambudi, lahir di Curug Sewu
Kendal, Jawa Tengah. Tetapi menghabiskan masa

168
remajanya di Sukabumi, Jawa Barat. Lalu setelah
bekerja dan berkeluarga di Bandung sempat
berdomisili di Bandung, Purwakarta, dan Jakarta.
Terutama karena tugas sebagai penyiar dan manajer
Radio. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA. Puisinya
terkumpul dalam beberapa buku antologi bersama,
selain antologi sendiri.
33. Hafizhah Nurdini, lahir di Pagatan, Tanah
Bumbu, Kalimantan Selatan pada tanggal 13
Nopember 2001. Anak tunggal dari pasangan Antung
Zainun dan Amiluddin. Kini mengenyam pendidikan di
MAN Insan Cendekia Tanah Laut angkatan ke-2.
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.

34. Harkoni Madura, Lahir di Sampang, 3


Desember 1969. Puisinya dimuat di Jawa Pos, Radar
Madura, Media, Tera, Lensa
Madura, dan Aschal. Puisinya juga dimuat dalam a
ntologi bersama antara lain: Dzikir Pengantin Taman
Sare (2001), Tikar Pandan di Stingghil (2011),
Memo Untuk Wakil Rakyat
(2015), Mengunyah Geram (2017) dan lain-lain.
Beralamat di SDN Banyuates 4, Kec. Banyuates,
Kab.Sampang.

35. Hasan Bisri BFC, tahu dari kakaknya, bahwa


kelahirannya 18 Agustus 1964, karena sehari
sebelumnya ada perayaan 17-an. Tapi oleh pejabat
desa, kelahirannya dicatat sebagai 1 Desember 1963.
Lahir di Karang Jompo, Tirto, Pekalongan.
Kesukaannya menggambar kartun, menulis humor
dan wayang mbeling, membuat skenario komedi.
Pernah nekad jadi pelawak bersama cewe Ausie

169
berkulit putih bersih, cantik dan berambut blondie
panjang, di negeri Kanguru, tepatnya Brisbane (1994 ).
Namanya Debra Surman. Beberapa kali memperoleh
penghargaan dalam penulisan naskah humor dan
skenario. Bersama seorang istri dan keempat anaknya
yang lucu-lucu tinggal di Bojong Kulur, Gunung Putri,
Bogor, tempat yang apabila hujan deras tidak banjir,
tapi dalam keadaan berawan bisa seleher banjirnya
karena kiriman dari hulu sungai Cikeas dan Cileungsi.

36. Heru Mugiarso, lahir di Purwodadi Grobogan


lima puluh enam tahun yang lalu. Berkiprah di dunia
penulisan sastra sejak masih remaja sekitar tahun
1975. Tulisannya berupa puisi, esai, kritik dan cerita
pendek pernah di muat di berbagai majalah dan surat
kabar nasional dan daerah antara lain Horison,
Republika, Media Indonesia, Jawa Pos , Suara
Merdeka, Solo Pos, Littera, Hysteria, Radar
Banjarmasin dan sebagainya . Prestasi yang pernah
diraih adalah penghargaan Komunitas Sastra
Indonesia Award 2003 dari yayasan Komunitas Sastra
Indonesia sebagai penyair terbaik.Salah satu puisinya
masuk dalam 100 Puisi Indonesia Terbaik dan masuk
dalam nominasi penerima anugerah sastra Pena
Kencana tahun 2008.Buku antologi puisi
tunggalnya Tilas waktu (2011) yang diluncurkan pada
temu sastra internasional Numera ( Padang, 2012)
masuk dalam katalog perpustakaan YaleUniversity
,Cornell University serta University of Washington
Amerika Serikat. Antologi bersama esai dan puisinya
menjadi koleksi Universitas Hamburg Jerman.
Namanya masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair
Indonesia (Yayasan Hari Puisi , 2017). Antologi puisi
tunggal keduanya telah terbit dengan judul Lelaki
Pemanggul Puisi (2017). Di luar itu, ia adalah inisiator
gerakan Puisi Menolak Korupsi yang didukung oleh

170
ratusan penyair Indonesia. Sekarang aktif mengelola
jurnal sastra dan budaya nasional Kanal yang
diterbitkan oleh komunitas sastra Simpang 5
Semarang.

37. Ihya Maulida, lahir tanggal 27 mei 2002 di


kecamatan Lampihong kab. Balangan, Kalsel. anak
dari pasangan H. Mas'ud Raniansyah dan Hj. Mahrita
dan merupakan anak bungsu pernah
mengayam pendidikan di R.A Lampihong, MTsN 4
Balangan, dan sekarang sekolah di MAN Insan
Cendekia Tanah Laut. Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.

38. Iskandar Zulkarnain, kelahiran Sumenep,


merupakan pembaca dan penulis yang aktif di LPM
Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) dan
anak asuh Sanggar Basmalah. Sekarang sedang
menetap di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa
Selatan Blok B /08. Sebagian karyanya sudah banyak
yang dimuat di media, utamanya koran lokal.

39. Iwan Bonick, adalah penyair dan seniman asal


Bekasi tinggal di Kp Teluk Angsan Bekasi Senin pahing
2 April 2018. Puisinya terdapat di beberapa antologi
bersama nasonal, mengikuti Antologi Mencari Ikan
sampai Papua.

40. Khoerun Nisa, lahir di Tegal, 30 Juli 1999


tinggal di Dukuh jati kidul, Pangkah, Tegal. Puisinya
mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
41. Lailia Nurul Fauziah, penyair ini tinggal di
Kajen Margoyoso Pati. Puisinya mengisi Lumbung
Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.

171
42. Lina Kus Dwi Sukesi, lahir di Madiun, 9 Juni
1983. Tinggal di Madiun. Puisinya mengisi Lumbung
Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
43. M.Asep Saypulloh, lahir di kediri,5 januari 2001
sekarang masih duduk di MAN 1 Kediri kelas XI -
Agama 2,Anak dari M.Ali Maksum dan Zaidah ini
punya 7 saudara. Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
44. M. Rofiqi Fahmi HR, Penulis kelahiran
Lombang Gili Genting Sumenep. Ia pembaca dan
penulis yang masih menginjak bangku siswa kelas
akhir MA 1 Annuqayah dan merupakan anak asuh
Sanggar Basmalah. Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
45. Maman Empun nama pena dari Muhamad
Irham lahir di Praya 7 Oktober 1981. Sekarang
bekerja sebagai pengajar di Pondok Pesantren
Sa’adatuddarain Wakan Praya Lombok Tengah NTB.
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.
46. Marlin Dinamikanto, penyair ini kelahiran
Jogyakarta tinggal di Jakarta. Puisi-puisinya dimuat
dalam berbagai antologi bersama nasional. Puisinya
juga mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka
2018.
47. Masimus A. L. Sawung. Biasa dipanggil Maxi L
Sawung. Merupakan mahasiswa aktif di kampus STFK
Ledalero semester 6. Penulis berasal dari Maumere,
Flores, NTT. Rajin membaca buku dipinggir jalan.

172
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.
48. Miftahur Rahim (Mast Oim), seorang penyuka
sastra dari Pati. Karya-karyanya pernah mengikuti
beberapa antologi puisi, diantaranya Santri Kajen
Tolak Korupsi (2016), Ramadhan (2017).
49. Moh. Zainudin, penyair di PP. Darul Ulum-
Griya Asumta, 27 Maret 2018. Puisinya mengisi
Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
50. Moh Zaini Ratuloli (zaeniboli),lahir di
Flores,29-08-1982, beberapa karyanya juga pernah
ikut di Antologi Puisi menolak korupsi (Jilid 2b dan
jilid 4),Memandang Bekasi 2015,Sakarepmu
2015,Capruk Soul jilid 2,Antologi Puisi Klukung
2016,Memo Anti Kekerasan terhadap anak,Lumbung
Puisi jiid 5 dan Koran maupun bulletin lokal di Bekasi
.sejak 2013 akhir hingga sekarang tergabung dalam
komunitas Sastra Kalimalang(Bekasi) ,Juga aktif
bergiat di literasi dan teater.Sekarang mengajar di
SMK Sura Dewa ,Larantuka Flores NTT.

51. Mohammad Ikhsan Firdaus, Nama


penanya M I Firdaus, Lahir di Bogor, 30 Oktober
2002. Saat ini masih pelajar SMAN 1 Megamendung
Menulis di antologi bersama Puisi, Anekdot, Dan Haiku
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.

52. Muhammad Daffa, lahir di Banjarbaru,


Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Puisi-puisinya
dipublikasikan pada Radar Banjarmasin, Banjarmasin
Post, Media Kalimantan, Koran Banjar, Tribun Bali,
Sumatra Ekspress, Palembang Ekspress, Majalah

173
Santarang, Majalah Simalaba, dan sejumlah antologi
bersama: Ije Jela ( Tifa Nusantara 3), Hikayat
Secangkir Robusta ( Antologi Puisi Krakatau Award
2017), 1550 MDPL(Kopi Penyair Dunia), Menemukan
Kekanak Di Tubuh Petuah (Stepa Pustaka, 2016,
terpilih sebagai kontributor terbaik), Dari Negeri Poci:
Negeri Bahari, Maumang Makna di Huma Aksara
(Kalumpu Puisi Penyair Kalimantan Selatan, Aruh
Sastra 2017), dan Rampai: Banjarbaru Lewat Sajak
(Antologi Puisi Penyair Kota Banjarbaru). Buku
kumpulan puisi tunggalnya Talkin ( 2017). Mahasiswa
di prodi Sastra Indonesia Universitas Airlangga,
Surabaya.
53. Muhammad Fawaz, Puisinya mengisi Lumbung
Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
54. Mukhlisin. Dikenal dengan nama pena sebagai
“Muhlis Hatba”, sekarang tinggal di Bone “Tanah
Bugis” Sulawesi Selatan. Pria penyuka syair, sastra
dan dunia jurnalistik ini, lahir di Jambi tahun 1977
lalu. Juga, pegiat Komunitas TuLI (Tulisan Liar
Independen) Bone dan LSM setempat. Sejak tahun
2000, mengabdikan diri sebagai ASN dan kini
beraktivitas pada salah satu PTKIN di Indonesia
Timur.
55. Muttaqin Haqiqi, lahir di Pemalang, 1 Mei
1998.Saat ini tercatat sebagai mahasiswa aktif
semester 4 pada Universitas Negeri Semarang, jurusan
Teknik Mesin. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018.
56. Naafi’ Fitriani Sri Sundari, lahir 3 Oktober
2004 di Sintang, Kalimantan Barat. Putri pertama

174
dari dua bersaudara. Merupakan putri dari pasangan
bapak Sukino dan Ibu Saumi Setyaningrum. Saat buku
terbit masih pelajar MTs Negeri I Pontianak. Buku
kumpulan cerpen dengan judul: “Apa Itu Favourite?”
merupakan buku pertama Naafi’ yang berhasil
diselesaikan dan diterbitkan pada tahun 2017.
57. Najibul Mahbub, mengikuti beberapa antologi
bersama : Antologi 105 Penyair, Semanggi Surabaya,
Indonesia dalam Titik 13, Penyair Menolak Korupsi
jilid I, Penyair Menolak Korupsi Jilid II, Menuju Jalan
Cahaya, Antologi tentang Gus Dur, Habituasi Wajah
Semesta, Daun Bersayap Awan, Ziarah Batin, Antologi
Puisi 2 Koma 7, Puisi Menolak Korupsi Jilid I, Puisi
menolak korupsi jilid 2, Antologi Wakil Rakyat, Memo
Wakil Rakyat, Memo Anti terorisme, Memo Anti
Kekerasan Anak, Memo untuk Presiden, AntologiPuisi
Kampungan, Antologi Puisi “Ayo Goyang”,Antologi
Puisi 122 Penyair “Cinta Rindu Damai dan Kematian”,
Rasa Sejati (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia),
Memo Kepala Daerah, Kumpulan Esai PMK “Bungai
Rampai PMK”, Antologi “Madah Merdu Kamadhatu”
Magelang 2017, Antologi puisi religi “Tadarus Puisi”
2017, antologi kita dijajah lagi, antologimerawat
kebhinekaan,dan antologi jendela Pekalongan.
Penulis juga adalah guru Bahasa Indonesia dan juga
pendiri teater Bayang di MAN 2 Pekalongan
merupakan Pria kelahiran 13 Maret 1981.

58. Nazil, Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,


Penebar Pustaka 2018.
59. Nita Pujiasih, Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.

175
60. Nurholis, lahir tahun 1990 di Samboja, Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Seorang buruh
tambang yang cinta puisi. Karyanya tergabung dalam
antologi bersama: Mengunyah Geram, 100 Puisi
Melawan Korupsi (2017), The First Drop Of Rain,
Banjarbaru Festival (2017) dan Dharma Asmaraloka
(2018).
61. Nur Komar, lahir di Jepara pada 1 Agustus 1977
bergabung dalam antologi bersama : Kitab karmina
Indonesia (2015), Klungkung; Tanah Tua, Tanah Cinta
(2016), Membaca Jepara 2 dan 3 (2016, 2017),
Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia V; Rasa Sejati,
Kita Dijajah Lagi (2017), Sajak-sajak Anak Negeri;
Bianglala (2017), Munajat.

62. PEmppy C S., Lahir di Jakarta 8 Juni. Tinggal di


Jakarta Utara. Beberapa karya puisi saya sempat
dimuat di oase kompas,radar seni,kumpulan fiksi,
competer,lini fiksi, poetryprairie, Lentera puisi dan
antologi bersama Long Distance Relationship, Tifa
nusantara 3, Jarak dan Rindu, Banjarbaru’s Rainy
Day Literary Festival. Buku pertama (Bad Sense).
Menggemari seni Fotografi, seni Lukis juga Teater.

63. P.Lugas.N, nama pena penulis Petra Lugas


Nuswantoro yang berasal dari Kota Bengawan (Kota
Solo), lahir Karanganyar 2 Mei 1991. Telah
merampungkan studi Jurusan Administrasi Negara di
FISIP, UNS. Anak Pertama dari 2 bersaudara
Pasangan Sudiyono-Harni adik bernama Skyvan
Enggar.M. Puisinya telah dimuat di Surat Kabar lokal
dan tergabung dalam beberapa buku antologi puisi.

176
64. Pranaja Akbar Suranto, santri di pondok
pesantren MA. Husnul Khotiomah , Kuningan Jawa
Barat. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018.
65. Purnama Sari, Lahir di Ngawi, 18 Juli 2000
Tinggal di Gemarang rt/rw 03/04, kec. Kedunggalar,
kab. Ngawi, Jawa Timur, Saat ini adalah mahasiswa
program studi Matematika UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018.

66. Raden Rita Maimunah, penyaiir ini tinggal di


koto Tengah, Padang, Sumatera Barat. Sehari-harinya
penyair ini sebagai pendidik di SMK di Padang.
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.
67. Raditya Andung Susanto, dengan nama pena
Raeditya, pelajar kelas XII di SMK Bhara Trikora II,
tinggal di Paguyangan Brebes. Member Bumiayu
Creative City Forum (BCCF) divisi sastra dan Relawan
Pustaka Rumah Impian. Penyair RUAS Indonesia-
Malaysia Ke 4 2017.
68. Rahmat Akbar, lahir di Kotabaru 04 Juli 1993
tepatnya di Kalimantan Selatan. Puisinya, pernah
menggisi media Tribun Bali, Media Kalimantan,
puisinya “Hitammu Di Tanahku” antologi puisi ASKS
Ke 13 KALSEL 2016, puisinya di antologi “
Gemuruh1001 Kuda Padang Sabana, antologi puisi “
Empat Ekor Belatung Bersarang di Ubun-Ubunku,
antologi puisi “Tadarus Puisi Kalsel 2017”, antologi
puisi ASKS ke 14 KALSEL 2017, antologi puisi “Puputan
Melawan Korupsi” Bali.

177
Penyair ini kesehariannya adalah guru Bahasa
Indonesia di SMA Garuda Kotabaru dan aktiv
tergabung di komunitas Taman Sastra SMA Garuda
Kotabaru.

69. Rahel Tambun S.Pd, lahir di Silombu Bagasan,


27 Agustus 1995, menamatkan sekolah dasar di SD
Negeri 173660, SMP Negeri 2 Lumban Julu, SMA
Negeri 1 Pardinggaran dan melanjutkan pendidikan Ke
perguruan Tinggi Negeri Medan (UNiMED) dan
menamatkan kuliahnya pada tahun 2017. Puisinya
mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018,
70. Raidhatun Ni’mah, lahir 12 juni 1998 di
Kandangan,Banjarmasin,kalimantan
selatan.Sekarang tinggal di Asrama 1 puteri UIN
Antasari Banjar Masin sebagai mahasantri yang
tengah mengenyam bangku kuliah di Universitas Islam
Negeri, Banjarmasin Timur,Kalimantan Selatan.

71. RB. Edi Pramono, sebagian sajak-sajaknya


terbit di antologi bersama: Dari Sragen Memandang
Indonesia, Puisi Menolak Korupsi Jilid II, Habis Gelap
Terbitlah Sajak, Ensiklopegila Koruptor, Memo Untuk
Wakil Rakyat, Memo Anti Terorisme, Memo Anti
Kekerasan Terhadap Anak, Madah Merdu
Kamadhatu, Antologi 66 Penyair Teras Puisi,
API, Merawat Kebhinnekaan, Sastra Kidung Semilir.
Tinggal di dusun Karanganom, Maguwoharjo,

72. Riki Utomi, lahir Pekanbaru 19 Mei 1984.


Alumnus FKIP Prodi. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Islam Riau. Bukunya antara
lain Mata Empat (kumpulan cerpen, 2013), Sebuah
Wajah di Roti Panggang (kumpulan cerpen,

178
2015), Mata Kaca (kumpulan cerpen, 2017)
dan Menuju ke Arus Sastra (kumpulan esai, 2017).
Puisi-puisinya pernah dimuat Kompas, Koran Tempo,
Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka,
Lampung Post, Banjarmasin Post, Sumut Pos, Riau
Pos, Batam Pos, Kendari Pos, Padang Ekspres, Rakyat
Sumbar, Sabili, Haluan Kepri, dll. Juga terangkum
dalam antologi Negeri Langit dari Negeri Poci
5, Pertemuan Penyair Serumpun, Seratus Tahun
Cerpen Riau, Samudera Kata Samudera Cinta, Kolase
Hujan, Melabuh Kesumat, dll. Mendapatkan
penghargaan Acarya Sastra dari Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jakarta 2015
dan Prestasi Seni Sastra dari Dinas Kebudayaan
Provinsi Riau 2016. Bekerja sebagai penulis lepas dan
guru. Tinggal di Selatpanjang, Riau.
73. Rizki Andika, lahir di Karawang, April 1997.
Belajar menulis di Rumah Seni Lunar sejak 2017.
Berkegiatan di Perpustakaan Jalanan Karawang dan
menjadi mahasiswa di Universitas Singaperbangsa
Karawang. Mengikuti antologi bersama The First Drop
of Rain (2017), Anggrainim, Tugu dan Rindu (2018).

74. Rizky Saputra, Ia merupakan seorang pelajar di


SMA Negeri 1 Ponggok Kabupaten Blitar. Puisinya
mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
75. Rizqy Fajarreza, biasa di panggil Amay, Lahir di
Indramayu 31 Januari 1997, Adalah seorang pecinta
Puisi di Indramayu tinggal di Indramayu. Puisinya
mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.

179
76. Roni Nugraha Syafroni, lahir di Bengkulu, 3
April 1987. Disamping sebagai penyair penyair ini juga
seorang guru di Karawang. Puisinya mengisi
Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
77. Roymon Lemosol, lahir di Lumoli Kabupaten
Seram Bagian Barat, Maluku 24 Agustus 1971. Puisi-
puisinya pernah menghiasi halaman sejumlah
media cetak lokal maupun nasional,
antaralain majalah Fuly, majalah Assau, Lombok
Post, Suara NTB, Koran Seputar Indonesia, Media
Indonesia. Sebagian lagi terhimpun dalam buku
antologi bersama Biarkan Katong Bakalae (Kantor
Bahasa Maluku 2013), Puisi Menolak Korupsi Jilid
4 (Forum Sastra Surakarta 2015), Memo untuk Wakil
Rakyat (Forum Sastra Surakarta 2015). Memo Anti
Terorisme (Forum Sastra Surakarta 2016), Ije Jela
(Pustaka Senja 2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap
Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Nyanyian Puisi
Untuk Ane Matahari (Imaji Indonesia 2017), Bunga
Rampai PMK Bergerak Dengan Nurani (Forum Sastra
Surakarta 2017), Akar Cinta Tanah Air (D3M Kail,
2017), Dari Loksado Untuk Indonesia (Loksado
Writers, 2017), Puisi Menolak Korupsi 6 (Elmatera,
Yogyakarta 2017), Mazhab Rindu(Harasi, 2017). Masih
Ada Bulan yang Akan Bersinar (D3M Kail, 2017), Kita
Dijajah Lagi (Penebar Media Pustaka, 2017). The First
Drop Of Rain (Wahana Resolusi 2017). Akulah
Damai (BNPT, 2017). Kesaksian Tiang Listrik (Pram
Publisser, 2018). Sendja Djiwa Pak Budi (2018), Negeri
Bahari (Kosa Kata Kita 2018). Anggrainim, Tugu Dan
Rindu (Swarnadwipa, 2018).

180
78. Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15
Agustus 1971. Alumni Fakultas Sastra Universitas
Negeri Jember. Antologi puisi bersama antara lain:
Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta,
2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding
Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi
Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015),
Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya
Kalimasada Blitar, 2015),Merupa Tanah di Ujung
Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015),
Kalimantan Rinduku yang Abadi (Disbudparpora Kota
Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015),
Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016),
Lumbung Puisi IV: Margasatwa Indonesia (2016), Ije
Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Seberkas Cinta
(Nittramaya, Magelang, 2016), Malam-malam Seribu
Bulan (FAM Publishing, Kediri, 2016), Requiem Tiada
Henti (Dema IAIN Purwokerto, 2017), Negeri Awan
(DNP 7, 2017), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017),
PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih
Mata (2017), Lumbung Puisi VI:Rasa Sejati (2017),
Menderas Sampai Siak (2017), Timur Jawa: Balada
Tanah Takat (2017), Hikayat Secangkir Robusta
(Krakatau Awards 2017), Perjalanan Sunyi (Jurnal
Poetry Prairie 2017), Pengampunan (Jurnal Poetry
Prairie 2017), Petualangan (Jurnal Poetry Prairie
2017), dan lain-lain. Aktivitas sekarang sebagai tenaga
pendidik di sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Jember.

79. Sang Agni Bagaskoro, Jenis Kelamin : Laki –


Laki Jl. C. Simanjuntak no. 193 GK/V, Terban,
Yogyakarta,Tempat Lahir : Medan,Tanggal Sang Agni
Bagaskoro , Lahir : 10 Oktober 1995,
Kewarganegaraan : Indonesia. Tinggal di Yogyakarta.

181
80. Sapin, Lahir di kota Majalengka. Sekarang
Seorang mahasiwa aktif di Universitas Kuningan Jawa
Barat. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018.

81. Septiannor Wiranata, lahir di Kotabaru,


Kalimantan Selatan pada 20 september 1998.
Menulis merupakan sebuah hobi yang sejak dulu
ia senangi untuk mencurahkan berbagai
pandangan dan cerita pengalamannya.
aktif sebagai pelajar di SMA Garuda Kotabaru
dan aktif tergabung di Komunitas Taman Sastra
SMA Garuda Kotabaru.

82. Sarwo Darmono, lahir , Magetan 27 Oktober


1963 Pekerjaan Penyiar Radio. Digenal sebagai
penyair yang menulis geguritan, Puisinya mengisi
Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018,
83. Sigar Aji Poerana, lahir di Bandung, 30 Januari
1996. Tengah menempuh pendidikan strata satu di
Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran dan
tinggal di Bandung.
84. Siti Faridah, lahir di Tasikmalaya pada tanggal
08 Februari 1999, tinggal di Ciamis. Saat buku ini
terbit adalah Mahasiswa studi S1-ku di Universitas
Negeri Semarang jurusan Ilmu Hukum.
85. Siti Fatimah Suwito, akrab disapa Fatimah.
Hasil kolaborasi produktif antara Jawa dan
Palembang makanya sedikit hitam tapi manis. Aktif di
dunia literasi yang tergabung di Forum Lingkar Pena
Sumsel dan sebagai pendidik di UIN Raden Fatah
Palembang

182
86. Siwi Puji Rahayu, lahir Di Jakarta pada 24
Agustus 1996. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka,
tergabung dalam anggota Komunitas Vanderwicjk.
Menyukai dunia tulis menulis untuk mempertajam
kegemaran tersebut, Bergabung dengan komunitas
Rumah Membaca (online) yang dinaungi oleh
sastrawan A’yat Khalili.

87. Snta Ayuning Tyas. Puisinya mengisi Lumbung


Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
88. Soekoso DM, lahir 1949 di Purworejo dalam
zodiak Cancer. Berpuisi sejak 1970-an di media daerah
dan nasional seperti Suara Merdeka, Suara Karya,
Kedaulatan Rakyat, Krida, Semangat, Horison.
Memenangkan beberapa lomba puisi al. Puisi
Antikekerasan (KSI Jakarta, 2001). Juga Dunia Rapuh
Anak-anak (Poetry Prairie, 2016) dan Puisi Daring
Asean (UNS Surakarta, 2017) Geguritan (puisi Jawa) –
nya tersebar di Djaka Lodang, Mekar Sari dan
Panjebar Semangat (1970 – 2015). Antologi Puisi
tunggalnya al. Kutang-kutang (1979), Bidak-bidak
Tergusur (1987), Waswaswaswas, Was! (1996), Sajak-
sajak Tanah Haram (2004) dan Decak dan Derak
(Elmatera Yogya, 2014). Puisi lainnya terserak di lebih
30 antologi campursari, al. Kakilangit Kesumba
(Kopisisa, 2009), Antologi Puisi 3 bahasa Equator
(Yayasan Cempaka, 2011), juga Antologi Puisi
Menolak Korupsi dan Memo Antikekerasan Terhadap
Anak (Forum Sastra Surakarta, 2013 / 2016), dan
Antologi Puisi Klungkung (Yayasan Nyoman Gunarsa
Bali, 2016).

183
89. Sokanindya Pratiwi Wening, Penyair ini
tinggal di Krueng Geukueh, Aceh. Puisinya mengisi
Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
90. Sri Budiyanti, lahir di Demak 21 Februari 1990.
Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Sehari-harinya
mengajar di sebuah Sekolah Dasar yaitu SD Negeri
Balerejo 2. Tinggal di Desa Sidomulyo Dukuh Krasak
RT.10 Rw.01 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak
Jawa Tengah. Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid
VI, Penebar Pustaka 2018.
91. Sri Sunarti,M.Pd.,Lahir di Indramayu, 24 Mei
1965, Alumni Pascasarjana UPI Bandung. Mengikuti
antologi bersama : Antologi Puisi Resital dari Negeri
Minyak , (Dewan Kesenian Indramayu DKI, 2001),
Perempuan di Persimpangan ,(DKI,2003),Romantisme
Negeri Minyak (DKI-Formasi,2013}, Cimanuk,Ketika
Burung-burung Kini Telah Pergi, Antologi Puisi 100
Penyair Nusantara,(Lovz Rinz
Publishing,Cirebon,2016), Tadarus Puisi, Penyair
Indonesia Modern, Antologi Bersama, (CV Media
Pustaka,Yogyakarta,2017) ,Negeriku Terjajah (CV
Media Pustaka,Yogyakarta,2017), Menebar Karakter
Sampai Papua. Implementasi Penguatan Pendidikan
Karakter (CV Mediaguru, Surabaya,2017).
Cerita pendeknya terdapat di Maaf Buku Ini Aku
Simpan , Kumpulan Cerpen Guru Penulis Sagusabu
(Ciayumajakuning,Yayasan Pelita Parahiyangan
Goebok Senja Poestaka, Bandung,2018). Antologi
Cerpen Matahari Retak di Atas Cimanuk (DKI,2010),
Menulis Karya ilmiah di Kumpulan Karya Ilmiah Riksa
Bahasa II, Penyandingan Bangsa melalui
Pengajaran Bahasa bagi Penutur Asing (Rizqi Press,
Bandung,2010),

184
92. Syaiful B. Harun, nama lainnya Arie Png. lahir
Palembang,16-06-1967. Berprofesi sebagai salah
seorang guru di Ma'had Al Islamiy Aqulu-el Muqoffa.
Semasa kuliah telah tertarik pada puisi terlebih sejak
menjuarai "Lomba Cipta Puisi Provinsi Bengkulu"
dalam rangka memperingati Penyair Chairil Anwar
pada tahun 1996. Buku yang pernah diterbitkan
berupa kumpulan puisi "Nyanyian Cerita Fajar"
(Palembang, 2004) dan Apresiasi dan Menulis Puisi
(Palembang, 2018), serta beberapa buku antologi puisi,
yaitu Antologi "Gerhana" Memperingati Peristiwa
Gerhana Matahari Total di Sebagian Wilayah
Indonesia - Rabu, 9 Maret 2016 (Jakarta, 2016),
Antologi “Kebangsaan” (Depok, 2018), Antologi Puisi
“Angin” (2018), dan Antologi “Kenangan Masa Lalu”
(2018).

93. Syahriannur Khaidir, lahir di Sampit tanggal


26/09/1975 Provinsi Kalimantan Tengah, mengenyam
pendidikan terakhir di Universitas Islam Malang, lulus
1999. Menulis puisi baginya merupakan proses
pembelajaran secara kontinyu dalam upaya
menuangkan ide kreatif dan imajinatif, Di samping
menulis, aktivitas sehari-hari sebagai tenaga pengajar
di SMKN 1. Karyanya dimuat dalam antologi
bersama:- Antologi Puisi Membaca Kartini oleh :
Komunitas Joebawi 2016,- Antologi Arus Puisi Sungai
oleh : Tuas Media, April 2016,- Antologi Puisi Peduli
Hutan oleh : Tuas Media, Agustus 2016,- Antologi Puisi
Rasa Sejati oleh : Lumbung Puisi Jilid V 2017 Penebar
Media Pustaka - Antologi Puisi Kita Dijajah Lagi oleh :
Lumbung Puisi/HMGM/Penebar Media Pustaka 2017, -
Antologi Puisi Tadarus Puisi oleh : Lumbung Puisi/
Penebar Media Pustaka 2017,- Antologi Puisi Indonesia
Masih ada Bulan yang akan Menyinari oleh : D3M

185
KAIL 2017, - Kumpulan Puisi Mencari Ikan Sampai
Papua oleh : Penebar Media Pustaka 2018.

94. Sus S. Hardjono lahir 5 Nopember l969 di


Sragen. 1990 an - Aktif menulis puisi, cerpen dan
geguritan dan novel sejak masih menjadi mahasiswa,
serta mempublikasikannya di berbagai media massa
yang terbit di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Diantara
puisinya dimuat di Bernas, KR , Pelopor Jogya ,
Merapi , Solo Pos, Joglo Semar, Suara Merdeka,
Wawasan, Swadesi , Radar Surabaya ,Minggu Pagi ,
Cempaka Minggu. Mengikuti berbagai antologi
bersama nasional. Mengelola Rumah Sastra Sragen di
Sragen.

95. Tarni Kasanpawiro, Lahir di Kebumen 01


Desember 1971, Suka menulis puisi dan cerpen sejak
bangku SMP, hobby menari. Beberapa puisinya
tergabung dalam antologi puisi bersama
"Pinangan(Dapur Sastra Jakarta) , Mendekap
Langit(Gempita Biostory) dan Puisi Menolak Korupsi
jilid 2.
96. Tajuddin Noor Ganie (TNG), lahir di
Banjarmasin, 1 Juli 1958. Sarjana S.1 PBSID STKIP
PGRI Banjarmasin (2002) dan Sarjana S.2 FKIP
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (2005).
Pensiunan ASN Dinas Tenaga Kerja Provinsi
Kalimantan Selatan (2016). Dosen PBSID STKIP PGRI
Banjarmasin dengan banyak mata kuliah, antara lain
Penulisan Kreatif Sastra, dan Penelitian Sastra dan
Pengajarannya. Mulai menulis puisi, cerpen, dan esei
sastra sejak tahun 1980. Antologi puisi yang sudah
terbit adalah Bulu Tangan (Tuas Media Publisher,
Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 2012),

186
dan Perahu Ilalang (FAM Publisihing, Pare, Kediri,
2016). Sering diundang baca puisi dan sebagai
pembicara untuk topik-topik menulis karya sastra,
kajian sastra, sejarah sastra, sastra Banjar, budaya
Banjar, dan folklor Banjar dalam pertemuan ilmiah di
kampus-kampus dan di luar kampus di kota
Banjarmasin, Surabaya, Solo, dan kota-kota besar
lainnya di tanah air. Penerima Anugerah Pemuda
Pelopor Bidang Sastra dari Menteri Negera Pemuda
dan Olahraga (Ir. H. Akbar Tanjung, 1991), Hadiah
Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalsel (Ir. H. Gusti
Hassan Aman, 1998), Anugerah Astraprana sebagai
Sastrawan Banjar dari Kesultanan Banjar (Sultan Haji
Khairul Salleh Al Mu’tashim Billah, 2014), Anugerah
Budaya dari Gubernur Kalsel (Drs. H. Rudy Ariffin,
MM, 2014), Sastrawan Kalsel Berprestasi dari
Walikota Banjarbaru (Drs. H. Ruzaidin Noor, 2014),
dan Penghargaan Seni Kota Banjarmasin untuk
bidang Seni Sastra .
97. Tri Munawaroh. Puisinya mengisi Lumbung
Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
98. Virna Mutiara Wahyu, lahir di Jakarta pada 15
November 1996. Seorang mahasiswi di UIN Jakarta,
mulai serius untuk belajar menulis ketika
bergabung di komunitas Rumah Membaca Indonesia
yang dikelola oleh penulis A’yat Khalili.

99. Vitalis Koten , TTL: Malaysia, 28 Desember 1995


Umur: 22 Tahun .Agama: Katolik , Sekolah: STFK
Ledalero , Maumere , tinggal di Maumere –
Flores.Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI,
Penebar Pustaka 2018,

187
100. Wadie Maharief, adalah wartawan senior KR
Jogyakarta, dan di beberapa media di Jogyakarta.
Dikenal sebagai budayawan. Menulis puisi di berbagai
antologi bersama nasional.

101. Wage Tegoeh Wijono lahir di Solo menggali


kreativitas di Semarang, Pernah menjadi jurnalis di
beberapa media masa sembari menulis karya sastra
dan berteater. Pernah pula tercatat sebagai anggota
Bengkel Tater Rendra. Sejumlah karya sastranya
dimuat dibeberapa media masa. Tinggal di
Purwokerto.

102. Wahyudi Abdurrahman Zaenal ( IBN


Sinentang) lahir di kota Pontianak tanggal 24 April
1966. Nama penanya, antara lain; Wyaz Ibn
Sinentang, Fatwa Taqhanqheru Damara,
Wahyudi Abdurrahman Zaenal, dan Wahyu
Yudi. Mulai menulis puisi sejak tahun 1980. Selain puisi
juga menulis cerita pendek, dan artikel. Karya-
karyanya pernah dimuat di beberapa media lokal,
Nasional/luar pulau, Negeri Jiran, dan online.
Karyanya juga terangkum dalam beberapa kumpulan
bersama; Antologi Puisi Bangkit III (Studio Seni Sastra
Kota Batu, 1996), Jepin Kapuas Rindu Puisi (DK
Kalimantan Barat, 2000), Diverse (Shell-Jagad
Tempurung, June 2012), Flows Into The Sink
Into The Gutter (Shell-Jagad Tempurung, 2012), Suara
Lima Negara (DRSB, 2012), Indonesia dalam Titik
13 (Aswaja Jogya, 2013), Kepada sahabat (DBP
Sarawak, 2013), Bukan Menari di pentas Peluru 1-
2 (PPK – Kelantan, 2013/2014), Puis 2,7: Apresiasi &
Kolaburasi (Bengkel Publisher, 2013), Puisi Menolak
Korupsi II (2013), Dari Dam Sengon ke Jembatan

188
Penengel (Dewan Kesenian Kudus, 2013), Hitam
Putih (DBP Sabah, 2013), Tifa Nusantara 2 (DKK
Tangerang, 2013), Lentera Internasional II (PBKS,
2014), Karah Passie (DK Aceh Barat 2016), Siginjai
Kata-kata (DK Jambi, 2016), Ije Jela (DK Batola –
Kalsel, 2016), Lumbung Puisi IV(Sibuku, 2016), Y0gya
dalam Nafasku (Seminar Internasional Sastra Antar
Bangsa, 2016), 6,5 SR Luka Pidie Jaya (Ruang Sastra,
2017), Seloka(Gaksa Enterprise, 2017), Langit Kita
(Pena Padu, 2017). Antologi Cerpen Kain Tilam (DK
Kalimantan Barat, 1998), Kalbar Berimajenasi (STAIN
Press, 2012), 22 Cerpen Borneo Pilihan 2012 (DRSB,
2012). Antologi Puisi tunggalnya Bersama Hujan
(Kelompok Empat Kreatif, 2011), Hijrah(Kelopak
Poedjangge/SEC, 2012), Nyanyian Lilin Putih(Shell-
Jagad Tempurung, 2012), Perjalanan Sajak Bulan
Kosong (Kelopak Poedjangge/SEC, 2013), Rekah
Camelia di Langit Desember(Kelopak Poedjangge/SEC,
2014), Tiga Ibu (Guepedia, 2016), Kumpulan Cerpen
tunggalnya Puing (Jentera Pustaka, 2014). Pernah
tergabung dalam Kompak (Kelompok Penulis
Pontianak), Sanggar CS2K (Cipta Sastra Swara
Khatulistiwa), Bengkel Sastra Kalbar, salah satu
pendiri IPSKH (Ikatan Penulis Sastra Kota
Hantu), Komite Sastra Dewan Kesenian Kota
Pontianak (2002–2005), owner Kelopak
Poedjangge & SEC (Smart Educational Centre).
103. Wardjito Soeharso lahir di Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah, namun mengenyam
pendidikannya di Kota Salatiga. Sejak usia muda,
Wardjito sudah mengakrabi dunia seni melalui bacaan
komik, cerita silat, dan cerita anak-anak. Dia mulai
menulis puisi dan prosa ketika masih duduk di bangku

189
SMP dengan mengirimkan karyanya, baik di majalah
remaja maupun di majalah dinding sekolahnya.
Lantas dia memperdalam minat sastranya dengan
melanjutkan kuliah di jurusan Sastra Inggris, Fakultas
Sastra Universitas DiponegoroSemarang. Selama
kuliah, dia aktif dalam kegiatan kelompok teater
kampus. Dalam wadah inilah minat dan bakat
menulisnya semakin terasah. Banyak puisi dan naskah
drama telah ditulisnya. Begitu menyelesaikan
kuliahnya, dia bekerja sebagai pegawai negeri sipil
(PNS) di Kantor Wilayah Departemen Penerangan
Provinsi Jawa Tengah. Kesibukannya sebagai PNS pun
tak menyurutkan minatnya untuk tetap menjalani
proses kreatif sebagai penyair. Bahkan, dari
instansinya, dia memperoleh beasiswa melanjutkan
pascasarjana di Universitas Boston, Massachusetts,
Amerika Serikat dengan mengambil konsentrasi pada
bidang International Coummunication. Kini dia
menjabat sebagai widyaiswara Badan Diklat Provinsi
Jawa Tengah sembari terus berkarya dan
menggerakkan generasi muda untuk mencintai sastra.
Karya: Mendung di Atas Kota Semarang (1983),
Penerbitan Pers di Indonesia: Dari Undang Undang
Sampai Kode Etik (Aneka Ilmu Semarang, 1993),
Antologi Puisi Penulismuda (Media ESolusindo
Semarang, 2007), Yuk, Nulis Puisi (Percetakan Negara
RI Surabaya, 2008), Yuk, Nulis Artikel (Media E-
Solusindo Semarang, 2009), Phantasy Poetica-
Imazonation (pmpublisher Semarang, 2010), Ide,
Kritik, Kontemplasi (pm-publisher Semarang, 2010),
Puisi Menolak Korupsi 1 (Forum Sastra Surakarta,
2014), Puisi Menolak Korupsi 2 (Forum Sastra
Surakarta, 2014) bekerja sebagai pegawai negeri sipil
(PNS) di Kantor Wilayah Departemen Penerangan
Provinsi Jawa Tengah. Kesibukannya sebagai PNS pun
tak menyurutkan minatnya untuk tetap menjalani

190
proses kreatif sebagai penyair. Bahkan, dari
instansinya, dia memperoleh beasiswa melanjutkan
pascasar jana di Universitas Boston , Massachusetts ,
Amerika Serikat dengan mengambil konsentrasi pada
bidang International Coummunication. Kini dia
menjabat sebagai widyaiswara Badan Diklat Provinsi
Jawa Tengah sembari terus berkarya dan
menggerakkan generasi muda untuk mencintai sastra.
Karya:Mendung di Atas Kota Semarang (1983).
Penerbitan Pers di Indonesia: Dari Undang Undang
Sampai Kode Etik (Aneka Ilmu Semarang, 1993)
Antologi Puisi Penulismu da (Media E Solusindo
Semarang, 2007), Yuk, Nulis Puisi (Percetakan Negara
RI Surabaya, 2008), Yuk, Nulis Artikel (Media E
Solusindo Semarang, 2009), Phantasy Poetica
Imazonation (pm publisher Semarang, 2010), Ide,
Kritik, Kontemplasi (pm publisher Semarang, 2 010),
Puisi Menolak Korupsi 1 (Forum Sastra Surakarta,
2014)Puisi M enolak Korupsi 2 (Forum Sastra
Surakarta, 2014)Memo Untuk Presiden (Forum Sastra
Surakarta, 2014) Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia
(HMGM Indramayu, 2014) Pengantin Langit (BNPT
dan Komunitas sastra Indonesia Jakarta, 2014) Puisi:
Medium Komunikasi dalam Pembelajaran
(AzzaGrafika, 2014) Kumpulan Puisi: Sakkarepmu!
(HMGM Indramayu, 2015)

104. Wirol O. Haurissa, (Attrydos) lahir di


Ambon Maluku, 1 September 1988. Sarjana Sains
Teologi, Fakultas Filsafat Teologi di Universitas
Kristen Indonesia Maluku. Dan study Magister Ilmu
Susastra, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Sesehari menulis puisi, cerita pendek dan skrip teater,
mendirikan Bengkel Sastra Batu Karang, menjalani
pementasan-pementasan independen teater dan sastra
di kota Ambon, Depok, Surabaya dan kota Salatiga.

191
Puisi dan esai tersebar di media online, majalah, buku.
Beberapa puisi termuat dalam Antologi Penyair
Maluku Biarakan Kami Bakale, Revolusi cendrawasih,
Mata Aru, Pemberontakan Dari Timur, Sastra
Kepulauan VIII, SekarpeMu, Surat Cinta Untuk
Makassar, Kita Dijajah Lagi dan Bilingual Short
Fiction by The Infernon - Love to Whom It may
Concern ajd Other Stories . Pernah menjadi juara satu
lomba Menulis dan Baca Puisi Universitas Swasta
Wilayah XII Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat di Ternate. Pernah menjadi juri Lomba Baca
Puisi Pelajar SMP sepulau Ambon dalam memperingati
Hari Ulang Tahun Merah Saga. Pernah menjadi
Fasilitator Pelatihan Cipta dan Baca Puisi Perdamaian
di Pusat Studi Perdamaian, Pascasarjana Teologi
UKIM Ambon.

105. Yan Ari Wibowo, lahir 07 Januari 1990 di Ds


Kedungmenjangan, Purbalingga, Jawa Tengah.
Tinggal di Jakarta. Puisinya mengisi Lumbung Puisi
Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
106. Yanu Faoji, lahir di Banyumas pada tanggal 13
januari 1995. Memasuki sekolah dasar dan Sekolah
Menengah Pertama di Gumelar, Banyumas, Jawa
Tengah. Kemudian hijrah ke ajibarang untuk
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN
Ajibarang dan melanjutkan studi di perguruan tinggi
swasta di purwokerto. Sekolah tinggi Teknologi
Telematika Telkom. Dan sekarang sedang melanjutkan
program studi lanjut perguruan tinggi Teknik Elektro
di Universitas Mercubuana Jakarta. Sambil magang di
salah satu bank di Jakarta.

192
107. Yemi Alfiani , lahir di Koto Rendah, 15 Juni
1993. Kerinci Profinsi Jambi. Tinggal di Kab. Kerinci.
Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar
Pustaka 2018.
108. Yoseph Yoneta Motong Wuwur, lahir di
Kalikasa, 17 Mei 1984 merupakan Alumnus Fakultas
Pertanian Universitas Flores, Ende-Flores- NTT. Perna
Bekerja Sebagai Staf lapangan Pada Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata- NTT.
109. Yuri Rakasiwi, penyair ini berasal dari
Mempawah, Kalimantan Barat. Puisinya mengisi
Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018.
110. Zam'sta, adalah nama pena dari Moh Rikzam,
lahir di Sumenep 07 April 1989. Bergiat di Masyarakat
Bawah Pohon Yogyakarta (2009-2012) Komunitas
Pelar Sumenep (2014-2015). Saat ini, bersama teman-
temannya mendirikan komunitas 'Pabengkon Sastra'
di kampungnya. Puisinya disiarkan di buletin,
majalah, program sastra radio dan juga terkumpul
dalam antologi bersama; Narasi Tembuni, Gemuruh
Ingatan, Rumah Pohon.

193
Puisi Indah di Indonesia Lucu

Ada yang sangat apik dari penyair yang juga seniman


Arya Setra yang berjudul Opera Cicak.
Syahriannur Khaidir, penyair yang mulai menanjak
namanya memberikan pusi yang bagus dengan judul
Njentit.
Penyair muda berbakat Adelia Dwi Cahyani tampil
memukau dengan berjudul Ayahku dan Mamahku.
Begitu juga Funuun A.B.M dengan puisi Negeri
Tuyul menambah kelucuan Indonesia.
Penyair lain Khoerun Nisa memberi puisi apik
dalam Cinta zaman New.
Di lain penyair Raditya Andung Susanto dalam
judul Menonton Televisi :
Penyair Roni Nugraha Syafroni dalam puisi
berjudul Racun juga menggambarkan lucunya
Indonesia.
Nurholis dalam puisi Pusingan Secangkir Kopi
katanya seperti nonton jangan dilewat untuk dinikmati
senyum.
Judul yang bagus juga disugugkan oleh Tarni
Kusprawiro seperti Rebutan Piring.
Judul yang bagus juga disuguhkan Dicky Armando,
S.E berjudul Menukar Nasib.
Berikut Puisi pendek karya Arya Setra berjudul
Opera Cicak:
//Pertunjukan opera cicak
Para pemainnya sungguh kocak
Ada peran berpura pura sakit
Ada peran teraniaya diskriminalisasi
Ada peran merasa paling hebat
Mengangap yg lain tidak ada apa apanya..
Sementara para penonton teriak menjerit karena
harga-harga yang selangit

194
Ada pula yang mencibir karena tidak puas atas
pertunjukan nya
Dan ada juga yang terdiam seakan pasrah akan akhir
cerita..
Sementara diriku....
Haruskah aku tertawa, menangis atau terdiam melihat
kenyataan yang ada ??? //
Syahriannur Khaidir dalam Njentit:
//.…/Indonesia kan asik
Maling ayam ditendang jungkir-balik
Koruptor dikondang banding bolak-balik
Hukum peceklik
Orang luar cekikak-cekikik//.
Adelia Dwi Cahyani dalam puisio pendek yang
sederhana namun cukup membuat senyum
pembacanya. Ia menulis dalam Ayahku:
//Suaminya mamaku
Ayahnya kakakku
Ayahnya adikku
/Ayahku..................
Anaknya kakekku
Anaknya nenekku
/Ayahku
Kaulah ayahku//.
Funuun A.B.M dalam Negeri Tuyul:
//Tugas negara kini jadi bisnis keluarga
Memudahkan komunikasi, lagaknya.
Ada yang diusung jadi bupatinya
ininya jadi tangan kanannya
itunya jadi penasehatnya,
anunya jadi entah siapanya
Belum lagi lain-lainnya. ….//
Khoerun Nisa di puisinya Cinta zaman New.
//…..Cinta dalam pegangan layar
Jadikan pendamping hati
Dalam sisi keadaan

195
Layar yang terfokuskan
Tersenyum geli
Rasa salahmengartikan
Cinta bertemu dalam layar
Pertemuan sebelah bagian
Hanya luar yang terpandang
Dengan rayuan gombal…//
Di lain penyair Raditya Andung Susanto dalam
judul Menonton Televisi :
//Bumi sudah tampak ramai
Kabarnya ;
akan ada sinetron baru
yang diputar di stasiun swasta
nasional hingga mancanegara
Ada guyonannya, seriusannya
ada juga yang cuma banyak bicara
saat adegannya…//
Penyair Roni Nugraha Syafroni dalam puisi
berjudul Racun juga menggambarkan lucunya
Indonesia.
//Kursi seringkali menjadi saksi,
Pada nafas-nafas deru kedudukan.
Sering bersitegang hingga renggang mati,
Tiadalah lagi puing-puing peradaban/…
…/Melingkar tiada guna,
Walau rupiah terbang melayang.
Kami di sini hanya menyeringai,
Senang senang ha ha ha .//
Demikian tampak dalam puisi Nurholis berjudul
Pusingan Secangkir Kopi :
//…./Ampas kopi adalah hak wajah
Dibalurkan sebagai cat wajah ala tentara
Bukan untuk gerilya
Tapi sembunyi dari kejaran tikus-tikus penguasa/
/Cangkir kosong adalah hak sunyi
Kasihan! Kursi goyang mengayun tubuhnya sendiri

196
Sudah lama sekali mulut-mulut dibungkam rapat
Maka biar cangkir dibanting saja, biar ramai//
Sigar Aji Poerana dalam puisi pendek cukup
membuat lucunya Indonesia. Demikian puisi
Mudahnya Cari Makan dan Jabatan:
//Kau mau yang cepat?
Ada/
/Kau mau yang mudah?
Tentu ada!/
/Di negeri ini banyak yang instan
Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini //.
Penyair Dicky Armando dalam puisi
Menukar Nasib menyuguhkan puisi yang juga lucu
dan menarik:
//Jangan jadi orang miskin, Kawan!
Karena fakir dilarang sakit,
disuruh diet pula.
Jangan pula mengeluh soal listrik.
Tak sanggup bayar, cabut saja meterannya!
Perihal makanan apalagi,
daging sapi mahal, telan saja keong sawah.
Selesai urusan./…//
(Rg Bagus Warsono, penyair tinggal di Indramayu)

197
198

Anda mungkin juga menyukai