Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Isi di luar tanggung jawab percetakan.
Ketentuan pidana Pasal 72 UU Nomor 19 tahun 2002
vi Pe rse m ba h a n
Kata Pengantar
A
lhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT atas selesainya penulisan buku “Australia dari Dekat:
Berbagi Pengalaman dan Tips Hidup” ini. Dari beasiswa ADS, penulis
berkesempatan tinggal dan belajar di Australia, sesuatu yang tidak
setiap orang bisa merasakannya. Melalui buku ini, penulis ingin
berbagi pengalaman, suasana, dan kehidupan di Australia yang
diramu dengan latar belakangnya sebagai mahasiswa Master of
Public Policy di ANU.
Buku yang ada di tangan pembaca ini merangkum
pengalaman-pengalaman menarik tersebut. Pembaca akan
diajak penulis untuk menyelami sejarah, memahami budaya,
tata pemerintahan, menelusuri jalan-jalan dan keindahan
kota-kotanya, mendaki ke puncak ketinggian menaranya,
merasakan segar alam lingkungannya, larut dalam hiruk-pikuk
pasar sosial dan budayanya, mencicipi dunia akademisnya,
menelusuri lorong alam pikiran dan spirit warganya, menengok
komunitas muslimnya dan bahkan mengumpulkan ceceran
jejak kisah dari rubbish bin-nya.
Inspirasi buku ini berasal dari peristiwa-peristiwa
keseharian yang dirasakan sendiri oleh penulis, dari pengalaman
menjadi cleaning service dan casual work lainnya, bertemu
K at a Pe n ga nt a r vii
dan bicara dengan perdana menteri Australia, diwawancarai
Radio Australia, serta tentu saja, penjelajahan berbagai sudut
kota-kota, tempat-tempat menarik, serta interaksi budaya
yang terjadi. Warna-warni pengalaman tersebut mengusung
tema-tema Australia dari Dekat, Pengalaman di ANU, Islam di
Australia, dan tips hidup serta keunikan Australia.
Pengalaman selama hidup dan menempuh studi di negeri
kanguru tersebut penulis tuangkan dalam artikel-artikel
dengan tema yang berbeda-beda. Artikel-artikel tersebut
memperoleh sambutan yang antusias di Kompasiana,
Hidayatullah.com, Koran Fajar Australia, Majalah Potret, Buku
FLP Australia dan berbagai blog pribadi. Sebagai buku, tema-
tema tulisan tersebut sudah bisa mewakili gambaran utuh
tentang negeri koala namun dengan “resolusi pemotretan”
yang tinggi. Tak lupa penulis lampirkan juga berbagai foto
koleksi yang relevan untuk mendukung deskripsi artikel
tersebut.
Melalui buku ini penulis ingin agar pengalaman berharga
tersebut bisa dinikmati oleh sebanyak mungkin pembaca.
Komentar-komentar yang penulis terima atas berbagai tulisan
tersebut di berbagai media elektronik mendorong penulis
untuk mengumpulkannya dan menghidangkan kepada Anda.
Semoga kumpulan duapuluh delapan artikel bisa memberi
inspirasi bagi para pembaca sekalian.
Mungkin beberapa di antara Anda ingin mengunjungi,
belajar, atau bekerja di Australia suatu hari nanti. Untuk
Andalah buku ini khusus saya tulis. Bagi Anda yang tertarik
ingin mengetahui seluk-beluk berbagai negara, maka buku ini
adalah inside story dari orang yang pernah tinggal di Australia.
viii K at a Pe n ga nt a r
Semoga buku; “Australia Dari Dekat: Berbagai Pengalaman dan
Tips Hidup” ini juga bisa menjembatani perbedaan budaya
antara Indonesia dan Australia.
Melalui media ini, tak lupa saya ingin berterima kasih
kepada AUSAID atas Australian Development Scholarship-
nya, Iwan Triyuwono dan Barbara Wiechecki atas inspirasinya,
Thoso Priharnowo atas review naskah awal, Handy Asikin
dan Ade Isyanah atas supportnya, teman-teman di Crawford
School of Economics and Government Faisal Jabbar, Didik
Mulyanto, Marudut Napitupulu dan Herry Indratno atas
pengalaman bersama, Irma Handayani atas komentarnya,
Norman Abjorensen yang mengunjungi blogs saya, Wiwied
Mulyadi dan Dian Islamiati Fatwa atas bantuannya. Akhirnya,
ungkapan kasih yang dalam saya sampaikan kepada istri
tercinta Alvien Nur Amalia dan putraku, Muhammad Al Fatih
Paramayodha, yang menemani mengisi hari-hari yang penuh
warna di Australia dan dengan sabar memberi waktu saya
menuliskannya untuk Anda.
Nico Andrianto
K at a Pe n ga nt a r ix
Daftar Isi
Persembahan...................................................................... vi
Kata Pengantar.................................................................... vii
Daftar Isi.............................................................................. x
1. Patriotisme Australia, Pandangan Seorang Indonesia..... 1
2. Sistem Pemerintahan Australia, Sebuah Refleksi.........` 9
3. Australia dari Dekat: Kehidupan Sehari-hari................. 17
4. Australia dari Dekat: Berlalu Lintas............................... 25
5. Radio Australia............................................................. 33
6. Etos Australia................................................................ 39
7. Museum-Museum Australia......................................... 47
8. Belajar dari Pengelolaan Alam Lingkungan di Australia..... 55
9. Makanan Indo di Oz...................................................... 63
10. “Duit Ostrali”................................................................ 69
11. Melbourne, Sydney, atau Canberra,
Terbaik untuk Kuliah?................................................... 77
12. Merasakan Kuliah di Australia...................................... 85
13. Belajar dari Kosmopolitanisme di ANU........................ 93
14. Memimpin dengan Kerendahan Hati........................... 99
15. Festival Indonesia di Canberra, Australia...................... 105
16. Pagelaran Wayang Kulit di National Gallery of Australia... 111
17. Virus Narsis dari Canberra............................................ 119
18. “Babi Halal” dan Multikulturalisme di Australia........... 127
x Daft a r Isi
19. Yarralumla Mosque, Masjid Segala Bangsa.................. 135
20. Ramadhan Ceria Muslim Canberra............................... 141
21. Protes-Protes di Negeri Kanguru.................................. 147
22. Balai Bahasa, Soft Power Indonesia.............................. 155
23. Buku dan Transmisi Ilmu di Australia............................ 161
24. Diaspora Orang-Orang Nusantara................................ 167
25. The Cleaner.................................................................. 175
26. Pelatihan Menulis di Canberra..................................... 181
27. Tips Hidup di Australia.................................................. 187
28. Yang Unik-Unik di Australia........................................... 197
Daft a r Isi xi
Patriotisme Australia:
Pandangan Seorang Indonesia
S
etiap 25 April Australia menggelar ANZAC parade di depan
War Memorial, lima menit jalan kaki dari unit (rumah) saya
di bilangan Campbell, Canberra. Pada hari tersebut, Perdana
Menteri Australia beserta segenap veteran dari berbagai angkatan
dan generasi berkhidmad untuk sebuah peristiwa besar.
ANZAC day adalah peringatan kekalahan Australia
terhadap Turki di tahun 1915 pada pertempuran di Teluk
Gallipolli dengan korban sebanyak 8.709 pasukan. Australia
yang bertempur bersama Inggris, Perancis dan British India
2
shrine pada jam 11 tanggal 11 bulan 11 (saat Jerman menyetujui
gencatan senjata pada sekutu). Jika di dalam War Memorial
dipajang berbagai peralatan perang dan memorabilia di berbagai
konflik dalam penataan yang excellent, di the shrine dipamerkan
panji-panji bendera pasukan serta berbagai bintang jasa para
pahlawan Australia.
Penghargaan terhadap tentara yang pernah berjuang dan
bertugas demi negara sangat tinggi di Australia. Mereka yang
sudah tua tetap dihormati dan diposisikan di tempat terhormat.
Anak-anak remaja berpakaian ala tentara juga terlihat mengikuti
parade pasukan dan turut dalam peserta upacara. Setelah pidato
Perdana Menteri Kevin Rudd, disusul dengan devile pasukan
dan diakhiri dengan lintasan pesawat jet tempur (FA-18) yang
menggelegar.
4
menaikkan kepercayaan diri Australia, yang diabadikan dalam
bentuk koleksi kapal perang, film, dan multimedia rekonstruksi
pertempuran laut yang menarik di dalam War Memorial tersebut.
Yang ingin di-framing serta ditransfer dalam museum perang
tersebut adalah “mental juara” para pendahulu.
Dalam sebuah diskusi dengan dosen di kampus, terungkap
bahwa Australia tidak akan lepas dari orbit Amerika Serikat,
karena posisi geopolitiknya yang sudah given. Ketakutan Australia
akan “bahaya kuning dari utara” masih ada, sehingga banyak
kebijakan perang dan damai Australia harus mengikuti para
aliansinya tersebut. Boleh dikata kebijakan untuk berperang
di Korea, Vietnam, Iraq, dan Afghanistan saat ini bukan semata
sebagai ekspresi ungkapan “right or wrong is my country”, namun
juga terkait erat dengan kepentingan Australia di kawasan.
Kini Australia telah menjelma menjadi negara multikultur
dengan lebih dari 8,7 persen penduduknya berlatar belakang
Asia (sensus 2006). Beberapa Perdana Menteri Australia seperti
Paul Keating dan Kevin Rudd juga menginginkan Australia lebih
dekat dengan Asia. Meski belum berhasil, upaya Australia menjadi
6
sangar melihat gedung yang merupakan “Pentagon”-nya Australia
ini. Di Canberra juga terdapat Australian Defence Force Academy
(ADFA) dimana banyak perwira TNI belajar di sana, selain di tempat
lain semacam University of Wollongong atau di ANU.
Sepertinya bangsa kita bisa mengambil pelajaran dari cara
bangsa Australia menghargai orang-orang yang telah berjasa
kepada negara. Karena saat ini negara kita seolah telah melupakan
para pejuangnya, khususnya yang telah merebut kemerdekaan
atau yang pernah bertugas dalam pembebasan Papua atau Timor-
Timur yang merupakan keputusan politik saat itu. Selain pendek
ingatannya dalam menghargai pahlawan, orang Indonesia juga
lembek dalam menghukum para pengkhianat, seperti para mafia
pajak yang menghebohkan saat ini. Di Indonesia batas antara
pahlawan dan pengkhianat sangat tipis.
Perilaku para pejabat yang suka korupsi seakan menganggap
negara kita adalah warisan “engkong”-nya sendiri. Bagaimana
semangat kepahlawanan bisa tertransfer ke generasi yang lebih
muda, kalau kesadaran bahwa keberadaan kita hari ini adalah
hasil perjuangan para pendahulu dengan pengorbanan darah dan
8
Sistem Pemerintahan Australia,
Sebuah Refleksi
A
da dua peristiwa yang menghubungkan saya dengan
pemerintah Australia. Pertama, saya mendapatkan beasiswa
Australian Development Scholarship, sebuah beasiswa yang
diberikan oleh pemerintah federal Australia kepada negara-negara
berkembang untuk mendorong pembangunan di negeri sasaran.
Peristiwa yang kedua, saat saya mengurus childcare benefit (CCB)
untuk anak saya di centre link di Braddon, Canberra, ACT. Kedua
10
Negara tetangga di sebelah selatan (australis: latin) kepulauan
Nusantara ini adalah bagian dari monarkhi Inggris dibawah
Ratu Elizabeth II seperti dalam coin Australia dengan Gubernur
Jenderalnya sekarang bernama Quentin Brice yang istananya ada
di Canberra.
Benua yang dulunya sering dikunjungi pencari teripang dari
Makassar dan berpenduduk asli bangsa Aborigin ini dikolonisasi
oleh Inggris sejak kedatangan Kapten Phillip Arthur pada 26
Januari 1788 di Sydney cove, meski sebenarnya banyak penjelajah
Belanda dan Eropa lainnya yang mendarat sebelumnya seperti
Williem Janszoon, William Dampier atau Captain James Cook yang
rata-rata juga sampai ke Batavia (Jakarta). Tak mengherankan
nama lama Australia adalah New Holland.
Bangsa Aborigin yang tinggal di Benua Australia sejak 40 ribu
sampai 45 ribu tahun yang lalu dengan lebih dari 250 bahasa dan
suku ini terdesak sejak kedatangan bangsa Eropa yang lebih maju
secara peradaban. Persaingan memperebutkan lahan yang tak
jarang dengan penggunaan senjata terjadi dengan menyisakan
kisah-kisah pilu serta cerita tentang “penghilangan generasi”,
upaya men-civilize-kan Bangsa Aborigin dengan mengambil paksa
anak-anak mereka untuk dibesarkan di keluarga Eropa.
Benua yang pada mulanya dijadikan tempat pembuangan
narapidana dari Inggris ini kemudian semakin ramai oleh
pendatang dan imigran sejak ditemukannya emas (gold rush) pada
awal 1850 di Ballarat, dekat Melbourne.
Kemudian bermunculan kota-kota pusat hunian yang
berkembang menjadi negara-negara tersendiri (state). Australia
terbentuk dari bergabungnya enam koloni Inggris (self governing)
pada tahun 1901 menjadi sebuah negara federal. Masing-masing
12
wilayah-wilayah berpenghuni lain misalnya cristmas island
(sebelah selatan pulau Jawa) dan cocos island yang dijalankan
berdasarkan hukum federal.
Australia menganut bicameral parliament yang terdiri dari
Queen dan dua house, yaitu the senate beranggotakan 76 wakil
dan house of representatives beranggotakan 150 wakil. The
senate (the upper house) adalah representasi dari state dengan
masing-masing 12 orang wakil dan dari territory masing-masing
punya 2 wakil. Sedangkan, house of representatives (the lower
house) dengan 150 kursi diperebutkan oleh partai-partai politik
berdasarkan electorates/seats yang dialokasikan di berbagai
negara bagian berdasarkan banyaknya populasi. Saat ini Australia
dipimpin oleh Julia Gilard dari Labor Party yang ditunjuk oleh
Gubernur Jenderal karena memenangkan mayoritas tipis parlemen
setelah federal election pada bulan Agustus yang lalu.
Kemenangan Julia Gilard kemarin menarik, karena dukungan
anggota parlemen independen yang biasanya secara tradisional
menjadi bagian dari koalisi Liberal Party yang dipimpin Tony Abbot
bersama National Party, Australian Democrats serta Green Party.
Kemunculan Julia Gilard menggantikan Kevin Rudd (yang menurun
popularitasnya karena isu super tax) sebagai perdana menteri dua
bulan sebelum federal election dilangsungkan turut melapangkan
jalan bagi kemenangan perdana menteri perempuan pertama
Australia ini. Sedangkan, Kevin Rudd saat ini diangkat menjadi
menteri luar negeri, sebuah “turun jabatan” yang bisa dipahami
dalam konteks perpolitikan di Australia.
Federal excutive council adalah institusi yang secara resmi
mewadahi menteri-menteri dalam kabinet Australia. Di Australia
nama kementerian dalam setiap kabinet dinamis termasuk
14
dengan Presiden sebagai kepala negara karena 55% warga
menolaknya dalam referendum tahun 1999.
Di Australia, parlemen negara bagian memiliki kewenangan
perundangan atas polisi dan peradilan negara bagian, urusan
sekolah, jalan, angkutan umum, dan pemerintah lokal yang tidak
diurus pemerintah federal. Di Canberra, urusan manajemen
sampah dilakukan oleh “dinas” di bawah pemerintah ACT yang
seminggu sekali mengambil sampah warga dengan mobil robot.
Pengalaman saya mengurus rego (pajak mobil) di otoritas transpor
ACT sangat efisien dan cepat, hanya membutuhkan 15 menit dari
antri sampai urusan selesai. Demikian juga urusan Tax File Number
dan childcare benefit dimana informasinya dapat dengan mudah
kita peroleh dan urusan cepat selesai jika data kita lengkap.
Di Australia sistem pelayanan pemerintah sudah terintegrasi
jaringan internet, sehingga semua informasi terkait pelayanan
pemerintahan dan transaksinya bisa diakses dari rumah. Terdapat
database yang memungkinkan seluruh data kita diakses dan
digabungkan oleh organ pemerintahan untuk kemudian diambil
sebuah keputusan. Misalnya, saat kita mengurus child care
benefit, atau baby bonus kita bisa mengisi datanya melalui form
di situs centre link pemerintah daerah (state) setempat, dan
datang ke kantor hanya untuk menyerahkan data pendukung atau
mengoreksi kesalahan pengisian data. Data kinerja pemerintahan
dan hasil audit juga bisa kita peroleh di website resmi pemerintah.
Menurut hitungan saya, Indonesia masih memerlukan 40
tahun untuk mengejar ketertinggalan pelayanan publik sekelas di
Australia. Itupun dengan syarat, korupsi bisa dihentikan hari ini
juga dan upaya untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas
publik bukan cuma retoris. Diperlukan sebuah upaya “bersejarah”
16
Australia dari Dekat:
Kehidupan Sehari-hari
S
ore itu kami menemukan sebuah pesawat televisi tergeletak
di tempat sampah Toad Hall, asrama mahasiswa ANU. Dengan
gerakan senyap serta sebisa mungkin menghindari memberikan
jawaban yang “memalukan” kepada penghuni lain, kamipun segera
memindahkan kotak ajaib itu ke kamar dan mencobanya. Ternyata
televisi masih berfungsi dengan baik. Ternyata mitos di negara
maju banyak barang berharga dibuang adalah benar adanya.
Itulah perjumpaan budaya pertama kami dengan Australia.
18
Tayangan multicultural ada di salah satu channel, SBS. Selebihnya
adalah tayangan “Eropa”, “Amerika”, dan “Inggris”.
Setelah puas mengamati berbagai iklan produk di televisi
dari commercial break, kamipun harus memenuhi kebutuhan
alamiah kami, makanan. Civic shoping center di Canberra tempat
belanja terdekat menawarkan berbagai pilihan produk dengan
bermacam kualitas dan harga. Satu hal yang segera kami pelajari
dalam kondisi uang saku yang terbatas adalah, teliti harga
termurah dari berbagai macam jenis barang. Ada merek tertentu
yang menangkap peluang dari konsumen-konsumen berkantung
tipis, seperti kami para mahasiswa pendatang yang sangat
bergantung dari beasiswa ini. Tapi bagaimanapun, standar hidup
kami otomatis ikut meningkat ketika tinggal di Australia, karena
dari produk yang termurah tetap kualitasnya jauh lebih baik dan
lebih bervariasi dari kebanyakan produk sejenis di Tanah Air.
Beasiswa yang kami terima setiap dua minggu (fortnight
stipend) kalau dihitung-hitung sebanding dengan jaminan yang
diberikan kepada pengangguran di sini. Ya, orang tidak bekerja
di Australia ini diberi uang untuk kebutuhan kesehariannya.
Orang-orang yang di-PHK, misalnya karena krisis keuangan global
20
penghangat musim dingin. Mereka hanya meminta “uang kecil”
tanpa memaksa.
“Orang kecil” lainnya yang pernah saya temui adalah Bule
lusuh pembersih kaca mobil sukarela di jalanan, yang melaksanakan
“tugas suci”-nya tersebut karena menjalani hukuman kerja sosial.
Sedangkan pengamen ataupun seniman jalanan pun di sini adalah
professional, dan hanya menyediakan tempat biola atau gitar
sebagai wadah bagi “apresiasi kecil” yang diberikan oleh penonton
yang merasa terhibur dengan penampilannya.
Sebenarnya, kalau mau sedikit peras keringat, tak akan ada
orang kelaparan di Canberra. Kerja dengan skill rendah seperti
cleaner, cashier, atau housekeeping yang banyak dijalani oleh
para mahasiswa kita memberikan dollar pemasukan yang berarti
kalau dirupiahkan. Standar gaji di sini sangat tinggi, mungkin
karena sejarah panjang peran organisasi buruh Australia yang
sampai mempunyai partai sendiri, Labor Party. Berganti-ganti
kekuasaan dengan Liberal Party yang “dikuasai” kaum usahawan,
partai buruh mendominasi jagat perpolitikan negeri kanguru
22
toko kelontong yang menyediakan berbagai bahan makanan
Asia biasanya dikelola orang-orang Vietnam. Australia memang
menjadi multikultur dalam beberapa dekade terakhir, dengan
populasi masyarakat India maupun China yang signifikan.
Beberapa diantara mereka bahkan masuk dalam jajaran kabinet
pemerintahan seperti minister for finance and deregulation,
Penny Wong, saat ini.
Masalah etnis di negeri multiethnic ini adalah krusial.
Masyarakat berlatar belakang India, Pasifik, Libanon, Asia dan
Eropa lainnya harus dikelola untuk menghindari konflik sosial.
Ditengah gejolak ekonomi dunia yang tidak selalu bagus, sebagai
eksportir layanan pendidikan, Australia banyak belajar dari
gesekan-gesekan sosial yang terjadi. Jujur secara pribadi saya
dan keluarga tidak pernah mengalami permasalahan terkait
etnis dan kepercayaan di kota kecil pusat pemerintahan dan
diplomatik Canberra yang kosmopolitan. Namun, di kota seperti
Sydney pernah terjadi kerusuhan rasial melibatkan pelajar India
yang memberi efek pada penurunan jumlah mahasiswa dari India
untuk belajar di negeri Koala.
Australia dengan standar hidup tinggi mengundang banyak
pendatang, dari yang legal sampai illegal. Para pengungsi perahu
dari negeri-negeri yang didera konflik seperti Afganistan dan Iraq
menjadi isu politik besar di Australia yang menyebabkan banyak
menteri bahkan perdana menteri menjadi bulan-bulanan di
parlemen. Sedangkan untuk urusan Bangsa Aborigin, menjadi
tugas ministry for Families, Housing, Community Services and
Indigenous Affairs membereskannya.
Tentu tidak hanya hal-hal bagus yang ada di negeri maju
berpenduduk sekitar 22 juta orang ini, misalnya masalah
24
Australia dari Dekat:
Berlalu-lintas
L
ain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Jika para
ekspatriat di Indonesia harus belajar kembali menyetir mobil
di jalanan kita karena “budaya” dan aturan berlalu-lintas yang
berbeda, hal yang sama aku alami saat hidup di Australia. Aku mulai
mempergunakan mobil untuk mobilitas kuliah dan kerja setelah
membelinya seharga 750 AUD (kurang lebih enam juta rupiah) dari
orang Indonesia yang pulang setelah menyelesaikan study-nya.
Mobil Toyota sedan H-Back automatic warna coklat tahun 1987
dengan road worthy yang masih oke segera dalam penguasaanku.
Setelah mengurus balik nama dan bayar rego di Road Transport
Authority ACT yang hanya membutuhkan proses 15 menit, mobil
siap kukendarai di jalanan Canberra yang seperti tol di Indonesia.
26
Hal utama dalam aturan lalu-lintas yang aku ingat adalah saat
berada di roundabout (bundaran), kita harus mendahulukan mobil
yang meluncur dari sebelah kanan kita. Perbedaan-perbedaan
“aturan” lainnya seperti kalau di Indonesia saat lampu lalu lintas
berwarna kuning berarti ngebut, di Australia kuning berarti harus
segera berhenti.
Terdapat jalur penyeberangan khusus untuk pejalan kaki
dengan tanda lampu kuning berkedip-kedip atau simbol dengan
tombol khusus di setiap lampu lalu-lintas yang harus kita
perhatikan. Kita harus segera menginjak rem, jika ada orang
yang menyeberang di jalur tersebut. Kalau tidak, maka kita harus
berbesar hati jika mobil ditendang orang seperti yang pernah saya
alami. Juga, kita jangan sampai berdiri di pinggir jalan tanpa tujuan
yang jelas, karena akan membuat bingung para pengendara mobil.
28
24 jam setelah aku beli
sebelumnya. Keterangan
di belakang stiker yang
berbunyi, “it is an offence
if this permit label is not
clearly readable from
outside the vehicle” dan
gelengan kepala polisi
petugas loket tilang
memaksaku dengan berat
hati menerima denda
tilang 72 dollar, meski ada
mekanisme pengadilan
yang bisa ditempuh jika
tidak puas.
Mobil-mobil khusus dengan papan elektronik pemberitahuan
juga ditempatkan di berbagai sisi jalan untuk memberitahu
pengendara jika terdapat perbaikan jalan di depan atau aktivitas
lainnya. Di setiap lokasi perbaikan jalan atau pembangunan gedung
yang mengganggu lalu-lintas selalu disediakan petugas pengatur
lalu-lintas. Penutupan jalan, misalnya saat diselenggarakan
parade selalu disertai selebaran pemberitahuan beberapa hari
sebelumnya kepada setiap rumah yang terkena dampaknya.
Hampir semua kota besar di Australia sudah dipetakan, yang
bisa diakses melalui google map atau fasilitas GPS yang memberi
petunjuk arah, rute terdekat, jarak, dengan apa dan berapa lama
bisa ditempuh sekalian suara pemberi arahannya. Namun “bantuan
kemanusiaan universal” juga ada. Pernah suatu ketika mobil tuaku
mogok di tengah jalan yang serta merta mengundang dua pekerja
30
Di kota “pendidikan tinggi” semacam Wolongong terdapat
bus gratis yang disediakan oleh pemerintah kota dengan rute
melewati kampus-kampus, atau bus wisata gratis di Melbourne
yang memang mendeklarasikan diri sebagai kota wisata. Di
kota-kota besar seperti Sidney dan Melbourne, sistem kereta
api terintegrasi dengan subway, tram atau bus kota dengan
efektivitas yang bisa diperkirakan, hanya dengan satu tiket.
Semua serba elektronik dan otomatis. Pelanggaran atas sistem
ini menghadapi denda yang tidak murah, bahkan untuk ukuran
warga Australia. Kerugian lainnya tentu rasa malu dilihat banyak
orang tak punya tiket. Bahkan saya pernah melihat di stasiun
Sydney, seorang bule segede gajah ditindih oleh tiga polisi yang
juga sebesar Mamoot, karena berteriak-teriak mabuk atau
mungkin tidak mempunyai tiket.
Meski terkenal tertib, bukan tidak ada pelanggaran terhadap
lalu-lintas di Australia. Anak-anak muda mabuk di akhir pekan
dengan mobil sport bersuara keras kerap membuat pengendara
lain terganggu dan harus berhati-hati. Banyak kecelakaan karena
dampak alkohol yang membuat polisi melakukan kampanye,
“Don’t drink and drive”, atau “Drunk and drive is an offence” di
banyak media. Sweeping oleh polisi Australia dengan menyodorkan
ke mulut alat tiup pengukur kandungan alkohol di paru-paru
pengendara mabuk sering menjadi tontonan menarik acara televisi.
Di sisi lain, para pengemudi taksi yang kebanyakan berasal dari Asia
Selatan sering kurang menaati peraturan lalu-lintas.
BMW (Brown Mobile Wagon)-ku terus melaju, menyusuri
jalanan kota untuk mengantar istri kerja, anak ke childcare, atau
aku kuliah. Memang enak hidup di negeri maju, jalan-jalannya luas
dan mulus, peraturan lalu-lintasnya jelas, demikian juga sanksi
32
Radio Australia
T
anggal 22 November yang lalu adalah hari bersejarah
bagiku. Jika sebelumnya hanya bisa mendekati perwakilan
Radio Australia di Canberra maupun Sydney, juga outlet ABC
yang menjual macam-macam DVD, buku dan souvenir, hari
itu aku “berhasil” mengunjungi kantor pusatnya di Southbank
dekat sungai Yarra, Melbourne.
34
Fatwa, sangat memahami kebahagianku hari itu yang dengan
telaten memperkenalkan kehadiranku dan menunjukkan berbagai
fasilitas siaran yang ada. Obrolan yang tercipta siang itu, tak terasa
menarik ingatanku saat masih “muda” dulu. Sederet rangkaian
acara aku nikmati dari naik turun suara radio gelombang pendek
tua milik kakekku. Tak rugi rasanya telah susah-payah kupasang
enam meter antena kabel tembaga membentang di atas genting,
atas petunjuk dari brosur yang kuterima bersama stiker dan
kalender yang bergambar para penyiar dan Kota Melbourne.
Namun, hari itu tak kutemui penyiar pujaanku. Ya, Nuim
Khayyat, pembawa acara multitalenta sedang berlayar sampai akhir
tahun ini. Dahulu, dia berhasil menjejalkan berbagai pengetahuan
ke benakku serta melebarkan wawasanku. Pak Cik Nuim, biasa
membawakan dengan kualitas yang “sama” acara Samba “Sabtu
Gembira”, perspektif; tinjauan segi-segi kejadian dunia, lensa olah
raga, ilmu pengetahuan, warta berita, muda-mudi, dan mengenal
Australia. Jalan Masjid, Gang Bengkok di Kota Medan, lagu dan syair
Melayu seakan masih terngiang di telingaku sampai hari ini. Pernah
kutanyakan tentang Gang Bengkok itu ketika sedang tugas kantor ke
Medan, tapi tidak kutemui.
36
Radio Australia adalah jendela bagi alternatif sumber
berita saat Indonesia masih di bawah rezim otoriter waktu itu.
Hal itu pula yang kusampaikan saat secara mendadak dimintai
pendapat oleh pembesar media penyiaran pemerintah Australia
ini, Mike McCluskey. Sekalian kukatakan kepadanya bahwa jam
siarannya seharusnya ditambah, bukannya dikurangi. Sebab
banyak yang menarik manfaat dari siarannya di Indonesia. Bukan
hanya pelajaran Bahasa Inggris yang sangat berguna, tapi juga
wawasan internasional serta cara untuk memahami Australia
secara budaya, social, dan politik sebagai tetangga. Syukur-syukur,
kita bisa mengambil banyak sistem pemerintahan yang baik dari
negeri maju ini. Tak heran di tahun 1997-an banyak pendengar
yang mengirim surat protes, termasuk almarhum ayahku, saat
pemerintah Australia berencana mengurangi jam siaran Seksi
Indonesia.
Meski mungkin di Indonesia sekarang pers telah bebas,
namun dengan gaya khasnya Radio Australia masih dinanti banyak
pendengar setianya. Bagaimanapun, perspektif Australia juga
memiliki nilai tersendiri sebagai pembanding. Akhirnya, Radio
Australia dikombinasikan dengan beasiswa-beasiswa pendidikan
tinggi yang diberikan adalah seperangkat instrumen kebijakan
publik untuk mendekatkan dua negara yang memang banyak
memiliki perbedaan, selain juga persamaan (multikultur).
Dengan fasilitas life streaming saat ini, siaran RASI (Radio
Australia Seksi Indonesia) semakin mudah diakses. Kontennya
juga semakin beragam dan menarik. Kekuatannya ada pada
akses terhadap berbagai pihak terkait sebagai sumber
informasi, kekhasan yang harus terus dijaga, dan menjadi
berbeda dari BBC London, Radio Nederland, atau VoA. Juga,
38
Etos Australia
S
apaan hangat, “hello mate”, sering saya terima saat
membersihkan sebuah residential area di pagi hari. Sedangkan
pada kesempatan lainnya, “Good day, mate”, atau “how are you
going”, dengan senyum mengembang. “Work is work, mate!”
komentar seorang tetangga flat, suatu saat, dengan muka protes
menjawab “cengir malu” saya yang barusan mengaku kerja
sebagai cleaner.
40
Juga, di Australia tidak semua yang dihormati adalah tentang
kemenangan. ANZAC day yang diperingati setiap tahun dengan
devile pasukan dan lintasan jet tempur adalah tentang kekalahan
tentara Australia di Galipolli, Turki, pada Perang Dunia pertama.
Dari peristiwa kekalahan tersebut mengalir cerita-cerita herois
dan kesetiakawanan yang membangkitkan kepahlawanan negeri
yang masih “muda” dalam ukuran sejarah ini. Dan semua kisah itu
ada di War Memorial dengan berbagai koleksi memorabilia dan
tema yang dirancang serius menggunakan teknologi terkini. Dari
penjelasan di buku Makro Ekonomi yang saya pelajari, tentara
42
mendapatkannya,
termasuk dengan
menciptakan
danau buatan
di Canberra.
Salah kelola
sedikit di musim
panas maka
kebakaran hutan
menghadang.
Terlalu ceroboh melihat Australia dari hasil jadi sekarang ini,
tetapi merupakan hasil kerja keras dan cerdas selama ratusan
tahun sejak kedatangan Captain Cook. Bertahun-tahun negara
ini, yang banyak memiliki padang rumput, dikenal sebagai
produsen ternak domba, sapi selain juga gandum. Australia juga
tidak kebal dari dampak krisis ekonomi global. Kalau hampir
semua pelayanan publik, sistem perbankan, pendidikan sudah
terintegrasi internet, itu karena ada Minister for Broadband,
Communications and the Digital Economy, Minister Assisting the
Prime Minister on Digital Productivity.
Kreativitas di sini ditumbuhkan sejak usia dini dimulai dari
sistem pendidikan yang sangat mendukung. Acara televisi khusus
anak-anak merangsang mereka untuk kreatif dengan mengenalkan
mereka pada pembuatan sendiri berbagai mainan. Perlombaan
semacam karya ilmiah remaja sampai pada hitungan pemasaran
produk melalui mekanisme pasar, dan bukan hanya berhenti pada
penciptaan inovasi produk baru.
Hal yang agak mengherankan bagi orang luar adalah semua
alat-alat kerja merupakan bentuk mekanisasi dan otomatisasi.
44
telah dirancang sedemikian rupa dengan sangat detail dan
memudahkan pengguna jalan termasuk orang cacat.
Mungkin hal-hal di atas terjadi karena semua sudah ada
standarnya, termasuk bahwa semua keahlian disertifikasi.
Mengasuh bayi di childcare, plumbing, pekerja bangunan, listrik,
housekeeping, semua harus melalui sertifikasi di berbagai institute
of technology. Hanya program pemasangan insulasi rumah di
era Kevin Rudd sebagai upaya spontan mengatasi dampak krisis
ekonomi global serta penghematan listrik yang gagal dan banyak
terjadi kecelakaan, sering dikritik karena kurang ahlinya para
pekerja pemasang.
Di Canberra ada Institute of Sport yang berhasil mencetak
para olahragawan berprestasi sekelas olimpiade. Tahun ini, the
Socceroo berhasil masuk ke ajang Piala Dunia. Ini bukan hal
yang biasa mengingat di Australia sepak bola bukanlah olahraga
favorit, meski kebanyakan warga memiliki akar budaya Inggris.
Orang Australia yang lebih suka sepakbola gaya Australia, kriket
atau berkuda mampu melampaui prestasi negeri-negeri lain yang
bertahun-tahun dikenal lebih gila bola. Untuk hal ini sepertinya
“etos Australia” bisa dijadikan jawaban memuaskan. Wallohu
a’lam bissawab.
qqq
M
eski termasuk “muda” secara sejarah dan budaya, Australia
memiliki banyak sekali museum. Museum imigrasi, museum
binatang, museum maritim, museum film and archieve, museum
film dan audio, museum pencetakan uang, museum pendirian
jembatan Sydney, war memorial, dan museum Kota Canberra
untuk menyebut beberapa diantaranya. Australia seakan terus
menuliskan sejarahnya dengan membangun berbagai museum
tersebut. Kebanyakan museum milik pemerintah Australia adalah
free of charge alias gratis, tapi dengan fasilitas, koleksi, dan
pelayanan yang sangat bagus.
48
Australia dengan berbagai hak-hak adat budaya yang melekat.
Bangsa Aborigin telah ada di Benua Australia ribuan tahun di era
Eora. Peninggalannya bisa kita temukan di Uluru, ayers rock dan
situs-situs tradisional lainnya. Suku Aborigin sangat terkait dengan
alam, berpindah-pindah, terpecah dalam berbagai sub-tribal dan
budaya. Tampil dalam kemasan ini tarian bertema alam, musik
aborigin, serta model tempat tinggal. Produk-produk budaya
yang dipamerkan diantaranya adalah boomerang, tombak, bubu
penangkap ikan, kain tenun yang seperti batik dan alat-alat hidup
Aborigin lainnya.
Berbagai artefak, lukisan tradisional, film, multimedia, dan
instalasi menggambarkan bagian ini pula. Aborigin identik pula
dengan berburu, batu, olesan tanah liat di tubuh, dan musiknya
yang khas. Ditampilkan pula dingo, kangaroo, emu, koala, harimau
yang punah, possum, wombat, kakatua dan wallabies. Semuanya
tersaji apik dalam artefak, tayangan audio visual, dan pencahayaan
yang indah.
Dengan museum ini Australia ingin menatap ke depan
sejarahnya dan membangun platform berbangsa dengan mengakui
kesalahannya di masa lampau. Kejujuran akan perlakukan kelam
terhadap Bangsa Aborigin di masa lampau, misalnya tentang
“generasi yang hilang” dan permohonan maaf Bangsa Australia,
menjadi tema-tema pentingnya. Sedangkan perlakuan yang
lebih manusiawi dan beradab ditonjolkan di bagian berikutnya,
termasuk peran Aborigin dalam barisan tentara Australia di Perang
Dunia II serta berbagai sektor kehidupan terkini.
Pada bagian berikutnya ditampilkan era kedatangan Bangsa
Eropa serta pencapaian-pencapaiannya sehingga menjadi negara
maju seperti sekarang ini. Bagian selanjutnya menonjolkan
Victoria Museum
Museum ini memberi impresi yang sangat kuat akan keinginan
negara bagian Victoria untuk membuat museum berkelas dunia.
Dengan bangunan ultra-modern, dipadu dengan koleksi yang
sangat menarik dan edukatif, menjadikan Victoria Museum tempat
yang layak untuk dikunjungi. Bisa dicapai dengan suttle bus gratis
yang disediakan pemerintah kota, museum ini menjadi salah satu
ikon kota yang digemari anak-anak dan keluarga.
Masuk ke dalam museum ini kita disuguhi berbagai kerangka
dinosaurus yang lumayan lengkap. Ukurannya yang raksasa tentu
saja menarik perhatian para pengunjung. Dinosaurus pemakan
daging, pemakan tumbuhan, dan burung purba ditampilkan di
50
bagian ini. Kerangka ikan paus raksasa juga melengkapi bagian
ini, dengan visualisasi dan reka ulang kehidupan purba pada
beberapa bagiannya.
Pada bagian selanjutnya, terpapar berbagai koleksi tentang
binatang khas Australia, beberapa diantaranya dalam keadaan
hidup. Berbagai ragam burung, serangga, ikan, invertebrate, dan
mamalia dipajang di museum ini dengan tampilan yang sangat
artistik. Interaktivitas sangat ditonjolkan di beberapa bagiannya
dengan bantuan teknologi, sehingga anak-anak bisa dengan
mudah belajar mengenali ciri-ciri, suara, sifat, dan cara hidup
binatang-binatang tersebut.
Pada bagian lainnya, berbagai binatang dari seluruh
dunia yang telah diawetkan menjadi koleksi yang artistik
sekaligus edukatif. CSIRO, atau LIPI-nya Australia banyak
menyumbangkan koleksinya di museum kota metropolitan ini,
termasuk berbagai mainan dan sarana pendidikan interaktif
berteknologi tinggi. Bukan hanya mengenal binatang, pada
bagian the human body, kita diperkenalkan dengan organ
tubuh kita. Berbagai bagian dalam tubuh kita, beserta berbagai
penjelasan ilmiahnya turut dipamerkan. Pada bagian brain kita
52
yang merupakan sumbangan warga kota, semisal koleksi mainan
anak-anak, mobil-mobilan dengan berbagai bentuknya, sesuatu
yang mungkin hanya bisa dipahami jika kita menjadi bagian dari
kota ini. Salah satu yang ditampilkan di museum ini adalah sosok
Ned Kelly yang sangat fenomenal di negara benua ini. Penjahat
dengan berbagai sisi menarik kehidupannya ini tergambar dalam
berbagai tema lukisan.
54
Belajar dari Pengelolaan
Alam Lingkungan di Australia
S
egar dan melegakan paru-paru, begitulah udara yang saya hirup
di Canberra. Meski Matahari terik menyengat, tapi angin terasa
dingin di awal musim panas itu. Beraneka tumbuhan empat musim
menghiasi seantero kota. Beberapa jenis cemara mengeluarkan
aroma segarnya khas. Pengaturan tata ruang kota yang bagus dan
konsisten, larangan membakar sampah dan kepadatan kendaraan
yang rendah turut mendukung lingkungan yang alami tersebut.
Di pagi dan sore hari kita akan disambut koakan suara aneka
burung. Burung-burung di sini memang bebas merdeka. Bebek
(Plumed Whistling Duck) dan angsa hitam (Black Swan) datang
dan pergi dari berbagai kolam dan danau yang ada di Canberra.
56
Bukan hanya di Canberra yang “ndeso”, tapi di kota-kota lain
yang pernah saya kunjungi burung-burung sejenis juga bebas
beterbangan. Di kota-kota tepian pantai semacam Melbourne,
Sydney, atau Wollongong, burung-burung laut seperti camar
bahkan masuk ke pusat kota. Di pantai, burung-burung camar
bersama bangau, pelikan dan lainnya menjadi atraksi tersendiri
saat orang-orang memberi mereka makanan. Juga, di Canberra
sudah biasa jika kita menemukan possum di luar jendela kamar,
kelinci liar, atau kangguru berlompatan di jalanan di pagi hari
tertinggal dari kawanannya.
Kalau di dalam kota pemerintah Australia biasanya membangun
botanical garden atau taman-taman kota di setiap suburb, di luar
kota mereka menetapkan dan mengelola natural reserve atau
58
Meski terdapat daerah tropis di utara, sebagian besar
Australia berada di wilayah sub-tropis dengan gurun pasir di
tengah daratannya, serta memiliki garis pantai yang sangat
panjang. Dinding perbukitan berbatu-batu yang indah di berbagai
negara bagian sering dijadikan obyek wisata untuk dinikmati
melalui helikopter. Di Canberra yang berbukit-bukit dibangun
danau-danau buatan untuk menampung air hujan, mencegah
banjir, serta menjadi sumber air minum warga kota. Teman saya
yang hobi memancing sering mendapatkan ikan besar, jenis ikan
yang diperbolehkan untuk ditangkap, di danau ini. Selain itu,
pemerintah Australia juga sangat serius melakukan penghijauan.
Pohon sejenis cemara ditanam di berbagai lahan berbatu agar
menjadi hutan di masa mendatang tempat hewan-hewan
menemukan habitatnya.
Hewan paling popular dari Australia tentu saja kanguru dan
koala, meskipun lambang negara ini adalah kangguru dan burung
emu. Binatang Australia lainnya yang mendunia adalah ikan seperti
dalam film animasi “Nemo” asal Great Barrier Reef, Queensland.
Sedangkan hiu dan buaya, burung penguins di Philip island, serta
laba-laba black widow telah lama terkenal lewat berbagai film
60
Di perguruan-perguruan tinggi Australia seperti Crawford
School di ANU terdapat jurusan Environmental Management and
Development, yang membahas isu-isu seperti lingkungan, climate
change yang dikaitkan isu-isu pembangunan serta kependudukan.
Di Australia terdapat Ministry for Sustainability, Environment,
Water, Population and Communities, selain Ministry for Climate
Change and Energy Efficiency. Australia terkenal paling ketat
dalam mem-protect lingkungannya dari intrusi anasir asing, baik
benda maupun hewan. Tak heran, di bandara atau pelabuhan
pengecekan atas barang-barang bawaan biasanya dilakukan
secara ketat.
Australia dengan segala upaya konservasi alam lingkungannya
sepertinya telah menjalankan hadis nabi riwayat Muslim, “Seorang
Muslim tidak menanam tanaman, hingga memakan dari tanaman
itu manusia, binatang atau burung, kecuali merupakan shadaqah
baginya, hingga datang hari kiamat,” pada tataran praktis. Wallohu
a’lam bissawab.
qqq
A
pa respon orang lapar saat menemukan makanan favorit,
misalnya sambal teri yang pedas atau manis gurih pada jarak
ribuan kilometer dari pembuatnya? Apalagi sambal teri tersebut
sudah terhidang di atas piring dengan nasi hangat yang pulen,
dilengkapi dengan kerupuk udang. Ada kalanya dengan aroma
jengkol kesukaan atau terasi yang sedap atau tahu tempe yang
sangat langka. Jawaban pastinya, siapapun akan melahapnya
dengan senang hati.
64
“Koperasi” milik para “ekspatriat” Indonesia ini tersebar melalui
jaringan facebook dan mempunyai fasilitas antar ke rumah jika
pesan banyak, atau kenal sama pengurusnya. Sedangkan toko
bahan makanan halal/Asia yang lebih besar pernah saya temui
di Lakemba, sebuah suburb di Sydney. Kota-kota besar semacam
Sydney atau Melbourne yang banyak komunitas Indonesia
memang jalur perdagangan bahan makanan asal Indonesia.
66
bisa ditebak dari sudut Indonesia mana mereka pernah tinggal.
Hal yang lebih jelas lagi, acara-acara di KBRI yang menghidangkan
masakan Indonesia “pasti” diserbu banyak orang Indonesia seperti
acara tujuh belasan.
Makanan memang bisa menjadi penanda budaya seseorang.
Rasa makanan mak nyuss yang sering dinikmati sejak kanak-
kanak, akan membentuk selera dan mengantarkan orang pada
identifikasi budaya. Ketika banyak orang belum merasakan makan
kalau belum makan nasi, maka makanan lainnya hanyalah serasa
kudapan belaka. Makanan Nusantara, adalah salah satu produk
hybrid bangunan budaya yang bernama Indonesia. Orang boleh
bertolak belakang pandangan politik, memiliki strata sosial yang
berbeda, atau berbeda keyakinan, namun bisa bertemu dalam
kegemaran makanan yang sama.
68
“Duit Ostrali”
D
i penghujung sampai pergantian tahun (November-Januari)
kemarin nilai tukar dollar Australia (AUD) terhadap rupiah
(IDR) menguat sangat signifikan. Dari yang biasanya berkisar
Rp8.000,00 per dollar, pada periode tersebut mencapai sekitar
Rp9.000,00 per dollar. Bahkan AUD mencatat sejarah untuk
pertama kalinya melampaui nilai Dollar Amerika Serikat (USD).
Kondisi tersebut tentu saja berkah bagi para pekerja “mahasiswa”
yang mentransfer dollar hasil peras keringat selama di Australia
ke Tanah Air, yang biasanya melalui kanggaru.net milik seorang
Indonesia di Australia.
70
banyak mesin pembayar (ATM) dari urusan parkir, bayar tiket bus,
sampai telepon umum. Sedangkan untuk uang kertas (bank notes)
terdapat pecahan 5, 10, 20, 50 dan 100 dollar yang semuanya
dicetak di pabrik duit di Melbourne.
Di Royal Australian Mint, pengunjung bisa melihat koin
Australia dari tahun ke tahun. Saya jadi tahu bahwa gambar di uang
koin Australia dibalik gambar Ratu Inggris adalah beraneka ragam.
Setiap tahun Australia mengeluarkan edisi koinnya, bergantung
momen dan tema yang sedang dipilih. Untuk jenis koin yang sama,
ada edisi olimpiade, edisi ilmu pengetahuan, edisi kepahlawanan,
edisi flora dan fauna, edisi luar angkasa, dll. Terdapat pula koin
edisi khusus yang diperjualbelikan sebagai cendera mata yang
dibuat dari emas dan perak.
72
dipotong harganya. Efek samping lainnya, kebanyakan barang yang
dijual di garage sale atau Sunday market juga adalah produk-produk
berkualitas rendah dari Negeri Tirai Bambu ini.
74
dokter dan perawat, kalau “sakit ringan” perlu beberapa hari
appointment sebelum kita ditangani oleh dokter. Dengan cukup
pelatihan, sertifikasi keilmuan, standarisasi dan bahasa inggris
yang bagus, terbuka peluang bagi TKI kita untuk bekerja di bidang
kesehatan, selain juga perhotelan atau kerja kasar lainnya. Gaji
tinggi dengan perlindungan tenaga kerja yang lumayan bagus,
berpotensi menciptakan para “pahlawan devisa”.
Uang memang bisa membeli banyak hal, tapi bukan segalanya.
Kalau di Indonesia duit gambar Gayus sangat digemari anak-anak,
paralel dengan rupiah yang bisa digunakan untuk membeli suara
pemilih dan bahkan keadilan seperti kasus joki penjara atau
plesiran Gayus ke Bali, sebaliknya di negara maju seperti Australia
pasca krisis banyak mantan eksekutif swasta bergaji tinggi rela
bekerja di lembaga sosial dengan bayaran murah atau bahkan
tidak digaji. Tentu yang begini yang mereka cari adalah kepuasan
non material, bukan duit Ostrali. Wallohu a’lam bissawab.
qqq
B
anyak pertimbangan sebelum seseorang memilih suatu kota
sebagai tempat kuliah, mulai dari mutu universitasnya, jurusan
studi yang tersedia, murah mahalnya biaya hidup, mudahnya
mencari akomodasi, kerja part time sampai menarik tidaknya kota
tersebut. Kalau bisa wisata sambil kuliah, eh ….. kuliah sambil
menikmati indahnya negeri yang kita datangi, tidak ada salahnya.
Saya dulu memilih Canberra dengan minim pertimbangan, tapi
78
Harbour National Park, Opera House dan Sydney Harbour Bridge,
dan ANZAC Memorial. Agak keluar kota terdapat Taronga Zoo,
Luna Park, dan Bondi beach yang terkenal.
Kota kosmopolitan
Sydney dengan 4,3 juta
penduduk (sensus 2006)
membuat kita tidak kesepian
selayaknya hidup di Indonesia
yang ramai, asal tidak
larut oleh negatif hingar-
bingar kota. Kita mudah
mendapatkan aneka jenis
makanan, termasuk menu
Indonesia di sini. Komunitas
Indonesia juga ramai di
beberapa suburb kota
terbesar Australia ini seperti di Lakemba. Kita juga bisa menikmati
indahnya panorama seisi kota dari ketinggian Sydney Tower dan
skywalk tower. Kalau masih tersisa uang, kita bisa belanja oleh-
oleh di Padys Market untuk yang terkenal menjual aneka souvenir
“murah”.
Sebagai kota pelabuhan tempat bongkar muat barang-barang
import, di Sydney biaya hidup lebih murah, tapi salary kerja part
time pun lebih rendah dibanding kota semacam Canberra. Hal
yang harus diingat, mencari pekerjaan part time di Sydney lebih
sulit, karena harus bersaing dengan orang-orang lokal. Sedangkan
mencari akomodasi termasuk mudah di kota yang Central Station-
nya bisa ditempuh dengan 3 jam naik bis dari Canberra.
80
dipertahankan berarsitektur kuno beserta penduduknya yang
berpakaian seperti di abad 19, atau Philiph Island untuk melihat
habitat penguins. Menjelajahi Great Ocean Road dengan tebing
dan hamparan pasir sepanjang puluhan kilometer adalah
pengalaman yang tak terlupakan. Sedangkan untuk oleh-oleh
keluarga kita di tanah air
kita bisa berbelanja di
Queen Victoria Market,
untuk membeli aneka
T-Shirt, boneka semacam
kanguru dan koala,
gantungan kunci, lampu
kristal khas Australia, serta
bumerang.
Komunitas Indonesia
dan Asia termasuk ramai
di kota yang terlihat sangat
multiethnic ini. Kantor
Radio Australia terletak
di sisi selatan kota yang
82
dengan bunga sakura dan tulip di berbagai sudut, didesain dengan
sangat baik oleh Walter Burley Griffin dengan lingkungan yang
alami serta danau buatan di tengahnya yang sangat nyaman untuk
tempat kuliah.
Kota terdingin di Australia ini adalah tempat Parliament House
dan Perdana Menteri Australia berkantor. Juga berlokasi Museum
Nasional, Perpustakaan Nasional, War Memorial, Royal Australian
Mint, National Film and Sound Archive, Australia National Botanic
Garden, National Gallery, dan Canberra Deep Space yang gratis
dikunjungi. Sedangkan yang berbiaya ada miniatur bangunan
seluruh dunia di Cockingtong Garden, habitat Kanguru, burung
Emu dan Koala di Tidbinbilla Nature Reserve, atau taman
edutaintment Questacon. Kesemuanya bisa kita jangkau dengan
bus Action, taksi atau mobil pribadi. Di musim dingin orang-orang
bahkan dari Sydney dan Wollongong pergi ke Perisher Blue, tiga
jam dari Canberra untuk bermain salju.
Seperti di Melbourne maupun Sydney, Canberra juga memiliki
Telstra tower dari ketinggian 800 meter di atas black mountain
untuk menikmati panorama kota dengan pancaran water jet-nya
di Lake Burley Griffin. Di Canberra agak sulit mencari akomodasi,
tapi mudah mencari kerja part time dengan salary yang boleh
dikata tertinggi di Australia. Meski tidak seramai di Melbourne dan
Sydney, di Canberra yang saat ini berpenduduk sekitar 334 ribu
jiwa (sensus 2006) terdapat komunitas Indonesia yang lumayan
ramai. KBRI juga terletak di kota hasil jalan tengah persaingan
antara Melbourne dan Sydney untuk menjadi ibu kota Australia.
Sepertinya menjadi kebiasaan kita yang mempunyai kota
obyek wisata namun malah jarang menikmatinya. Kalau rekan-
rekan saya di Melbourne atau Sydney “jarang” menjelajahi
84
Merasakan Kuliah di Australia
S
ungguh bukan perkara mudah bagi saya untuk memperoleh
beasiswa Australian Development Scholarship. Saat S-1
dulu saya mati-matian mencari IPK di atas 3 agar bisa melamar
beasiswa luar negeri, dan setelah dapat masih harus lima kali apply
sebelum akhirnya dipanggil. Saat wawancara saya ungkapkan
alasan kenapa saya layak dapat chance untuk merasakan bangku
kuliah di Australia karena ilmu yang saya cari terkait erat dengan
pekerjaan saya di Indonesia, serta tentu saja dengan menceritakan
perjuangan panjang saya. ☺
86
memungkinkan kita berkembang secara intelektual. Saya beruntung
mendapatkan bangku kuliah di ANU, yang menurut Times Educational
Supplement merupakan universitas peringkat 16 besar dunia (2009)
dan nomor satu di Australia serta bumi bagian selatan yang sekarang
dipimpin mantan Menlu, Gareth Evans. Dosen saya adalah orang-
orang yang ahli dan terkenal di bidangnya, yang selama ini saya kenal
melalui buku-buku karya mereka.
Lebih dari itu, universitas elit anggota “group of eight” di
Australia ini telah mempertemukan saya dengan orang-orang dengan
talenta dan bakat akademis yang tinggi dari seluruh dunia untuk
saling bertukar pengalaman. Di sini juga terdapat banyak pusat kajian
yang menghasilkan jurnal-jurnal ilmiah berpengaruh sebagai rujukan
para pengambil kebijakan di seluruh dunia. Satu diantaranya adalah
jurnal East Asia Forum, sebuah jurnal yang menyoroti dinamika
sosial, ekonomi, dan politik negara-negara kawasan Asia Timur yang
melesat saat ini. Berbeda dengan dunia kerja, di dunia ilmiah kita bisa
mengembangkan insting akademis kita.
88
di perpustakaan sini tidak tersedia, kita masih bisa meminjam dari
perpustakaan di universitas lain yang akan dikirimkan melalui pos.
Kita juga bisa menyarankan perpustakaan untuk membeli buku
tertentu, dengan batas peminjaman selama enam bulan, kecuali
jika sedang di-call oleh peminjam lainnya.
90
dosen, sampai soal bahasa. Selain itu para penasihat akademik,
manager program, dan tenaga administrasi sangat membantu
kita menjalani perkuliahan yang mengikuti musim, yaitu summer,
winter, spring, dan autumn session. Untuk yang telah lulus
biasanya terdapat jaringan alumni yang siap membantu, salah
satunya adalah Crawford Connection.
Para mahasiswa Indonesia di Australia juga memiliki wadah
bernama Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Australia
(PPIA). Banyak kegiatan yang dilaksanakan, diantaranya adalah
penjemputan, orientasi, dan mencarikan akomodasi bagi
mahasiswa baru, pelepasan mahasiswa yang lulus, penulisan
buku contribution matter berisi ide-ide cemerlang para anggota,
pembuatan film pendek inspiratif tentang mahasiswa Indonesia
di Australia yang diunggah di youtube oleh PPIA-Victoria, dan
juga membantu para mahasiswa kita yang menjadi korban banjir
bandang di Queensland saat ini.
Universitas Australia banyak memberikan pengalaman
berharga bagi orang-orang yang menyelami lingkungan
akademiknya, serta memunguti mutiara-mutiara ilmu yang
terserak. Tentu banyak orang yang juga menginginkannya dan
masih berjuang seperti saya dulu. Serasa mimpi, beberapa waktu
lalu saya bertemu dengan Pak Iwan Triyuwono di Canberra, kota
tempat saya sedang menempuh studi di Crawford School of
Economic and Government ANU, karena beliau adalah salah satu
inspirator bagi saya. Wallohu a’lam bissawab.
qqq
H
arus jujur saya akui, saya merasa beruntung bisa merasakan
kosmopolitanisme Australian National University (ANU),
sebuah universitas dengan mahasiswa dari berbagai etnik bangsa
di dunia. Bukan karena Indonesia bukan negara multi-ethnic,
tetapi keragaman di Australia lebih kaya.
94
mengelakkan logat khas mereka. Hanya pakaian tradisional para
wanita mereka yang memberi penanda identitas mereka sebagai
kaum dari anak benua India.
Keadaan di atas sedikit berbeda dengan penampilan kawan-
kawan kami dari China. Pakaian dan penampilan keseharian
mereka memberi impresi akan negeri mereka yang fast-developing
dan kaya baru. Kemampuan akademis mereka juga di atas rata-
rata, tapi dengan daya spontanitas dan kritisisme intelektual
yang agak lemah. Mungkin kenyataan itu bisa menggambarkan
sistem pemerintahan mereka yang masih komunis tapi dengan
penerapan ekonomi pasar sebagai “kucing pilihan yang bisa
menangkap tikus”.
96
sejarah kelamnya nasib Kaum Aborigin dari perkuliahan di ANU,
di mana pemerintah Australia telah resmi meminta maaf dan
Ministry of Multicultural and Indigeneous People dalam struktur
pemerintahan mengelola keragaman yang ada. Perjumpaan sosial
dan budaya di ANU seperti Kebab Turki dari Yarralumla kesukaan
saya yang merepresentasikan eksotisme Dunia Barat dan Timur.
Bisa dikata ANU bukan hanya melting pot budaya tetapi
juga pemikiran. Saya jadi tahu ternyata negara dengan tingkat
indeks kesehatan tertinggi di dunia adalah Kuba, bukan Amerika
Serikat. Negara-negara di Skandinavia sejak lama menerapkan
pajak tinggi untuk membiayai sistem jaminan sosial mereka.
Jepang dengan MITI-nya adalah negara yang memperkenalkan
sistem pembangunan terarah berstrategi dengan memanfaatkan
segala keunggulan SDM yang ada untuk membangun kembali
kehancurannya pasca kekalahan dalam Perang Dunia II.
Dalam bahasan perkuliahan yang jujur, demokrasi liberal atau
bahkan kemerdekaan teritori dan administratif sebuah bangsa
sekalipun tidak akan serta-merta menghadirkan kesejahteraan jika
tidak jelas arahnya, serta dikelola dengan baik, dan sebagainya.
Namun tak jarang, pembahasan perkuliahan merembet pada
tema-tema yang menyentuh penanda identitas masing-masing
mahasiswa. Bahasan tentang kompatibilitas agama dengan
developmentalism, neo-imperialisme negara industri baru yang
haus bahan baku dan energi, atau kemiskinan negeri-negeri
tertentu misalnya, tak jarang mengundang “protes” spontan dan
rasa nasionalisme dari beberapa mahasiswa. Sedangkan kami
dari Indonesia bisa berbangga dengan kenyataan sebagai negara
muslim demokrasi terbesar, meski harus tersenyum kecut dengan
stigma sebagai pemilik negara “terkorup” di dunia.
98
Memimpin dengan
Kerendahan Hati
S
aat menghadiri pidato ilmiah di ANU, saya beruntung
berkesempatan berjabat tangan dan berbincang singkat
dengan sang pembicara tunggal, Kevin Rudd. Di luar dugaan
saya, Perdana Menteri Australia ini begitu mudah didekati,
ramah, dan jauh dari kesan protokoler seorang kepala
pemerintahan dari negara kaya berpenduduk 22 juta orang.
Meski tetap saja tergambar ketegangan di raut wajah dosen
pengantar kami, pertemuan pemimpin Australia dengan para
mahasiswa dari Indonesia berlangsung penuh bersahabat
dan benar-benar easy going.
100
terbuka di Parliament House Australia beberapa waktu lalu
yang berjalan panas, diwarnai lontaran-lontaran cemoohan
serta gerutuan khas kaum oposisi pada setiap pemaparan
oleh menteri-menteri pemerintah. Berhadap-hadapan di
depan ketua parlemen, hanya dipisahkan sebuah meja
dengan buku-buku produk perundangan dan tiga orang ahli
hukum Mahkamah Agung Australia, perdebatan berlangsung
sangat dinamis. Harus dipahami, di Australia peran oposisi
diakui secara resmi oleh undang-undang dan diberi tempat
terhormat di Parlemen.
Saya jadi mahfum, di negeri maju semacam Australia
peran seseorang sebagai pemimpin pemerintahan atau
politisi hanyalah sebuah profesi belaka sebagaimana seorang
akuntan atau cleaner. Rasionalitas sebagai perwakilan rakyat
membuat budaya politik dan pemerintahan berlangsung
wajar dan jauh dari elitisme, apalagi mitos-mitos feodalisme.
Pemimpin dan rakyatnya ibarat kawan yang akrab. Dalam
posisi yang berbeda, pemimpin Partai Liberal, Tony Abbot
dinamai oleh pendukungnya sebagai iron man karena sering
muncul di televisi dengan peran “penyeterika” baju saat
mengunjungi para pekerja garmen.
Apakah kedekatan seorang pemimpin dan rakyatnya
hanya monopoli di negara demokrasi liberal? Sepertinya
tidak. Buktinya dari sejarah kita mengenal almarhumah Sri
Sultan Hamengkubowono IX yang di jalan rela mengangkatkan
barang dan mengantarkan mbok-mbok bakul dengan mobil
yang beliau kemudikan sendiri. Si mbok baru terbengong-
bengong hampir pingsan ketika kemudian mengetahui yang
mengantarkannya ke pasar tadi adalah “Sinuwun” yang
102
melindungi warga masyarakat dari kesewenangan dan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat pemerintah (Gilling:
1998), yang menurut Dean M Gottehrer (2000) mantan
Presiden Asosiasi Ombudsman Amerika Serikat menjadi cikal
bakal dan akar ombudsman modern.
Lalu bagaimana dengan keadaan negara kita saat ini?
Demokrasi prosedural yang sedang kita jalani mensyaratkan
pencitraan yang baik seorang pemimpin di mata rakyatnya.
Oleh karena itu, tak heran di masa-masa pemilu banyak calon
pemimpin yang mengunjungi pasar tradisional sebagai sebuah
seremonial merebut hati dan pikiran rakyat. Tak ada salahnya
seremoni semacam ini, tapi yang jauh lebih penting lagi adalah
kebijakan sang pemimpin yang memihak rakyat, dan bukan
hanya menjadi kepanjangan tangan kepentingan pemilik modal
atau bahkan kekuatan asing ketika sudah terpilih.
Sepertinya kita masih jauh dari demokrasi substantif,
terbukti dari masih banyaknya korupsi dan penyalahgunaan
kewenangan oleh pengemban amanah rakyat. Pemimpin kita
masih cenderung feodal dan minta dilayani oleh rakyatnya,
bak raja-raja kecil. Pemandangan yang sudah pasti kita temui
hari-hari ini adalah kemacetan lalu-lintas saat seorang pejabat
berkunjung ke suatu tempat dengan protokoler bak seorang
presiden sebuah negara adikuasa. Padahal yang kita dambakan
adalah pemimpin sebenarnya yang bisa mendengarkan aspirasi
dan mengetahui keluhan rakyatnya, serta rela mendengarkan
suara-suara yang lemah itu dengan kerendahan hati. Wallohu
a’lam bissawab.
qqq
O
h, apakah Indonesia itu? Orang tentu saja boleh
mendefinisikannya secara akademis, hukum tatanegara, atau
penjelasan formal lainnya. Namun Indonesia yang saya rasakan di
Festival Indonesia, berarti lagu-lagu Dewa 19, Padi, Afghan, Andra
& the Backbone serta Chrisye. Ya, lirik mendayu-dayu mereka yang
tipikal lagu Melayu seperti Kangen, Sempurna, Mahadewi, Separuh
Nafas, Sobat, Lilin-lilin Kecil adalah Indonesia. Lagu-lagu itu bukan
saja dimainkan, tetapi juga begitu dinikmati oleh orang-orang yang
mengidentikkan dirinya sebagai orang Indonesia. Didengarkan di
Canberra, hanya orang “Indonesia” yang bisa menikmati sepenuhnya.
106
Semua bayangan itu terhidang di acara tahunan yang berhasil
mendatangkan orang-orang Indonesia, selain juga dari berbagai
bangsa. Musim semi awal Oktober sungguh nyaman untuk sebuah
pesta rakyat. Karena jarak, mereka datang menggunakan mobil
yang memenuhi pelataran KBRI Canberra, bersama keluarga,
anak-anak, blasteran, tua, muda, yang berstatus permanent
resident, serta tentu saja para mahasiswa. Mereka larut dalam
joget, senandung, atau sekadar ketukan ritmis kaki dan tangan
saat aneka hiburan tersaji. Salah satu alasannya juga karena Pak
Dubes ikut pula menyumbangkan suara emasnya melalui dua buah
lagu. Lambang Garuda Pancasila di atas panggung menjadi simbol
betapa perbedaan-perbedaan itu justru membuat kita kaya.
Rintik hujan yang sempat menyapa pun tak mampu menyurutkan
semangat para penonton.
Mereka sejenak melupakan permasalahan bangsanya dan diri
mereka untuk sebuah pesta. Lenggak-lenggok tarian Jawa bertema
burung, lincah luwes tarian Jaipong, atau penuh tenaganya tarian Papua
seperti tahun lalu. Ibu-ibu tampil bersama pula dengan beberapa lagu
dan juga aksi narsis mereka. Dengan melupakan segala realita di Tanah
Air tentang konflik politik dan sosial antar komunitas, aneka korupsi
108
band dadakan itu untuk sebuah sumbangsih kepada Ibu Pertiwi,
merayakan keindonesiaan mereka. Sampai beberapa Polisi
Federal Australia menampakkan diri untuk melihat-lihat, mungkin
akibat protes dari penghuni kedutaan besar sebelah yang merasa
terganggu oleh suara berisik acara yang dijadwalkan selesai
hampir satu jam sebelumnya. Orang-orang Indonesia seakan
tak mau beranjak sampai benar-benar sadar akan realita bahwa
mereka sebenarnya di Australia meski berada di dalam yurisdiksi
diplomatik Indonesia. Wallohu a’lam bissawab.
qqq
T
anggal 21 Mei yang lalu, James O. Fairfax theatre dalam
area National Gallery of Australia, Canberra menjadi host
pagelaran wayang kulit berjudul “Bima in the forest of Marta”
atau “Babad Wanamarta”. Ruangan berkapasitas 300 tempat
duduk tersebut dipenuhi oleh penonton yang bahkan rela berdiri
di sisi-sisi ruangan, di balkon, tiduran, atau duduk-duduk di bantal
di samping panggung. Serasa memindahkan suasana pedesaan
jawa tiga dekade yang lalu ke Australia, Ki puppet master Dr.
112
senjata atau kendaraan. Percakapan dibuat dengan suara berbeda
antar tokoh, diselingi humor, petuah, tembang, suluk, membuat
wayang kulit sebuah hiburan populer di Jawa.
Dalam pertunjukan sore itu diceritakan upaya Pandawa
untuk mempertahankan eksistensi mereka akibat perseteruannya
dengan Kurawa. Karena kehilangan kerajaan dalam sebuah
perjudian akibat bujukan Kurawa, Bima bermaksud membuka
wilayah baru Pandawa di Hutan Marta. Upaya itu banyak menemui
rintangan, melewati gunung, hutan, sungai, goa-goa, dan terutama
tantangan dari kalangan para raksasa penghuni Hutan Marta.
Sesaat setibanya di Hutan Marta, dua tokoh antagonis, raksasa
dan Togog menghalangi upaya Bima itu dan terjadilah percakapan:
Raksasa : “Good, day mate. How are you?”
Bima : “I am Bima. And You?”
Raksasa : “My Name is Muhammad Umam, from the
Indonesian Embassy in Canberra.”
Bim : “And you at the back, what is your name?”
Togog : “Are you talking to me?” (penonton: hahahaha),
My name is Gatot Subroto, (penonton: hahahaha) also from the
Indonesian embassy” Oh, lot of staff in here.
Raksasa : “Look, listen Mate, you can’t do that”, “What
do you think you are, what do you think you’re doing?”, This is
a conservation forest, so by the name it is an animal place and
you just cut all the trees. Well, Julia Gillard will upset to you”.
(penonton: hahahaha)
Bima : “I just want to make a home for my family”.
Togog : “Nnnooo, you can’t do that, body. You can’t. Go
back to your country. Go back where you from, Mate. Hehehe,
Where is your passport (penonton: hahahaha), have you got a
114
juga bule Australia. Mereka menanyakan bagaimana cara
memainkan gamelan, bertanya tentang figur-fugur wayang
atau sekadar ingin berfoto bersama dengan latar belakang
“kelir” wayang.
116
dan tembang masih dalam bahasa Jawa. Karena terbatasnya
waktu, tentu pertunjukan kali ini tidak persis pertunjukan
wayang semalam suntuk. Pakem wayang misalnya goro-
goro tetap hadir meskipun dipersingkat. Dalam situsnya, ki
dalang jebolan STSI Solo yang menetap di New Zealand ini
berpengalaman membuat wayang Karetao negeri Kiwi, wayang
Cuchulain, Skotlandia dan juga beberapa pertunjukan serta
kolaborasi seni di Amerika Serikat, Inggris, New Zealand dan
Australia.
Terdengar di tengah pertunjukan beberapa anak kecil
menangis disindir ki dalang akan dimakan oleh raksasa yang
suka makan anak-anak yang berisik. Sepertinya banyak publik
Australia sudah familiar dengan wayang. Pernah penulis
melihat wayang di musem nasional Australia dimana beberapa
anak bule mencoba memainkan gamelannya. Anak-anak bule
serta orangtuanya banyak mengenakan batik atau kebaya Jawa
dalam pertunjukan itu sepertinya menunjukkan kecintaan
mereka akan budaya Indonesia. Pertunjukan wayang kali
118
Virus Narsis dari Canberra
S
elama menempuh studi di
ANU saya berkesempatan
bertemu banyak orang-orang
top, baik dalam skala Australia,
Indonesia, maupun Dunia. Hal
itu bermula karena kampus
saya banyak menyelenggarakan
pusat kajian, acara orasi
ilmiah dan public lecture
lainnya. Sebagai kampus elit
di Australia, ANU memiliki
brand name tersendiri sehingga
sanggup menghadirkan orang-orang penting di berbagai bidang
tersebut untuk berbicara di depan para civitas academica. Nama-
nama seperti Joseph Stiglitz sang peraih nobel atau Anwar Ibrahim
mantan menteri Malaysia adalah tamu-tamu kampus ANU. Tanda
tangan Joseph Stiglitz di buku adalah awal mula virus narsis yang
menjangkiti saya.
Pengalaman pertama saya berfoto dengan orang terkenal
adalah saat Kevin Rudd melakukan orasi ilmiah di kampus
almamaternya saat pembukaan pusat kajian China. Pada sesi rehat
minum kopi, secara tak disangka-sangka saya berkesempatan
berbincang singkat dan berfoto bersama. Di acara yang
120
Di Indonesia banyak pengusaha menampilkan foto bersama
dengan jenderal atau pejabat tertentu untuk berbagai tujuan, mulai
dari menjaga keamanan bisnisnya sampai agar diakui kedekatan
dengan para petinggi negeri. Hal ini berbeda dengan di negeri
rasional egaliter semacam Australia. Kalau di Indonesia orang
kebanyakan ingin muncul di televisi dengan menampil-nampilkan
diri di belakang presenter yang sedang siaran di lapangan, di
Australia hal semacam itu jarang terjadi. Ketika presenter siaran
langsung, terlihat orang Australia yang sedang lewat di belakangnya
tidak tertarik ikut di-shooting untuk numpang beken masuk televisi.
Mereka rata-rata cuek dan menjalankan aktivitasnya secara wajar.
122
kami bersama. Kesempatan itu hampir saja menguap karena
begitu banyaknya mahasiswa/i yang antusias untuk bersalaman,
meminta tandatangan atau berfoto bersama. Setelah pengawal
memberi isyarat untuk meninggalkan ruangan orasi, saya merasa
sudah kehilangan moment berharga untuk berbicara secara “dekat”
dengan salah satu inspirator saya di bidang good governance itu.
Namun ternyata dewi fortuna masih berpihak kepada saya.
Tanpa diduga, kandidat Presiden dari partai SRI itu masih melayani
antusiasme para mahasiswa, yang memang kebanyakan berasal
dari Indonesia, di luar ruangan orasi. Saat itulah saya berhasil
mendapatkan moment berharga itu dengan cara menghadiahkan
dua buku karangan saya kepada beliau. Saya katakan; “Bu Sri, saya
mau menghadiahkan dua buku kepada anda. Buku ini saya tulis
salah satunya karena inspirasi dari anda”, yang ditanggapi antusias
oleh beliau. Jadilah buku saya serahkan, dan dengan berpose
memegang dua buku itu disamping Sri Mulyani saya dijepret oleh
teman yang kebetulan sudah siap dengan kamera handphone.
Keinginan dalam hati untuk berfoto bersama sebenarnya tak
selalu terkait dengan orang terkenal. Pernah suatu saat saya terkesima
dengan semangat dan penampilan bule Australia yang menjadi
penabuh gamelan di suatu acara pertunjukan wayang kulit di the
National Gallery of Australia. Pak Bill namanya, seorang Belanda
pecinta wayang dan gamelan kelahiran Indonesia yang berimigrasi ke
Australia sesaat setelah kemerdekaan Indonesia. Di kesempatan lain
saya berkesempatan berfoto bersama Kang Abik pada acara pelatihan
menulis di KBRI Canberra. Juga bertemu Riri Riza saat pemutaran film
Sang Pemimpi di ANU. Kemudian, di kesempatan setelah sholat Iedul
Fitri tahun ini saya berkesempatan berfoto dengan imam sholat yang
juga merupakan imam Yarralumla mosque kelahiran tanah terjajah,
124
di Kampus Unibraw itu telah memompakan inspirasi kepada saya
untuk gigih berusaha agar bisa kuliah di luar negeri. Beliau yang
merupakan alumni University of Wollongong itu telah berkenan
memberikan surat rekomendasi, yang meski akhirnya tak saya
pakai namun tetap menyalakan semangat saya.
Yang jelas saya juga banyak berfoto dengan teman-teman
saya di kampus yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia dan
“dunia”. Virus narsis yang menjangkiti saya di Canberra, adalah
jejak-jejak kehidupan masa lalu, sekarang, dan mungkin masa
depan saya. Wallohu a’lam bissawab.
qqq
K
uliner adalah representasi paling orisinil atas karakteristik
dari kelompok sosial yang dinamakan bangsa. Karena
keragaman di dunia ini adalah sebuah keniscayaan, maka saling
mengenalkan makanan bisa menjadi pintu masuk bagi upaya
pemahaman budaya yang lebih luas dan intens. Tanggal 12 sampai
13 Februari yang lalu, di Canberra digelar acara tahunan National
Multicultural Festival 2011 yang diisi stan makanan dan budaya
dari lebih seratusan negara di dunia. Acara yang digelar di city
128
kenyang kalau belum makan nasi, di acara ini kita diperkenalkan
dengan “konsep kenyang” dari tiap bangsa di dunia. Acara ini
memang khusus diselenggarakan oleh ministry of indigenous and
multicultural affairs ACT untuk warga Canberra yang beraneka
ragam warna kulit dan budayanya.
Bermula dari mengenal budaya yang berbeda ini diharapkan
tercipta saling memahami perbedaan yang ada. Kalau bisa terjadi
saling memberi, membentuk budaya hybrid, seperti pasangan
temanten Betawi yang mana laki-lakinya berpenampilan Arab,
wanitanya berpenampilan China, dan acaranya dilengkapi dengan
hadrah dan petasan serta tanjidor.
Poin yang diharapkan pemerintah Australia dari pameran
makanan-makanan tersebut adalah penyerapan intisari budaya serupa
konsep Lumpia dari Semarang, Bakpia dari Jogjakarta atau Tahu Taqwa
dari Kediri, produk yang sudah dianggap khas lokal padahal berakar
pada budaya asing (China). Paling tidak masing-masing komunitas
budaya mengetahui kekhasan perbedaan yang ada.
Di setiap zona di acara budaya ini sekaligus menjadi sentral
bagi penampilan tari, teater, lagu serta puisi masing-masing
benua. Selain memiliki stan budaya dan pariwisata, negara-negara
130
pencapaian pembangunan yang mencengangkan. Warga Indonesia
di Canberra tak ketinggalan juga membuka dua stan yang menjual
sate ayam dan kambing serta nasi rendang.
Di kota-kota besar di Australia biasanya terdapat enclave-
enclave budaya seperti pecinan atau suburb pusat hunian
suatu bangsa. Kalau di daerah Dickson Canberra terdapat pusat
perbelanjaan makanan Asia (China, Korea, Jepang, Vietnam, India),
di Lakemba bagian dari Kota Sydney terdapat pusat komunitas
muslim dari seluruh dunia. Multikulturalisme memang telah
menjadi bagian dari budaya Australia sejak dicabutnya kebijakan
white Australia policy di tahun 1973. Sudah jamak makanan China
atau makanan halal (halal pide) Turki atau Lebanon menjadi bagian
dari budaya Australia. Dari hasil sensus didapati masyarakat berlatar
belakang Asia meliputi 9,3 persen penduduk Australia hari ini.
132
baru-baru ini tentang 40% orang Canberra mengatakan dirinya anti-
muslim cukup mengejutkan. Seorang senator dari kubu Liberal dari
ACT bahkan menyampaikan petisi tentang moratorium sepuluh
tahun bagi imigram muslim di Australia, yang spontan ditentang
oleh banyak pihak termasuk komunitas muslim dan minister of
indigenous and multicultural affairs. Masih terkait rasialisme,
di tahun 2009 para mahasiswa asal India melakukan protes
anti rasialisme di Melbourne yang menyebabkan menurunnya
jumlah pelajar dan mahasiswa asal India. Pemerintah Australia
masih harus terus berjuang untuk mewujudkan multikulturlisme.
Wallahu a’lam bissawab.
qqq
S
elepas kumandang azan, rangkaian kalimat penuh makna
yang disampaikan dalam Bahasa Inggris mengawali prosesi
Jumatan siang itu. Bahasa Inggris memang menjadi lingua franca
bagi jamaah yang berasal dari berbagai negara.
136
750 orang tersebut menjadi pertanda ghirah keislaman yang kuat
di tengah mayoritas masyarakat Kristen, sekuler, agnostic, atau
bahkan atheis.
Pukul 01:30 pm biasanya prosesi Sholat Jumat dimulai.
Sebelumnya, biasanya imam mengingatkan untuk, “Straight line
your shaf, shoulder to shoulder”, yang memberi filosofi kesatuan
umat Islam dalam rapinya barisan seperti diperintahkan Nabi SAW.
Menjangkau Muslim
Abu Bakr Mosque atau Canberra Mosque, berada di wilayah
Yarralumla tempat komplek berbagai kedutaan besar serta
perwakilan diplomatik negara-negara di dunia, sekaligus pusat
pemerintahan Australia berada. Dari prasasti di pintu keluar
diketahui pendirian fondasi masjid ini dimulai pada tahun 1960
oleh misi diplomasi Indonesia, Malaysia, dan Pakistan.
Masjid ini terletak kurang dari lima menit jalan kaki dari kedutaan
besar Indonesia, Mesir serta bersebelahan dengan kedutaan besar
Norwegia/Denmark dan Malaysia. Dari arsitektur bangunan utama,
ruang tengah yang bertenda, menara, mimbar khotbah (ukiran dari
Jepara Indonesia) dan rak kitab-kitab terlihat Yaralumla mosque
138
berarsitektur perpaduan Arab, Eropa, serta Asia. Tempat shalat utama
berada di lantai dasar, sementara untuk tempat sholat wanita
berada di lantai dua. Tersedia air wudhu hangat di musim dingin,
juga toilet, wastafel dan kamar mandi yang terpisah lokasinya
antara jamaah pria dan wanita. Selebaran serta papan kaca
pengumuman berada di pintu keluar masjid yang memberikan
informasi dari urusan akomodasi, penjualan berbagai jenis
barang, atau tempat restoran/toko makanan halal. Sementara, di
luar masjid disediakan pula playground untuk anak-anak dan kursi
untuk penjaganya yang tidak ikut sholat Jumat.
140
Ramadhan Ceria
Muslim Canberra
D
etik-detik berbuka di negeri seperti Australia selalu
dinantikan oleh setiap muslim yang menjalani puasa.
Apalagi hidangan takjil berupa aneka penganan kecil dan
minuman serta kurma sudah tersedia di depan mata setelah
berpuasa selama kurang lebih 12 jam di musim dingin kali
ini. Makanan khas selera nusantara yang dihidangkan oleh
host acara juga menjadi daya tarik tersendiri. Kebersamaan
acara buka bersama selalu menghadirkan sensasi spiritual
dan kekeluargaan yang mengundang kehadiran ratusan orang
memenuhi Balai Kartini KBRI Indonesia di Canberra.
142
ke Balai Kartini KBRI Indonesia di Canberra pada Ramadhan
tahun ini. Anak-anak mulai umur 1 sampai 12 tahun itu
sibuk dengan lomba azan, cerdas cermat keislaman, lomba
puzzle dan lomba mewarnai sesuai kelompok umur serta
menyanyikan lagu islami.
144
Beberapa warga non muslim juga nampak hadir serta turut
menikmati hidangan dan acara tersebut. Acara Iftaar jama’i di
Canberra mirip acara budaya tanpa kehilangan substansi nilai
ibadahnya.
146
Protes-protes
di Negeri Kanguru
S
ebagai pilar demokrasi, kebebasan mengungkapkan
pendapat dalam bentuk demonstrasi atau protes-protes juga
dijamin di Australia. Setidaknya selama lebih setahunan tinggal
di Canberra, saya mendapati beberapa diantaranya. Namun,
demonstrasi yang saya temui terasa tidak mengusung isu “remeh-
temeh” seperti di negeri kita. Demonstrasi yang dilakukan orang
Australia mengangkat tema-tema yang lebih fundamental, terasa
lebih laten, militan, tapi tetap tanpa menggunakan kekerasan.
148
bentuk huruf-huruf berukuran besar yang dipancangkan di dekat
perapian yang berbunyi: “S O V E R E I G N T Y”. Bendera warna
merah hitam dengan bulatan kuning di tengahnya yang berbeda
dari bendera Australia yang kita kenal juga terlihat dikibarkan.
Protes serupa dengan tema “healing spirit” juga penulis
temui saat perayaan ANZAC day tahun ini. Mereka membagikan
stiker, membentangkan spanduk, dan tulisan-tulisan protes
menyuarakan kisah-kisah tragis selama proses kedatangan bangsa
Eropa serta ketergusuran mereka atas budaya, alam, dan sumber
kehidupan. Protes tersebut tentu saja mengganggu kekhidmatan
acara hari kepahlawanan Bangsa Australia, ditandai dengan
adanya cemoohan dari beberapa penonton. Pagar besi yang
dipasang mengelilingi tempat upacara di War Memorial tahun ini
sepertinya mengantisipasi kejadian tersebut.
Pada tahun 2008 di dalam gedung parlemen, Perdana Menteri
Kevin Rudd atas nama pemerintah Australia menyampaikan
permintaan maaf secara resmi atas stolen generation yang dialami
suku Aborigin di masa lalu. Seperti menjawab protes-protes mereka
lebih lanjut, tahun ini pemerintah Australia membuat stan khusus
aborigin di acara multicultural event yang menampilkan public
relation terkait berbagai program pemberdayaan serta display hasil
kerajinan, lukisan, dan seni pertunjukan penduduk asli yang relatif
lebih terbelakang secara ekonomi, sosial, dan politik.
Demonstrasi selalu ada, ketika terdapat aspirasi yang ingin
disampaikan. Pada tahun 2009 terdapat demonstrasi di Sydney
oleh para pelajar India atas pelecehan berbau rasialis yang mereka
terima dalam beberapa insiden. Ketika kasus Wikileaks merebak
dengan dituntutnya Julian Assange oleh pemerintah Swedia,
para pendukungnya melakukan demonstrasi di berbagai kota di
150
Organisasi yang terlihat dijalankan beberapa wanita aktivis
bule Australia ini bermaksud mengedukasi warga Australia
tentang penderitaan Negeri Palestina serta mengkampanyekan
pengakhiran tindakan apartheid oleh negara penjajah, Israel. Di
lain kesempatan, di saat terjadi pergolakan demokrasi terkini
di negara seperti Mesir serta Libya, pernah beberapa selebaran
demonstrasi penulis dapatkan di kampus ANU.
Ada pula demonstrasi yang berbau politik, seperti
penentangan atas rancangan undang-undang carbon tax di depan
parliament house beberapa saat lalu. Pada saat diwawancarai
oleh penyiar Radio Australia yang terdengar kritis, pemimpin
demonstrasi gelagapan menjawab pertanyaan apakah mereka
menolak kenyataan fenomena climate change/global warming
dengan menolak carbon tax tersebut. Demo yang agak terasa
“pesanan” ini sempat menjadi polemik di media massa saat
pemimpin oposisi Tony Abbot difoto oleh para jurnalis di depan
tulisan protes berbunyi “juLIAR…. Bob Browns B**ch” dengan latar
belakang api yang menyala-nyala yang dirasa kurang sopan bahkan
untuk ukuran Australia. Para pemimpin Labor Party menjadikan
event tersebut amunisi untuk menembak oposisi yang gigih
memperjuangkan pembatalan pajak yang akan memberatkan
para pengusaha tersebut.
Masih di dunia politik Australia, kebanyakan anggota parlemen
dari Green Party adalah aktivis lingkungan pada saat mudanya. Bob
Browns, pemimpin “partai hijau” Australia saat ini adalah veteran
demonstrasi penentang pembuatan dam di Franklin river pada
tahun 1980-an. Demonstrasi itu begitu fenomenal dalam sejarah
pecinta lingkungan hidup di Australia. Keberhasilan protes tersebut
turut mengantarkan para tokohnya menduduki kursi di parlemen
152
Singkat cerita, sang sopir dulunya adalah orang yang memprotes
manajemen kampus atas kejadian tragis yang menimpa putrinya.
Putrinya yang seorang mahasiswi ANU suatu saat pulang larut malam
dari kampus. Entah bagaimana, sang puteri tercinta diculik orang tak
dikenal dan tak ditemukan lagi hingga saat ini. Terpukul atas kejadian
tersebut, sang ayah melakukan protes-protes. Namun sejauh ini,
hasilnya nihil karena security kampus serta pihak kepolisian tidak bisa
menemukan putrinya atau menangkap pelakunya.
Atas inisiatif sendiri sebagai ekspresi kekecewaannya, sang ayah
mahasiswi yang sangat sedih itu kemudian mendedikasikan dirinya
dengan menyediakan bus malam bagi siapapun di kampus ANU
yang membutuhkan. Ia menjadi sopir bus itu serta membiayai dari
kantongnya sendiri operasionalnya. Namun saat ini, pihak kampus
melakukan subsidi biaya operasional atas bus tersebut. Itulah salah
satu contoh begitu militan dan latennya protes-protes di Negeri
Kanguru. Walalohu a’lam bissawab.
qqq
S
edikit sekali orang Australia bisa berbahasa Indonesia
atau bahasa lokal Indonesia lainnya. Dari yang sedikit
tersebut, saya beruntung bisa mengobrol menggunakan Bahasa
Jawa dengan Professor George Quinn yang dikenal pakar Bahasa
Indonesia dan Bahasa Jawa dari Australian National University.
Bukan hanya berbahasa Jawa “ngoko”, tetapi “kromo inggil”
yang bahkan generasi muda Indonesia berlatar belakang etnis
Jawa sekalipun sudah jarang yang bisa menggunakannya.
Percakapan itu terjadi sesaat setelah peresmian Balai Bahasa
156
saat ini terjadi penurunan minat pelajar Australia untuk belajar
Bahasa Indonesia. Pada tahun 2007, hanya terdapat kurang lebih
15% pelajar tingkat akhir sekolah menengah atas di Australia
yang belajar bahasa asing, dan dari jumlah yang sedikit tersebut
hanya 1% yang belajar Bahasa Indonesia. Namun, penurunan
minat tersebut juga terjadi pada bahasa asing lainnya, termasuk
Bahasa Eropa seperti Bahasa Italia dan Perancis. Hal ini terjadi
menurut George Quinn karena meluasnya penggunaan Bahasa
Inggris sebagai bahasa global, bahkan di negeri-negeri non-
Bahasa Inggris. Tak lupa, melalui sambutannya George Quinn
meminta Pemerintah Indonesia untuk mendukung upaya-upaya
memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia di Australia.
Dalam pidato peresmiannya, Mendiknas Professor
Muhammad Nuh menyampaikan pentingnya menyebarkan bahasa
dan budaya Indonesia sebagai sarana mempererat hubungan
kedua negara yang banyak memiliki perbedaan. Perbedaan-
perbedaan etnis, warna kulit, budaya, agama, dan orientasi politik
antara kedua negara bisa dijembatani dengan adanya saling
pemahaman, dan bahasa Indonesia adalah salah satu instrument
158
corak kainnya dilukis tangan dengan menggunakan alat
canting tersebut.
Penguasaan Bahasa Indonesia oleh masyarakat Australia
pada akhirnya tidak hanya terkait dengan pemahaman budaya
Indonesia. Pengetahuan tentang Indonesia diharapkan pada
akhirnya akan mendorong kegiatan lain seperti investasi,
perdagangan, dan kerjasama ekonomi lainnya yang membawa
kesejahteraan bersama. Merujuk pada China yang produk-
produknya telah membanjiri pasar Australia, tak menutup
kemungkinan pada saatnya produk-produk Indonesia juga akan
digemari masyarakat Australia. Kita boleh berharap pada suatu
saat tidak hanya mendapati indomie di mal-mal Australia, tetapi
juga produk pakaian, kerajinan tangan, frenchise makanan, atau
produk industri Indonesia lainnya.
“Tak kenal, maka tak sayang”, demikian bunyi pepatah
populer kita. Kalau di Indonesia banyak penggemar Radio Australia,
sebaliknya kita juga harus memiliki media untuk memperkenalkan
budaya dan bahasa Indonesia di khalayak Australia, termasuk
melalui koran komunitas Fajar Australia ini.
Banyak cara untuk memperkenalkan Indonesia kepada
dunia internasional, misalnya melalui martial art (pencak silat)
serta kain atau musik tradisional asli Indonesia. Semakin intens
hubungan antara penduduk kedua negara, semakin mudah kerja
misi diplomatik kita di Australia. Namun untuk sampai ke sana
perlu upaya terus menerus dan sinergis dari segenap komponen
diplomatik dan masyarakat Indonesia di Australia. Dan Balai
Bahasa Indonesia adalah awal yang baik untuk menghasilkan Pak
Quinn-Pak Quinn lainnya. Wallohu a’lam bissawab.
qqq
D
i Australia saya mulai berpikir bagaimana ilmu pengetahuan
ditransmisikan. Ceritanya, pada tanggal 27 Maret yang lalu
saya menghadiri acara book fair yang diadakan di bilangan Mitchel,
Canberra. Acara charity event tersebut menyediakan sekitas 200
ribu buku bekas yang hasil penjualannya akan digunakan untuk
membiayai operasional lembaga amal penyelenggara pameran
tersebut, lifeline.
Saya melihat begitu banyak penggemar buku di event tersebut,
termasuk beberapa dosen dan teman di kampus. Tua-muda,
162
dengan sedikit uang. Caranya, mencari buku bagus sebanyak-
banyaknya di hari awal pameran, lalu simpan di dalam tas di
pinggir hall dan membeli dengan harga hanya 15 dollar di hari
terakhir pameran. Cukup gila bukan. Dasar mahasiswa, hehe.
Bagaimana panitia menyediakan buku-buku sebanyak itu di
setiap acara book fair. Buku-buku tersebut adalah sumbangan dari
berbagai pihak, entah si pemilik sudah tidak memerlukannya atau
orangnya sudah meninggal dan dihibahkan oleh kerabatnya. Baru
atau bekas sebuah buku menjadi tidak relevant ketika isinya sangat
menarik dan bermanfaat bagi pembacanya. Bukankah kalau ingin
mengetahui cerita tentang Blok Timur atau bahkan Perang Dunia
kedua, buku-buku lama justru lebih memberi informasi berharga.
Dalam konteks tersebut, banyak buku-buku berkualitas dan
bahkan langka terhidang di meja-meja panjang pameran.
Melalui organizer yang profesional, berbagai jenis buku
berbahasa inggris tersebut disediakan. Tema-tema membentang
mulai dari psikologi, Aborigin, sejarah dunia, Indonesia, Eropa,
novel, kartun, cerita anak-anak, sampai ekonomi dan politik.
Saya cukup bahagia mendapatkan buku bertema Australia, China,
Perang Dunia II, beberapa novel, dan pariwisata. Sedangkan istri
saya mendapatkan buku aneka resep masakan serta flora dan
fauna Australia. Anak saya terlihat senang sekali dengan buku
cerita dan komik yang didapatkannya.
Kalau tahu hari itu, pastilah Gutenberg bahagia karena
alat cetak temuannya ternyata telah membahagiakan banyak
orang serta memicu revolusi transmisi ilmu pengetahuan tak
terkira. Entah berapa juta buku baru dicetak setiap tahunnya
di seluruh dunia, dan berapa jenis ilmu pengetahuan telah
tersampaikan kepada semakin banyak orang. Sebab jika
164
tempat umum lainnya sering kita jumpai orang sedang membaca
novel atau buku lainnya.
Sangat mudah mendapatkan buku di Australia. Orang-
orang sibuk bisa menggunakan toko buku online sebagai tempat
berburu buku. Saya pernah membeli dua buah buku melalui
layanan ini, dimana cukup dengan mencari di katalog, memesan,
dan mengisikan data serta informasi kartu kredit kita maka buku
akan sampai di alamat kita beberapa hari ke depan. Harga buku
juga masih dapat dijangkau oleh penghasilan kebanyakan orang.
Di jaman komputer ini ilmu pengetahuan sudah bukan
barang eksklusif dan bisa menjadi milik seluruh warga dunia tanpa
kecuali. E-book sudah mulai menjadi fenomena. Perdebatan
sengit di parlemen Australia tentang rencana broadband network
yang akan dibangun adalah tema hangat tentang transmisi ilmu
pengetahuan. Saya tidak berpikir akan terjadi penghancuran
perpustakaan seperti dilakukan oleh Jenghis Khan di Baghdad
beberapa abad lalu akan terjadi lagi, karena banyaknya format
digital buku.
166
Diaspora
Orang-orang Nusantara
S
aat menempuh kursus Bahasa Inggris di IALF Jakarta, penulis
pernah mendapatkan kisah tentang kedatangan orang-orang
Makassar beberapa abad lalu di Australia Utara. Mempedomani
bintang-bintang selatan kapal-kapal Padewakang mereka
menuju ke Benua Kanguru. Di daerah yang dinamakan “Marege”
(Arnhem land) sekitar seribuan orang Makassar itu setiap bulan
Desember mendarat di sepanjang teluk Carpentaria. Dalam
kelompok-kelompok yang dibiayai oleh orang Melayu, China,
atau Belanda mereka membuat kamp untuk memasak dan
mengeringkan teripang, komoditas yang ditangkap di Marege.
168
Kegiatan ekonomi tahunan itu rutin dijalankan dari 1700-
an sampai tahun 1907 saat penguasa kolonial Australia Utara
melarangnya. Tak mengherankan Bahasa Makassar menjadi
bahasa umum yang dipakai orang-orang Aborigin di Marege untuk
berinteraksi dan berkomunikasi termasuk dengan suku-suku
Aborigin yang berbeda. Suku Yolngu, Iwaidja, penduduk Pulau
Tiwi, Pulau Elcho dan Selat Tores telah menyerap kata-kata seperti
rupiah (uang), jama (kerja), atau balanda (orang kulit putih).
Mereka juga mengadopsi teknologi perahu lepa-lepa yang mereka
namakan Lipalipa.
Peninggalan yang tersisa dari sejarah hubungan orang Makassar
dan Benua Australia ini diantaranya adalah pohon-pohon asam jawa,
koin-koin VOC, porselen China, serta periuk untuk merebus teripang
selain juga beberapa keturunannya di Australia Utara. Pada tahun
2005 dibuat acara reuni dan pertunjukan kesenian di Australia serta
Makassar, yang ke semua cerita ini juga bisa disaksikan di Museum
Nasional Australia di dekat kampus ANU.
170
Orang-orang Jawa diperkirakan di abad pertama masehi
berimigrasi ke Madagaskar, sebuah pulau di sebelah selatan
Afrika, di mana Bahasa Jawa banyak diserap ke dalam bahasa
Malagasy (Wikipedia). Pada abad kedua sampai kelima masehi
orang-orang Kalimantan dan Sulawesi berlayar pula sampai
Madagaskar. Ketika Kerajaan Sriwijaya eksis dengan kekuatan
maritimnya sebagai pemain utama perdagangan antara Asia
dan Eropa, mereka juga berlayar ke Samudera Hindia dan Laut
China selatan, singgah di kota-kota Madagaskar, India, Afrika
Selatan, dan Thailand. Pada tahun 1300-an orang Minangkabau
yang terkenal sangat mobile, merantau sampai ke Malaysia dan
Filipina Selatan. Orang-orang Aceh juga beberapa kali memiliki
pengaruh yang kuat di semenanjung Malaya.
172
besar atau menjadi pengajar di berbagai universitas ternama
(brain drain). Para santri juga secara tradisional banyak belajar
ke Makkah di Arab Saudi dan Al Ashar di Mesir.
Ketika peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru banyak
mahasiswa kita tidak bisa pulang dari negara-negara Blok Timur
dan banyak yang akhirnya menetap di Rusia atau China. Kami
yang sedang menuntut ilmu di perantauan ini pernah bergurau,
“jika terjadi pergantian rezim mungkin terpaksa harus tinggal
di Australia karena tidak boleh pulang”.☺ Semoga saja tidak
terjadi. Wallohu a’lam bissawab.
qqq
D
i suatu siang, saya Sholat Dhuhur di basement sebuah
gedung perkantoran elit di bilangan Kuningan, Jakarta. Tak
dinyana, sang imam sholat adalah seorang cleaner yang sering
saya jumpai membersihkan ruangan-ruangan di gedung tersebut.
Dengan tampilan pakaian seragam yang bersahaja tapi penuh
fungsi, sang cleaner dengan tanda hitam bekas sujud di dahinya
memimpin ritual sembahyang para pekerja dari berbagai negara
yang mungkin beberapa diantaranya adalah bos di perusahaan-
perusahaan multinasional yang berkantor di gedung berlantai tiga
puluh dua tersebut.
176
membersihkan barang-barang yang kotor yang seringkali juga bau,
seperti wastafel dan bahkan WC. Selain itu, seorang cleaner juga
harus jujur, karena selalu terkait dengan barang-barang berharga
di suatu kantor.
Seorang cleaner, paling tidak karena rutinitas pekerjaan yang
dijalaninya akan mengetahui berbagai hal, misalnya pada hari apa
biasanya banyak sekali sampah. Dia mengetahui kebiasaan seorang
karyawan dari apa saja yang dikonsumsinya setiap hari. Ada karyawan
yang jorok, ada karyawan yang ajeg mengkonsumsi makanan/
minuman tertentu. Bahkan juga seorang cleaner bisa tahu berapa
karyawan yang sering tugas luar atau bolos kerja dari sampah yang
harus dipungut dari tempat sampah di setiap meja kerja.
178
manajemen kantor tersebut juga amburadul. Mengurusi hal
sepele saja nggak beres, apalagi menyelesaikan hal-hal yang
besar. Jangan-jangan banyak terjadi korupsi, karena anggaran
untuk pengelolaan kebersihan toilet saja tidak dibelanjakan
sebagaimana mestinya.
Dalam sebuah kesempatan, mantan ketua BPK di instansi
tempat saya berkarya mengatakan: “Desinfektan paling tangguh
180
Pelatihan Menulis
di Canberra
H
idup di negeri lain tentu memberikan pengalaman berharga
yang tidak semua orang bisa merasakannya. Kekhasan budaya,
iklim, dan cara hidup saat tinggal dan belajar di Australia menarik
untuk diceritakan kepada orang lain, khususnya di Tanah Air.
Seakan menangkap potensi tersebut, FLP Australia bekerjasama
dengan PPIA-ACT pada tanggal 6 Maret 2011 menyelenggarakan
pelatihan menulis dengan tema: “Dari Novel ke Layar Lebar”
dengan pembicara Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik) dan
Dr. Minako Sakai. Acara tersebut dibagi ke dalam dua sesi, yaitu
182
Sedangkan terkait inspirasi tulisan menurut Kang Abik
orang bisa mengupayakannya dengan berbagai cara. Ada yang
mencari inspirasi dengan berlayar seperti dilakukan oleh Ernest
Hemingway, tiduran di stasiun seperti dilakukan oleh Gerson Poyk,
atau bahkan bermula dari sobekan koran seperti terjadi pada Ali
Muakhir yang meraih juara pertama Lomba Cipta Cerpen Remaja.
Jika ide dan inspirasi ibarat ikan-ikan di lautan, seorang penulis
menurut Bambang Trim seperti dinukil Kang Abik harus berusaha
keras dan memiliki kepiawaian untuk mengailnya. Bagi sebagian
orang, ilham dalam menulis bisa saja datang begitu saja sebagai
karunia Allah yang sangat berharga.
Ditambahkan oleh Kang Abik bahwa saat memperjuangkan
sesuatu yang diyakini, maka semangat untuk menulis akan terus
menyala di ujung pena. Dicontohkan bagaimana seorang Yusuf
Qardhawi menulis lebih dari enam puluh buku best seller yang
tersebar di seluruh dunia. Juga, seorang Imam Bukhari harus
melakukan perjalanan ribuan kilometer sambil memunguti dan
menghafal lebih dari 600 ribu hadits di berbagai negara selama
184
Taiwan dan Australia. Beliau menjadi sastrawan karena terpicu
oleh kemenangan lomba deklamasi saat Sekolah Dasar dan
bangga mendapatkan hadiah buku tulis. Pengalaman itu terus
memacunya untuk menyenangi puisi dan cerpen saat menempuh
MTs Futuhiyyah 1 Mranggen dan Pondok Pesantren Al Anwar,
Demak. Persentuhannya dengan banyak perlombaan baca
puisi, pidato, dan olah teater di Surakarta turut mengasah bakat
berkeseniannya yang mengantarkannya memenangkan berbagai
penghargaan.
Hobi berkesenian itupun akhirnya tetap dipelihara saat
melanjutkan kuliah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist
Universitas Al-Azhar. Novelnya yang berjudul Ayat-Ayat Cinta
akhirnya menjadi best seller dan bahkan dijadikan mahar
pernikahan beliau yang terasa sangat istimewa. Dr. Minako Sakai,
seorang Jepang pengajar Bahasa Indonesia di beberapa universitas
di Australia menceritakan pengalamannya menangis saat
membaca buku Ayat-Ayat Cinta ini ketika berada di Palembang.
Minako Sakai terkesan terhadap karya-karya Kang Abik yang
menurutnya banyak menyentuh perasaan.
Di sesi pelatihan menulis, Kang Abik memaparkan bagaimana
kiat-kiat menjadi penulis novel best seller dengan “enam langkah
dan tujuh pertanyaan”. Ibarat jurus-jurus pencak silat, Kang Abik
memberikan tips-tips berdasarkan pengalaman keberhasilan
yang pernah dialaminya sendiri. Acara ini sangat bermanfaat bagi
masyarakat dan para student Indonesia yang sedang belajar di
Australia, beberapa di antaranya bahkan datang langsung dari
Sydney. Beberapa penggemar Kang Abik dari Malaysia juga terlihat
hadir di acara tersebut dan merasa senang karena terdapat pula
sesi tanda tangan buku dan sesi foto bersama.
186
Tips “Hidup” di Australia
D
engan menceritakan tips hidup di Australia ini saya bukan
bermaksud “sok menggurui”, namun lebih bernada “jangan
ulangi kesalahan saya”. Sebab, kata orang pengalaman adalah
guru terbaik dan menurut saya “mahal harganya”. Tips-tips di sini
juga tidak ditujukan bagi orang semacam “Gayus, dkk” yang sudah
tidak memikirkan “sensitivitas harga”, namun lebih ditujukan bagi
mereka yang berpikir rasional dalam “membelanjakan” tenaga
dan uangnya. Tips ini berguna bagi mereka yang akan melanjutkan
studi atau yang akan menetap lama di Australia.
188
Apa yang pertama harus saya lakukan saat tiba di Australia?
Yang harus dilakukan adalah melaporkan diri di KBRI atau KJRI
terdekat, segera buka rekening bank, urus Tax File Number (TFN)
bagi yang ingin kerja part time, dan bagi yang ingin memasukkan
anaknya ke childcare segera dapatkan Child Care Benefit (CCB)
dengan mengurus di centre link terdekat (CCB diberikan khusus
bagi penerima beasiswa dari pemerintah Australia).
Sesegera mungkin daftarkan anak Anda di beberapa childcare
terdekat, karena biasanya daftar tunggunya panjang dan lama.
Biasanya sebelum mendapatkan childcare terdapat daycare,
pengasuh anak oleh orang (bukan lembaga) dengan biaya harian.
190
Di Australia, bagi yang memiliki anak balita lebih dari satu,
harus menyewa flat yang memiliki kamar minimal dua. Pernah
teman saya yang memiliki tiga orang anak harus memulangkan
keluarganya ke Indonesia karena tidak bisa mendapatkan flat/
unit/rumah berkamar dua.
Biasanya kita diharuskan membayar deposit di muka senilai
sewa selama sebulan sebelum kita menempati rumah. Membayar
sewa rumah dengan auto debet rekening bank (misalnya reconnect)
bisa mencegah kita lupa membayar sewa rumah.
Kita harus mencermati kontrak sewa unit/rumah kita agar tahu
hak dan kewajiban, misalnya kerusakan jendela adalah kewajiban
agen untuk memperbaiki, sementara kerusakan saluran air atau
kotornya tembok rumah menjadi tanggung jawab penyewa.
192
dll. Untuk mengambil kerja sampingan disarankan jika kita sudah
seatle, khususnya secara akademik.
194
Apa yang harus saya hindari?
Jangan ulangi kesalahan saya, jangan boros menggunakan
listrik di musim dingin. Di Australia alat-alat elektronik biasanya
membutuhkan daya yang sangat tinggi, sehingga boros energi.
Saya pernah harus membayar rekening listrik tiga bulanan 800
dollar karena menyalakan heater udara di musim dingin. Jika
masih bisa bertahan di suhu dingin, gunakan elektric blanket
karena dayanya jauh lebih rendah.
Awas penggunaan pulsa telepon anda, jangan terjerat alasan
“rindu tanah air” yang menyebabkan Anda tidak rasional dalam
menggunakan pulsa. Tips saya, pergunakan layanan telepon
murah semacam kartu HP “Lebara”, atau paket murah lainnya yang
jauh akan menyelamatkan isi kantong anda. Saya pernah harus
membayar 700 dollar gara-gara telepon ke Indonesia memakai
kartu telepon utama (Three atau Optus). Kalau ada sambungan
internet bisa anda menggunakan Voipwise atau Skype.
Inilah sekelumit tips-tips yang bisa saya berikan, semoga
bermanfaat, karena informasi adalah mahal harganya. Wassalam.
qqq
S
aat di Australia, saya mendapati banyak sekali hal menarik
untuk ukuran kita orang Indonesia. Ada yang konyol, aneh,
atau nggak masuk akal. Obyek-obyek unik tersebut mulai dari
misalnya patung “Banana” raksasa di Coffs Harbour NSW, patung
kambing raksasa (Big Merino) di Goulburn NSW, atau tak seperti
dalam bayangan kita ternyata ada juga becak (padycab) di
Australia yakni di Sydney. Terdapat kotak pos tertinggi di Canberra
pada ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut yang
masih difungsikan, yaitu di dalam Telstra Tower.
Saya mulai mengumpulkan hal-hal unik ini saat pertama
menemukan peringatan dalam Bahasa Jawa di toilet perpustakaan
198
disediakan untuk kebutuhan kendaraan di pom bensin tersebut.
Di kota-kota Australia kran air siap minum atau pemanggang
(barbeque) disediakan gratis di setiap tempat wisata atau public
area. Apa yang terjadi kalau hal yang sama juga diterapkan di
Tanah Air, pasti sudah banyak pedagang sate atau ikan bakar yang
memanfaatkannya untuk berdagang. ☺
Saat berbelanja di market, kita mendapati hal-hal aneh
pula. Bukan hanya karena harga sekilo tempe di Canberra jauh
lebih mahal daripada harga sekilo daging ayam atau telur, dan
daun pisang 10 lembar bisa seharga 20 ribu rupiah, namun
juga dijualnya sweet potato (ketela rambat), dan teh “Madura”
di suatu pusat perbelanjaan. Untuk mendongkrak penjualan,
kadang-kadang produsen juga kreatif misalnya menjual tiga
warna capsicum, hijau, merah dan kuning dalam satu plastik
yang unik.
200
ini seperti mengkonfirmasi bahwa kartu ATM jauh lebih berharga
daripada sebagian uang yang diambil.
Pemahaman kita atas orang Australia pasti bertambah, seiring
dengan berjalannya waktu. Tak seperti bayangan kita sebelumnya
bahwa orang “Barat” jarang mempunyai anak, yang sering saya
lihat di sini malah mereka mendorong kereta bayi dengan tiga
sampai empat orang anak. Di sini pula hampir setiap keluarga
mempunyai anjing kesayangan, yang seolah-olah seperti anak
sendiri. Banyak dijual aneka makanan “khusus” hewan yang suka
menggongong ini, yang beberapa diantaranya juga dikonsumsi
oleh orang kita seperti hati ampela dan kepala ikan kakap (bisa
dimasak rendang), namun cara kita membelinya jangan sampai
membuat penjualnya curiga. ☺
Australia mempunyai empat musim yaitu summer yang
dimulai sekitar Bulan Januari, fall sekitar Maret, winter sekitar
Juni, dan spring sekitar Oktober. Perubahan posisi geografis
Australia terhadap posisi matahari pada bola bumi menyebabkan
terdapat perbedaan lamanya pemunculan siang dan malam. Hal
202
Tentang Penulis
Te nt a n g Pe n u lis 203
Master of Public Policy di Crawford School of Economics and
Government, The Australian National University, Canberra.
qqq
204
Mau Menerbitkan Buku Sendiri
Tapi bingung mulai dari mana? Mulailah dari sini:
www.Indie-Publishing.com
Publish yourself and create your own history!
Email: admin@indie-publishing.com
Tlp.: 021-77880581 | PIN BB 29EB65ED