patriotisme
“SIKAP KEPAHLAWANAN DAN PATRIOTISME ”
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas individu
Mata kuliah Komputer dan Media Pembelajaran
Disusun oleh:
FATIHAH (110641361)
A.10
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan penuh kemudahan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Komputer dan Media
Pembelajaran, dengan Bab “Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme”.
Dalam penyusunan makalah ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kritik dan saran dari berbagai pihak sangat saya
harapankan demi kesempurnaan makalah ini.
Besar harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya
selaku penyusun dan bagi semua yang telah membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
Pernahkah kamu menonton film tentang peperangan? Bagaimana usaha para prajurit
untuk memperjuangkan sebuah kemenangan? Mereka tentu berusaha keras dan rela
berkorban untuk mendapatkan kemenangan itu. Kira-kira seperti itulah bangsa Indonesia saat
memperjuangkan kemerdekaannya. Pada bab ini akan diulas tentang sikap-sikap
kepahlawanan dan patriotisme para pahlawan Indonesia. Dengan mempelajarinya, kamu
diharapkan dapat meneladani sikap-sikap tersebut sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang
arif. Perlawanan terhadap Penjajah Pahlawan Nasional Sikap
Patriotisme menumbuhkan dilakukan oleh Sikap Kepahlawana. Disekitar kita jaga masi
dijumpai oleh pejuang, pejuang ini sering disebut Veteran. Veteran adalah orang-orang yang
pernah menjadi prajurit perang pada masa perjuangan. Banyak di antara para veteran
kehilangan anggota tubuh pada waktu mereka berperang. Akan tetapi mereka tidak menyesal,
justru sangat bangga dengan pengorbanan yang diberikan pada bangsa dan negara. Itulah
salah satu sikap pahlawan yaitu rela berkorban. Beberapa veteran menceritakan pengalaman
mereka ketika berjuang melawan penjajah.
2.1 Pentingnya Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme dalam Kehidupan Sehari-hari
Pernahkah kalian mendengar kata pahlawan? Kalau kalian pernah mendengar, tahukah
apa maksudnya? Pahlawan adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan orang lain,
demi kepentingan nusa dan bangsa. Contohnya adalah pahlawan-pahlawan kemerdekaan
Indonesia. Demi menegakkan kemerdekaan mereka rela berkorban apa saja, baik harta benda,
tenaga, pikiran, waktu bahkan keluarga dan nyawa sekalipun mereka korbankan. Kita ambil
contoh nama-nama pahlawan bangsa seperti Pattimura dari Maluku, Tuanku Imam Bonjol
dari Sumatra Barat, Pangeran Antasari dari Kalimantan, Teuku Umar dari Aceh, dan Gusti
Ktut Jelantik dari Bali. Para pahlawan itu dengan gigih, ulet dan sabar memimpin pasukannya
untuk menentang penjajahan. Modalnya adalah tekad yang membaja untuk melepaskan diri
dari kekejaman penjajah yang dibuktikan dengan kerelaan untuk berkorban serta keberanian
untuk bertindak. Kepahlawanan adalah perihal sifat-sifat pahlawan dan keberanian. Setiap
orang hendaklah mempunyai jiwa kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari. Arti dari
patriotisme ialah kecintaan dan dukungan setia seseorang terhadap negaranya. Berarti, setiap
pahlawan pasti mempunyai jiwa patriotisme tersebut. Dengan jiwa patriotisme, terciptalah
persatuan dan kesatuan suatubangsa.
Setiap warga negara wajib memiliki jiwa kepahlawanan dan patriotisme dalam
kehidupan sehari-hari. Jiwa kepahlawanan dan patriotisme tidak harus diwujudkan dalam
bentuk peperangan atau melawan penjajah seperti para pendahulu kita. Akan tetapi, bisa
ditunjukkan dalam perilaku dalam lingkungan masyarakat yang lebih luasa. Taukah kalian
nama gambar pahlawan pada uang seribu rupiah?. Nah, benar sekali Pattimura. Sekarang
taukah kalian Nama asli Pattimura ?
Nama asli Pattimura adalah Thomas Matulessy. Beliau adalah tokoh pahlawan yang
memimpin gerakan melawan Belanda di Ambon pada tahun 1817. Pattimura dipilih sebagai
panglima perlawanan menentang Belanda dan beliau dikukuhkan sebagai “Kapitan Besar”.
2.2 Rela Berkorban dalam Kehidupan Sehari-hari
Rela berkorban adalah sikap yang tulus dan ikhlas memberikan dan mengorbankan dari
sebagian yang kita miliki untuk kepentingan orang lain. Sikap itulah yang dimiliki oleh para
pahlawan bangsa kita dalam membela tanah airnya. Kita juga harus bisa menunjukkan sikap
rela berkorban.
A. Coba kita simak cerita di bawah ini!
Lisna adalah seorang anak kelas IV Sekolah Dasar Bina Pelajar. Ayahnya sudah lama
meninggal dunia. Sehari-hari dia membantu ibunya berjualan makanan di depan
rumahnya. Lisna berpapasan dengan seorang anak perempuan Pada suatu hari ketika pulang
sekolah Lisna bertemu dengan anak seusianya sedang mengayuh sepeda. Lisna merasa
mengenal sepeda merah itu miliknya. Tapi siapa dia? Lisna heran, untuk itu dia cepat-cepat
pulang dan segera menemui ibunya. Kata ibunya anak itu bernama Silva. Silva menumpang
di rumah mereka karena rumah yang ditempatinya terkena musibah kebakaran sehingga
barangbarangnya habis semua. Ketika Silva datang dari pasar disuruh ibunya belanja, kedua
anak itu saling berkenalan. Dalam hati, Lisna merasa kasihan. Akan tetapi keluarga Lisna
juga sangat memprihatinkan. Rumahnya sempit, penghasilan ibunya pas-pasan. Namun
ternyata Silva masih diterima menumpang. Ibu Lisna memang berhati mulia. Malam hari
ketika selesai makan bersama, ibu meminta Lisna agar membagi sebagian pakaian dan buku-
bukunya untuk Silva. Lisna hanya menurut saja. Padahal jumlah pakaian Lisna tidak lebih
dari 10 potong dan buku-bukunya juga sangat terbatas. Lisna melaksanakan apa yang
disarankan ibunya. Dalam hati dia masih bersyukur bisa hidup dengan ibunya dan diberikan
kesehatan, cukup biaya, dan bahagia.
DAFTAR PUSTAKA
Indrastuti,Penny Rahmawaty,. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 : Untuk Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah kelas IV . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
2009.
Belen, S., dkk. 1990. Belajar Aktif Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 1992. Sejarah Nasional Indonesia I.Jakarta: Balai Pustaka. PT
Karya Pembina Swajaya. 1990. Atlas Wawasan Nusantara dan Panca
http://alfathfatiha.blogspot.co.id/2014/01/makalah-sikap-kepahlawanan-dan.html
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari era kerajaan, penjajahan
sampai kemerdekaan. Tentunya tak mudah untuk mencapai kemerdekaan, perjuangan yang kuatlah yang
membawa bangsa ini mewujudkan cita – citanya. Peran serta seluruh rakyat Indonesia tak lepas dalam
memperjuangkan dan memperoleh kemerdekaan. Sifat Nasionalisme dan Patriotisme adalah kunci untuk
mempersatukan seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
Kini, ketika globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi telah mengakibatkan pudarnya rasa
Nasionalisme dan Patriotisme. Sungguh menyedihkan melihat semangat Nasionalisme dan Patriotisme
masyarakat Indonesia sekarang ini, jiwa masyarakat Indonesia telah terkontaminasi oleh budaya dari luar.
Soekarno dianggap paling mewakili semangat patriotisme dan nasionalisme generasi muda Indonesia di
masanya. Baginya, martabat dan identitas diri sebagai bangsa merdeka sangat penting. Proklamator
Kemerdekaan Indonesia lainnya, Bung Hatta pernah mengutip pandangan Prof. Kranenburg dalam Het
Nederlandsch Staatsrech, “Bangsa merupakan keinsyafan, sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu,
yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan tujuan bertambah
besar karena persamaan nasib, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, dan oleh karena jasa
bersama. Pendeknya, oleh karena ingat kepada riwayat (sejarah) bersama yang tertanam dalam hati dan otak”.
Dalam tulisan singkat ini, saya mencoba untuk membahas tentang “Patriotisme dan Nasionalisme.” Mulai dari
definisi, sedikit pemahaman, dan cara penanaman Nasionalisme dan Patriotisme di Era Global.
PATRIOTISME
Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara.
Patriotisme berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau
“heroism” dan “patriotism” dalam bahasa Inggris. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda
maupun jiwa raga.
Patriotisme juga merupakan suatu kebajikan yang benar-benar fitri (fitrah manusia)
dan mempunyai tempat didalam kehidupan moral manusia. Perasaan taat setia merupakan senjata mental yang
cukup kuat untuk mempertahankan negara.
Semangat cinta akan negara, rela berkorban demi bangsa semakin pudar kerana kealpaan kita yang disebabkan
kemewahan hidup dan pengaruh budaya dari luar. Oleh itu, rakyat perlu bertanggungjawab untuk memastikan
dan mempertahankan kemerdekaan negara terus terpelihara dan kekal untuk selama-lamanya.
NASIONALISME
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam
bahasa Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat
manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri
mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya
hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu
rendah.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan
nasionalisme secara etnik serta keagamaan. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka
kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang
populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya
berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut.
Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, “kehendak rakyat”; “perwakilan politik”.
Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal
atau etnis sebuah masyarakat.
Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari
nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi (“organik”) hasil dari bangsa
atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya
etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya
bersama dan bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan
agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme
keagamaan
Berdasarkan berbagai pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semangat nasionalisme dan patriotisme
sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras
mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri
sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan
di masa depan. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih
dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat
dilakukan antara lain:
Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun semangat nasionalisme
dan patriotisme, terutama di kalangan generasi muda. Generasi muda adalah elemen strategis di masa depan.
Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai subjek
maupun objek.
Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang
dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis, seperti: daerah perbatasan, kawasan industri strategis,
daerah pertanian (logistik), serta daerah penghasil bahan tambang dan hasil hutan. Hal ini bisa dilakukan
dengan memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah tersebut melalui berbagai program
pendidikan dan pembinaan yang melibatkan peran masyarakat setempat.
Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang hidup di daerah rawan pangan
(miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan
berbagai program yang diorientasikan pada peningkatan kesetiakawanan sosial dan partisipasi masyarakat.
Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang berusaha melestarikan dan
mengembangkan kekayaan budaya bangsa. Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang
berhasil mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional. Apresiasi ini dapat dilakukan dengan
pemberian penghargaan oleh negara dan kemudian prestasinya diangkat oleh media massa.
Peningkatan peran Pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan aktif dalam penyelesaian berbagai
persoalan regional dan internasional, seperti: penyelesaian konflik, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup,
dan lain-lain
Beberapa sifat para pahlawan dalam menumbuhkan, mempertahankan dan meningkatkan semangat
Nasionalisme dan Patriotisme dalam jiwa mereka, antara lain ;
• Pengorbanan
Keistimewaan terbesar para pahlawan adalah pada hal ini, pengorbanan. Tentu kita ingat betapa banyaknya
pertempuran yang telah terjadi dan memakan korban jiwa yang besar demi kemerdekaan bangsa dan negara
kita ini. Seorang pahlawan dapat mengesampingkan ego, kepentingan pribadinya sendiri demi kepentingan
banyak orang di bawah naungan Garuda. Hal ini tentu patut kita teladani dalam kehidupan kita sehari-hari dalam
mengisi kemerdekaan negeri ini.
• Kejujuran
Suatu bentuk kepahlawanan yang lain adalah kejujuran, yang banyak dianggap sepele namun memiliki arti yang
sungguh besar bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pahlawan adalah manusia yang jujur, jujur pada
dirinya sendiri dan jujur pada khayalak umum. Jujur pada diri sendiri dalam arti bahwa ia akan membela
bangsanya dengan cara apapun sesuai dengan kemampuannya. Generasi muda seharusnyalah memiliki aspek
ini, suatu aspek yang dibutuhkan setiap umat manusia.
• Peduli lingkungan
Lingkungan berpengaruh besar terhadap kepribadian seseorang, tak terkecuali bagi para pahlawan. Secara
sosial, pahlawan adalah orang yang berwawasan luas dan global, bertindak secara nyata dalam memperbaiki
lingkungannya serta selalu ingin memberi yang terbaik bagi masyarakat sekitarnya.
Hal ini patut dimiliki generasi muda karena dengan kepedulian tentu lingkungan di sekitar kita menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Sebagai mahasiswa, mungkin kita dapat memulainya dari hal-hal kecil seperti peduli pada
lingkungan di sekitar kampus atau universitas kita tercinta ini. Dengan begitu semangat patriotisme dan
nasionalisme akan tumbuh membawa benih-benih cinta tanah air.
Semangat patriotisme dan nasionalisme tentu tidak dapat ditumbuhkan sekejap mata. Namun kita bisa
mengupayakannya dengan mengenang dan meneladani jasa para pahlawan kita, dengan begitu kita dapat
menjadi generasi muda yang dapat meneruskan cita – cita para pahlawan untuk negeri ini.
1. Melestarikan kebudayaan Indonesia, tentunya kita pun harus bangga dan cinta terhadapnya.
2. Mencintai dan bangga akan produk – produk dalam negeri.
3. Ikut serta dalam pengembangan dan pembangunan negeri.
4. Mengesampingkan sikap pluralisme.
5. Dan lain sebagainya.
Menurut saya sepak bola atau olahraga lainya, juga bisa mempersatukan semangat Nasionalisme masyarakat di
tengah kemerosotan kinerja pemerintah dalam membangun negara kita.
Sekian tulisan singkat dari saya, mohon maaf bila ada kelalaian dan kesalahan dalam tulisan ini. Semoga
dengan membaca tulisan ini, Anda bisa menumbuhkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme dalam diri Anda
dan semoga bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.
http://sepengatahuanku.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-patriotisme-dan-nasionalisme-
serta-contoh-contohnya.html
Patriotisme diartikan sebagai semangat dan jiwa cinta tanah air. Patriotisme mengajarkan kepada setiap rakyat
untuk selalu mencintai tanah air sebagai tempat berpijak, tempat hidup, dan mencari penghidupan. Nah, pada
kesempatan kali ini Zona Siswa akan mempersembahkan penjelasan lengkap mengenai patriotisme. Semoga
bisa bermanfaat. Check this out!!!
A. Pengertian Patriotisme
Patriotisme menurut Ensiklopedia Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu patris yang berarti tanah air.
Istilah patriotisme berarti rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya. Patriotisme juga
dapat diartikan sebagai rasa kekaguman pada adat kebiasaan bangsanya, kebanggaan terhadap sejarah dan
kebudayaannya serta sikap pengabdian demi kesejahteraan bersama. Dalam patriotisme terkandung pengertian
rasa kesatuan sebagai bangsa. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patriotisme adalah sikap dan
semangat yang sangat mencintai tanah air sehingga berani berkorban jika diperlukan oleh negara. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa patriotisme adalah suatu paham atau ajaran tentang
kesetiaan dan semangat cinta pada tanah air.
Makna patriotisme selalu berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman serta kebutuhan negara. Sebelum
kemerdekaan, sikap patriotisme lahir dari perasaan senasib, sepenanggungan, setia kawan, dan kebersamaan
dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan bangsa. Sikap patriotisme ditunjukkan dengan rela berkorban demi
bangsa dan negara. Setelah Indonesia merdeka, sikap patriotisme dirasakan sebagai suatu sikap yang harus
dimiliki bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap patriotisme diharuskan sebagai
dasar atau landasan untuk bertindak dalam melaksanakan pembangunan.
B. Ciri-ciri Patriotisme
1. Patriotisme adalah solider secara bertanggung jawab atas seluruh bangsa. Artinya, patriotisme
membuat seseorang mampu mencintai bangsa dan negaranya tanpa menjadikannnya sebagai tujuan untuk
dirinya sendiri. Patriotisme menciptakan suatu bentuk solidaritas untuk mencapai kesejahteraan seluruh
warga bangsa dan negara.
2. Patriotisme adalah realistis. Artinya, patriotisme mau dan mampu melihat kekuatan bangsanya dan
daya-daya yang dapat merusak bangsanya dan bangsa lain.
3. Patriotisme bermodalkan nilai-nilai dan budaya rohani bangsa, berjuang pada masa kini, untuk menuju
cita-cita yang ditetapkan.
4. Patriotisme adalah rasa memiliki identitas diri. Artinya, mau melihat, menerima, dan mengembangkan
watak dan kepribadian bangsa sendiri.
5. Patriotisme bersifat terbuka. Artinya, melihat bangsanya dalam konteks hidup dunia, mau terlibat di
dalamnya dan bersedia belajar dari bangsa-bangsa lain demi kemajuan bangsa.
C. Sikap Patriotisme
Sikap patriotisme dapat diwujudkan dalam semangat cinta tanah air dengan beberapa cara sebagai
berikut.
http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-patriotisme.html
Mengibarkan bendera merah putih di dekat atau depan rumah ketika hari besar
nasional dengan baik dan benar.
Membaca buku dengan tema perjuangan.
Membantu pekerjaan orang tua.
Seorang kakak yang memberi teladan dalam hal kegiatan keagamaan
Menjaga nama baik keluarga dalam sikap dan perbuatan.
Melaksanakan dan mengikuti upacara hari besar nasional seperti hari pahlawan, hari
kemerdekaan, dan lainnya.
Menjaga kerukunan dengan sesama anggota masyarakat.
Melaksanakan sikap setia kawan nasional di lingkungan sekitar.
Nilai patriotisme yang bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari bangsa dan
negara yaitu meliputi bidang:
1. Politik
2. Ekonomi
3. Hukum
4. Sosial budaya
5. Pertahanan dan keamanan (hankam).
1. Dalam bidang politik
Selalu menjaga dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa agar Indonesia
menjadi negara yang kuat, kokoh, dan tangguh.
Mendukung dan menjalankan kebijakan pemerintahan.
Melaksanakan Pancasila dan Konstitusi.
Nilai-nilai patriotisme diatas bisa kita terapkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Sehingga kita masuk kedalam ciri seorang patriot.
http://www.yuksinau.id/contoh-sikap-patriotisme-di-berbagai-bidang/
Jihad dan Kepahlawanan dalam Islam (Tafsir QS. At-Taubah [9]: 86-
89)
َرضُوا بِأ َ ْن يَ ُكونُوا َم َع. َالط ْو ِل مِ ْن ُه ْم َوقَالُوا ذَ ْرنَا نَ ُك ْن َم َع ْالقَا ِعدِين سو ِل ِه ا ْست َأ ْ َذنَكَ أُولُو ه ِ ورة ٌ أ َ ْن آمِ نُوا بِ ه
ُ اَّلل َو َجا ِهدُوا َم َع َر َ س ُ ت ْ ََوإِذَا أ ُ ْن ِزل
. َسو ُل َوالهذِينَ آ َمنُوا َم َعهُ َجا َهدُوا ِبأ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوأُولَئِكَ لَ ُه ُم ْال َخي َْراتُ َوأُو َلئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُون لَك ِِن ه. َعلَى قُلُو ِب ِه ْم فَ ُه ْم ََل َي ْفقَ ُهون
ُ الر َ ط ِب َع ُ ْالخ ََوالِفِ َو
ْ ْ
ار خَا ِلدِينَ فِي َها ذَلِكَ الف َْو ُز العَظِ ي ُم ْ َ ْ
ُ ت ت َجْ ِري مِ ْن ت َحْ تِ َها اْلن َه ٍ َّللاُ لَ ُه ْم َجنها َ َأ
ع هد ه
“Dan apabila diturunkan suatu surah (yang memerintahkan kepada orang munafik itu):
‘Berimanlah kalian kepada Allah dan berjihadlah bersama Rasul-Nya’, niscaya orang-orang yang
memiliki kemampuan di antara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka
berkata: ‘Biarkanlah Kami berada bersama orang-orang yang duduk’ [86]. Mereka rela berada
bersama orang-orang yang tidak berperang, dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak
mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad) [87]. Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka, dan mereka Itulah orang-orang yang
memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung [88]. Allah telah menyediakan
bagi mereka syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar [89]. (QS. At-Taubah [9]: 86-89)
***
Surah At-Taubah merupakan surah yang banyak bercerita tentang peperangan dan keadaan
orang-orang yang terlibat di dalamnya, termasuk empat ayat yang disebutkan di atas.
Imam ath-Thabari (w. 310 H) berkomentar tentang ayat ke 86, “Allah ta’ala berfirman, dan
apabila diturunkan kepadamu wahai Muhammad satu surah dalam Al-Qur’an yang menyeru orang-
orang munafiq, aaminuu billaah, yaitu benarkanlah Allah, dan wa jaahiduu ma’a rasuulih, yakni
perangilah orang-orang musyrik bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang-orang
yang memiliki kekayaan dan harta di antara mereka meminta izin kepadamu untuk tidak ikut
berperang dan tetap tinggal bersama keluarga mereka. Mereka berkata kepadamu, tinggalkanlah
kami, kami duduk-duduk saja di rumah bersama orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang tidak memiliki kemampuan melakukan safar bersamamu.”[1]
Ibn ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, berdasarkan riwayat ath-Thabari, menyatakan bahwa uulu
ath-thawl bermakna orang-orang yang kaya. Ibn Ishaq menyebutkan di antara mereka adalah
‘Abdullah ibn Ubay dan al-Jadd ibn Qays.[2]
Ayat ke 87, menurut Imam Ibn Katsir (w. 774 H), merupakan pengingkaran dan celaan Allah
ta’ala kepada orang-orang yang mundur dari peperangan, dari kalangan munafiqin. Orang-orang
munafiq tersebut rela berada dalam kehinaan dan berdiam diri di rumah-rumah mereka bersama
kaum wanita[3]. Di masa peperangan, orang-orang munafiq ini merupakan orang-orang yang paling
pengecut, sedangkan di masa aman, mereka adalah orang yang paling banyak omongannya,
sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surah Al-Ahzab [33] ayat 19:
َ ت فَ ِإذَا ذَ َه
ُ ب ا ْل َخ ْو
ف َ ُور أ َ ْعيُنُ ُه ْم كَالَّذِي يُ ْغشَى
ِ علَ ْي ِه ِمنَ ا ْل َم ْو ُ ف َرأ َ ْيت َ ُه ْم يَ ْن
ُ ظ ُرونَ إِلَ ْيكَ تَد ُ فَ ِإذَا َجا َء ا ْل َخ ْو
ِ سلَقُو ُك ْم بِأ َ ْل
سنَ ٍة ِحدَا ٍد َ
Artinya: “Maka apabila datang ketakutan (karena perang), kamu lihat mereka itu memandang
kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila
ketakutan telah hilang, mereka mencacimu dengan lidah yang tajam.”
Hati mereka dikunci oleh Allah ta’ala karena penolakan mereka dari kewajiban jihad dan
keluar untuk perang di jalan Allah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga mereka
tidak mengetahui apa yang baik bagi mereka dan apa yang buruk.[4]
Setelah mencela orang-orang munafiq yang enggan untuk berjihad, Allah ta’ala kemudian
memuji orang-orang yang beriman yang berjihad bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan harta dan jiwa mereka pada ayat ke 88 dan 89. Imam ath-Thabari menyatakan bahwa
walaupun orang-orang munafiq tidak ikut berperang, namun orang-orang yang membenarkan Allah
dan Rasul-Nya tetap berjihad bersama Rasul, mereka menginfaqkan hartanya untuk keperluan jihad
dan mengikuti peperangan dengan segenap jiwa raga mereka.[5]
Menurut Imam al-Baidhawi (w. 685 H), makna al-khairat yang akan didapatkan oleh orang-
orang yang beriman yang ikut berjihad bersama Rasul adalah keuntungan di dunia dan di akhirat. Di
dunia mereka mendapatkan kemenangan dan ghanimah, sedangkan di akhirat mereka akan
mendapatkan surga dan kemuliaan. Dan ayat ke 89 merupakan gambaran tentang kebaikan di negeri
akhirat yang akan mereka dapatkan.[6]
Syaikh Wahbah az-Zuhaili, mufassir kontemporer, menyatakan bahwa empat ayat ini
merupakan gambaran keadaan orang-orang munafiq dan orang-orang beriman saat menerima
perintah jihad. Para gembong munafiqin yang memiliki kemampuan untuk berjihad dengan harta dan
jiwa mereka memilih tidak ikut berjihad bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka
merelakan diri mereka berada dalam kehinaan dan kerendahan dengan tinggal diam bersama orang-
orang yang lemah yang tidak ikut berjihad. Hati mereka terkunci mati, sehingga mereka tidak mampu
memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang memberikan maslahat dan mana yang
mudharat.
***
Tanggal 10 November diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai hari pahlawan. Peringatan
ini mengambil momentum perjuangan Bung Tomo dan pasukannya melawan penjajah Belanda yang
datang lagi ke Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia. Dan fakta menarik yang jarang diungkapkan
adalah ternyata perjuangan Bung Tomo dan pasukannya terinspirasi dari seruan jihad yang
dilantangkan oleh KH. Hasyim Asy’ari, seorang ulama mukhlis pejuang Islam, yang juga pendiri
Nahdlatul ‘Ulama (NU).[7]
Seruan jihad inilah yang mengobarkan semangat Bung Tomo dan pasukannya, dan semangat
jihad seperti itu juga lah yang mengobarkan perlawanan para pahlawan muslim nusantara dari zaman
ke zaman terhadap penjajah kafir Belanda. Mereka tidak rela negeri mereka dikuasai dan ditaklukkan
oleh penjajah kafir, sumber daya alam mereka dikeruk habis dan aqidah mereka
digadaikan.[8] Mereka lebih rela mati mulia sebagai syuhada daripada hidup terhina.
Dalam Islam hal ini merupakan hal yang wajar dan niscaya. Jihad[9] dengan makna perang
dalam Islam merupakan salah satu kewajiban yang paling agung dan amal yang paling utama[10].
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Artinya: “Diwajibkan atas kalian berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian
benci.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
َِللا
َّ سبِيل ِ ُا ْن ِف ُروا ِخفَافًا َوثِقَاالً َو َجا ِهدُوا بِأ َ ْم َوا ِل ُك ْم َوأ َ ْنف
َ س ُك ْم فِي
Artinya: “Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat, dan
berjihadlah kalian dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah.” (QS. At-Taubah [9]: 41)
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan
Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: ‘Amal apakah yang
paling utama?’, Rasul menjawab, ‘Iman kepada Allah dan Rasul-Nya’, beliau ditanya lagi, ‘kemudian
apa?’, Rasul menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’, beliau ditanya lagi, ‘kemudian apa?’, Rasul menjawab,
‘haji yang mabrur’.”[11]
Bahkan, dalam QS. At-Taubah ayat 86-87 Allah mencela orang-orang munafiq yang tidak
mau ikut berjihad –ketika ada seruan jihad– padahal mereka mampu melakukannya.
***
Sejarah panjang kegemilangan Islam selalu diisi oleh cerita kepahlawanan dari para penguasa
adil yang menerapkan hukum-hukum Allah, para ulama dan ilmuwan yang mewakafkan ilmunya
untuk kebaikan umat Islam, dan para mujahidin yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah
ta’ala. Dari kalangan penguasa, kita misalnya mengenal sosok Umar ibn al-Khaththab, Umar ibn
‘Abdul ‘Aziz, Harun ar-Rasyid, Sulaiman al-Qanuni dan Abdul Hamid II. Dari kalangan ulama dan
ilmuwan kita mengenal Ibn ‘Abbas, asy-Syafi’i, Ibn Firnas dan al-Khawarizmi. Dan dari kalangan
mujahidin kita mengenal sosok Khalid ibn al-Walid, Thariq ibn Ziyad, Shalahuddin al-Ayyubi dan
Muhammad al-Fatih. Sosok-sosok seperti mereka inilah yang terus lahir dari tubuh umat Islam
sebagai bukti nyata keagungan Islam.
Aktivitas jihad telah dilakukan sejak awal mula masa Islam, sejak masa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan terus berlangsung sampai masa kemunduran umat Islam, dan benar-benar
ditinggalkan sejak runtuhnya Khilafah Islamiyah yang berpusat di Turki dan bercokolnya penguasa-
penguasa zalim yang tidak mau menerapkan hukum-hukum Allah di negeri-negeri muslim. Sejak saat
itu, jihad ditinggalkan[12] dan umat Islam terus dihinakan oleh musuh-musuh mereka.
Bagaimanapun, kewajiban jihad tidak akan bisa terlaksana secara sempurna tanpa adanya
Khilafah. Kebutuhan umat Islam akan jihad meniscayakan kebutuhan umat Islam akan tegaknya
kembali Khilafah, yang akan menerapkan hukum-hukum Allah dan menyebarkan Islam ke seluruh
penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Momentum hari pahlawan ini, sebagai refleksi perjuangan umat Islam di masa lalu, harus kita
maknai dengan tepat. Jika para pahlawan muslim nusantara dulu berjihad untuk mengusir penjajah
kafir Belanda, saat ini kita perlu berjuang sungguh-sungguh untuk mewujudkan kembali
kepemimpinan Islam yang satu, yaitu Khilafah Islamiyah, yang akan terus menyerukan dakwah dan
jihad sampai cahaya Islam menerangi seluruh penjuru bumi. Wallahul musta’an.
Catatan Kaki:
[1] Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Juz 14 (t.tp: Muassasah ar-Risalah,
2000), hlm. 411-412.
[4] Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Juz 4 (Riyadh: Daar Thayyibah, 1999), hlm. 196-
197.
[5] Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Juz 14 (t.tp: Muassasah ar-Risalah,
2000), hlm. 414.
[6] Al-Baidhawi, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, Juz 3 (Beirut: Daar Ihya’ at-Turats al-
‘Arabi, 1418 H), hlm. 93.
[9] Jihad, walaupun diwajibkan dalam Islam, tetap memiliki ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi, tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Silakan baca pembahasan tentang jihad dan hal-
hal yang berkaitan dengannya dalam kitab asy-Syakhshiyah al-Islamiyah (2/146-270) karya Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhani; al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (6/411-475) karya Syaikh Wahbah az-
Zuhaili; al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah (16/124-164).
[10] Hal ini misalnya diungkapkan oleh Syaikh Wahbah az-Zuhaili dalam kitab al-Fiqh al-
Islami wa Adillatuhu(6/414) pembahasan Fadhl al-Jihad wa Manzilatuhu fi al-Islam.
[11] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1 (t.tp: Dar Thauq an-Najah, 1422
H), hlm. 14, hadits no. 26. Hadits yang semisal ini juga banyak diriwayatkan oleh imam-imam ahli
Hadits yang lain.
[12] Dalam skala kecil, jihad masih terus dilakukan oleh kaum muslim di daerah konflik
semisal Palestina. Jihad yang benar-benar ditinggalkan adalah jihad di bawah komando khalifah
dengan para tentara yang terlatih, dengan persenjataan lengkap. Jihad semacam inilah yang akan
benar-benar membuat takut musuh-musuh Islam.
http://seladaraya.blogspot.co.id/2013/03/tafsir-quran-jihad-dan-kepahlawanan.html
Cinta tanah air adalah suatu tindakan yang didasari atas rasa kasih sayang kepada tanah
kelahiran atau tanah airnya. Perintah untuk memiliki rasa cinta tanah air biasanya ada disetiap
peraturan pemerintah untuk menanamkan rasa nasionalimsme kepada masyarakatnya.
Selain itu, Allah dan Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan kepada semua manusia untuk
mencintai tanah air. Hal ini tertuang dalam dalil di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad
SAW. Semua perintah tersebut memiliki tujuan yang baik agar terbentuk kehidupan yang
nyaman, aman, dan damai. Berikut ini merupakan dalil dan hadits yang berkenaan dengan
anjuran untuk memiliki rasa cinta tanah air.
Pada dalil ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa hendaknya kita menjaga dan mencintai tanah
air agar kita dapat merasa aman baik pada malam maupun siang hari. Tanah air merupakan
tempat kita tinggal, sehingga sudah sewajarnya kita menjaga agar kenikmatan alam di tanah air
dapat terus dinikmati dan selalu memberi sumber penghidupan yang baik untuk semua yang ada
di tanah air tersebut.
Hadits tersebut jelas menjelaskan bagaimana cintanya Nabi Muhammad SAW kepada tanah air
dan beliau sangat menginginkan untuk tetap tinggal di mana beliau berasal. Semua hadits dan
perilaku Nabi merupakan hal yang wajib kita contoh dan kita lakukan. Dengan adanya hadits
tersebut, Nabi menganjurkan kepada kita agar selalu cinta tanah air di mana kita berada. Jika
rasa cinta kepada tanah air kuat, maka kita akan merasa nyaman dan tenang. Selain itu kita juga
akan terhindar dari berbagai macam tindakan buruk yang dapat merusak tanah air. Oleh karena
itu, cintailah tanah airmu agar hidup kita bahagia.
http://www.cinta009.com/2014/03/dalil-dan-hadits-tentang-anjuran-cinta.html
15. Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki
yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".